Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 120699 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Septiana Wulandari
"Saat ini usia menarche remaja putri di Indonesia lebih cepat dibanding beberapa waktu lalu, hal tersebut dapat dipengaruhi berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status gizi dan aktivitas fisik dengan usia menarche. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Sampel penelitian yakni 87 remaja putri kelas 5 dan 6 sebuah sekolah dasar (SD), serta kelas 1 dan 2 sebuah sekolah menengah pertama (SMP) di Jakarta Timur yang diambil dengan menggunakan teknik cluster sampling. Kuesioner penelitian ini meliputi usia menarche, status gizi, dan aktivitas fisik. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan status gizi dengan usia menarche, tetapi usia menarche berhubungan dengan aktivitas fisik. Peneliti merekomendasikan untuk memberikan informasi tentang menarche kepada masyarakat dan mempersiapkan ibu jika anaknya mengalami menarche yang lebih cepat.

Nutritional Status, Physical Activity and the Age of Menarche of Female Adolescence. Empirical surveys have found that the age of menarche among female adolescent in Indonesia seems faster. The purpose of the study was to determine the relationship between nutrition status and physical activity with age of menarche in female adolescent. This study employed a descriptive correlative design. The sample were 87 girls in 5th and 6th grade of elementary school and also 1st and 2nd grade of junior high school in East Jakarta selected using cluster sampling technique. The results showed that there was no relationship between nutrition status and age of menarche, and there was relationship between physical activities with age of menarche. It is suggested that information about menarche should be provided to the community and to prepare the mothers if their child experiences menarche faster."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
610 UI-JKI 16:1 (2013)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Marbun, Rosmida Magdalena
"Salah satu cara yang digunakan untuk menentukan status gizi seorang anak adalah dengan mengetahui indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U). Keadaan gizi lebih atau kurang terjadi karena adanya ketidakseimbangan konsumsi zat gizi di dalam tubuh. Keadaan gizi lebih pada siswa Sekolah Dasar di daerah perkotaan sekarang ini diduga terjadi akibat dari konsumsi makanan yang berlebih didukung oleh kebiasaan dan pola aktivilas fisik yang relatif rendah. Oleh karena itu tujuan dari penelilian ini adalah untuk mengetahui hubungan konsumsi makanan, kebiasaan jajan dan pola. akiivitas fisik pada siswa Sekolah Dasar Santa Maria Fatima, Jakarta Timur.
Penelitian ini menggunakan dasain non experimental dengan pendekatan cross sectional pada siswa Sekolah Dasar Santa Maria Fatima - Jakarta Timur, dimana pengumpulan data dilakukan pada Oktober 2001. Sebagai sampel adalah siswa SD kelas IV, V dan V. Variabel dependen adalah status gizi dan variabel independen adalah konsumsi makanan (energi, protein dan lemak) kebiasaan jajan (frekuensi jajan, jenis makanan jajan dan frekuensi makan makanan siap saji); pola aktivitas fisik (waktu tidur siang, waktu lidur malam, waktu menonton televisi dan kebiasaan olah raga). Sedangkan variabel confounding terdiri dari karakteristik siswa (umur jenis kelamin dan pengetahuan gizi) dan karakteristik orang tua (tingkat pendidikan ibu, tingkat pendidikan ayah, status pekerjaan ibu, jenis pekerjaan ayah dan tingkat pendapatan keluarga per kapita/bulan).
Analisis yang dilalakukan adalah univariat, bivariat dan multiivariat dengan regresi logistik. Hasil penelitian memmjukknn bahwa status gizi lebih didapatkan sebesar 17,9 % sedangkan status gizi tidak lebih sebesar 82,1 %. Dari basil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan status gizi adalah frekuensi jaian, jenis makanan jajan, frekuensi makan makanan siap saji, waktu tidur siang, waktu menonton televisi, tingkat pendidikan ayah dan stains pelaajaan ibn serin lingkat pendapatan lneluarga. per kapitalbulan.
Sedangkan dari basil analisis mnltivariat diketahui bahwa ada 3 variabel yang paling berhublmgan dengan stains gizi yaitu frekuensi jajan dengan OR = 3,437, waktu tidur siang dengan OR = 2,937 dan waldu menonton televisi dengan OR = 13,006 & l,302. Lebih lanjut dari hasil analisis multivariat dihemukan bahwa variabel yang paling dominan berlmlnmgan dengan status gizi adalah waklu menonton televisi, dalam arti siawa usia 7 - 9 tahim yang memililci waldu menonlon halervisi 2 3 jam sehari mempunyai peluang gizi lebih 13,006 kali dibandingum siawayang menonton televisi < 3 jam sehari; siswa usia 10 -12 tahun yang menonton televisi 2 3 jam sehzri mempunyai peluang gizi lebih 1,302 kali dibandinglmn siswa yang menonton televisi < 3 jam sehari, setelah dikontrol oleh variabel frekuens i jajan, waktu tidur siang, umur, tingkat pengetahuan gizi, tingkat pendidikan ibn, tingkat pendidilmn ayah, status pekerjaan ibu dan lingkatpendapatan keluarga per kapita/bulan.

Weight for age (WFA) is an index used in determining children nutritional status. Over or rmdernutrition is caused by inbalance of nutrient conslmiption in the body. Overmrtrition situation among Primary School student, especially in urban areas nowadays is suspected to be associated with excessive food intake, masking in particular, and rerasvely poor physical testify. 'Ihis study aimed to mamma me relation between food consumption, snacking habit, and physical activity pattern among students of Santa MariaFatima.Primary School, East Jakarta.
This study employed anon-experimental design with a cross sectional, where the data was collected at October 2001. Subjects were grade IV, V, and VI students. The dependent variable is mitritional Sl'2l1E while independent variables consist of food consumption (energy, protein, md tilt); snacking habit (lhequency of snacking, type of snack, and iiequency of fast food consumption); physical activity pattem (sleeping time dining day and night , TV watching time, and exercise habit). Confolmding variables consist of student?s characteristics (age, sex, and mitrition knowledge), and parent?s characteristics (mother?s educational level, tiitt1er?s educational level, mother?s working stains, father?s working status, and household per capita income per month).
Univariate, bivariate, and multivariate analyses with logistic regression were applied in this study. The study found overnutrition of 17,9%, d normal nutrition status of 82,1%. The bivaiate analysis showed that variables with significant relationship with miltioral status are trequency of snacking, type of snack, frequency of that food consumption, sleeping time dining day, TV watching time, ihther?s educational level, mother?s working status, and household per capita income per month. However, multivariate analysis showed that there are thnee variables most related to nutritional status, that is, frequency of snacking with OR = 3,437, sleeping time during day with OR = 2,937 and TV watching time with OR = 13,006 and 1,302 , respectively.
Moreover, the multivariate analysis found ttmtthe most dominant variable in relation to mitritional status is TV watching time. Students aged ?7-9yea|s oldwithmore or equal to Shours perday'l'Vwatchingtime had 13,006 times greater chance to be ovemourished compared to their counterparts with TV watching time of less than 3 hours per day, while students aged 10-12 years old with more or equal to 3 hours per dny TV watching time had 1,302 times greater chance to be ovemomished compared to their coimterparts with TV watching time of less than 3 hours per day alter controlled by iiequency of snacking, sleeping time during day, age, nutrition knowledge, mother?s educational level, 1iither?s educational level, mother?s working status, and household per capita income per month. Based on the stndy?s results, it is recommended that related institutions, in this case Health Oitice/Public Health Centre to collaborate with schools to provide nutrition promotion program including how to prevent d how to overcome over-nutrition problem Possible programs include ?dokter kecil? activity (school health promoter) and school-based health progam. Information on Balance Nutrition Guidelines needs to be embarked and targeted to both teacher and students according to their grade. School should establish an inspection team, with help hom local health personnel, to inspect street food vendors around school as to obtain healthy and nutritionally balanced snacks. To other researchers intended to study similar topic, it is recommended to study a biger sample size with various type of school, and to have more complete set of variables including psychology, lifestyle, and genetics infomation.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T4584
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Septiana Wulandari
"Rata-rata usia menarche yang semakin cepat saat ini dipengaruhi oleh status gizi dan aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status gizi dan aktivitas fisik dengan usia menarche. Desain penelitian ini adalah deskriptif korelatif. Sampel penelitian yakni 87 remaja putri kelas 5 dan 6 SD Cijantung 03 serta kelas 1 dan 2 SMP 98 dengan menggunakan teknik cluster sampling.
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche tetapi ada hubungan antara aktivitas fisik dengan usia menarche. Peneliti merekomendasikan untuk memberikan informasi tentang menarche kepada masyarakat dan mempersiapkan ibu jika anaknya mengalami menarche yang lebih cepat.

Nowadays, average age of menarche is growing rapidly which are influenced by nutrition status and physical activity. The study aims are to determine the relationship between nutrition status and physical activity with age of menarche in women adolescent. This study used descriptive correlative design. This study sample are 87 girls in 5th and 6th grade elementary school Cijantung 03 and also 1st and 2nd grade junior high school 98 with used cluster sampling technique.
The results showed that no relationship was found between nutrition status with age of menarche but there was relationship between physical activity with age of menarche. Researcher suggested to give information about menarche to the community and to prepare the mother if her child has menarche faster.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S45765
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzati Diyanah
"Latar belakang: Perubahan usia menarke di Indonesia per tahunnya dipengaruhi berbagai faktor, seperti status gizi, genetik, status sosio-ekonomi, dan nutrisi. Kota Bandung sebagai wilayah dengan konsumsi makanan dan minuman jadi yang cukup tinggi dirasa perlu untuk diteliti rerata usia menarke serta kaitannya dengan IMT, aktivitas fisik, serta konsumsi makanan berbahan dasar tepung.
Metode: Penelitian dilakukan dengan desain cross-sectional dan survey kepada remaja putri usia 9-15 tahun di Kota Bandung. Sebanyak 31 orang mengisi kuesioner umum serta wawancara daring mengenai food recall 24 jam. Data dianalisis dengan uji Shapiro-Wilk, kemudian uji One Way Anova, uji T independen, dan uji Pearson untuk melihat korelasi usia menarke dengan IMT, aktivitas fisik, serta konsumsi makanan berbahan dasar tepung.
Hasil: Rerata usia menarke remaja putri di Kota Bandung adalah 11,8 tahun. Hasil uji Shapiro-Wilk didapatkan distribusi data normal. Hubungan usia menarke dengan IMT didapatkan nilai p = 0,875 (p > 0,05). Korelasi usia menarke dengan aktivitas fisik didapatkan nilai p = 0,033 (p<0,05) serta korelasi usia menarke dengan konsumsi makanan berbahan dasar tepung bernilai p = 0,16 (p > 0,05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara usia menarke dengan IMT dan konsumsi makanan berbahan dasar tepung, namun terdapat hubungan yang signifikan dengan aktivitas fisik.

Background: Change in menarche age is influenced a variety of factors, as the nutritional status, genetic, socioeconomic status, and nutrients. Fast food consumption and beverage in Bandung City is plenty high. So, it was necessary to be known the menarche age and its correlation with BMI, physical activity, and its suspected flour-based food consumption.
Methods: The research was done with cross-sectional study and survey to adolescent girls age 9-15 years in Bandung. Thirty-one people fill in the general questionnaires and interviewed online about 24 hours food recall. The data was processed with Shapiro-Wilk test, One Way Anova, T-test independent, and Pearson test to see the correlation between menarche age, BMI, physical activity, and flour-based food consumption.
Results: The average menarche age among the adolescent girls in Bandung City was 11,8 years. The Shapiro-Wilk distribution result was normal. Correlation between menarche age with BMI showed p-value = 0,875 (p > 0,05). The correlation menarche age with physical activity and the p-value 0,033 (p < 0,05). Menarche age and its correlation with flour-based food consumption showed p-value = 0,16 (p >0,05).
Conclusion: There’s no significant correlation between menarche age with BMI and flour-based food consumption but there’s significant correlation with physical activity.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Leksolie Lirodon Foes
"Tesis ini membahas tentang hubungan pola aktivitas fisik siswa SMP dengan status gizi, persen lemak tubuh dan Waist to Height Ratio. Fenomena saat ini adalah aktivitas fisik pada anak dan remaja mengalami penurunan sehingga mereka tidak dapat memenuhi rekomendasi aktivitas fisik. Penurunan ini disebabkan bertambahnya usia, kemajuan teknologi dan lamanya belajar di sekolah. Aktivitas fisik sedenter menempati urutan ke empat faktor risiko utama meningkatnya prevalensi berat badan berlebih dan obesitas yang semakin meningkat di populasi ini. Obesitas yang terjadi pada usia 10-14 tahun mempunyai risiko tertinggi (80%) mengalami obesitas saat dewasa, sehingga anak akan semakin dini mengalami penyakit tidak menular (PTM). Metode penelitian adalah potong lintang dengan desain deskriptif analisis. Subyek penelitian adalah siswa kelas 7-8 SMP X Jakarta Timur, usia antara 10-14 tahun. Penilain aktivitas fisik menggunakan metode Bouchard. Hasil penelitian: Status gizi siswa adalah 19,5% mengalami BB lebih dan 20,1% mengalami obesitas. 19,5% termasuk kategori persen lemak tubuh berlebih dan 7,3% obesitas. 32,9% siswa mengalami obesitas abdomen (risiko penyakit kardiometabolik). Pola aktivitas fisik siswa adalah hanya ≤ 18% yang melakukan aktivitas fisik kategori 6-9 (intensitas sedang dan berat) meskipun tidak terdapat hubungan antara pola aktivitas fisik siswa dengan status gizi, persen lemak tubuh serta Waist to Height Ratio.

The study is about the relationship between physical activity patterns of junior high school students with nutritional status, body fat percentage, and Waist to Height Ratio. Physical activity in children and adolescents has decreased in current, so they cannot meet the physical activity recommendations. The decrease is due to the increasing age, technological advancements, length of study in school. Sedentary physical activity is the fourth major risk factor in elevating the prevalence of overweight and obesity. Obesity that occurs at the age of 10 to 14 years old has the highest risk (80%) of being obese when adults, a risk to earlier have Non-Communicable Diseases (NCD). Method: cross-sectional, descriptive analysis design. Subjects: 7 and 8th grades students of SMP X East Jakarta, aged 10-14 years. An assessment of the physical activity pattern: Bouchard method. Results: The nutritional status: 19,5% overweight and 20,1% were obese. 19,5% excess body fat percentage and 7,3% were obese. 32,9% were abdominal obesity (elevated risk of cardiometabolic disease). Physical activity pattern: less than 18% who do categories 6 to 9th of physical activity (moderate and high intensity), no relationship between the physical activity pattern of students with nutritional status, body fat percent, and Waist to Height Ratio."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nada Syifa Aldriani
"ABSTRAK
Kejadian overfat memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan, yaitu meningkatkan risiko seseorang terkena kondisi dan penyakit tidak menular kronis seperti resistansi insulin, diabetes mellitus tipe 2, hipertensi, PJK, dan lainnya. Di Indonesia, diketahui sebanyak 35,4% orang dewasa mengalami kegemukan dan obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan perbedaan proporsi kejadian overfat berdasarkan faktor risikonya, seperti asupan energi, asupan zat gizi makro, aktivitas fisik, durasi tidur, dan kualitas tidur, serta hubungan antara IMT dengan PLT pada mahasiswa Gizi Universitas Indonesia tahun 2019. Penelitian dengan desain studi potong lintang ini menggunakan data sekunder dengan jumlah responden sebanyak 119 mahasiswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 19,3% mahasiswa mengalami overfat. Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan, kuat, dan berarah positif antara IMT dengan PLT (r = 0,855, p = 0,0001). Ditemukan adanya perbedaan proporsi kejadian overfat yang signifikan berdasarkan asupan energi (p = 0,02). Selain itu, terdapat kecenderungan bahwa kejadian overfat lebih tinggi pada mahasiswa yang aktivitas fisiknya kurang, durasi tidurnya tidak cukup, dan kualitas tidurnya sangat buruk dan buruk."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingee Dhita Agustin
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26475
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dawima Nuri Afiati Chrismin
"Aktivitas fisik yang tergolong kurang dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit tidak menular. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa terjadi peningkatan proporsi remaja yang kurang aktif saat pandemi Covid-19. Adapaun faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan perilaku aktivitas fisik remaja yaitu jenis kelamin, efikasi diri, tingkat stres, kebiasaan aktivitas fisik sebelum pandemi, recreational screen time, dukungan keluarga, dukungan teman, dan ketersediaan fasilitas olahraga di rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan proporsi aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada 200 remaja di Kota Depok berdasarkan faktor-faktor tersebut dengan menggunakan desain studi cross-sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2022 hingga Mei 2022. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% remaja di Kota Depok mengalami penurunan aktivitas fisik saat pandemi Covid-19. Berdasarkan analisis uji chi-square, ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada remaja di Kota Depok berdasarkan jenis kelamin (nilai-p = 0,005; OR = 2,415), efikasi diri (nilai-p < 0,001; OR = 3,598), tingkat stres (nilai-p = 0,035; OR = 5,625), kebiasaan aktivitas fisik sebelum pandemi (nilai-p < 0,001; OR = 5,486), dukungan keluarga (nilai-p = 0,022; OR = 2,018), dan dukungan teman (nilai-p < 0,001; OR = 2,995). Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara aktivitas fisik saat pandemi Covid-19 pada remaja di Kota Depok berdasarkan recreational screen time (nilai-p = 1,000) dan ketersediaan fasilitas olahraga di rumah (nilai-p = 0,929).

Physical inactivity can increase the risk of non-communicable diseases. Existing research shows that there is an increase in the proportion of adolescents who are less active during the Covid-19 pandemic. The factors that can relate to physical activity behavior in adolescents consist of gender, self-efficacy, stress levels, physical activity habits before the pandemic, recreational screen time, family support, friend support, and the availability of sports facilities at home. The purpose of this study is to determine the difference in physical activity during the Covid-19 pandemic in 200 adolescents in Depok City based on these factors using a cross-sectional study design. The study was conducted from March 2022 to May 2022. The results showed that 65% of adolescents in Depok City experienced a decrease in physical activity during the Covid-19 pandemic. Based on the chi-square test, the analysis showed a significant difference between physical activity during the Covid-19 pandemic in adolescents in Depok City based on gender (p-value = 0,005; OR = 2,415), self-efficacy (p-value < 0,001; OR = 3,598), stress level (p-value = 0,035; OR = 5,625), physical activity habits before the pandemic (p-value < 0,001; OR = 5,486), family support (p-value = 0,022; OR = 2,018), and peer support (p-value < 0,001; OR = 2,995). There was no significant difference between physical activity during the Covid-19 pandemic among adolescents in Depok City based on recreational screen time (p-value = 1,000) and the availability of sports facilities at home (p-value = 0,929)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Julianna Wati
"Skripsi ini membahas kemampuan mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI angkatan 2011 dalam mencari hubungan antara aktivitas fisik, asupan zat gizi makro, asupan serat dengan obesitasi.
Tujuan utama penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik, asupan zat gizi makro, asupan serat dengan obesitas PNS di Kepolisian Resor Kota Besar Bandung tahun 2011. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Subjek penelitian yang digunakan dan memenuhi kriteria yaitu sebanyak 84 responden. Data penelitian yang didapatkan dengan cara pengukuran antropometri tinggi badan dan berat badan, kuesioner untuk aktivitas fisik, dan wawancara untuk asupan zat gizi makro dan asupan serat.
Hasil penelitian ini yaitu sebanyak 14,3% responden mengalami obesitas; dan hasil bivariat menujukan hubungan yang bermakna antara asupan karbohidrat dengan obesitas.
Saran yang diberikan adalah memberi informasi kepada PNS tentang kebutuhan energi sesuai AKG (± 2500 kkal) agar mereka mengetahui berapa asupan karbohidrat (40% asupan total) yang diperlukan dalam 1 hari (± 250 gr karbohidrat). Hal ini setara dengan kebutuhan dari karbohidrat kompleks yaitu antara 2 ? 3 piring nasi dan asupan gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi total sekitar 2 sendok makan setiap hari. Responden dapat mengubah asupan karbohidrat ke dalam URT (Ukuran Rumah Tangga) dan memodifikasi bahan makanan dengan membagi leaflet tentang Daftar Bahan Makanan Penukar. Dalam penelitian yang selanjutnya diharapkan pengunaan responden yang memiliki kegiatan pekerjaan di dalam kantor. Selain itu juga diharapkan dapat menggunakan sampel yang lebih besar dalam penelitian yang selanjutnya.

The focus of this study is the freshman student of Faculty of Public Health at University of Indonesia experience of acquiring the relantship of physical activity, macronutrient intake, fiber intake with obesity.
The general objective of this research is to know the descripstion of obesity and its relationship with physical activity, macronutrient intake and fiber intake PNS in Kepolisian Resor Kota Besar Bandung. This research is quantitative with cross sectional study and consisted of 84 eligible subjects. The data were collected by anthropometric assessment of Body Mass Index, questionnaire of physical activity, and interview of macronutrient intake and fiber intake.
The result are 14,3% of the subject were considered obesity; and bivariate analysis on carbohydrate intake showed signiciant relationship with obesity.
Suggestions are given to inform PNS about the energy needs according to AKG to let them know how much carbohydrate intake (40% of total intake) is needed in one day (± 250 gr carbohydrate). This is equivalent to that obtained from the intake of complex carbohydrates or equivalent with 2-3 dishes of rice and sugar intake should be limited to 5% of the total amount of energy adequacy about 2 tablespoons per day. Respondents can change the intake of carbohydrates into the URT (The Household Size) and modified food by dividing the leaflets about The List of Food Ingredients Exchangers. In a subsequent study the use of respondents who expected to have activity in the office work. It is also expected to use a larger sample in future research.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fani Widiartha
"Kebugaran kardiorespiratori terbukti memiliki hubungan dengan penyakit kardiovaskuler. Berbagai penelitian di dunia menemukan bahwa tingkat kebugaran pada anak masih berada pada level rendah. Nilai VO2max sebagai indikator kebugaran kardiorespiratori seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan status gizi, aktivitas fisik dan asupan gizi dengan nilai VO2max. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan di Jakarta terhadap 131 responden terdiri atas 54 laki-laki dan 77 perempuan berusia 11 - 14 tahun. Nilai VO2max diukur dengan menggunakan metode pengukuran 20 meter shuttle run test, status gizi diperoleh dari nilai IMT/U dan persen lemak tubuh, aktivitas fisik diukur dengan menggunakan modifikasi PAQ-C, dan asupan gizi diperoleh dengan pengisian kuesioner food records 2 x 24 jam. Hasil analisis univariat menunjukkan bahwa rata-rata nilai VO2max laki-laki (43,94 ml/kg/menit) lebih tinggi daripada nilai VO2max perempuan (38,38 ml/kg/menit). Hasil analisis bivariat dengan uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara status gizi menurut IMT/U, persen lemak tubuh, aktivitas fisik, asupan zat besi, dan kalsium dengan nilai VO2max. Status gizi normal, aktivitas fisik secara teratur, dan asupan zat besi dan kalsium yang cukup diperlukan untuk memiliki kebugaran kardiorespiratori yang baik.

Cardiorespiratory fitness evidently had a relationship with cardiovascular disease. Various research in the world found that most children had a low fitness level. Cardiorespiratory fitness (VO2max) infected by several factors. This study aimed to determine the relationship of nutrition, physical activity and nutritional intake with VO2max. This research was a quantitative research using crosssectional research design. The study was conducted in Jakarta on 131 respondents consisted of 54 men and 77 women aged 11-14 years. VO2max values measured using the method of measuring 20 meters shuttle run test, nutritional status was obtained from the value of BAZ and percent body fat, physical activity was measured using a modified PAQ-C, and nutrient intake obtained by filling food records 2 x 24 hours questionnaire. The unvaried test results showed that the average VO2max of men (43.94 ml/kg/min) was higher than the value of VO2max women (38.38 ml/kg/min). The results of bivariate test used correlation test showed that there was a relationship between nutritional status according to BAZ, percent body fat, physical activity, intake of iron, and calcium with VO2max. Normal nutritional status, moderate physical activity, and adequate intake of iron and calcium are required for having a good cardio respiratory fitness."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47220
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>