Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 83904 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fransiscus Frito Marcevianto; Dilan Sawalius Batuparan
"ABSTRAK
Kelayakan suatu investasi ditentukan oleh berbagai
macam faktor. Lokasi iklim investasi. proyeksi permintaan
efektif atas produk yang dihasilkan, kemampuan investasi
untuk menghasilkan keuntungan finansial, dan sebagainya.
Faktor-faktor ini jugalah yang menentukan layak atau tidaknya
investasi pada industri galangan perbaikan kapal.
Permintaan atas jasa industri galangan perbaikan
kapal, menunjukkan kecenderungan meningkat pada beberapa
tahun terakhir ini. Peningkatan tersebut didorong oleh rela
tif tingginya pertumbuhan ekonomi dunia, peningkatan volume
perdagangan antar negara, khususnya perdagangan yang menggu
nakan laut sebagai jalur transportasi utama. Bertitik-tolak
dari hal ini PT. ZYX merencanakan untuk melakukan investasi
di industri ini. Analisis kelayakan yang dilakukan kenkudian
menghasilkan beberapa kesimpulan.
Menurut rencana lokasi investasi akan diletakkan di
pulau Batam. Galangan perbaikari kapal ini nantinya akan
melayani pasar global dengan target pangsa pasar kapal-kapal
berukuran 25.000 - 50.000 DWT. Pangsa pasar ìni dipilih
karena persaingan di dalamnya tidak terlalu ketat.
Secara geografis pulau Batam yang terletak di tepi
jalur laut utama perdagangan dunia adalah lokasi yang sangat
strategis bagi industri jasa pendukung . transportasi laut.
Kapal-kapal yang melayari jalur perdagangan antara Eropa dan
Asia dapat dipastikan akan melalui jalur tersebut dan membu
tuhkan dukungan logistik, perawatan, perbaikan dan lain-lain.
Kebutuhan inilah yang akan menciptakan permintaan bagi inves
tasi galangan perbaikan kapal di pulau Batam.
Analisis data market factors menunjukkan bahwa permin
taan efektif untuk jasa galangan perbaikan kapal, khususnya
untuk pangsa pasar yang menjadi target aRan mencapai angka
31.750.400 atau 635 kapal pada tahun 1994. Angka ini di
proyeksikan akan mengalami peningkatan pada tahun-tahun
berikutnya.
Berdasarkan kompetensi dan comparative advantage yang
dimiliki oleh PT. ZYX maka galangan perbaikan kapal yang
direncanakan. akan memiliki kapasitas untuk melayani 75 kapal
per tahun. Direncanakan pada tahun-tahun pertama kapasitas
terpakai hanya akan mencapai antara 0 - 70%. Pada tahun ke
lima dan seterusnya kapasitas terpakai akan mencapai 80%.
Dengan analisis finansial dapat diketahui bahwa break
even akan tercaPai pada tahun ke tujuh dan IRR proyek ini
sebesar 15,47%, yang berarti return yang diperoleh dan
investasi ini lebih besar dibandingkan dengan return yang
diperoleh dan risk free investment. Lebih lanjut analisis
resiko menunjukkan bahwa investasi ini mengandung resiko yang
relatif rendah.
Setiap investasi akan dianggap layak jika mampu me
ningkatkan kemakmuran investor atau perusahaan. peningkatan
tersebut akan tercapai bila investasi memberikan keuntungan
dengan resiko minimal. Berdasarkan kriteria tersebut maka
investasi pada galangan perbaikan kapal di pulau Batam yang
direncanakan oleh PT. ZYX, secara umum dapat dianggap layak.
"
1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariz Hussein
"Sejak diberlakukannya asas cabotage pada tahun 2005, jumlah armada kapal di Indonesia meningkat. Dengan adanya peningkatan tersebut maka pada tahun ini terdapat banyak armada kapal yang berusia diatas 20 tahun yang didominasi kapal barang, kapal tongkang dan kapal tunda. Sedangkan berdasarkan Hong Kong Convention, umur operasi kapal dinilai ekonomis hanya sampai 25 tahun. Hal ini membuka peluang bisnis ship recycling di Indonesia. Salah satu model bisnisnya berbentuk model 3 In 1. Model dengan membeli, memproses dan menjual sendiri hasil produksi. Apabila ingin melakukan suatu bisnis maka perlu menyusun sebuah studi kelayakan bisnis agar mengetahui layak atau tidaknya bisnis ini dijalankan. Pada penelitian ini berfokus pada studi kelayakan bisnis pada aspek keuangan. Hasil studi kelayakan bisnis galangan ship recycling model 3 in 1 di aspek keuangan yaitu payback period selama 12 tahun 9 bulan 30 hari, average rate of return sebesar 17%, net present value sebesar Rp 34.778.749.935, profitability index sebesar 1,35, internal rate of return sebesar 8%. Dari hasil studi kelayakan tersebut bisnis galangan ship recycling dinyatakan layak karena telah memenuhi syarat kriteria investasinya.

Since the implementation of Cabotage Principal in 2005, the amount of the Indonesian flagged ship increases. With those increase, comes many ships that are over 20 years old that are dominated by cargo ships, barges, and tug. According to the Hong Kong Convention, the economical operational age of a ship is only 25 yeas old. This opens up an opportunity for a ship recycling business in Indonesia. One of the applicable business model is a 3-in-1 business model. This model works by purchasing, processing, and dealing with the processed results themselves. When bulding a business, a worthiness study must be conducted in order to see whether the business will be worthwhile or not. This study focuses on the financial aspect. The results of the 3 in 1 model for a ship recycling shipyard business yields a payback period of 12 years 9 month and 30 days, average rate of return of 17%, net present value of Rp 34,778,749,935, profitability index of 1.35, and an internal rate of return of 8%. From those results, it can be concluded that a ship recycling business is deemed worth as it has passed its investment criteria."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ragil Tri Indrawati
"Kapal merupakan salah satu armada angkutan yang memiliki peranan vital. Perdagangan, ekspor-impor, dan industri tidak dapat terlepas dari sarana angkutan berupa kapal. Dalam pengoperasiannya, kapal membutuhkan daya mesin yang sesuai sehingga kecepatan kapal tercapai. Penggunaan bahan bakar yang sehemat mungkin menjadi hal yang sangat penting. Penghematan bahan bakar erat kaitannya dengan hambatan kapal yang terjadi.Penghematan pemakaian energi pada pengoperasian kapal menjadi topik yang menarik dan sangat penting untuk dikaji.
Tujuan penelitian ini untuk mencari konfigurasi S/L optimum untuk mendapatkan nilai hambatan terendah sehingga akan mengurangi konsumsi bahan bakar pada saat kapal beroperasi dan membandingkan nilai hambatan yang terjadi pada kapal katamaran dan monohull. Dua buah model kapal catamaran dengan lambung simetris dan variasi rasio jarak lambung S/L 0,2 , 0,3 dan 0,4 digunakan dalam penelitian ini. Metode eksperimen (towing tank) dan numerik (HullSpeed- MaxsurfPro 11.12) dilakukan dalam penelitian denganvariasi kecepatan pada angka Froude 0.2 -1.0.
Hasil menunjukkan bahwa hambatan total kapal katamaran terbesar dengan rasio jarak lambung S/L 0,4 terjadi pada Fr < 0,3 dan Fr 0,4 - 1,0. Sedangkan untuk Fn 0,3 - 0,4 nilai koefisien hambatan terbesar dimiliki oleh rasio S/L 0,2 yang ditunjukkan dengan puncak hambatan gelombang paling tinggi (hump resistance). Dari hasil kedua metode menunjukkan bahwa monohull menghasilkan nilai hambatan yang lebih besar daripada katamaran khususnya pada 0.4 ≤ Fn ≤ 0.8.

Ship is one of the transportion that has a vital role. Trade, exports - imports and industry can't be separated from means of transportation of ship. In operation, the vessel requires engine power accordingly so that the ship's speed is reached. The use of fuel efficient as possible becomes very important. Fuel savings is closely related to resistance vessels occurs. Saving energy consumption on the operation of the ship became an interesting topic and very important to assess.
The purpose of this study to look for the configuration S / L optimum to obtain the lowest resistance values so that will reduce fuel consumption when the vessel to operate and compare the value of resistance that occurs in catamaran and monohull.Two models of catamaran with symmetrical and variation of unstagerred demi hulls configuration(S/L) 0.2, 0.3 and 0.4 used in this study. Experimental method (towing tank) and numerical (HullSpeed-MaxsurfPro 11:12) conducted the study with the velocity variations in the Froude number 0.1 -1.0.
The results showed that the total resistance of the largest catamaran with unstagerred demihulls configurationS/L 0.4 occurred at Fr <0.3 and Fr 0.4 to 1.0. As for the Fn from 0.3 up to 0.4 the value of the total resistance coefficient of the biggest obstacles is owned by the ratio S/L 0.2 as indicated by the highest peak of the wave resistance (Hump resistance). From the results of both methods showed that the monohull produces greater resistance value than catamaran partially 0.4 ≤ Fn ≤ 0.8.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1385
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"Investing on facilities is one of options that must be chosen to enlarge the compotitive advantage of a business.Other option is for is for example,rent the facilities
"
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hutapea, Peter Kolbert
"Manajemen operasional merupakan hal yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan dalam suatu industri galangan kapal. Pengembangan dan penyusunan model pada manajemen risiko akan dilakukan agar pembangunan kapal lebih efisien dalam segi waktu dan juga biaya. Langkah yang dilakukan dalam melakukan manajemen risiko tersebut adalah dengan cara melakukan konsep IIAR yaitu: (1) Identification, melakukan identifikasi yaitu identifikasi lokasi, waktu, sebab, dan proses terjadinya peristiwa risiko yang dapat menghalangi, menurunkan, menunda, atau meningkatkan tercapainya pekerjaan di galangan tersebut; (2) Inventory of data,melakukan pengumpulan data yang mendukung dalam pengidentifikasian segala risiko yang ada, mulai pada saat penyerahan dokumen rancangan dari owner hingga pada saat kapal ereksi (erection); (3)
Analyze (assessment) adalah melakukan analisa diantaranya dengan cara schedule risk menggunakan pendekatan model matematis, analisis yang dilakukan dengan pengurangan schedule risk pada management proyek, menggunakan database, menggunakan cost risk dan schedule risk dalam analisis risiko; dan (4) Result atau hasil yang didapat setelah melakukan penilaian risiko, peringkat risiko, identifikasi peringkat risiko, dan pengontrolan risiko yang termasuk mitigasi risiko di dalamnya.

Operational management is very important and should not be ignored in a shipbuilding industry. Development and modeling in risk management should be applied to make the construction of vessel is more efficient in terms of time and costs. the first step in the risk management is concepting IIAR: (1) Identification, is identifying of the location, time, cause, and the process of the happen of risk that may block, degrade, delay, or increase the aim of work in the shipyards; (2) Inventory of the data, perform of collecting data that supports the identification of all the risks that exist, starting at the submission of the draft document from the owner until the ship erection; (3)
Analyze (assessment) is analyzing by schedule risk using a mathematical model approach, the analysis conducted by the reduction of schedule risk on project management, using the databases, using cost risk and schedule risk in the risk analysis; and (4) Result, is the results obtained after conducting a risk assessment, risk ratio, identification of risk rating, and control risks including risk mitigation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58613
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Salaam
"Laporan praktik keinsinyuran ini membahas mengenai proses perbaikan refraktori reheating furnace pada plate rolling dan hot rolling. Pembahasan difokuskan pada aspek teoritis refraktori dan as-rolled steel, mekanisme proses perbaikan refraktori pada Reheating furnace, mencakup perbaikan pada beam (walking dan moving), perbaikan pintu charge-discharge, perbaikan pada atap, dan juga mencakup dengan aspek safety.dan permasalahan yang terjadi di lapangan. Metodologi yang digunakan berbasis pendekatan Critical Review Analysis yang terdiri dari Studi Kasus, diskusi/brainstorming, dan pengalaman penulis. Review studi proses perbaikan refraktori pada reheating furnace Plate Rolling dan Hot Rolling dilakukan untuk memperoleh acuan dasar dalam proses perbaikan refraktori reheating furnace, mengingat belum tersedianya paper yang membahas terkait dengan proses Perbaikan refraktori baik dalam segi metode perbaikan dan juga kasus yang terjadi di lapangan. Hasil review menunjukkan bahwa perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai metode perbaikan hot repair pada Reheating furnace dengan mempertimbangkan aspek safety agar dapat mengoptimalkan proses produksi tanpa perlu menghentikan jalannya operasi untuk melakukan perbaikan refraktori.

This engineering report discusses the process of repairing refractories in the reheating furnace for plate rolling and hot rolling. The discussion is focused on the theoretical aspects of refractories and as-rolled steel, the mechanism of refractory repair in the reheating furnace, including repairs to the beam (walking and moving), charge-discharge door repairs, roof repairs, and also covers safety aspects and issues encountered in the field. The methodology used is based on the Critical Review Analysis approach, consisting of case studies, discussions/brainstorming, and the author's experience. A review of the refractory repair process in plate rolling and hot rolling reheating furnaces was conducted to establish a basic reference for the refractory repair process, considering the lack of papers addressing refractory repair methods and field cases. The results of the review indicate the need for further research on hot repair methods in the reheating furnace, taking into account safety aspects to optimize the production process without the need to halt operations for refractory repairs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Beberapa tahun terakhir ini, gencar dibahas di berbagai forum terutama mas-media mengenai issue pelayaran asing mendominasi angkutan dalam dan luar negeri, serta berbagai pemikiran tentang cara penanggulangannya termasuk pemberlakuan asa cabotage secara aktif dan sebagainya. Tulisan ini tidaklah secara khusus membahas masalah pelayarannya yaitu operator kapal dan kapalnya tetapi lebih pada masalah keagenan kapal sebagai suatu mata rantai transportasi laut. ...."
IKI 2:10 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Deandra Pramesti
"Rendahnya daya saing Industri Galangan Kapal Nasional dipicu oleh tingginya angka impor kapal ke Indonesia yang bahkan tidak mencapai 2% per Oktober 2021. Hal ini terjadi karena membangun kapal di Indonesia relatif lebih lama dan mahal. Kendala yang dihadapi adalah tingginya komponen kapal impor yang mencapai 70%-80%. Melihat pengaruh komponen kapal impor terhadap daya saing Industri Galangan Kapal Nasional, maka penting untuk meminimalisir dan mengendalikan risiko agar proses pengadaan efektif dan efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi penyebab risiko prioritas dan mitigasi risiko prioritas. Penelitian ini menggunakan metode SCOR (Supply Chain Operations Reference) dan HOR (House of Risk). Hasil penelitian menunjukan bahwa risk agent prioritas adalah kualifikasi SDM galangan tidak memadai, perencanaan terkait tidak akurat, dan komitmen supplier kurang; PA (Preventive Action) prioritas adalah membuat database komponen kapal impor untuk internal galangan dan rutin diperbarui, membangun hubungan yang erat dengan menjalin komunikasi yang baik dengan seluruh pihak yang terlibat, melakukan pemilihan SDM yang berkompeten dibidangnya.

The low competitiveness of the National Shipbuilding Industry is caused by the high number of imported ships to Indonesia which doesn’t even reach 2% as of October 2021. This is because building ships in Indonesia is relatively longer and more expensive. The constraint faced is the high percentage of imported ship components, which reach 70%-80%. Considering the influence of imported ship components on the competitiveness of the National Shipbuilding Industry, it is important to minimize and control risks for an effective and efficient procurement process. The purpose of this study is to identify priority risk agents and preventive actions. This study uses the SCOR (Supply Chain Operations Reference) and HOR (House of Risk) methods. The results of the study show that the priority risk agents are the inadequate qualification of shipyard human resources, inaccurate related planning, and the lack of supplier's commitment; priority preventive actions are creating database of imported ship components for the shipyard's internal use and regularly updated, building close relationships by establishing good communication with all parties involved, and selecting competent human resources in their respective fields."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurun Ala
"Dalam dunia perkapalan kemajuan teknologi memiliki pengaruh yang sangat besar termasuk dalam proses reparasi dan pembangunan kapal. Dalam lingkup penyedia jasa pembangunan kapal, tentunya hal ini sangat membantu termasuk dalam efisiensi produksi kapal. Bila dilihat pada umumnya bahwa proses pembuatan kapal (konstruksi) perlu dilakukan di galangan, maka konsep pembangunan kapal yang diusung di skripsi ini mengenai proses pembangunan kapal di non galangan ( workshop ). Hal ini tentunya memberikan keuntungan karena pembangunan kapal menjadi lebih efisien, meminimalisir tempat, waktu serta pengerjaan kapal yang tentunya menguntungkan baik bagi pihak produksi maupun pihak owner.
Terobosan dalam ide pembangunan kapal di tempat non galangan ini tidak lepas dari konsep pembuatan konstruksi kapal yang menghindarkan proses bending dan rolling. Tentunya hal tersebut dipenuhi dengan menggunakan profil plat yang lebih sederhana (profil L welding, profil T, Knuckle, Ron Bar) namun tetap mengacu pada standar klasifikasi yang telah ditentukan BKI. Jenis kapal tentunya cukup dibatasi disini dengan tipe kapal plat datar seperti katamaran plat datar, barge dan kapal ikan plat datar. Tentunya panjang dan berat total akan dibatasi agar sesuai dengan prosedur pembuatan yang memungkinkan dalam workshop. Dengan inovasi ini tentunya proses pembuatan kapal bisa dilakukan dimanapun di seluruh pelosok Indonesia tanpa perlu di galangan.

Technological advances in the shipping world has a profound effect included in the process of repair and ship building. Within the scope of ship construction services provider, you are incredibly helpful, including the production efficiency of the ship. When viewed in general that the shipbuilding process (construction) needs to be done in the shipyard, the ship that brought the concept of development in this thesis about the development process in non dock ship (workshop). This course provides an advantage because the construction of ships to be more efficient, minimizing the place, time and workmanship of course the ship is mutually beneficial to the production as well as the owner.
Breakthrough in the development of ideas in non dock ship is not separated from the concept of construction of ships to avoid the bending process and Rolling. Of course it is filled with a simpler plate profile (profile L welding, profile T, Knuckle, Ron Bar) but still refers to a predetermined classification standard BKI. Type of vessel must be quite limited here to the flat plate type of vessel such as a flat plate catamaran, barge and boat fishing a flat plate. Course length and total weight will be limited to match-making procedures that allow the workshop. With this innovation certainly the shipbuilding process can be done anywhere throughout Indonesia without in dry dock.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42932
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhamad Sidiq Fanani
"Dalam dunia perkapalan kemajuan teknologi memiliki pengaruh yang sangat besar termasuk dalam proses reparasi dan pembangunan kapal. Dalam lingkup penyedia jasa pembangunan kapal, tentunya hal ini sangat membantu termasuk dalam efisiensi produksi kapal. Bila dilihat pada umumnya bahwa proses pembuatan kapal (konstruksi) perlu dilakukan di galangan, maka konsep pembangunan kapal yang diusung di skripsi ini mengenai proses pembangunan kapal di non galangan ( workshop ). Hal ini tentunya memberikan keuntungan karena pembangunan kapal menjadi lebih efisien, meminimalisir tempat, waktu serta pengerjaan kapal yang tentunya menguntungkan baik bagi pihak produksi maupun pihak owner. Terobosan dalam ide pembangunan kapal di tempat non galangan ini tidak lepas dari konsep pembuatan konstruksi kapal yang menghindarkan proses bending dan rolling. Tentunya hal tersebut dipenuhi dengan menggunakan profil plat yang lebih sederhana ( profil L welding, profil T, Knuckle, Ron Bar) namun tetap mengacu pada standar klasifikasi yang telah ditentukan BKI. Jenis kapal tentunya cukup dibatasi disini dengan tipe kapal plat datar seperti katamaran plat datar, barge dan kapal ikan plat datar. Tentunya panjang dan berat total akan dibatasi agar sesuai dengan prosedur pembuatan yang memungkinkan dalam workshop. Dengan inovasi ini tentunya proses pembuatan kapal bisa dilakukan dimanapun di seluruh pelosok Indonesia tanpa perlu di galangan.

Technological advances in the shipping world has a profound effect included in the process of repair and ship building. Within the scope of ship construction services provider, you are incredibly helpful, including the production efficiency of the ship. When viewed in general that the shipbuilding process (construction) needs to be done in the shipyard, the ship that brought the concept of development in this thesis about the development process in non dock ship (workshop). This course provides an advantage because the construction of ships to be more efficient, minimizing the place, time and workmanship of course the ship is mutually beneficial to the production as well as the owner. Breakthrough in the development of ideas in non dock ship is not separated from the concept of construction of ships to avoid the bending process and Rolling. Of course it is filled with a simpler plate profile (profile L welding, profile T, Knuckle, Ron Bar) but still refers to a predetermined classification standard BKI. Type of vessel must be quite limited here to the flat plate type of vessel such as a flat plate catamaran, barge and boat fishing a flat plate. Course length and total weight will be limited to match-making procedures that allow the workshop. With this innovation certainly the shipbuilding process can be done anywhere throughout Indonesia without in dry dock."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42931
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>