Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95994 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farida Wahyu Ningtyias
"Selain kekurangan yodium, penyebab lain gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY) di Kabupaten Jember adalah faktor goitrogenik tiosianat. Tiosianat adalah hasil detoksifikasi sianida. Sianida banyak terkandung pada beberapa sayuran yang biasa dikonsumsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi kebiasaan konsumsi dan cara pengolahan pangan sumber zat goitrogenik sebagai solusi mengatasi GAKY di Kabupaten Jember. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, pengumpulan data dilakukan melalui focus grup discussion dilengkapi dengan semi-kuantitatif formulir frekuensi makan. Data yang terkumpul diolah dengan content analysis. Ada empat kelompok FGD yang diikuti 6 ? 9 ibu rumah tangga yang terpilih melalui metode maximum variation sampling. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2012 ? April 2013. Daun singkong, daun pepaya, rebung, sawi pahit, kubis dan selada air adalah sayuran sumber zat goitrogenik yang dikonsumsi harian dengan porsi yang cukup besar disebabkan faktor kesukaan dan kebiasaan oleh masyarakat Jember. Kadar sianida yang terkandung pada sayuran di kabupaten Jember berkisar 0,010 - 0,4 ppm dalam keadaan segar, tertinggi pada singkong dan terendah pada gambas dan kubis. Kadar sianidanya menjadi 0,18 - 0,0001 ppm setelah beberapa cara pengolahan yang biasa dilakukan oleh masyarakat Jember. Blansing/kulup adalah cara mereduksi kadar sianida yang paling baik dibandingkan cara pengolahan lain yang biasa dilakukan masyarakat Jember seperti rebus, tumis, goreng dan kukus.

Other caused of iodine deficiency disorder (IDD) that was identified in Jember Regency is thiocyanate goitrogenic factor. Thiocyanate is the result of detoxification from cyanide content in some common vegetables consumed which consume daily. The purpose of this study was to explore goitrogenic food consumption habits and processing as a solution to over-come IDD in Jember Regency. Using a qualitative approach, data collection is done through focus group discussion equipped with a semi-quantitative food frequency form. The collected data were processed with content analysis. There are four groups of 6 ? 9 FGD followed housewife selected through maximum variation sampling method. The study was carried out in September 2012 - April 2013. Cassava leaves, papaya leaves, bamboo shoot, cabbage, ?sawi pahit? and ?selada air/arnong? that vegetables contain substances goitrogenik consumed daily by a large enough portion due to factors fondness and familiarity. Cyanide content on vegetables from Jember district was around 0,01 - 0,40 ppm, the highest was in cassava and the lowest in cabbage and ?gambas?. After some processing methods practiced by society, cyanide levels in foodstuffs become 0,18 - 0,0001 ppm. Blanching is the best way to reduce cyanide than the usual way as boiled, sauteed, fried and steamed."
Universitas Jember, Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat FKM, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Rendahnya asupan yodium berhubungan dengan ekskresi yodium urine (EYU) yang tidak normal. Asupan yodium yang terlalu rendah juga menyebabkan kelenjar tiroid tidak mampu mempertahankan sekresi hormon yang adekuat sehingga timbul hipertrofi tiroid yang menimbulkan goiter. Penelitian ini bertujuan menguji hubungan asupan yodium, EYU, dan goiter pada wanita usia subur (WUS) di daerah endemis defisiensi yodium. Penelitian observasional potong lintang ini dilakukan pada 115 WUS di Kecamatan Prambanan Sleman yang dipilih secara random. Asupan yodium diukur menggunakan metode food recall 24 jam, EYU diukur dengan metode acid digestion, dan goiter diukur dengan cara palpasi. Hubungan antarvariabel dianalisis dengan uji kai kuadrat. Hasil penelitian menunjukkan subjek dengan asupan yodium kurang sebanyak 83,5% dan asupan yodium cukup sebanyak 16,5%. Subjek dengan goiter sebanyak 13% dan tanpa goiter sebanyak 87%. Subjek defisiensi yodium sebanyak 15,7% (tingkat berat 2,6%; tingkat sedang 3,5%; tingkat ringan 9,6%), yang normal sebanyak 31,3%, sedangkan yang lebih sebanyak 20,8% dan ekses sebanyak 32,2%. Asupan yodium berhubungan dengan EYU, tetapi goiter tidak berhubungan dengan asupan yodium dan EYU.

The low iodine intake, associated with insufficiency of urinary iodine concentration (UIC). Iodine intake is too low, also causes the thyroid gland is unable to maintain adequate hormone secretion, influence the thyroid hypertrophy that causes goitre. This study aimed to examine the relationship of iodine intake, UIC, and goiter on women of childbearing age in endemic areas of iodine deficiency. This cross-sectional observational study was performed 115 randomly selected women of childbearing age at sub-district of Prambanan, Sleman Regency. Iodine intake was measured using 24-hour food recall method, UIC measured by acid digestion method, and goiter measured by palpation method.The association between variables were analyzed by chi square test. The result that subjects with less iodine intake 83.5%, and 16.5% sufficient iodine intake. Subjects with goiter 13%, 87% non goitre. Iodine deficiency subjects 15.7% (severe 2.6%; moderate 3.5%; mild 9.6%), adequate 31.3%, more than adequate 20.8%, and excessive 32.2%. Iodine intake associated with UIC, but not related between goitre with iodine intake and UIC."
Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta, Fakultas Ilmu Kesehatan, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endo Dardjito
"Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu
masalah gizi di Kabupaten Banyumas. GAKY disebabkan oleh defisiensi
kronik asupan yodium, konsumsi goitrogenik, penggunaan kontrasepsi KB
hormonal, faktor genetik, dan pengetahuan penderita. Prevalensi penyakit
gondok di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, terus meningkat
mencapai 35,38% pada tahun 2007 sehingga daerah ini tergolong en-
demis berat GAKY. Untuk menganalisis faktor-faktor risiko GAKY di
Kecamatan Baturaden, suatu penelitian penjelasan dengan desain kasus
kontrol telah dilakukan dengan melibatkan 30 orang wanita usia subur (15-
45 tahun) yang menderita GAKY sebagai kasus dan 30 orang WUS lain
yang tidak menderita GAKY sebagai sebagai kontrol. Kedua kelompok
adalah penduduk Desa Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, dan
Karang Salam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua faktor risiko
berpengaruh secara bersama-sama terhadap kejadian GAKY yaitu kon-
sumsi yodium (p = 0,007) dan konsumsi goitrogen (p = 0,015).
Berdasarkan kedua faktor ini, konsumsi yodium berpengaruh paling do-
minan terhadap kejadian GAKY.
Iodine Deficiency Disorder (IDD) is one of nutrient problems in Banyumas
Regency. IDD is caused by chronic deficiency of dietary iodine intake,
goitrogenic consumption, hormonal contraception use, genetic factor, and
level of knowledge. Prevalence of goiter in Baturaden district of Banyumas
Regency constantly increases up to 35,38% in 2007, so this location is ca-
tegorized as high endemic IDD. To analyze risk factors of IDD in Baturaden
district, a case-control explanatory study has been carried involving 30 rep-
roductive age women (15-45 years old) suffering from IDD as case group
and 30 reproductive age women with no IDD as control group. Both groups
were residents of Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, and Karang
Salam villages. This study shows that two factors are simultaneously influ- enced the IDD i.e. consumption of iodine (p = 0,007) and goitrogen (p =
0,015). Of the two, iodine consumption is the dominant factor influencing the
IDD cases."
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Endo Dardjito
"Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan salah satu
masalah gizi di Kabupaten Banyumas. GAKY disebabkan oleh defisiensi
kronik asupan yodium, konsumsi goitrogenik, penggunaan kontrasepsi KB
hormonal, faktor genetik, dan pengetahuan penderita. Prevalensi penyakit
gondok di Kecamatan Baturaden, Kabupaten Banyumas, terus meningkat
mencapai 35,38% pada tahun 2007 sehingga daerah ini tergolong en-
demis berat GAKY. Untuk menganalisis faktor-faktor risiko GAKY di
Kecamatan Baturaden, suatu penelitian penjelasan dengan desain kasus
kontrol telah dilakukan dengan melibatkan 30 orang wanita usia subur (15-
45 tahun) yang menderita GAKY sebagai kasus dan 30 orang WUS lain
yang tidak menderita GAKY sebagai sebagai kontrol. Kedua kelompok
adalah penduduk Desa Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, dan
Karang Salam. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dua faktor risiko
berpengaruh secara bersama-sama terhadap kejadian GAKY yaitu kon-
sumsi yodium (p = 0,007) dan konsumsi goitrogen (p = 0,015).
Berdasarkan kedua faktor ini, konsumsi yodium berpengaruh paling do-
minan terhadap kejadian GAKY.
Iodine Deficiency Disorder (IDD) is one of nutrient problems in Banyumas
Regency. IDD is caused by chronic deficiency of dietary iodine intake,
goitrogenic consumption, hormonal contraception use, genetic factor, and
level of knowledge. Prevalence of goiter in Baturaden district of Banyumas
Regency constantly increases up to 35,38% in 2007, so this location is ca-
tegorized as high endemic IDD. To analyze risk factors of IDD in Baturaden
district, a case-control explanatory study has been carried involving 30 rep-
roductive age women (15-45 years old) suffering from IDD as case group
and 30 reproductive age women with no IDD as control group. Both groups
were residents of Kebumen, Karang Tengah, Kemutug Kidul, and Karang
Salam villages. This study shows that two factors are simultaneously influ- enced the IDD i.e. consumption of iodine (p = 0,007) and goitrogen (p =
0,015). Of the two, iodine consumption is the dominant factor influencing the
IDD cases."
Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Jurusan Kesehatan Masyarakat, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Wahyu Ningtyias
"Kabupaten Jember masih menghadapi masalah gizi gangguan akibat kekurangan iodium (GAKI), sebagian besar kecamatannya termasuk dalam kategori daerah endemik GAKI. Salah satu penyebabnya adalah faktor goitrogenik sianida yang mengganggu pembentukan hormon tiroid. Keberadaannya pada beberapa sayuran yang biasa dikonsumsi masyarakat menyebabkan diperlukannya pola konsumsi dan proses pengolahan yang baik agar aman dikonsumsi. Penelitian ini bertujuan mengubah pola konsumsi goitrogenik sianida dan cara pengolahannya melalui penyuluhan gizi dan demonstrasi cara pengolahan pangan sumber goitrogenik sianida yang benar. Penelitian ini adalah sebuah penelitian kuasi eksperimental dengan rancangan pretest-posttest control design. Jumlah sampel sebanyak 196 ibu rumah tangga, terdiri dari 98 orang di setiap kelompok perlakuan dan kontrol. Penelitian dilakukan di Kecamatan Arjasa Kabupaten Jember pada bulan Maret hingga Mei 2013. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan konsumsi bahan mentah sumber goitrogenik sebesar 25,98 gram. Namun, tidak terjadi peningkatan konsumsi sianida, justru menurun sebesar 9,09 miligram pada kelompok perlakuan. Hal ini terjadi karena pemilihan cara pengolahan yang tepat sesuai materi intervensi, yaitu beralih ke kulub dan rebus berkuah. Namun penurunan ini tidak signifikan (p = 0,56). Materi tentang GAKI dan cara mereduksi kadar sianida pada bahan pangan sumber goitrogenik sianida bisa dijadikan materi penyuluhan dalam program pencegahan GAKI di Kabupaten Jember.

Jember still encounter the problem of nutrition iodine deficiency disorders (IDD), most of the district are included in the category of endemic areas. One reason is the cyanide goitrogenic factors that can interfere with the function of the thyroid hormone. Its presence in some commonly consumed vegetables society, causes the need for patterns of consumption and good processing in order to make it safe for consumption. Cyanide is a precursor thiocyanate which disrupt the formation of thyroid hormones through two pathways, active transport and interfere with the activity of thyroid peroxidase. This study aimed to change food pattern and way of processing goitrogenic cyanide food stuff through nutritional counseling and demonstration of food processing to reduce cyanide in goitrogenic food stuff. The research was a quasy-experimental study with pretest-posttest control design. The number of samples 196 housewives, consist of 98 people in the respective treatment groups and control. The study was conducted in the District Arjasa Jember between March and May 2013. The result showed presence of increased consumption of raw materials sources goitrogenic cyanide of 25.98 grams, was not followed by an increase in the consumption of cyanide, which has decreased by 9.09 miligram in the treatment group. This occurs because of the selection of appropriate food processing, switching to boil and blanching (kulub). However, this decrease was not significant (p = 0.56). The material on IDD and how to reduce levels of cyanide in the food source of cyanide can be used as material counseling in prevention programs IDD in Jember."
Jember: Universitas Jember, 2014
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Wakhyuning Ngarsih
"ABSTRAK
Kearifan lokal masyarakat molo utara dalam mengelola pangan tercermin melalui beberapa hal. Diantaranya pelaksanaan ritual untuk mengawali masa tanam, sebelum panen dan sesudah panen; kepercayaan terhadap tuhan Allah dan tuhan bumi; serta pembagian peran antara laki-laki dan perempuan dalam pengelolaan pangan. Kajian ini bertujuan untuk menguraikan bagaimana kearifan lokal yang dimiliki masyarakat molo utara tersebut dapat mewujudkan ketahana pangan. Proses kajian mengacu pada konsep ketahanan pangan yang ditawarkan oleh Scanlan. Kajian ini bersifat kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara dan studi pustaka untuk mendukung data-data lapangan. Hasil kajian menunjukan bahwa berbasis kearifan lokal yang dimiliki, pada kenyataannya masyarakat molo utara dapat mencapai ketahanan pangannya sendiri. Kebijakan swasembada beras kiranya tidak dapat mengakomodir persoalan pangan yang terjadi di Indonesia. Sebaiknya kebijakan semacam ini harus digantikan oleh kebijakan baru yang lebih mengena pada masyarakat sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing wolayah yang ada di Indonesia"
Bali: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Balai Pelestarian Nilai Budaya Bali, NTB dan NTT , 2017
902 JNANA 22:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Iswanto
"Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kemampuan suatu masyarakat untuk beradaptasi, mengatur, serta mengolah lingkungan alam dan budaya yang memengaruhi kehidupan mereka. Penelitian yang dilakukan pada masyarakat Boti di Provinsi Nusa Tenggara Timur ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan memahami ume kbubu sebagai wujud kearifan lokal masyarakat Boti dalam menjaga ketahanan pangan dan melindungi mereka dari bencana. Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Karakteristik data penelitian ini tergolong dalam data penelitian sensitif, karenanya membutuhkan waktu yang lama untuk memperolehnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah pengamatan dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur ume kbubu memperlihatkan kearifan lokal masyarakat Boti dalam beradaptasi dengan lingkungan alam dan memengaruhi terbentuknya struktur permukiman masyarakat Boti yang menyebar. Selain itu, fungsi dan simbolisasi ume kbubu berkaitan erat dengan kearifan lokal masyarakat dalam menyimpan dan mengelola bahan makanan (jagung), yang menjadi kekuatan masyarakat Boti dalam menghadapi bencana krisis pangan. Struktur permukiman masyarakat Boti yang ditopang dengan aturan adat yang ketat menjadi pembatas dalam interaksi sosial yang mampu melindungi masyarakat dari bencana, misalnya penyakit menular. Kearifan lokal yang dimiliki masyarakat Boti ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pemerintah untuk mengkaji berbagai aspek budaya yang bermanfaat dalam menghadapi bencana."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2021
900 HAN 4:2 (2021)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Pendidikan yang berbasis pada budaya lokal dengan berbagai kearifan akan lebih baik untuk membentuk watak dan mengembangkan potensi diri daripada pendidikan yang bersumber dari budaya di luar peserta didik. Penelitian ini memiliki tujuan untuk menginventarisasi, orientasi dan interpretasi kearifan lokal yang hidup pada masyarakat dan budaya Sunda. Tempat penelitian berada di lima lokasi komunitas adat di Jawa Barat yaitu Desa Pangandaran, Kampung Kuta, Kampung Naga, Ciptagelar dan Kanekes. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah bahwa: Setiap masyarakat adat pada kebudayaan Sunda memiliki bentuk kearifan lokal yang sangat signifikan dalam memitigasi bencana. Pada umumnya masyarakat adat sudah menyadari bahwa jika lingkungan rusak maka akan ditimpa benccana, walaupun cara pemeliharaannya melalui mitos dan aturan adat. Hasil penelitian berupa interpretasi kearifan lokal yaitu ada tiga yaitu (1) Bangunan Rumah Bambu; (2) Tata Ruang & Zonasi Penggunaan Lahan dalam Skala Mikro; (3) Pengelolaan Lahan Secara Ramah Lingkungan. Rekomendasi penelitian ini adalah bahwa kearifan lokal sangat layak dijadikan bahan ajar di sekolah dengan berbagai bentuknya baik berupa narasi, cerita, maupun komik.
"
JURPEND 14:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R. Cecep Eka Permana, 1965-
"Outline: Hingga saat ini masyarakat Baduy masih terikat pada pikukuh (adat yang kuat) yang diturunkan dari generasi ke generasi. Salah satu pikukuh itu berbunyi lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambungan (panjang tidak boleh dipotong, pendek tidak boleh disambung). Makna pikukuh itu antara lain tidak mengubah sesuatu, atau dapat juga berarti menerima apa yang sudah ada tanpa menambahi atau mengurangi yang ada. Insan Baduy yang melanggar pikukuh akan memperoleh ganjaran adat dari puun (pimpinan adat tertinggi. Pengalaman pikukuh yang taat menyebabkan masyarakat Baduy memiliki kearifan dalam mitigasi bencana. Buku ini merupakan abstraksi hasil penelitian dalam rangka Hibah Riset Kompetensi DIKTI tahun 2010. Secara umum mitigasi bencana diartikan sebagai perencanaan yang tepat untuk meminimalkan dampak negatif terhadap manusia. Mitigasi bencana merupakan kegiatan pertama dari tiga kegiatan utama dalam manajemen bencana, yakni kegiatan prabencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini. Dua kegiatan lainnya adalah saat terjadi bencana, mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan Search and Rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian; dan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi. Kegiatan pada tahap prabencana selama ini banyak dilupakan, padahal kegiatan pada tahap prabencana sangatlah penting karena mencakup baik perencanaan maupun pelaksanaan tindakan untuk mengurangi risiko dampak dari suatu bencana yang dilakukan sebelum bencana itu terjadi. Oleh karena itu, masyarakat harus mengetahui dan memahami serta mampu menyiasati cara hidup berdampingan dengan bencana."
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2010
305.899 22 CEC k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Erison
"Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) merupakan masalah kesehatan yang perlu ditangani secara serius di Indonesia, karena sangat berpengaruh terhadap perkembangan mental dan dapat menurunkan kualitas sumber daya manusia.
Propinsi Sumatera Barat adalah salah satu daerah endemik "sedang" di Indonesia dengan prevalensi gondok/ Total Goiter Rate (TGR) sebesar 20,5%. Angka ini sangat tinggi bila dibandingkan dengan angka Nasional sebesar 9,8%. Sementara target yang hendak dicapai adalah kurang dari 5% pada tahun 2010. Dalam rangka penanggulangan dampak GARY, pemerintah Propinsi Sumatera Barat melalui Kepala Bappeda telah mengeluarkan Surat Keputusan Nomor:414/8/0811/PKSDMPK/Bappeda-2003 tentang Tim Penanggulangan GAKY di Propinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang gambaran dan faktor-faktor yang mendukung kinerja tim penanggulangan GAKY di Propinsi Sumatera Barat tahun 2003, dengan pendekatan sistem meliputi: Input struktur organisasi, aspek hukum dan kebijakan, tenaga, sarana pendukung dan biaya), Proses (koordinasi tim, pembagian tugas dan kewenangan, rencana kerja tim, pembinaan, monitoring dan evaluasi) dan Output (dokumen koordinasi, notulen pertemuan, dokumen pembagian tugas dan kewenangan, dokumen rencana kerja, dokumen pembinaan dan dokumen evaluasi).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tim penanggulangan GAKY Propinsi Sumatera Barat tahun 2005 belum berfungsi secara optimal sebagai organisasi.
Berdasarkan hasil peneliuan yang dilakukan maka disarankan kepada Dinas Kesehatan Propinsi dan Kabupaten/Kota agar melakukan pembenahan internal dengan pembinaan personil, melakukan manajemen secara transparans, melakukan advokasi. Terhadap Tim GAKY disarankan agar menterjemahkan Surat keputusan tentang Tim GAKY sebagai pedoman pelaksanaan kegiatan, membuat rencana kerja dan melakukan rakor secara berkala, merumuskan indikator dan kriteria masing-masing komponen tim, melakukan kajian dan evaluasi terhadap komponen dan proses koordinasi serta memberikan umpan balik kepada masing-masing unsur yang terlibat dalam upaya penanggulangan dampak GAKY di Propinsi Sumatera Barat tahun 2003. Selanjutnya Kepada Pemda dan DPRD Propinsi Sumatera Barat diharapkan dapat memberikan dukungan sehingga upaya penanggulangan GAKY di Propinsi Sumatera Barat dapat terlaksana dengan baik."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13178
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>