Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 142674 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Chitra Iselinni
"Latar belakang : Candida albicans mampu membentuk biofilm serta berpenetrasi ke tubuli dentin. Invasi ke dalam tubulus dentin dapat melindungi sel-sel C.albicans dari efek prosedur intrakanal dan berperan dalam pembentukan infeksi saluran akar persisten. Larutan irigasi NaOCl 2,5 dan CHX 2 memiliki keterbatasan penetrasi, sehingga C.albicans pada tubuli dentin dalam tidak memperoleh efek antijamur larutan irigasi dan menyebabkan kegagalan disinfeksi total sistem saluran akar. Olehkarena itu, disinfeksi saluran akar merupakan tantangan utama dalam endodontik dan prinsip dasar yang penting bagi pelestarian jangka panjang gigi dengan perawatan saluran akar. Penggunaan laser dioda dalam bidang endodontik merupakan metode yang dikembangkan untuk memenuhi tantangan tersebut karena dianggap mampu berpenetrasi ke tubuli dentin dalam.
Tujuan : melihat efek laser dioda sebagai aktivasi antijamur larutan irigasi NaOCl 2,5 dan CHX 2 pada biofilm C.albicans. Metode : menghitung jumlah koloni biofilm C.albicans setelah diberi larutan irigasi NaOCl 2,5 dan CHX 2 serta penambahan sinar laser dioda.
Hasil : Terdapat perbedaan bermakna antara penggunaan larutan irigasi dengan larutan irigasi kombinasi laser dioda.

Background : Candida albicans is able to form biofilms and penetrating into the dentin tubules. The invasion into the dentinal tubules may protect C.albicans from intracanal procedures and cause formation of persistent infection of the root canal. Irrigation solution 2.5 NaOCl and 2 CHX has limited penetration, so C.albicans can be protected from the effects of antifungal irrigation solution and cause a total failure disinfection. Consequently, disinfection is a major challenge in endodontics and basic principles that are important for long term preservation of the tooth with root canal treatment. The use of diode laser in endodontics is a method developed to meet these challenges because able penetrating into the dentin tubules.
Aim : To evaluation the effects of diode laser as activation antifungal irrigation solution of 2.5 NaOCl and 2 CHX on C.albicans biofilm. Methode count the number of C.albicans biofilm colonies after aplication the irrigation solution of 2.5 NaOCl and 2 CHX and the addition of a diode laser beam.
Result : There are significant differences between the use of irrigation solution with a combination of laser diodes and irrigation solution p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sanny Tulim
"ABSTRAK
Latar belakang: C. albicans merupakan jamur yang dominan pada infeksi endodontik
persisten yang berperan dalam kegagalan perawatan saluran akar. Pembentukan biofilm
merupakan salah satu faktor virulensi C. albicans yang dapat meningkatkan resistensi
terhadap agen antijamur. Klorheksidin 2% sebagai larutan irigasi yang efektif dalam
mengeliminasi biofilm C. albicans telah terbukti bersifat toksik terhadap sel-sel sehat
sehingga diperlukan alternatif larutan irigasi yang efektif dan aman, yaitu berasal dari
bahan alami. Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Robx.) mengandung xanthorrhizol
yang terbukti bersifat antijamur. Namun, belum terdapat penelitian yang menganalisis
konsentrasi optimum xanthorrhizol dalam mengeliminasi biofilm C. albicans ATCC
10231. Tujuan: Menganalisis efek antijamur xanthorrhizol 0,25%, xanthorrhizol 0,5%,
xanthorrhizol 0,75%, xanthorrhizol 1%, xanthorrhizol 1,25%, dan klorheksidin 2%
terhadap biofilm C. albicans ATCC 10231. Metode: Pemaparan xanthorrhizol terhadap
biofilm C. albicans ATCC 10231 dilakukan selama 15 menit, kemudian diuji dengan
metode MTT assay dan hitung koloni. Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna
secara statistik antara persentase eradikasi dan hasil hitung jumlah koloni pasca
pemaparan xanthorrhizol 1%, xanthorrhizol 1,25%, dan CHX 2% pada biofilm C.
albicans ATCC 10231. Simpulan: Xanthorrhizol 1% dan xanthorrhizol 1,25%
memiliki efek antijamur terhadap biofilm C. albicans ATCC 10231 yang setara dengan
klorheksidin 2%.

ABSTRACT
Background: C. albicans is the most dominant fungal species in persistent endodontic
infection that has been associated with failure of endodontic treatment. An ability to
form biofilm is one of the C. albicans virulence factor that increase resistance towards
antifungal agent. In endodontic, 2% chlorhexidine as an effective irrigation solution
against C. albicans biofilm has been proven to be toxic to healthly cells so that an
effective and safe alternative irrigation solution is needed, which is derived from natural
ingredients. Java turmeric (Curcuma xanthorrhiza Robx.) contains xanthorrhizol which
has an antifungal effect. However, no studies have analyzed the optimum concentration
of xanthorrhizol in eradicating bioflm of C. albicans ATCC 10231. Aims: To analyze
antifungal effect of 0,25% xanthorrhizol, 0,5% xanthorrhizol, 0,75% xanthorrhizol, 1%
xanthorrhizol, 1,25% xanthorrhizol and 2% chlorhexidine against biofilm of C. albicans
ATCC 10231. Methods: fifteen minutes exposure of xanthorrhizol to biofilm of C.
albicans ATCC 10231, then antifungal effect tested by MTT assay and total plate count
method. Results: There was no statistically significant difference between percentage of
biofilm eradication and TPC results after exposure to 1% xanthorrhizol, 1,25%
xanthorrhizol, and 2% chlorhexidine in biofilm of C. albicans ATCC 10231.
Conclusion: 1% xanthorrhizol and 1,25% xanthorrhizol have an antifungal effect
against biofilm of C. albicans ATCC 10231 which is equivalent to 2% chlorhexidine."
2018
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Sandini
"Latar Belakang : E. faecalis merupakan penyebab infeksi persisten pasca perawatan saluran akar. Menghilangkan seluruh bakteri dari saluran akar masih menjadi masalah dalam perawatan endodontik. Penggunaan larutan irigasi dengan penambahan laser dioda sebagai perangkat tambahan adalah upaya untuk eliminasi tersebut.
Tujuan: menganalisis dan membandingkan daya anti bakteri laser dioda sebagai perangkat tambahan irigasi dengan larutan irigasi NaOCl 2,5 ,CHX 2 terhadap biofilm E. faecalis isolat klinis.
Metode : menghitung jumlah koloni CFU biofilm E. faecalis isolat klinis pasca pemaparan bahan uii.
Hasil : laser dioda memiliki daya anti bakteri terhadap biofilm E. faecalis isolat klinis terlihat pada kelompok kontrol salin. Terdapat perbedaan bermakna p

Background: E. faecalis is often found in persistent intra radicular infection after endodontic failure treatment. Eliminating all bacteria in the root canal remains a problem in root canal management. Using irrigant with laser diode as adjunct is to eliminate the bacteria.
Aim: To analyze and compare the effectivity of diode laser, 2 chlorhexidine and 2,5 natrium hypochlorite against biofilm Of E. faecalis.
Method: score the antibacterial effects of the irrigant and diode laser with colony form unit CFU.
Result: Diode laser has antibacterial effectivity against E. faecalis biofilm. There is significant difference p 0,05 between irrigant with diode laser as an adjunct.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Astinah
"Latar belakang: C.albicans adalah jamur yang paling banyak ditemukan pada kegagalan perawatan saluran akar. Kemampuan C.albicans untuk bertoleransi terhadap kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan, salah satunya dengan membentuk biofilm menjadi salah satu masalah dalam perawatan endodontik. Penggunaan irigan alami dengan kemampuan anti jamur yang baik, sebagai alternatif dari bahan sintetik, selama pembersihan dan preparasi saluran akar adalah sangat penting.
Tujuan: Untuk menganalisa potensi aloe vera terhadap biofilm C.albicans.
Metode: Biofilm C.albicans dibagi dalam 5 kelompok yaitu: kelompok I biofilm C.albicans tanpa perlakuan, kelompok II,III dan IV biofilm C.albicans yang diaplikasikan aloe vera 100 , 75 , 50 dan kelompok V diaplikasikan EDTA 17.
Hasil: Nilai rerata koloni biofilm C.albicans kelompok aloe vera 100 , 75 dan 50 lebih tinggi dibandingkan dengan EDTA 17 , namun lebih rendah dibandingkan dengan kelompok biofilm tanpa perlakuan
Kesimpulan: aloe vera terbukti mempunyai daya anti jamur terhadap biofilm c.albicans dan paling tinggi pada konsentrasi 75

Background: C. albicansas biofilm has a major role in endodontic treatment failure as the most important fungus isolated from the root canal system. Using alternative irigan with good anti fungal activity as other option from sintetic irigan, during cleaning and shaping root canal, is very important.
Objective: To analyze anti fungal activity aloe vera against C. albicans biofilm.
Methods: Biofilm C. albicans were divided into five groups Group I as biofilm C. albicans without application. Group II, III and IV with application aloe vera 100, 75 and 50 . Group V with EDTA 17
Result: Average colony biofilm C. albicans for aloe vera 100 , 75 and 50 higher than EDTA 17 but lower than control.
Conclusion: It was concluded that aloe vera possessed anti fungal activity against C. albicans biofilm and highest on consentration 75
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Brinna Listiani
"ABSTRAK
Latar belakang : C.albicans adalah jamur yang mendominasi pada infeksi saluran akar persisten yang virulensinya terjadi apabila berada pada bentuk biofilm. Penggunaan larutan irigasi herbal dengan efek samping yang lebih ringan dan efektivitas yang sama dibandingkan larutan irigasi kimia perlu dipertimbangkan. Tujuan : Untuk menganalisis kemampuan kayu secang dalam mengeleminasi biofilm C.albicans. Metode : Biofilm C.albicans dibagi menjadi lima kelompok yaitu kelompok kayu secang konsentrasi 25 , 33 , 50 , NaOCl 2,5 , kelompok biofilm tanpa perlakuan Hasil : Nilai rerata koloni biofilm C.albicans kelompok kayu secang konsentrasi 25 lebih rendah dibandingkan konsentrasi kayu secang 33 , 55 . Seluruh konsentrasi ekstrak kayu secang yang diteliti memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan NaOCl 2,5 namun lebih rendah dibandingkan kelompok biofilm tanpa perlakuan Kesimpulan : kayu secang memiliki efek antijamur terhadap biofilm C.albicans namun lebih rendah jika dibandingkan NaOCl 2,5 ABSTRACT
Background C.albicans was predominant fungal species found in persisten root canal infection that the virulence factors depend on the ability to form biofilms. Herbal irrigation solution with less side effect and equal efficacy to chemical irrigant need to be considered Objective To analyze the ability of secang heartwood to eliminate C.albicans biofilms. Methods C.albicans biofilms divided into five groups Group I,II,III as Secang heartwood concentration 25 ,33 , 50 Group IV as NaOCl 2,5 and Group V as C.albicans without treatment Result Mean value of biofilms of C.albicans on secang heartwood concentration 25 lower than secang heartwood concentration 33 , 55 . All concentration of secang heartwood have higher value than NaOCl 2,5 but lower than biofilm without treatment group Conclusion It was concluded that secang heartwood possessed antifungal effect against C.albicans biofilm but lower than NaOCl 2,5 "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S64804
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
M. Furqan
"Residu Ca(OH)2 dapat mengganggu hermetisitas obturasi saluran akar. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tiga metode pembersihan residu Ca(OH)2. Metode. Tigapuluh premolar bawah dipeparasi dengan ProTaper sampai F3, kemudian diberi medikamen Ca(OH)2 dan disimpan selama 7 hari. Setelah itu, sampel dibagi tiga sama banyak. Residu Ca(OH)2 di Kelompok I dibersihkan dengan irigan gabungan NaOCl-EDTA, kelompok II dengan CanalBrush, dan Kelompok III dengan file NiTi. Sampel kemudian dibelah arah buko-lingual dan residu diperiksa dengan mikroskopstereo dan program Axiocam. Hasil. Pembersihan paling baik adalah pada kelompok II, disusul oleh kelompok III, dan kelompok I, walaupun secara statistik tidak berbeda signifikan (p <0,05). Kesimpulan. Ketiga metode menghasilkan efek pembersihan residu Ca(OH)2 yang tidak berbeda.

The residu of Ca(OH)2 will hamper the hermeticity of root canal obturation. The aim of this study was to analyze the effectiveness of the methods of its removal. Methods. Root canal preparation was performed on 30 lower premolar using Proaper system. The Ca(OH)2 paste was put on the root canal for 7 days. The samples were then divided equally into three groups. The residu of Ca(OH)2 in group I, II, and III were removed by combined irrigant of NaOCl-EDTA, Canal Brush, and NiTi file respectively. After bisected bucco-lingually, the residu was assessed under stereomicroscope (12x magnification) and AxioCam. Results. Substantially, the most effective method was group II, followed by group III and I, but statistically no significance difference (p < 0.05). Conclusion. The canal brush is the best methods in removing Ca(OH)2 residu, although the difference is statistically not significant."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2012
T33059
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ranny Rahaningrum Herdiantoputri
"Biofilm C. albicans memiliki matriks ekstraseluler yang mempersulit penetrasi agen antifungal sintetik. Matriks ini diproduksi pada fase filamentasi dan terakumulasi pada fase maturasi. Temulawak merupakan obat herbal yang banyak digunakan di Indonesia dan ekstraknya telah dilaporkan memiliki efek antifungal terhadap C. albicans planktonik karena memiliki senyawa aktif yaitu xanthorrhizol. Penelitian ini dilakukan dengan MTT assay untuk menghitung viabilitas biofilm C. albicans setelah pemaparan dengan ekstrak etanol temulawak secara in vitro. Hasil yang didapatkan menunjukkan ekstrak etanol temulawak memiliki efek antifungal yang setara dengan nystatin terhadap biofilm C. albicans fase filamentasi dan maturasi pada konsentrasi 35%.

Extracellular matrix in C. albicans biofilm preventing access of synthetic antifungal agents to C. albicans biofilm. This matrix is produced during filamentation phase and accumulated on maturation phase. Java turmeric is a common Indonesian herbal medicine and has been reported to have antifungal effect against planktonic C. albicans for its active component, xanthorrhizol. This research was conducted using MTT assay to count C. albicans biofilm viability after in vitro exposure to Java turmeric ethanol extract. The result showed it has an equal antifungal effect to nystatin against C.albicans biofilm on filamentation and maturation phase in 35% of concentration.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rista Lewiyonah
"Salah satu faktor virulensi Candida albicans adalah kemampuannya dalam membentuk biofilm sehingga meningkatkan resistensi terhadap agen antifungal. Fase awal merupakan prasyarat terbentuknya biofilm serta ditandai dengan adhesi dan proliferasi sel C. albicans. Temulawak merupakan tanaman khas Indonesia dan dilaporkan memiliki efek antifungal karena mengandung zat aktif yaitu xanthorrhizol. Penelitian ini dilakukan dengan MTT assay untuk mengukur viabilitas C. albicans pada biofilm setelah pemaparan ekstrak etanol temulawak secara in vitro.
Hasil penelitian menunjukkan ekstrak dengan konsentrasi 35% dapat menurunkan viabilitas C. albicans setara dengan nystatin. Ekstrak etanol temulawak terbukti memiliki efek antifungal terhadap C. albicans pada biofilm fase adhesi dan proliferasi.

Candida albicans has the ability to form biofilm that increase resistance to antifungal agents. Early phase is a prerequisite, characterized by adhesion and proliferation. Java turmeric is an Indonesian medicinal plants and reported to have antifungal effect due to its active component, xanthorrhizol. This study was conducted using MTT assay to measure viability of C. albicans in biofilm after exposure to Java Turmeric ethanol extract.
The result showed extract in 35% concentration can reduce the viability of C. albicans equal to nystatin’s capability. Java Turmeric ethanol extract has antifungal effect against C. albicans in adhesion and proliferation phase of biofilm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
S641607
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Priscilla Arlyta S.
"Latar Belakang : Enterococcus faecalis merupakan bakteri yang mampu membentuk biofilm dan banyak ditemukan pada kasus kegagalan perawatan saluran akar.
Tujuan : Melihat daya antibakteri kitosan dan klorheksidin terhadap E. faecalis dalam biofilm.
Metode : Deteksi dan kuantifikasi E. faecalis dalam biofilm yang hidup pasca pemaparan bahan uji, dengan real time PCR.
Hasil : Terdapat perbedaan jumlah bakteri yang signifikan antara kedua kelompok bahan uji terhadap kontrol (p ≤ 0,05), tetapi tidak terdapat perbedaan bermakna antara kelompok kitosan dan klorheksidin.
Kesimpulan : Daya antibakteri kitosan 2% terhadap biofilm E. faecalis sebanding dengan klorheksidin 2%.

Background : Enterococcus faecalis has an ability to form biofilms and become a predominant bacteria that plays a major role in the etiology of persistent lesions after root canal treatment.
Aim : To analyze the efficacy of chitosan and chlorhexidine against E. faecalis in biofilms.
Methods : Detection and quantification of E. faecalis DNA that survive and live after immersing the biofilm in antibacterial solution, with real time PCR.
Result : Statistically there is significant difference of living E. faecalis between chitosan and control and between 2% chlorhexidine and control (p ≤0,05). But there is no significant different between chitosan and chlorhexidine (p>0,05).
Conclusion : Antibacterial effectivity of chitosan is equal to chlorhexidine against E. faecalis in biofilm.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dahmar Luciana Jufri
"Latar belakang: Fokus desinfeksi saluran akar saat ini telah mengalami perubahan dari desinfeksi agresif menjadi proteksi selektif, yang memiliki tujuan utama untuk menciptakan lingkungan yang sesuai, oleh karena itu, bahan irigasi alami sebagai pendamping mulai banyak diteliti potensialnya karena relatif aman. Larutan irigasi dengan kualitas optimal yang dapat membersihkan saluran akar secara menyeluruh sendiri masih belum tersedia dan meskipun ada perkembangan baru di bidang penelitian yang relevan, solusi yang lebih mendekati kualitas ideal belum dikembangkan. Cuka apel dapat dijadikan sebagai bahan alternatif alami yang aman untuk mengeliminasi biofilm sekaligus smear layer, sehingga berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut. Tujuan: Mengetahui perbedaan efek antibakteri bahan irigasi sintetik NaOCl 1,5% dan 2,5% dibandingkan dengan larutan cuka apel terhadap E. faecalis. Metode: Biofilm E. faecalis isolat klinis dibagi menjadi tujuh kelompok sampel untuk dipaparkan dengan bahan uji larutan cuka apel konsentrasi 2,5%, 5%, 10%, kontrol positif NaOCl 1,5%, 2,5% dan kontrol negatif tanpa perlakuan, efek antibakteri dilihat menggunakan metode MTT Assay dan hitung koloni. Hasil: Didapatkan hasil dari kedua uji yang dilakukan bahwa larutan cuka apel konsentrasi 2,5% memiliki efek antibakteri terhadap biofilm E. faecalis tertinggi dibandingkan dengan konsentrasi 5% dan 10%. Kesimpulan: Efek antibakteri larutan cuka apel 2,5%, 5%, dan 10% lebih rendah dibandingkan dengan larutan NaOCl 1,5% dan 2,5% terhadap biofilm E. faecalis.

Introduction: The current focus of root canal disinfection has changed from aggressive disinfection to selective protection, which has the main goal of creating a suitable environment, therefore, natural irrigation materials as a companion have begun to be studied for their potential because they are relatively safe. Irrigation solutions of optimal quality that can thoroughly clean root canals on their own are not yet available and despite new developments in the relevant research area, solutions closer to the ideal quality have not yet been developed. Apple cider vinegar can be used as a safe natural alternative for eliminating biofilm as well as the smear layer, so it has the potential to be developed further. Objective: To determine the differences in the antibacterial effect of synthetic irrigants NaOCl 1,5% and 2,5% compared to apple cider vinegar solution against E. faecalis. Methods: Clinical isolates of E. faecalis biofilm were divided into seven sample groups to be exposed to test materials for apple cider vinegar concentrations of 2,5%, 5%, 10%, positive control NaOCl 1,5%, 2,5%, and negative control without treatment, the antibacterial effect was seen using the MTT Assay method and colony count. Results: The results of the two tests were obtained that a 2.5% concentration of apple cider vinegar had the highest antibacterial effect on E. faecalis biofilm compared to 5% and 10% concentrations. Conclusion: The antibacterial effect of 2,5%, 5%, and 10% apple cider vinegar solutions was lower than 1,5% and 2,5% NaOCl solutions on E. faecalis biofilm.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>