Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 21186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rialike Burhan
"Perempuan terinfeksi human immunodeficiency virus dan acquired immune
deficiency syndrome (HIV/AIDS) mempunyai permasalahan yang kompleks
sehubungan dengan penyakit dan statusnya, sehingga mereka mempunyai
kebutuhan yang khusus. Kebutuhan perawatan, dukungan dan pengobat-
an tersebut dapat diperoleh dengan mengakses pelayanan kesehatan yang
tersedia untuk dapat mengoptimalkan kesehatan mereka sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis
hubungan faktor predisposisi yang meliputi pengetahuan, sikap, stigma,
faktor pemungkin yang meliputi jarak ke pelayanan kesehatan dan faktor
penguat berupa dukungan sosial dengan pemanfaatan pelayanan kese-
hatan pada perempuan terinfeksi HIV/AIDS. Rancangan penelitian meng-
gunakan pendekatan potong lintang. Penelitian dilaksanakan di Kelompok
Dukungan Sebaya Female Plus Kota Bandung pada bulan Juni sampai Juli
2012. Sampel penelitian berjumlah 40 orang perempuan terinfeksi
HIV/AIDS. Data di analisis secara univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil
penelitian ini didapatkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan secara
statistik yaitu usia, pendidikan, status perkawinan, status pekerjaan, faktor
predisposisi (pengetahuan, sikap, stigma), faktor penguat (dukungan
sosial), dan faktor pemungkin yaitu jarak ke pelayanan kesehatan tidak
berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Pengetahuan
merupakan faktor penentu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan
berpeluang 60,1 kali untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan.
Women living with HIV/AIDS have a complex problems who connection
with the disease and her status, because they have special needs, for care,
support and treatment can be obtained by accessing the health services
available to optimize their health so as to improve the quality of life. The pur-
pose of this study was to analyze the correlation between three factors, pre-
disposing factors (knowledge, attitudes, stigma), enabling factors (distance
to health services), and reinforcing factors (social support) with health ser-
vice utilization.This type of research was analytic with cross-sectional re-
search approach. The research was implemented in Female Plus Peer
Support Group Bandung from June until July 2012. The sample in this study
were 40 women living with HIV/AIDS. Data analysis using univariate, bi-
variate, and multivariate. The results obtained that there were significant re-
lationship is age, education, marital status, work, predisposing factors
(knowledge, attitude, stigma), reinforcing factor (social support), and en-
abling factors (distance to health services were not correlated with health
service utilization). Knowledge was the determinant factor to health service
utilization in 60,1 times the chance to utilize health services."
Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bengkulu, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fachmi Idris
"Peningkatan jumlah kunjungan pasien ke rumah sakit pada awal masa pemberlakuan program Kartu Jakarta Sehat (KJS) disebabkan belum optimalnya sistem pelayanan kesehatan berjenjang. PT Asuransi Kesehatan (PT Askes) bersama Dinas Kesehatan DKI Jakarta melakukan berbagai upaya dalam bentuk paket intervensi untuk mengoptimalkan sistem tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas paket intervensi PT Askes dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta dalam meningkatkan optimilisasi sistem rujukan pelayanan kesehatan. Penelitian ini menggunakan survei potong lintang dengan metode pengambilan sampel acak pada puskesmas di DKI Jakarta terhadap hasil intervensi PT Askes. Hasil intervensi diukur melalui wawancara pada kepala puskesmas atau petugas yang mewakili. Data dianalisis menggunakan tes statistik nonparametrik, yaitu uji Wilcoxon dan regresi Generalized Linear Model. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2013 hingga Februari 2014. Terdapat perbedaan bermakna pada keempat indikator, terjadinya peningkatan kunjungan peserta KJS dipengaruhi oleh ketersediaan tempat tidur, jumlah peserta KJS terdaftar, intervensi dalam bentuk regulasi, serta persentase pengangguran terbuka. Meskipun ada perbedaan signifikan setelah dikelola PT Askes, hal ini belum cukup membentuk persepsi puskesmas untuk berpendapat bahwa PT Askes memiliki andil dalam mengoptimalkan sistem elayanan kesehatan berjenjang pada program KJS.

Increasing the number of patient visits to the hospital at the beginning of the implementation Healthy Jakarta Card (KJS) program was claimed to be associated with optimization of health care referral system. PT Asuransi Kesehatan (PT Askes) with the DKI Jakarta Department of Health Service made efforts to improve the optimalization that system. This study aimed to evaluate the effectiveness of intervention PT Askes?s and DKI Jakarta Departement Of Health?s packages in improving the optimization of health care referral system. This study used a cross sectional survey with a random sampling method in primary health centers in Jakarta related with the result of PT Askes?s intervention package. The result of intervention were conducted by interview to the head of the primary health center or officer representing. Data were analyzed with nonparametric statistical tests, using the Wilcoxon test and Generalized Linear Regression Model. The study was conducted in October 2013 until February 2014. There were significant differences between the four indicators, an increase in visits KJS participants are influenced by the availability of beds, number of participants registered KJS, intervention in the regulation, and the percentage of open unemployment. Although there were significant differences after managed by PT Askes, these efforts were not enough to make primary health centers perception that PT Askes has contributed to the optimization of health care referral system in KJS program."
Universitas Sriwijaya, Fakultas Kedokteran, Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Ilmu Kedokteran, 2014
Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Solha Elrifda
"Patient safety adalah salah satu komponen kritis dari mutu pelayanan kesehatan. Banyak kesalahan pelayanan dikaitkan dengan budaya patient safety. Catatan tentang kesalahan pelayanan di berbagai negara menunjukkan angka yang mengkhawatirkan, sementara di Indonesia belum ada catatan resmi. Demikian halnya dengan budaya patient safety dan kesalahan pelayanan di rumah sakit Kota Jambi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui budaya patient safety dan karakteristik kesalahan pelayanan di salah satu rumah sakit di Kota Jambi. Desain penelitian ialah cross sectional dan kualitatif. Populasi dan sampel adalah petugas yang melayani pasien secara langsung di ruang rawat inap rumah sakit yang diteliti (dokter, perawat, dokter gigi, dan bidan) dengan jumlah sampel 191 orang. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara tidak langsung dengan menyebarkan angket yang diadopsi dari kuesioner yang telah distandardisasi oleh Agency for Healthcare Research and Quality dengan penambahan untuk pertanyaan tentang kesalahan pelayanan secara kualitatif. Analisis data dilakukan secara univariat dan kualitatif.
Hasil penelitian menunjukkan budaya patient safety secara umum direspons positif hanya 14,7% responden pada tingkat unit dan 26,2% pada tingkat rumah sakit. Variasi kesalahan pelayanan menyangkut disiplin, komunikasi, dan kesalahan teknis yang disebabkan oleh faktor manusia dan kegagalan sistem.
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah budaya patient safety di salah satu rumah sakit di kota Jambi kurang baik dan ditemukan berbagai kesalahan pelayanan. Saran kepada pihak manajemen untuk menetapkan kebijakan pelaksanaan standar keselamatan pasien sesegera mungkin.

Patient safety is one of critical component in healthcare quality. There are so many healthcare errors associated to patient safety culture. Healthcare errors in various countries have shown an alarming rate, but there is no formal record of event in Indonesia including in Jambi.
One hundred and ninety one respondent, who served patients directly (phyisicians, nurses, dentists, and midwifes) participated in this survey. Data collected by self administered questionnaire. The standardized questionnaire Agency for Healthcare and Quality used in this survey combined with open ended questions about healthcare error characteristics.
The result is 14,7% of respondent gave a positive response on patient safety culture in the unit level and 26,2% of respondents gave a positive response on hospital level. Variation of healthcare errors found include the discipline, communication, and technical errors caused by human factors and system failure.
Suggestions for the management of the hospital to implement the patient safety standard as soon as possible.
"
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Jambi, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ede Surya Darmawan
"Pemberdayaan masyarakat adalah salah satu strategi dalam pembangunan kesehatan yang digunakan oleh pemerintah Indonesia. Pemberdayaan masyarakat ini menjadi salah satu fungsi puskemas yang wajib dijalankan oleh seluruh puskesmas di tanah air. Walaupun strategi pemberdayaan masyarakat sudah lama digunakan, sampai sekarang belum ada instrumen spesifik untuk mengukur tingkat pemberdayaan masyarakat pada sektor pembangunan kesehatan di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur tingkat pemberdayaan masyarakat pada level komunitas sebagai wilayah kerja puskesmas di Depok dan Jakarta Selatan. Pemberdayaan masyarakat diukur menggunakan tujuh potensi masyarakat meliputi kepemimpinan, organisasi, dana, sumber daya, teknologi, pengetahuan, dan pengambilan keputusan. Metode pengukuran dilakukan dengan membandingkan ketujuh potensi masyarakat di wilayah kerja puskesmas di Depok (32 puskesmas) dan wilayah kerja puskesmas terpilih Jakarta Selatan (28 puskesmas) dengan potensi standar yang dikembangkan peneliti. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tingkat pemberdayaan masyarakat di wilayah kerja puskesmas di Depok umumnya banyak yang memenuhi kategori baik, sebaliknya di Jakarta Selatan banyak kategori kurang. Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta berupaya pemberdayaan masyarakat dan promotif preventif lebih mudah dilakukan oleh kantor kelurahan daripada puskesmas.

Community empowerment is one of strategies in health development that is used by government of Indonesia. It is also one of puskesmas (primary health center) function that must be run by every primary health center in Indonesia. Though community empowerment has been used for a very long time, there is not any specific instrument to measure level of community empowerment in health sector development in Indonesia. This research aimed at measuring community empowerment at community level using neighbourhood association as work area in two cities in Indonesia, Depok and South Jakarta. Community empowerment is measured using seven community potentials including leadership, organizations, fund, resource, technology, knowledge, and decision making. The measurement method is comparing those community existed potentials with potential standard developed by researcher in 32 primary health center in Depok and 28 selected primary health center in South Jakarta. The result shows that level of community empowerment in primary health center work area in Depok is generally in good categories, but South Jakarta is generally in less category. In Jakarta, the effort of community empowerment and promotive preventive is conducted easier by village administration office than primary health center."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Kusnadi
"Kenyamanan, keamanan, dan kepuasan pelayanan pasien merupakan
fenomena pelayanan yang mencerminkan kualitas. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui pengaruh implementasi kebijakan perubahan sta-
tus kelembagaan rumah sakit terhadap kualitas pelayanan pasien.
Penelitian ini menggunakan desain kuantitatif dan metode explanatory sur-
vey. Metode analisis meliputi regresi linier multipel dengan uji validitas pro-
duct moment pearson, uji reliabilitas teknik alpha cronbach, uji hipotesis
path analysis dan uji statistik (t), serta transformasi data skala likert dengan
alat ukur method of succesive interval. Populasi adalah pegawai rumah
sakit sebanyak 1.072 orang dan sampel sebanyak 92 orang yang diten-
tukan dengan teknik stratified random sampling. Data dikumpulkan dengan
wawancara terstruktur menggunakan kuesioner dan wawancara pasien se-
bagai counter informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi
kebijakan perubahan status kelembagaan rumah sakit secara signifikan
terbukti berpengaruh terhadap kualitas pelayanan pasien sekitar 66,31%
dan faktor lain berpengaruh sebesar (e) 33,69%. Berbagai faktor yang
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas pelayanan meliputi faktor
komunikasi (0,49%), sumber daya (0,25%), sikap pelaksana (0,32%), dan
struktur birokrasi (0,33%). Faktor lain yang memengaruhi kualitas
pelayanan adalah faktor budaya kerja sebagai norma implementasi kebi-
jakan perubahan status kelembagaan rumah sakit.
Comfort, safety, and satisfacton of patient care is a phenomenon that re-
presents service quality. This research intends to uncover effects on imple-
mentation of the changing of institutional status towards quality of patient
care. Ths research used quantitative research design with explanatory sur-
vey method. Analysis method including multiple linear regression with pear-
son product moment test validity, reliability test techniques and test hy-potheses alpha cronbach path analysis, and testing statistic (t), and also da-
ta transform likert scale which uses method of successive interval tool. The
research population is 1.072 employees and 92 person sample taken by
stratified random sampling. Data collected by structured interview using
questionnaire and patient interviews as counter informan. Results showed
that the implementation of policy change on institutional status of hospital
proven the of significant influence on the quality of patient cares at 66,31%
and other factors influenced (e) 33,69%. Various factors that affect signifi-
cantly positive on quality service including communication factor 12,49%; re-
sources 0,25%; attitude of the implementers 0,32%; and bureaucratic struc-
ture 0,33%. Another concept that influenced of quality care is job behavior
factor as implementation of policy change on institutional status of hospital
norm."
Universitas Padjadjaran, Fakultas Kedokteran, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Viviyanti Azwar
"Penurunan mutu pelayanan Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil
merupakan penentu bagi kinerja rumah sakit sebagai perusahaan jasa.
Penurunan mutu pelayanan diindikasikan dengan penurunan rata-rata
pelayanan periode tahun 2008-2010 pada instalasi radiologi mencapai
11,29%, laboratorium 5,19%, farmasi 18,5%, instalasi rehabilitasi medik
3,74%, gizi 9,12%, pemulasan jenazah 11,86%, operasi 5,29%, dan hemo-
dialisa 3,62%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peranan soft
skills memoderasi sumber daya organisasi, keterikatan kerja, kinerja
karyawan dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. Pengukuran
seluruh konstruksi dan indikator penelitian menggunakan kuesioner yang
disebarkan kepada 530 karyawan rumah sakit sebagai tenaga medis
maupun nonmedis yang dijadikan responden. Metode analisis data meng-
gunakan Structural Equation Modeling (SEM) dengan software. Hasil
penelitian menyimpulkan soft skills memoderasi sumber daya organisasi
berperan meningkatkan mutu pelayanan dengan standar koefisien sebesar
0,53. Soft skills memoderasi keterikatan kerja berperan meningkatkan
mutu pelayanan dengan koefisien standardize sebesar 0,62. Soft skills
memoderasi kinerja karyawan berperan meningkatkan mutu pelayanan
dengan standar koefisien sebesar 0,32.
The decline in the quality of service General Hospital Dr. M. Djamil is a de-
terminant for the performance of the Hospital as a service company. Decline
in service quality as indicated by the decline in average service period of
2008-2010 on radiological installations reached 11.29%, laboratory 5.19%,
pharmacy 18.5%, IRM 3.74%, 9.12% nutrition, smear bodies 11.86%, sur-
gery 5.29%, and hemodialysis 3.62%. This study aims to analyze the mo-
derating role of soft skills of organizational resources, work engagement,
employee performance in improving the quality of hospital care.
Measurement of whole constructs and indicators study used questionnaires
Peranan Moderasi Soft Skills dalam Meningkatkan Mutu
Pelayanan Rumah Sakit
Role of Soft Skills Moderation in Improving Quality of Hospital Care
Viviyanti Azwar
distributed to 530 employees at the Hospital as a medical or nonmedical
personnel who serve the respondent. The method of data analysis using
SEM (Structural Equation Modeling) with application software. The research
concludes soft skills moderating role of organizational resources to improve
the quality of service with a standardize coefficient of 0.53. Soft skills mo-
derating role of work engagement to improve the quality of service with a
standardize coefficient of 0.62. Soft skills moderating role of employee per-
formance to improve the quality of service with a standardize coefficient of
0.32."
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. M. Djamil Padang, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"This research is conducted to find out and to examine to impact of the regional extension on the health services in the Health Departement of Lamandau regency. ....."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"The need for health service is basic need . ....."
610 SKJ 19:1 (2006)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asmaripa Ainy
"Kunjungan pasien Jaminan Sosial Kesehatan (Jamsoskes) di puskesmas pembina selama tahun 2009 adalah 24.014 orang. Kunjungan per catur wulan memperlihatkan trend yang menurun. Jumlah pengunjung puskesmas pembina pada periode bulan Januari - April 2009 adalah 9.295 orang, pada Mei - Agustus 2009 adalah 8.162 orang, dan September - Desember 2009 adalah 6.557 orang. Hal ini dapat disebabkan oleh minat masyarakat yang rendah untuk menggunakan Jamsoskes. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kajian kualitas pelayanan Jamsoskes menurut perspektif pasien. Penelitian dengan desain cross sectional ini menggunakan data primer yang dilakukan dengan metode wawancara terstruktur atau survei. Sampel terdiri dari 100 pasien Jamsoskes yang mendapat pelayanan di puskesmas pembina dengan metode analisis kesesuaian kinerja (importance-performance analysis/IPA). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata tingkat kesesuaian antara kinerja dan harapan pasien pada pelayanan Jamsoskes di puskesmas pembina adalah 83,44%. Terdapat dua atribut pada dimensi kualitas pelayanan yang masih perlu ditingkatkan meliputi pemberian perhatian oleh dokter terhadap keluhan-keluhan pasien tentang penyakit serta kenyamanan dan kerapian ruang pengobatan di poli umum. Peran dokter sebagai fasilitator kesembuhan pasien perlu ditingkatkan melalui sikap empati atas berbagai keluhan penyakit pasien serta mempertimbangkan penataan ulang ruangan pelayanan untuk kenyamanan pasien.
The sum of social health assurance (Jamsoskes) patients in puskesmas pembina during 2009 was 24.014 people. There was a decrease in perquarter visits. The sum of patients visit in January to April 2009 was 9.295 people, May to August 2009 was 8.162 people, and September to December 2009 was 6.557 people. This can be caused by the low interest of community to utilize Jamsoskes service. Thus, it should be reviewed 105 about the quality of Jamsoskes service according to the patients? perspective. This research was quantitative survey. The sample was 100 patients of Jamsoskes at puskesmas pembina. Data were collected through interviews using a questionnaire and analyzed by the importance-performance analysis. The average of balance level between service performance and expectation of patients was 83,44%. There were two attributes in the dimensions of service quality that need to be increased: the phycisian attention to the patients complaints about their diseases and convenience and neatness of the treatment room at the general polyclinic. The role of physician as a facilitator of healing to the patient needs to be improved through the attitude of empathy on patient complaints."
Palembang: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yeni Mahwati
"Pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dapat menyelamatkan perem-
puan dari komplikasi berat dan kematian selama kehamilan, persalinan,
dan pasca persalinan. Faktor sosial, manfaat/kebutuhan yang dirasakan,
serta aksesibilitas ekonomi dan fisik berkontribusi langsung terhadap pe-
manfaatan pelayanan kesehatan ibu. Tujuan penelitian ini adalah menge-
tahui faktor sosial, kebutuhan, serta aksesibilitas ekonomi dan fisik yang
memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu di Jawa Barat. Data
yang digunakan untuk penelitian adalah data sekunder hasil Riset
Kesehatan Dasar 2010 pada perempuan usia 15 ? 59 tahun yang pernah
menikah. Penelitian ini menggunakan analisis bivariat dan multivariat.
Kedua hasil analisis menegaskan bahwa faktor sosial, kebutuhan yang di-
rasakan, serta aksesibilitas ekonomi dan fisik memiliki hubungan yang sig-
nifikan dengan pemanfaatan pelayanan antenatal dan persalinan. Model
akhir analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa tempat tinggal
merupakan variabel yang paling memengaruhi pemanfaatan kedua bentuk
pelayanan kesehatan ibu. Determinan penting yang lain adalah riwayat
komplikasi, pendapatan keluarga, umur, dan pendidikan ibu. Dalam anali-
sis multivariat, status perempuan bekerja dan pekerjaan suami tidak memi-
liki dampak yang signifikan terhadap kemungkinan perempuan menda-
patkan perawatan antenatal dan pemberian perawatan modern meskipun
variabel suami adalah positif dan sangat terkait dengan variabel dependen.
Utilization of maternal health care services could save severe compli-
cations and death among women during pregnancy, delivery, and after de-
livery. Numerous factors such as social, perceived needs, and economic
and physical accessibility are contributed directly with the use of maternal
health care. The purpose of this study is to investigate the social, perceived
needs, and economic and physical accecibility factors that affect women?s
use of maternal health care in West Java. The data used come from the
2010 Basic Health Research of ever married women 15 ? 59 years old. This
study used two levels of analysis, bivariate and multivariate analysis. Both
analyses confirmed that social, perceived needs, and economic and phy-
sical accessibility factors had a significant relationship with the utilization of
antenatal and modern delivery care. The final model logistics regression
multivariate analysis indicate that the residence?s place remain the most in-
dependent variable affecting both of antenatal and delivery care usage.
Other important determinants are complications history, family income,
mother?s age, and education. In the multivariate analysis, the complications
history have a significant impact on the probability of women obtaining de-
livery care although these variable not associated with the dependent varia-
bles in the bivariate analysis."
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dharma Husada Bandung Jawa Barat, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>