Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 72307 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Prama Nugraha
"Salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan oleh perusahaan yang akan menawarkan sahamnya kepada masyarakat adalah penentuan harga saham perdana. Berdasarkan keputusan Ketua Bapepam No. KEP-O1/PM11988 tanggal 22 Pebruari 1988 pasal 11, disebutkan bahwa harga saham perdana ditetapkan berdasarkan kesepakatan bersama antara emiten dan penjamin emisi. Harga saham tersebut haruslah merupakan harga yang wajar, artinya bahwa harga saham tersebut sesuai dengan kondisi fundamental yang dimiliki perusahaan dan dapat diterima oleh para calon investor.
Dalam Penawaran Umum Perdana Saham PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk, perkirakan harga saham perusahan dilakukan dengan analisa fundamental yang meliputi pertimbangan kondisi eksternal dan internal perusahaan. Kondisi eksternal perusahaan meliputi kondisi makro ekonomi dan industri perbankan, sedangkan kondisi internal perusahaan meliputi kinerja yang telah dicapai perusahaan, strategi yang akan dikembangkan perusahaan di masa mendatang serta analisis mengenai perhitungan harga saham perusahaan.
Dengan menggunakan metode Free Cashflow to Equity, harga saham perdana PT Bank Nusaritara Parahyangan Tbk berdasarkan kondisi fundamentalnya adalah antara Rp. 466,24 hingga 1.314,53 dengan harga pada kondisi normal (sesuai dengan yang diprediksi manajemen perusahaan) sebesar Rp. 921,14. Namun pada Penawaran Umum Perdana, saham Perusahaan ditawarkan pada harga sebesar Rp. 525,00 per lembar saham. Penentuan harga saham perdana tersebut didasarkan atas hasil pemantauan minat calon investor terhadap saham Perusahaan. Dengan harga yang relatif Iebih rendah daripada hasil anahsa fundamentalnya, serta dengan rasio Price Earnings (PE) dan Price to Book Value (PB V) yang Iebih rendah dari rasio PE dan PBV rata-rata industri perbankan, diharapkan calon investor akan tertarik untuk membeli saham Perusahaan. Dengan membaiknya kondisi ekonomi dan industri perbankan serta terus dipertahankannya kinerja Perusahaan, diperkirakan harga saham Perusahaan akan dapat meningkat mencapal nilai fundamentalnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T4987
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Resiko merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan dalam setiap pengambilan keputusan investasi, karena besar kecilnya resiko yang terkandung dalam suatu alternatif investasi akan mempengaruhi pendapatan yang diharapkan dari investasi tersebut. Penilaian investor atau calon investor terhadap resiko investasi saham juga akan mempengaruhi harga saham yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena resiko merupakan salah satu unsur dalam penetapan tingkat "discount" untuk menentukan nilai saham. Ada beberapa faktor yang mempunyai pengaruh terhadap resiko investasi saham di pasar modal."
Hukum dan Pembangunan Vol. 26 No. 4 Agustus 1996 : 313-324, 1996
HUPE-26-4-Agt1996-313
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Hardiyanto Pilia
"Pada karya akhir ini akan dibahas mengenai analisa fundamental untuk menilai perusahaan. Pembahasan akan dimulai dari analisa makro ekonomi dan industri. Makro ekonomi dan prediksinya, yang digunakan dalam karya akhir ¡ni berdasarkan hash analisa dan Econit, sebagai hash dan seminar mengenai prospek ekonomi Indonesia Sedangkan untuk analisa endustri digunakan konsep Michael Porter yang menjabarkan mengenai struktur dan industri tersebut. Perusahaan yang menjadi bahan pembahasan pada karya akhir ¡ni adalah PT Indofarma Tbk. Indofarma adalah perusahaan farmasi BUMN yang memimpin segmen pasar obat resep generik, dengan pangsa pasar kurang Iebih 24%. Selain itu, Indofarma juga memproduksi obat bebas (OTC), obat yang berasal dan tumbuh-tumbuhan, makanan kesehatan dan atat-alat kesehatan. Merek obat bebas produksi Indofarma yang terkenal antara lain 08H Combi Plus. lndomaag, dan Proflu. Sampai dengan penghujung tahun lalu, obat genenik menyumbangkan kurang lebih 80% dan total penjualan. Sedangkan sisanya disumbangkan oleh obat bebas dan obat tumbuhan (4%) serta alat-alat kesehatan (6%).
Awalnya obat-obat generik yang diproduksi oleh Indofarma hanya dikhususkan untuk pemerintah yang selanjutnya disalurkan ke puskesmas-puskesmas dengan harga yang ditentukan oleh pemerintah. Namun sejak tahun 1989, perseroan juga menjual langsung ke publik. Oleh karena itu, kontribusi penjualan ke pemerintah terus berkurang hingga hanya sekitar 36% dan total penjualan pada akhir tahun 1999. Dari hasil analisa makro ekonomi didapatkan bahwa pasar farmasi di indonesia memberikan peluang yang besar untuk tumbuh Ditambah lagi dengan proyeksi yang ptimis akan adanya perba!kafl ekonomi pada tahun-tahun mendatang.
Sedangkan dari analisa industri farmasi di Indonesia terdapat beberapa isu penting yang akan mempengaruhi demand dan produk farmasi Indonesia. Diantaranya bahan baku dan kebijakan pemerintah Masalah bahan baku amat mempengaruhi biaya dan pèrusahaan-perusahaa,, dalam industni ini yang disebabkan hampir 80% bahan baku urituk produk obat didapat dan impon, sehìngga terdepresiasinya nilai rupiah terhadap dolar akan memperbesar biaya perijualan. Kebijakan pemerintah merigenai otonomi daerah juga mempengaruhi pendapatan Indofarma. menyebabkan dana pembelian obat-obat tersebut tidak lagi dilakukan oleh pemenintah pusat melainkan langsung ditangani oleh DATI-DATI II setempat. Bersamaan dengan desentralisasi anggaran tersebut, pemerintah juga membuka pasar obat generik tersebut yang berarti DATI Il tender pembelanjaan obat boleh diikuti oleh swasta juga, tidak hanya BUMN.
Setelah menganalisa mengenai makro ekonomi dan industni dan mendapatkan pengaruhnya terhadap demand perusahaan, analisa selanjutnya menentukan apa yang menjadi key success factor dan Indofarma dibandingkan dengan kompetitornya. Key success factor didapatkan dan Economic Value Added (EVA). Dimana key success factor perusahaan didapat dan kornponen-komponeri pembentuk EVA atau disebut juga penggerak nilai (value driver). Dan penggerak nilai EVA ¡ni dìdapatkan yang menjadi keunggulan bagi Indofarma dibandingkafl dengan perusahaan lainnya dalam industri farmasi adalah efisien yang dilakukan perusahaan. Efisiensi ¡ni terlihat terLihat dan COGS dan Selling Generar and Administrative Expense yang dimiliki lçidofarma relatif tebih efisien jika dibandingkafl dengan rata-rata kompetitornya. Kemudian dan value driver nonkeuaflgafl atau non EVA, didapatkan bahwa kunci sukses perusahaan adalah distribu& dimana Indofarma memiliki tiga anak perusahaan yang menangani distribusi.
Dari hasiI analisa makro, industri, key success factor perusahaan, ditambah dengan strategi perushaafl dan data taponan keuangari historis didaptkan proyeksi dañ balance sheet dan income statement. Yang nantinya hasH proyeksi ¡ni digunakan untuk menilai perusahaan atau valuation. Dalam valuation digunakan tiga scenario yaitu most likely, peSimistic dan optimistic. Dan ketiga scenario ini didapatkan harga per saham dan Indofarma adalah overvalue sehingga untuk keputusan investasi kurang layak untuk dibeli. Tetapi untuk meningkatkan nilai perusahaan tidak terlepas dan kinerja manajemen yang baik. Kinerja manajemen yang balk akan meningkatkafl ekspektasi investor terhadapa harga saham. Untuk ?tu diperlukan kinerja manajemen yang balk untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan metode EVA dan Komponen pembentuknya dapat ditentukan apa yang seharusnya dillakukan oleh perusahaar. Dan hasH temuan didapatkan bahwa untuk meningkatkan nilai perusahaan perusahaan perlu melakukan beberapa hal diantaranya; melakukan efisien produksi, menambah lisenSi memperkuat jalur distribusi dan pemasaran."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T5529
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Athor Subroto
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
S19369
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Edhi Kusumaningtias
"ABSTRAK
Karya Akhir ini bertujuan untuk mengetahui sejauhmana penerapan dan P/E
ratio dalam menilai harga dari suatu saham di bursa dan untuk melihat seberapa besar
pengaruh dan signifikansi dari variabel-variabel pembentuk nilai P/E ratio yaitu :
dividend payout ratio, earnings growth, serta standar deviasi dan tingkat pertumbuhan
rata-rata. Jumlah sampel diambil dari populasi perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Jakarta terdiri dari 42 perusahaan dan dapat dikelompokkan berdasarkan
3 sub industri, yaitu : consumer goods industry, basic & chemical industry dan
miscellaneous industry. Periode pengambilan data dan tahun 1991 sampai tahun 1996
digunakan untuk membentuk persamaan regresi linier berganda P/E ratio tahun 1995.
Hasil penelitian dari ketiga kelompok industri secara umum menunjukkan
bahwa variabel bebas (dividend payout ratio, tingkat pertumbuhan EPS, dan standar
deviasi) dalam persamaan regresi berganda memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap nilai P/E ratio. Ditemukan pula bahwa dari hasil persamaan regresi tanda
minus maupun plus dari masing-masing variabel bebas yang menunjukkan hubungan
linier antara variabel tersebut dengan nilai P/E ratio tidak sesuai dengan dugaan awal,
kecuali untuk miscellaneous industry.
Dengan menggunakan persamaan P/E ratio basil regresi dapat diketahui apakah
suatu saham dalam kondisi undervalued ataupun overvalued. Kemudian dilakukan
pembuktian melalui analisis return yaitu dengan membandingkan return tahun 1995
dengan return tahun 1996. Hasil yang diperoleh dan analisis di atas secara
keseluruhan menunjukkan bahwa return saham undervalue lebih besar dibandingkan
dengan return saham yang overvalue.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T3794
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Arsyad
"Suatu perusahaan yang hendak melakukan perluasan usaha akan membutuhkan pendanaan untuk melakukan investasi. Salah satu alternatif untuk memperoleh pendanaan adalah melalui mekanisme pasar modal yaitu dengan jalan menjual saham kepada public (Initial Public Offering). Penjualan saham kepada publik banyak diminati oleh perusahanperusahaan yang relatif maju dan mapan karena konsekuensi biaya yang ditimbulkan tidak sebesar berbagai skema pembiayaan lainnya, disamping hal tersebut akan menambah bonafiditas I prestige dari perusahaan yang bersangkutan.
PT Ramayana Lestari Sentosa salah satu perusahaan yang berkompetisi dipasar retail ingin melakukan perluasan usaha mengingat prospek usaha eceran di Indonesia diperkirakan sangat cerah dan potensial. Untuk memperoleh pendanaan sehubungan dengan perluasan usaha tersebut PT Ramayana Lestari Sentosa memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik. Pada tahun 1996 PT Ramayana Lestari Sentosa menawarkan saham perdana dengan harga Rp. 3.200,-. Harga saham perdana yang ditetapkan bersama antara emiten dengan penjamin emisi harus merupakan harga saham yang wajar (fair price), dalam arti bahwa harga saham tersebut telah mencerminkan kondisi fundamental perusahaan dan harus dapat menarik minat investor yang akan menanamkan modalnya.
Karya akhir ini mencoba menilai kewajaran harga saham perdana yang ditawarkan tersebut dengan menggunakan tiga metode yaitu metode Price Earning Multiples, Free Cash Flow dan Dividend Discount Model. Hasil perhitungan dengan menggunakan metode Price Earning Multiples memperoleh nilai harga saham sebesar Rp 2.988,93 per lembar, sedangkan perhitungan dengan metode Free Cash Flow memperoleh nilai harga saham sebesar Rp 3.233,27 per lembar. Perhitungan dengan metode Dividend Discount Model memperoleh nilai harga saham sebesar Rp 4.132,75 (bila seluruh free cash flow dibagikan jadi dividen) dan Rp 3.719,48 (bila hanya 90 dari free cash flow dibagikan sebagai dividen).
Hasil perhitungan dengan menggunakan ketiga metode tersebut memperlihatkan bahwa harga penawaran PT Ramayana Lestari Sentosa, Tbk berada pada harga yang wajar karena nilai harga sahamnya berada diantara Rp 2.988,93 dan Rp 4.132,75.
Pada karya akhir ini juga dilakukan perhitungan dengan menggunakan data realisasi terhadap ketiga metode valuation. Hasil perhitungari dengan PIE ratio memperoleh nilai harga saham sebesar Rp 3.426 (1996), Rp 6.739 (1999) dan Rp 3.499 (2000), sedangkan untuk tahun 1997 dan 1998 memperoleh nilai negatifkarena pada tahun-tahun tersebut PT Matahari Putra Prima mengalami kerugian sehingga nilai P/E menjadi negatif.
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode Free Cash Flow dan Dividend Discount Models memperoleh nilai negatif yang disebabkan karena nilai 'market return' negatif untuk tahun 1997 dan tahun 2000."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irwan Ariston
"Investasi dalam bentuk saham di Bursa Efek Jakarta saat ini telah menjadi salah satu alternatif investasi. Penulis mencoba melihat sampai sejauh mana analisa rasio dari laporan keuangan perusahaan dapat membantu pengambilan keputusan. Penulis melakukan analisa rasio laporan keuangan dari lima perusahaan pakan ternak untuk tahun 1990, 1991, dan 1992. Penulis menggunakan alat Bantu Analytic Hierarchy Process dalam penilaian akhir prestasi perusahaan. Penulis menggunakan skenario untuk menguji tingkat kehandalan analisa tersebut. Penulis menggunakan 19 analisa rasio keuangan untuk masingmasing tahun pada setiap perusahaan. Hasil penelitian dari analisa rasio laporan keuangan menunjukkan bahwa analisa rasio dari laporan keuangan ternyata memberikan arah yang benar dalam pengambilan keputusan investasi. Hasil penelitian dengan skenario menunjukkan tingkat pengembalian sebesar 252,20% sementara rata-rata pengembalian investasi saham pada periode yang sama sebesar 150%. Penulis menyimpulkan bahwa analisa rasio dari laporan keuangan memberikan arah yang benar dalam pengambilan keputusan investasi. Menggunakan laporan keuangan perusahaan untuk tiga tahun terakhir dapat lebih mencerminkan prestasi perusahaan. Penulis menyarankan kepada sidang pembaca untuk mencoba menerapkan cara ini pada jenis perusahaan lain."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1994
S19116
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sibarani, Basar D.P.
"Pada bulan November 1996, PT Bank Negara Indonesia, Tbk. (Bank BNI) sebagai bank BUMN menawarkan 25% dari jumlah modal sahamnya (1,085,032,000 lembar saham) ke publik dan ini merupakan privatisasi perbankan yang pertama di Indonesia. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan permodalan guna mendukung kegiatan operasional dan menjamin kinerja yang sehat dari Bank BNI dalam memasuki abad mendatang.
Seperti diketahui Bank Indonesia selaku Otoritas Moneter telah mengeluarkan beberapa regulasi seperti ketentuan Giro Wajib Minimum dari 2 persen menjadi 3 persen dan kemudian menjadi 5 persen, persyaratan rasio kecukupan modal (CAR), dan Iain-Iain mendorong bank-bank untuk semakin memperkuat daya saingnya.
Pasar modal merupakan salah satu aiternatif sumber dana bagi perusahaan untuk meningkatkan permodalannya, demikian juga halnya di Indonesia. Hai ini tidak terlepas dari kondisi pasar modal Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin menarik dan 'menggairahkan' baik bagi perusahaan pencari modal maupun bagi pihak penanam modal (investor).
Seperti pengalaman sebelumnya, going public dari perusahaan BUMN yang selalu menarik minat para investor di pasar modal, demikian juga dengan penawaran umum dari saham Bank BNI, dimana hal ini tidak terlepas dari faktor harga perdana saham yang dilepas, yaitu Rp 850 saja.
Beberapa pendekatan teoritis dalam penentuan harga saham perdana dibahas daam Karya Akhir ini, seperti: Dividend Discount Model dan Earnings Approach dengan beberapa model. HasiInya, ternyata terdapat 'diskon harga perdana' apabila hasil perhitungan (teoritis) tersebut dibandingkan dengan model Present Value of Earnings yang digunakan oleh pihak penjamin emisi.
Terlepas dari terlalu rendah atau tidaknya harga perdana saham Bank BNI, ada beberapa pertimbangan non-teknis yang mungkin mendasari ditetapkan harga perdana tersebut, seperti: pertimbangan kesuksesan kinerja harga saham di pasar sekunder, pemerataan bagi investor kecil, dan Iain-lain. Akan tetapi, esensi tujuan dari suatu go public khususnya bagi kepentingan stakeholders harus ditempatkan pada prioritas utama.
Dalam Karya Akhir ini juga dilakukan sedikit analisa pergerakan harga saham Bank BNI di pasar sekunder untuk kurun waktu 6 (enam) bulan pertama seterah dicatatkan. Diharapkan, ulasan dalam Karya Akhir ini dapat memberikan acuan dan masukan bagi penentuan kebijakan-kebijakan go public di masa mendatang."
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alvin Bramantyo
"ABSTRAK
Bank Mandiri dikenal sebagai bank dengan asset terbesar di Indonesia. Di tengah usaha Indonesia untuk bangkit kembali setelah mengalami krisis ekonorni sejak tahun 1998, Bank Mandiri yang merupakan gabungan dari 4 bank pemerintah bemiat untuk melakukan penawaran saham perdana
kepada publik. Hal tersebut terkait dengan program restrukturisasi yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. PadahaL pasar modal Indonesia belum menunjukkan kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum krisis tahun 1997. Namun investor justru dapat memiliki keyakinan bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menanamkan investasinya di pasar modal, apalagi didukung oleh kecenderungan membaiknya indikator perekonomian Indonesia. Menimbang semua ini, sangat menarik untuk mengevaluasi prospek saham Bank Mandiri di masa depan.
Untuk mengambil keputusan investasi terutama jangka panjang, investor harus melakukan analisis fundamental perusahaan. Pendekatan yang digunakan biasanya top-down approach. Pendekatan ini dimulai dengan melakukan analisis ekonomi makro dengan memperhatikan indikator-indikator perekonomian dan perubahannya, dilanjutkan dengan menganalisis industry perbankan dengan memperhatikan struktur industri pada saat ini serta prospeknya di masa depan. Dan yang terakhir melakukan analisis terhadap Bank Mandiri dengan melihat strategi yang diterapkan dan kinerja keuangan, serta menilai kemampuan perusahaan memperoleh keuntungan di masa depan dengan menggunakan metode dividend discount model (DDM), fee cash flow to equity model (FCFE) dan relative valuation.
Analisis ekonomi makro menunjukkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih berada dalam proses pemulihan ekonomi, namun tetap dibayangi oleh ketidakpastian politik dan lingkungan global. Analisis industri menunjukkan bahwa kondisi industri perbankan mulai membaik walaupun fungsi intermediasinya belum pulih seperti semula. Perkembangan tersebut tercermin pada peningkatan indikator-indikator utama seperti kecukupan Capital Adequacy Ratio (CAR), membaiknya kualitas kredit, profitabilitas, serta penip.gkatan penghimpunan dan penyaluran dana. Analisis strategis perusahaan menunjukkan bahwa Bank Mandiri memiliki potensi yang baik untuk bertumbuh di sektor retail selain mempertahankan sektor korporasi. Kinerja Bank Mandiri juga cenderung semakin membaik walau kualitas aktiva produktifnya masih kurang memuaskan.
Berdasarkan hasil penilaian, diperoleh nilai intrinsik saham Bank Mandiri sebesar Rp 1.368 (DDM) dan Rp 1.324 (FCFE). Berarti harga perdana saham Bank Mandiri sebesar Rp 675 telah dinilai rendah (undervalued). Hasil tersebut didukung oleh nilai price earning ratio (PER) dan price to book value (PBV) saat IPO yang Iebih rendah dari rata-rata industri dan fundarnentalnya
Disarankan bagi investor untuk membeli saham Bank Mandiri karena berpotensi untuk mengalami kenaikan di masa depan. Sedangkan bagi Bank Mandiri, pertama, disarankan untuk menjaga komitmen pertumbuhan kineijanya dan meningkatkan good corporate governance. Kedua, perlu mempertimbangkan untuk meningkatkan saham kepemilikan publik agar lebih likuid dan memberikan sentimen positif kepada investor. Ketiga, agar lebih terbuka dan hati-hati dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelian asset-asset yang berisiko tinggi agar tidak merugikan nasabah maupun investor, dan perbaikan kualitas aktiva produktif dapat lebih cepat terlaksana.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Santoso
"ABSTRAK
Deregulasi di bidang moneter, perbankan, keuangan dan pasar modal dengan dikeluarkannya Pakdes 1987, Pakto 1988 dan Pakdes 1988, membawa dampak yang positif terhadap pertumbuhan pasar modal di Indonesia.
Pesatnya pertumbuhan pasar modal sangat menguntungkan pemerintah dan masyarakat. Bagi pemerintah, berkembangnya pasar modal memberikan salah satu sumber penerimaan negara. Bagi masyarakat, pasar modal dapat digunakan sebagai alternatif investasi dana yang mereka miliki. Dalam jangka panjang para investor memiliki dua kesempatan yang menguntungkan baik melalui dividen maupun capital gain.
Dengan meningkatnya jumlah perusahaan yang go public berarti semakin banyak alternatif bagi masyarakat untuk menginvestasikan uangnya di pasar modal.
Penampilan saham industri kehutanan, puIp dan kertas di BEJ akhir tahun 1994 kian membaik. Pada saat indeks harga saham gabungan (IHSG) BEJ cenderung turun, namun saham sektor pulp dan kertas di pasar modal justru menguat. Bukan hanya jumlah transaksinya yang besar, tapi harga sahamnya naik cukup tajam. Kenaikan harga saham pulp dan kertas itu diduga karena melonjaknya harga pulp sebagai bahan baku kertas, yang kemudian diikuti kenaikan harga kertas. Harga pulp dan kertas memang cenderung berfluktuasi tajam.
PT Indah Kiat Pulp & Paper Corporation (IKPPC) merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri kehutanan. yang sahamnya diminati investor. Investor yang membeli saham IKPPC memerlukan informasi yang jelas dan lengkap mengenai profil perusahaan serta faktor-faktor lain baik intern maupun ekstern yang mempengaruhi perkembangan emiten dimasa yang akan datang.
Keputusan untuk membeli dan atau menjual saham yang ada tidaklah mudah karena hal ini tidak hanya bertitik tolak dari penilaian aktiva perusahaan, tetapi juga didasarkan pada kemampuan emiten menghasilkan pendapatan. Untuk itu perlu dilakukan analisis pada saham IKPPC agar dapat diketahui apakah saham yang beredar potensial untuk dibeli atau tidak. Apakah saham yang sudah dibeli telah memberikan keuntungan yang maksimal? Apakah pembelian saham tersebut merupakan alternatif terbaik daripada bentuk investasi Iain seperti mendepositokannya ke bank?
Dengan menggunakan valuation model, investor dapat menilai saham IKPPC dan mengetahui nilai sebenarnya (nilai intrinsik), sehingga dapat membandingkan apakah saham IKPPC yang beredar dihargai terlalu tinggi (overpriced) atau terlalu rendah (underpriced). Pendekatan ini penting untuk menentukan kapan saat harus membeli atau menjual saham IKPPC, serta sebagai antisipasi harga pasar saham dimasa yang akan datang."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>