Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95222 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Hasna Nurwiati Giyoso
"ABSTRAK
Di seluruh negara saat acara pergantian tahun identik dengan diadakannya pesta kembang api. Di Jepang tidak hanya saat pergantian tahun saja, saat musim panas terdapat festival kembang api yang biasanya dilaksanakan pada bulan Juli atau Agustus. Kembang api di Jepang disebut dengan kata hanabi. Hanabi secara harfiah lsquo;bunga api rsquo; berasal dari dua kanji? hana berarti 39;bunga 39; dan? hi atau bi berarti 39;api 39;. Penggambaran bunga dan api memperlihatkan Jepang yang memiliki budaya rasa hormat terhadap alam yang tinggi. Kembang api awalnya adalah sebuah penemuan Cina kuno, lalu tiba di Jepang pada abad ke-16. Zaman Edo adalah zaman dimana peran Tokugawa sangat penting. Masa periode Tokugawa merupakan periode Edo yang berlangsung pada tahun 1603 sampai 1867. Banyak peran Tokugawa dalam membangun Jepang sehingga Jepang menjadi negara yang maju. Begitu pula dengan pengaruh masuknya kembang api atau hanabi di Jepang. Terdapat keterkaitan antara latar belakang masuknya kembang api dengan masyarakat Jepang yang memberikan pengaruh terhadap 3 bidang, yakni budaya, industri, dan politik.

ABSTRACT
Fireworks has always been associated with New Years Eve in almost every country around the world. In Japan, fireworks is not only used on New Years Eve celebration, there is also a fireworks festival in Summer around July to August every year. In Japan, fireworks is called as Hanabi. The literal translation of Hanabi means 39 fire flower 39 , derived from two kanjis hana which means flower and hi or bi which means fire. The depiction of flower and fire shows how respectful Japan is towards nature. Originally, fireworks is an invention of ancient China, it is only 39 arrived 39 in Japan on 16th century. The Edo period is highlighted as Tokugawa 39 s most important. It is the period between 1603 until 1867. Tokugawa plays a huge role in turning Japan into a highly developed country. And so does the influence of fireworks or hanabi. The connection between the background of fireworks and the Japanese, through the years, has influence Japan rsquo s development in 3 major areas culture, industries, and politics. "
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yayan Suyana
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Webb, Herschel
New York: Columbia University Press, 1968
320.952 WEB j
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Earl, David Magarey
Tokyo University of Washington Press 1964
923.252 E 20
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Earl, David Magarey
Seattle: University of Washington Press, 1964
923.252 EAR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Isfahrizal Jamil
"Skripsi ini membahas kebijakan militer yang dijalankan Oleh bakufu di Ōsaka pada masa-masa awal Ke-shōgun-an Tokugawa, yang terdiri dari agresi militer ke Ōsaka pada musim dingin tahun 1614 dan musim panas tahun 1615 yang disebut Ōsaka no Jin, dan pembentukan Ōsaka Jōdai sebagai lembaga milliter ad hoc bakufu di Ōsaka. Penelitian dilakukan dengan cara studi kepustakaan, seluruh data yang digunakan bersifat sekunder. Dari penelitian ini membuktikan bahwa seluruh kebijakan yang diambil oleh bakufu terhadap Ōsaka semasa tahun 1614-1615 bertujuan untuk memantapkan klan Tokugawa sebagai penguasa Jepang.

This paper discusses the military policy which is applied by the bakufu in Ōsaka in the early days of the Tokugawa shogunate, which consists of military aggression to Ōsaka in the winter of 1614 and summer of 1615 called Osaka no Jin, and Ōsaka Jōdai establishment as an ad hoc millitary agency bakufu in Osaka. Research done by way of literary study, all data used are secondary. This research proves that all the measures taken by the bakufu to Ōsaka during the years 1614-1615 aims to strengthen the Tokugawa clan as rulers of Japan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S1268
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Bellah, Robert Neelly
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1992
952 Bel r
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Frisian Yuniardi
"Tokugawa leyasu adalah tokoh sentral sejarah Jepang karena keberhasilannya menyatukan seluruh wilayah Jepang dan membuat Jepang menjadi negeri yang aman setelah menderita perang saudara selama seratus tahun Iebih. Lahir dari seorang putra seorang penguasa wilayah kecil yang secara de facto tidak berkuasa karena wilayahnya diinvasi oleh penguasa wilayah tetangganya yang Iebih besar dan kuat, sejak kecil Ieyasu sudah kenyang oleh penderitaan karena masa kecil sampai remajanya dihabiskan menjadi sandera musuh-musuh ayahnya. Bahkan setelah ayahnya meninggal, ia tidak otornatis langsung berkuasa karena saat itu ia masih menjadi sandera.
Setelah lepas masa sanderanya karena musuhnya yang menyandera, Imagawa Yoshimoto mati di medan perang di kalahkan oleh Oda Nobunaga, seorang penguasa wilayah Owari, ia baru bisa pulang ke daerahnya dan mulai menegakkan lagi pemerintahan daerahnya yang sudah lama menjadi jajahan Imagawa Yoshimoto. Ia lalu bergabung dengan Oda Nobunaga. Setelah bergabung, kemenangan-demi kemenangan diperoleh oleh kedua tokoh yang bersekutu tersebut, sampai, sebelum cita-citanya untuk menguasai seluruh wilayah Jepang berhasil, Oda Nobunaga keburu tewas oleh pengikutnya sendiri.
Pengganti Oda adalah jendral Oda yang paling berbakat, yaitu Toyotomi Hideyoshi. Pada awal masa-masa pemerintahan Toyotomi Hideyoshi, ada beberapa konflik terjadi dan sempat terjadi pertempuran kecil antara Tokugawa leyasu dan Toyotomo Hideyoshi. Namun berkat kearifan dan bantuan dari pengikut kedua belah pihak yang setia, konflik tersebut dapat diselesaikan, dan keduanya meneruskan cita_cita Oda Nobunaga untuk menguasai seluruh wilayah Jepang. Wilayah mereka juga semakin luas. Pada saat-saat tersebut, leyasu pindah wilayah kekuasaannya dari Hamamatsu ke Edo (Tokyo sekarang) yang wilayahnya Iebih luas dari sebelumnya.
Di Edo. Tokugawa Ieyasu dan pengikutnya membangun kota dari desa perikanan yang kecil menjadi kota yang besar dan megah. Pengaruhnyapun semakin kuat di Jepang. Hal ini membuat pengikut setia Toyotomi Hideyoshi merasa camas melihat Toyotomi sudah tua dan penerus kekuasaannya masih terlalu kecil untuk memerintah.
Keteganganpun memuncak setelah Toyotomi Hideyoshi meninggal, karena yang paling berpengaruh kini tinggal Tokugawa leyasu. Pengikut-pengikut setia Toyotomi Hideyoshi tidak mau kekuasaan jatuh ke tangan Tokugawa leyasu. Maka pertempuran besar yang disebut dengan perang Sekigahara pun terjadi, dan dimenangkan oleh Tokugawa leyasu.
Setelah menang di perang Sekigahara, otomatis Tokugawa leyasu yang terkuat di seluruh wilayah Jepang. Ia lalu diangkat oleh Kaisar Jepang menjadi Shogun, penguasa militer di seluruh wilayah Jepang. Semasa ia berkuasa, kebanyakan waktunya digunakan untuk menumpas sisa-sisa musuh yang masih mempunyai rencana unluk merebut kekuasaannya, dan juga membuat kebijakan kebijakan yang membuat penguasa-penguasa daerah tidak bisa lagi menggalang kekuatan untuk melawannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2001
S13643
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nailusyifa
"Samurai adalah prajurit berpedang yang telah lama dikenal sebagai salah satu lambang budaya Jepang. Dalam kebijakan shinokosho yang ditetapkan oleh keshogunan Tokugawa, samurai menempati kelas tertinggi pada zaman Edo. Kebijakan tersebut bertahan selama berlangsungnya kekuasaan keshogunan Tokugawa dari tahun 1603 sampai tahun 1867. Artikel ini menjelaskan secara rinci bagaimana segala aspek kehidupan samurai pada zaman Edo sebagai awal era modernisasi Jepang. Penelitian ini bersifat kualitatif dan dilakukan dengan metode studi pustaka dan penelitian sejarah.

The samurai were the warriors with sword who have been known as one of the epitome of Japanese culture. On shinokosho policy which ruled by the Tokugawa shogunate, samurai took the highest position in Edo period. This policy was occured as long as the authority of Tokugawa shogunate lasted from the year of 1603 to 1867. This article explains in detail how every aspects of samurai's life were, that took time in Edo period as the beginning of Japan's modernization era. This is a qualitative research and conducted with history research methods and literature studies.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ridzky Dimas
"Pemerintah Tokugawa membagi kelas sosial dalam masyarakat Jepang berdasarkan Shi No Ko So. Namun Shi no ko so ternyata tidak hanya membagi kelas sosial berdasarkan kelasnya saja, tapi juga membaginya berdasarkan gender. Pembagian gender membuat wanita menjadi kelas dua terutama pada kelas Bushi yang mengambil garis keturunan Patriarki. Dengan mengambil garis keturunan berdasarkan Patriarki membuat peran wanita Jepang dalam rumah berbeda dengan laki laki. Peran wanita dalam rumah tidak hanya mengurus keuangan keluarga, mendidik anak, dan menjaga rumah disaat suami sedang keluar. Akan tetapi, peran wanita dalam keluarga bushi adalah mampu menjaga kehormatan dirinya serta kehormatan keluarganya dengan menjalankan perannya dengan baik. Kehidupan wanita bushi dalam menjalankan perannya tidaklah mudah banyak pengorbanan dan tanggung jawab yang harus dipikul sebagai bukti kesetiaannya terhadap keluarga dan negara. Akan tetapi tanggung jawab, pengorbanan dan kesetiaannya hanya dilihat sebelah mata oleh pemerintah Tokugawa karena Pada zaman ini, budaya mengangkat harkat kaum perempuan masih terlihat gagap dan tersendat.

Tokugawa government classified the social classes in Japanese society based on the Shi No Ko So. But Shi No Ko So didn`t classified the social classes only by the classes itself, but also classified by a gender. This classification made women became the second class, especially on Bushi class which took patriarchy lineage. By taking lineage based on a patriarchy, Japanese women`s role at home was different with the men. Women`s role from Bushi family at home was not only taking care of family`s financial, children, and the house when the men or the husband were out, but also had to be able to keep the pride of themselves as women and the pride of the family by doing their role well, so the women of Bushi`s life in doing role was not easy. There are many sacrifices and responsibility that should be borne as an evidence for the family and the country. But, the women’s responsibility, sacrifices, and her loyalty were underestimated by Tokugawa government. Because in this era, a culture of raising women`s dignity was still seem statter and stagnating.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>