Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10536 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deni Abdul Rahman
"Fertile women farmers are risky of suffering decrease of cholinesterase activity due to pesticide exposure. This study aimed to analyze relation between pesticide exposure and the exposure agent to cholinesterase activity of fertile women workers at Kedunguter Village. This study used cross-sectional design on 94 fertile women farmers in 2015. Data was collected by observation, interview and cholinesterase test. Data analysis used chi-square test and analysis results showed a significant relation between pesticide types, working time, the use of gloves, hand-washing behavior to cholinesterase activity of fertile women farmers. Analysis results of this study showed that variable working time had the highest odds ratio (OR) score (OR = 14.072), so the variable working time is the most dominant variable in influencing cholinesterase enzyme. This study suggests that fertile women farmers should work not more than six hours per day.

Petani perempuan usia subur berisiko mengalami penurunan aktivitas kolinesterase akibat pajanan pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pajanan pestisida dan perilaku pemajan terhadap aktivitas kolinesterase petani perempuan usia subur di Desa Kedunguter. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang pada 94 petani perempuan usia subur tahun 2015. Pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara, dan uji kolinesterase. Analisis data menggunakan uji kai kuadrat dan hasil analisis menunjukkan hubungan signifikan antara jenis pestisida, waktu kerja, penggunaan sarung tangan, perilaku mencuci tangan terhadap aktivitas kolinesterase petani perempuan usia subur. Hasil analisis pada penelitian ini menunjukkan bahwa variabel waktu kerja memiliki nilai odds ratio (OR) tertinggi, yaitu OR = 14,072 sehingga waktu kerja merupakan variabel paling dominan dalam memengaruhi enzim kolinesterase. Penelitian ini menyarankan agar petani perempuan usia subur tidak bekerja lebih dari enam jam per hari."
Ponorogo: Universitas Darussalam Gontor, 2015
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Reyna Rachmanniar
"Pestisida golongan organo fosfat dan karbamat adalah pestisida yang paling banyak digunakan petani dalam membasmi serangga dan merupakan golongan pestisida yang dapat menurunkan aktifitas enzim kolinesterase dalam darah manusia yang terpapar pestisida. Tinggi rendahnya aktivitas enzim kolinesterase menjadi indikator tinggi rendahnya tingkat keracunan dan dapat dijadikan indikasi keberadaan pestisida dalam darah. Populasi studi penelitian ini adalah seluruh petani holtikultura yang rentan terpajan pestisida di wilayah Desa Cibodas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Penelitian menggunakan studi analitik observasional dengan desain cross-sectional, danjumlah sampel sebanyak 57 petani penyemprot. Pengumpulan data dengan cara wawancara dan pemeriksaan enzim kolinesterase pada darah petani di Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta dengan metode spektrofotometri. Hasil penelitian menunjukan 25,5 sampel darah tidak normal atau 14 orang dengankadar enzim kolinesterase dibawah 5,4 kU/L. Usia Petani penyemprot 50,9 masih berusia produktif yaitu antara 18 sampai 49 tahun. Berdasarkan statistik, faktor umur, status gizi, frekuensi pajanan, durasi kerja, penggunaan alatpelindung diri APD dan tingkat pengetahuan petani tentang pestisida tidak berhubungan dengan kadar enzim cholinesterase dalam darah petani sayuran.

Organophosphate and carbamate pesticides are the most widely used pesticides of farmers in eradicating insects and are a class of pesticides that can decrease Cholinesterase enzyme activity in human blood exposed to pesticides. The lowlevel of cholinesterase enzyme activity is an indicator of the high level ofpoisoning and can be an indication of the presence of pesticides in the blood. Thestudy population of this study is all horticultural farmers who are vulnerable toexposure to pesticides in the area of Desa Cibodas Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. The study used an observational analytical study with cross sectional design, and a sample size of 57 farmers. Data collectionby interviewing and examination of cholinesterase enzyme on farmer 39's blood at Balai Besar Laboratorium Kesehatan BBLK Jakarta by spectrophotometric method. The results showed 25.5 abnormal blood sample or 14 people with cholinesterase enzyme levels below 5.4 kU L. Age of sprayer Farmers 50.9 are still productive age between 18 to 49 years. Based on statistics, age factor, nutritional status, exposure frequency, duration of work, use of personal protective equipment PPE and the level of knowledge of farmers about pesticides are not related to cholinesterase enzyme levels in the blood of vegetable farmers."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69587
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisa Afni Afifah
"Latar belakang: Produktivitas pertanian yang tinggi di Kabupaten Brebes berpotensi untuk menimbulkan berbagai gangguan kesehatan akibat pestisida pada pekerja tani. Beberapa penelitian sebelumnya pada lokasi yang sama menunjukan bahwa terdapat beberapa efek kesehatan, baik akut maupun kronis yang dialami pekerja tani akibat pajanan pestisida.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran golongan pestisida yang banyak digunakan, aktivitas enzim kolinesterase darah, gejala gangguan saraf, dan gejala gangguan kulit serta hubungannya dengan faktor lama pajanan dan karakteristik individu.
Metodologi: Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes. Sampel merupakan petani dan buruh tani pada lima desa di Kecamatan Kersana yang berjumlah 121 responden. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode quota sampling. Data dikumpulkan melalui wawancara terstruktur, pengukuran status gizi, dan pengukuran enzim kolinesterase darah.
Hasil: Penelitian ini menunjukan bahwa pestisida yang paling banyak digunakan adalah golongan piretroid dan avermektin (26%). Terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah gejala gangguan saraf dengan lama pajanan per minggu (p=0,015). Hubungan yang signifikan juga terdapat antara jumlah gejala gangguan kulit yang dialami dengan faktor lama bekerja (p=0,045), lama pajanan per minggu (p=0,005), umur (p=0,002), jenis kelamin (p=0,044), dan kebiasaaan cuci tangan setelah bekerja dengan pestisida (p=0,000).
Kesimpulan: Pestisida yang paling banyak digunakan adalah golongan piretroid dan avermektin. Terdapat hubungan yang bermakna antara jumlah gejala gangguan saraf dengan lama pajanan per minggu. Hubungan yang signifikan juga terdapat antara jumlah gejala gangguan kulit yang dialami dengan faktor lama bekerja, lama pajanan per minggu, umur, jenis kelamin, dan kebiasaaan cuci tangan setelah bekerja dengan pestisida.

Backgrounds: Brebes Region is one of various region which has high productivity in agricultural products, so this region has a potency for any health effects due to pesticide exposure. Several studies have shown that many health effects has occured in agirucultural workers in Brebes.
Objectives: This research’s objectives are knowing the groups of pesticide that commonly used, red blood cell cholinesterase activity, symtomps of neurological and skin disorders and their associatons with length of exposure and individual characteristics.
Methods: This research is located on Kersana sub-District, Brebes District, Central Java. Samples are farmers and fam labourers who live in five village on Kersana District. The number of samples is 121 persons. Quota sampling methods hava chosen by researchers to collect the samples. Data collecting was done by structured-interview, cholinesterase measurement, and nutritional status measurement.
Results: The result has shown that pesticide group which commonly used are phyretroid and avermectin. There is an significant association between the number of neurological disorders and length of exposure in week (p=0,015). There are also significant association between the number of skin disorders with working periods (p=0,045), length of exposure in week (p=0,005), age (p=0,002), gender (p=0,044), and hand-washing behaviours after working with pesticides (p=0,000).
Conclusions: Pesticide group which commonly used are phyretroid and avermectin. There is an significant association between the number of neurological disorders and length of exposure in week. There are also significant association between the number of skin disorders with working periods, length of exposure in week, age, gender, and hand-washing behaviours after working with pesticides.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56246
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinthia Suwardi
"Pestisida meningkatkan hasil 40% tanaman coklat di Amerika Latin, 33% tebu di Pakistan juga mengatasi masalah hama pada program intensifikasi di Indonesia. Pestisida memberikan dampak buruk jika penggunaannya dilakukan secara terus menerus tanpa memperhatikan aturan pemakaian dan cara mengaplikasikan yang baik dan benar. Pestisida banyak digunakan petani dengan cara disemprotkan, terutama golongan organofosfat yang dapat mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan menghambat kerja enzim cholinesterase. Tujuan penelitian untuk menganalisis faktor risiko pajanan pestisida terhadap aktivitas cholinesterase dalam darah petani penyemprot hama padi. Desain penelitian cross sectional.
Penelitian dilakukan bulan April-Mei 2014, menggunakan data sekunder kuesioner responden serta hasil pemeriksaan cholinesterase yang dilakukan Seksi Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang di 3 Desa pada 2 wilayah kerja UPTD Puskesmas. Hasil penelitian, 81% petani mempunyai aktivitas cholinesterase normal atau tidak mengalami keracunan pestisida.
Analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara jenis pestisida yang digunakan, umur, berat badan, masa kerja, frekuensi kerja, durasi kerja, kontak terakhir dengan pestisida dan penggunaan APD terhadap aktivitas cholinesterase.

Pesticides increase the yield of 40% cocoa in Latin America, 33% of sugarcane in Pakistan also solving pest problems in the intensification program in Indonesia.
Pesticides had a devastating impact if used continuously regardless of usage rules and how to apply the rules. Pesticides are widely used by farmers by spraying, especially the organophosphate class which can affect nerve function by inhibiting the enzyme cholinesterase. The aim of research to analyze the risk factors of pesticide exposure to cholinesterase activity in the blood of farmers rice pest sprayer. The study used Cross-sectional design.
The study was conducted in April-May 2014, using secondary data of the questionnaire respondents as well as the result of cholinesterase which has been conducted by Environmental Health Section of Karawang District Health on 3 villages at 2 UPTD Puskesmas.
The results, 81% of farmers had normal cholinesterase activity or no pesticide poisoning. Bivariate analysis showed no correlation between the type of pesticide used, age, body weight, years of service, working frequency, duration of action, last contact with pesticides and the use of personal protective equipment against cholinesterase activity.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62427
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fahmi Rasyidah
"Penggunaan pestisida selain bermanfaat bagi pertanian namun juga berpotensi menimbulkan efek toksisitas bagi manumur dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis faktor risiko keracunan pestisida berdasarkan konsentrasi enzim cholinesterase pada petani holtikultura. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional dengan sampel penelitian 92 petani holtikultura penyemprot pestisida yang berada di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara umur dengan keracunan pestisida p=0,036 . Sementara itu, uji statistik bivariat pada variabel lain menunjukkan tidak ada hubungan signifikan antara pemakaian APD p = 0,273 , masa kerja p = 0,392 , takaran pestisida p = 0,49 , metode penyemprotan p = 0,171 , pengetahuan petani p = 0,095 , dan kebersihan badan p = 0,947 terhadap keracunan pestisida pada petani. Kesimpulan dari penelitian ini adalah faktor risiko umur petani berpengaruh terhadap kejadian keracunan pestisida. Pada penelitian selanjutnya diharapkan ada penelitian lebih lanjut yang mengaitkan antara konsentrasi pajanan di lingkungan dengan keracunan pestisida.

The use of pesticides not only give beneficial to agriculture but also potentially cause toxic effects for humans and the environment. The study design is cross sectional and the sample study is 92 holticultural farmers who are spraying pesticides in Cikajang District, Garut Regency, West Java. Bivariate analysis showed that there was relation between age to pesticide poisoning p 0,036 . Meanwhile, there were no significant relation between personal protective equipment PPE usage p 0,273 , working periode p 0,392 , pesticide dose p 0,49 , spray methode p 0,171 , farmer knowledge p 0,095 , and personal hygiene P 0,947 to pesticide poisoning on farmer. The conclusion of this research is behavioral risk factor has no association on the incidence of pesticide poisoning. In future studies, there is expected to be further research that analyse the association between the presence of exposure in the environment with pesticide poisoning."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69271
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswanto
"ABSTRAK
Pajanan pestisida organofosfat terhadap mata dapat melalui pernafasan, pencernaan, absorbsi melalui kulit dan pajanan langsung pada mata. Efek toksik organofosfat akut yang utama pada mata adalah konstriksi pupil (miosis) melalui mekanisme menghambat aktivitas enzim kolinesterase di neuromuscular junction. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penurunan diameter pupil dengan persentase penurunan aktivitas asetilkolinesterase plasma sesudah pajanan organofosfat pada petani penyemprot padi laki-laki. Penelitian ini menggunakan disain cross sectional dengan dua kali pengukuran sebelum dan sesudah penyemprotan pestisida di Desa X, Jawa Barat. Pengambilan sampel menggunakan metode cluster random sampling pada tingkat RT. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner, pemeriksaan fisis, pemriksaan darah dan pengamatan cara kerja. Pemeriksaan diameter pupil dan AChE plasma dilakukan sebelum dan sesudah penyemprotan. Dari 72 responden penelitian sebesar 64 responden (88,89%) mengalami penurunan diameter pupil baik secara unilateral maupun bilateral sesudah melakukan penyemprotan pestisida organofosfat. Nilai median perubahan aktivitas AChE plasma adalah 2,2 % dengan nilai minimum -4,26% dan maksimum 9,75%. Penurunan diameter pupil dan penurunan aktivitas asetilkolinesterase plasma secara statistik bermakna (paired t-test; p<0,001). Tidak ditemukan hubungan bermakna antara penurunan diameter pupil dengan persentase perubahan aktivitas asetilkolinesterase plasma (p=0,052). Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara penurunan diameter pupil dengan persentase perubahan asetilkolinesterase plasma dan faktor resiko lainnya seperti usia, IMT, masa kerja dan lama waktu penyemprotan pestisida.
"
2018
T52626
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Munthe, Simeon
"Terpajan pestisida secara kronis dapat mempengaruhi status kesehatan . Efek tersebut bergantung pada toksisitas pestisida dan tingkat pajanannya. Bisnis petani kebanyakan memerlukan pestisida untuk meningkatkan hasil pertanian. Petani yang menggunakan pestisida harus memakai APD untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pestisida.
Desain kasus-kontrol telah digunakan untuk mengetahui risiko pajanan pestisida pada asma di kalangan petani, dengan 70 sampel yang menderita asma dan 210 sampel kontrol yang tidak asma, bertempat tinggal di desa dan bekerja sebagai petani, telah dilakukan di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara.Variabel confounding dalam penelitian ini adalah penggunaan APD dan variabel tingkat pendidikan. Dalam penelitian ini tingkat eksposur dan penggunaan APD dikategorikan menjadi tiga kategori.
Hasil analisis: Risiko kejadian asma pada tingkat pajanan sedang dibandingkan dengan rendah (OR = 2,33, 95% CI: 0,72 – 7,61) sedangkan risiko kejadian asma pada tingkat pajanan tinggi dibandingkan dengan rendah (OR = 3,24, 95% CI: 1,06 – 10,37). Risiko kejadian asma pada penggunaan APD sedang dibandingkan dengan kurang (OR = 0,37, 95% CI: 0,19 – 0,72), sedangkan risiko kejadian asma pada penggunaan APD baik dibandingkan dengan penggunaan APD buruk (OR = 0,2, 95% CI: 0,07 – 0,53). Efek tingkat pajanan terhadap kejadian asma dipengaruhi oleh penggunaan APD, semakin lengkap penggunaan APD semakin kecil efek tingkat pajanan terhadap kejadian asma.

Chronic exposed of pesticide have harmful effect on health. Those harmful effect depends on the level of exposure and toxicity of pesticide. The farmer bussiness mostly need pesticide achieve the optimal of agriculture results. The farmer who use pesticide must be use personal protected equipments to reduced harmful effect of pesticide.
Design case-control have been use to study the risk of pesticide exposure on asthma among farmers, with 70 sampel who suffer from asthma and 210 control sampel who are not asthmatic, residing in the village and worked as farmer, has been done in Karo district of North Sumatera Province. The confounding in this study are use PPE variable and education level variable. In this study the level of exposure and use PPE are categorized into three categories.
Result analysis: the effect of middle level exposure of pesticide compared to low level on asthma(OR = 2.33, 95% CI: 0.72 to 7.61), while the effect of high level compared with low exposure on asthm (OR = 3.24, 95% CI: 1.06 to 10.37). the effect of middle level usage of PPE compared to less on asthma (OR = 0.37, 95% CI: 0.19 to 0.72), while the effect of good usage of PPE compared to less (OR = 0.2, 95% CI : .07 to .53). Effects of exposure level of pesticide on asthma is reduced by the use of PPE, more complete usage of PPE more diminishing the effect of exposure level on asthma.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajaria Nurcandra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan salahsatu
penyakit paru yang ditandai dengan obstruksi saluran pernapasan yang
mengganggu pernapasan normal dengan age-adjusted death rate 41,2/100.000
pada tahun 2009. Penyebab kematian tertinggi ketiga di dunia tahun 2008 dan
diperkirakan akan menjadi penyakit tertinggi di dunia pada tahun 2030. Studi ini
ditujukan untuk melihat besarnya hubungan pajanan pestisida terhadap PPOK
pada petani.
Metode: Studi kasus kontrol dilakukan pada bulan April sampai Mei 2016 di
Purworjeo. Sebanyak 66 kasus merupakan petani yang didiagnosis PPOK pada
tahun 2015 berdasarkan data register dan rekam medis, sedangkan 59 kontrol
merupakan tetangga korban yang bekerja sebagai petani dengan hasil ukur
spirometer normal. Kasus dan kontrol diukur fungsi paru menggunakan
spirometer dan COPD assessment test.
Hasil: Analisis regresi logistik kuantitas (OR=0,75; 95% CI 0,318-1,754) dan
durasi keterpajanan pestisida (OR=1,11; 95% CI 0,430-2,891) diadjust dengan
potensial confounder tidak menunjukkan hubungan yang jelas. Pestisida
ditemukan sebagai risiko PPOK berdasarkan lama kerja (OR=5,61; 95% CI
1,124-27,990) setelah di-adjust oleh confounder (umur, IMT, APD, riwayat
penyakit, merokok, pajanan debu dan asap
Kesimpulan: Lama kerja ditemukan sebagai faktor risiko PPOK, tetapi tidak
ditemukan hubungan yang jelas antara kuantitas dan durasi terhadap PPOK. Alat
pelindung diri sebaiknya digunakan terutama masker untuk mengurangi efek
toksik terhadap paru

ABSTRACT
Background: Chronic obstructive pulmonary disease (COPD) is a term which
refers to a large group of lung diseases characterized by obstruction of air flow
that interferes with normal breathing with age-adjusted death rate of
41.2/100,000 in 2009. It causing 3rd highest of mortality worldwide in 2008 and
estimated as the highest non communicable disease worldwide in 2030. This study
aimed to determine the relationship of pesticide exposure to COPD in farmer
Methods: A case-control study performed between April to May 2016 in
Purworejo. The case group were 66 farmer who suffered from COPD during 2015
by medical record, while the control group were 59 farmer of cases neighbour
who tested by spirometer showed normal lung function. Both case and control
group was tested by spirometer and COPD assessment test
Results: Logistic regression analysis of quantity (OR=0.75; 95% CI 0.318-
1.754)and duration of spraying (OR=1.11; 95% CI 0.430-2.891) adjusted for all
potential confounders showed no clear associations. Pesticide remains a potential
health risk by duration of farming to COPD (OR=5,61; 95% CI 1,124-27,990)
adjusted by confounders (age, BMI, PPE, history of resporatory illness, smoking
habit, dust and fumes exposure).
Conclusion: Duration of farming found as risk factor of COPD, but no clear
association of quantity and duration of spraying to COPD. PPE should be used
especially mask along spraying process to reduce the risk of respiratory illness"
2016
T45692
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Dhea Suciana Hamka
"Filariasis masih merupakan masalah Kesehatan masyarakat di Indonesia dan pemberantasan penyakit tersebut difokuskan pada pengendalian nyamuk Culex quinquefasciatus. Senyawa dari tanaman terbukti dapat membunuh nyamuk betina Cx. quinquefasciatus melalui mekanisme metabolisme dan perilaku nyamuk tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh ekstrak rimpang kunyit (Curcuma longa) dan camphor terhadap nyamuk betina Cx. quinquefasciatus melalui mekanisme metabolit enzim detoksifikasi dan perilaku makan darah dan waktu kenyang. Nyamuk betina Cx. quinquefasciatus dipaparkan dengan kertas filter yang mengandung ekstrak rimpang kunyit atau camphor dengan konsentrasi 10, 25, dan 50 ppm. Bioassay nyamuk dewasa mengikuti metode WHO selama 24 jam dengan ulangan 3 kali. Aktivitas asetilkolinesterase (AChE), glutation s-tranferase (GST), dan oksidase diperiksa dengan metode biokimia. Perilaku makan darah dan waktu kenyang dilakukan dengan modifikasi metode Xue et al(2007). Ekstrak rimpang kunyit dan camphor pada konsentrasi 50 ppm mengakibatkan angka mortalitas sebesar 100% pada nyamuk betina Cx. quinquefasciatus selama 24 jam dengan nilai LC50 pada kedua zat berturut turut sebesar 5,386 ppm dan 14,121 ppm. Terdapat peningkatan aktivitas AChE dan penghambatan aktivitas GST dan oksidase yang signifikan (p<0,05). Terjadi perubahan perilaku nyamuk betina Cx. quinquefasciatus, yaitu makan darah dan waktu kenyang yang singkat. Ekstrak rimpang kunyit dan camphor pada konsentrasi 50 ppm memiliki potensi sebagai insektisida alternatif untuk mengendalikan populasi nyamuk Cx. quiquefasciatus.

Filariasis is still a public health problem in Indonesia, and the eradication of the disease is focused on the control of the Culex quinquefasciatus mosquito. Compounds from plants have been shown to kill female mosquitoes Cx. quinquefasciatus through the metabolic mechanisms and behavior of these mosquitoes. This study aims to evaluate the effect of turmeric rhizome extract (Curcuma longa) and camphor on female mosquitoes, Cx. quinquefasciatus, through the mechanism of detoxification enzyme metabolites, blood feeding rate, and engorgement time. The female mosquito, Cx. quinquefasciatus, was exposed to filter paper containing extracts of turmeric rhizome or camphor with concentrations of 10, 25, and 50 ppm. Adult mosquito bioassays follow the WHO method for 24 hours with a repeat of 3 times. The activities of acetylcholinesterase (AChE), glutathione s-transferase (GST), and oxidase were examined by biochemical methods. The modified method of Xue et al. (2007) was used to measure the blood feeding rate and the engorgement time. Extracts of turmeric rhizomes and camphor at 50 ppm caused 100% mortality in female mosquitoes Cx. quinquefasciatus after 24 hours, with LC50 values of 5.386 ppm and 14.121 ppm, respectively. There was a significant increase in AChE activity and inhibition of GST and oxidase activity (p 0.05). There is a change in the behavior of the female mosquito, Cx. quinquefasciatus, in the form of a decrease in blood feeding rate and a short engorgement time. Turmeric rhizome extract and camphor at a concentration of 50 ppm have the potential as alternative insecticides to control the mosquito population of Cx. quiquefasciatus."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernie Piet
"ABSTRAK
Latar Belakang
Penggunaan pestisida yang tidak tepat dapat meningkatkan risiko terjadinya gangguan fungsi paru obstruksi. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi kejadian gangguan fungsi paru obstruksi, profil perilaku petani dan mencari hubungannya dengan gangguan fungsi paru obstruksi.
Metode
Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan besar sampel 99 orang petani hortikultura penyemprot pestisida yang diambil secara cluster random sampling. Penelitian dilakukan pada bulan Mei hingga Juni 2016 di Desa Cibeureum. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan pemeriksaan spirometri. Variabel yang diteliti adalah profil perilaku dalam menyimpan pestisida, sebelum menyemprot pestisida dan penanganan limbah wadah pestisida, intensitas pajanan dengan menggunakan sistem skoring Sulistomo, terdiri dari variabel : jenis tugas kerja, penggunaan alat pelindung diri dan riwayat higiene.
Hasil
Total prevalensi gangguan fungsi paru obstruksi adalah 18,2%. Profil perilaku dalam menyimpan pestisida, sebelum menyemprot pestisida dan penanganan limbah wadah pestisida masih belum menunjukkan perilaku kerja yang baik dan aman. Proporsi petani dengan nilai intensitas pajanan tinggi sebesar 25,3%. Intensitas pajanan pestisida pada petani hortikultura tidak berhubungan secara bermakna dengan gangguan fungsi paru obstruksi. Profil perilaku petani hortikultura yang meningkatkan risiko gangguan fungsi paru obstruksi adalah : perilaku menyimpan pestisida di dalam rumah (OR suaian: 4,85, IK95% 1,27-18,55) dan perilaku tidak memeriksa peralatan sebelum melakukan penyemprotan pestisida (OR suaian: 3,83, IK95% 1,07-13,66).
Kesimpulan dan Saran
Prevalensi gangguan fungsi paru cukup tinggi serta profil perilaku petani hortikultura meningkatkan risiko terjadinya gangguan fungsi paru obstruksi. Pemeriksaan kesehatan berkala setiap 6 bulan perlu dilakukan terutama bagi petani dengan gangguan fungsi paru

ABSTRACT
Background
The improperly used of pesticide could increase the risk of obstructive lung impairment. The objectives of this study are to determine the prevalence of obstructive lung impairment, farmers behavior profile and its relationship with obstructive lung impairment.
Method
This study was designed as a cross sectional study with 99 pesticide sprayed horticultural farmers as the respondents taken by cluster random sampling. The study was conducted in May to June 2016 in Cibeureum village.. Data was collected by interview and spirometry examination. Variables studied were exposure intensity using Sulistomo scoring method, consisted of : work task, personal protective equipments usage, habitual personal hygiene, behavior profile of storing pesticides, prior to spraying and handling the pesticide?s empty containers.
Results
Total prevalence of obstructive lung impairment was 18.2%. Behavior profile of storing pesticides, prior to spraying and handling the pesticides? empty containers had not represented a picture of safe work practises yet. The proportion of the farmers with high intensity of pesticide exposure was 25.3%. The intensity of pesticide exposure was not significantly related with obstructive lung impairment event. Behavior profile among pesticides sprayed horticultural farmers which increased the risk of obstructive lung impairment event were storing the pesticide at home (adj OR: 4.85, CI95% 1.27-18.55), not checking the equipments prior to spraying pesticides (adj OR : 3.83, CI95% 1.07-13.66).
Conclusion
Prevalence of obstructive lung impairment was quite high and the pesticide sprayed horticultural farmer behavior profile increased the risk of obstructive lung impairment. Periodical medical examination needs to be done every 6 months, especially farmers with lung impairment"
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>