Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 74957 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ditya Agung Nurdianto
"Despite its shortcomings, many industrial economists believe that coxentration index is a powerful tool to use in order to analyze the level of competition within a market. This is due to the fact that concentration index influences greatly market performance. Nonetheless, there are two opposing views on how does concentration index actually influences the market (Donsimoni, 1984). On one hand, the relationship between competition and market performance, and perfect competition with market performance on the other hand, have been discussed since the 18th century, however, a common ground between those two opposing theories have relatively been left untouched by analysis (Bothwell, 1984). Even so, in the last three decades, many researches have been done based on those two opposing theories.
Through the use of panel regression in this research, the degree of collusion in the Indonesian manufacturing industry can be found. Although the degree of collusion is small, nevertheless, there exists a positive relationship between the degree of collusion and the level of concentration. This proves that the first theory, Market Power Theory, applies in this case. By knowing that this is the theory which applies in the manufacturing industry in Indonesia, the policy implemented must be adjusted accordingly. Policy implemented by the government for the manufacturing industry should take into account the possibility that collusion exists within certain industries which contain a small amount oflarge firms that control the majority ofthe market share."
2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ditya Agung Nurdianto
"Walaupun indeks konsentrasi memiliki beberapa kelemahan, banyak pakar ekonom industri yang mempercayai bahwa indeks konsentrasi sangat berguna untuk menganalisa tingkat kompetisi suatu pasar. Hal ini dikarenakan indeks konsentrasi sangat mempengaruhi kinerja di suatu pasar. Namun terdapat dua pendapat yang saling bertentangan mengenai pengaruh dari indeks konsentrasi terhadap kinerja di pasar tersebut (Donsimoni, 1984). Di satu pihak, hubungan antara kompetisi dengan kinerja pasar, dan monopoli murni dengan kinerja pasar di lain pihak, telah didiskusikan sejak awal abad ke-18 tetapi permufakatan antara kedua teori tersebut secara relatif masih belum terjamah oleh analisa (Bothwell, 1984). Akan tetapi dalam kurun waktu tiga dekade terakhir telah dilakukan berbagai macam penelitian yang didasari oleh dua teori yang bertentangan.
Teori pertama mengatakan bahwa semakin terkonsentrasinya suatu industri, yaitu semakin pasar tersebut didominasi oleh hanya beberapa perusahaan, maka semakin mudah bagi perusahaan-perusahaan tersebut untuk mengkordinasikan kebijakan masing-masing. Oleh karena lebih mudah bagi perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalam suatu industri yang memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi untuk berkolusi antara sesama mereka ketimbang perusahaan-perusahaan yang beroperasi di dalam suatu industri yang tidak memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi. Kolusi yang berhasil akan meningkatkan keuntungan. Di lain pihak, teori kedua mengatakan bahwa struktur pasar tidak mempengaruhi tingkat keuntungan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa suatu perusahaan yang berhasil mendapatkan pangsa pasar yang besar dikarenakan perusahaan tersebut lebih efisien, menawarkan barang yang lebih baik dan Skala ekonomi. Sehingga bila sebuah industri memiliki tingkat konsentrasi yang tinggi sesungguhnya hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan akan berdampak negatif terhadap konsumen.
Teori mana yang berlaku di Indonesia penting untuk diketahui agar kebijakan pemerintah dalam upayanya untuk meningkatkan kinerja industri manufaktur melalui kompetisi menjadi efisien. Kebijakan kompetisi pada intinya merupakan langkah dan instrumen yang digunakan oleh pemerintah untuk menentukan condition of competition antara produsen dan konsumen barang dan jasa yang beroperasi di pasar masing-masing. Fungsi utamanya adalah untuk memerangi perilaku anti-kompetisi, seperti kotusi, dalam rangka meningkatkan efisiensi ekonomi dimana konsumen menikmati harga yang lebih murah, pilihan yang lebih banyak dan kualitas produksi yang lebih baik.
Melalui regresi panel yang dilakukan di dalam penelitian ini diketahui derajat kolusi yang terjadi di sektor industri manufaktur Indonesia. Walaupun secara absolut derajat kolusi tersebut bemilai kecil namun ketika dilakukan regresi antara derajat kolusi dengan tingkat konsentrasi diketahui bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara derajat kolusi dan tingkat konsentrasi. Hal tersebut menunjukkan berlakunya teori pertama, yaitu Market Power Theory, di Indonesia. Dengan mengetahui bahwa teori inilah yang berlaku di Indonesia maka kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah jugs harus sesuai dengan teori tersebut.
Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk sektor industri manufaktur sebaiknya mempertimbangkan kemungkinan terjadinya kolusi pada industri yang terkandung didalamnya perusahaan-perusahaan besar yang berjumlah sedikit dan menguasai mayoritas pangsa pasar."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T20600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildan Syafitri
"Labor productivity could be direct measurement of human capital quality as it shows the amount of output that the labor can produce. McConnel and Brue (1995) define labor productivity as ratio between produced output and working hour at certain level of wage.
Our research try to analyze the labor productivity on manufacture sector and its explanatory variables by applying cross section data of medium scale industries on 1996 in Indonesia. The estimation result shows the positive significance of education level, the more educated labor will yield higher productivity. We also try to internalize gender issue and we find the more female worker employed, the less productivity of labor force, and consequently will lowering the wage level.
Those findings conform not only Human Capital theory by Nelson-Phelps (1966), Lucas (1998) and Aghion and Howitt (1998), but also conform the theory of wage discrimination based on gender as previously stated by Byron and Takahashi (1989) and Hansen and Wahlberg (1997)."
2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sonny Harry Budiutomo Harmadi
"Adanya faktor skala ekonomi dalam pemilihan lokasi menyebabkan beberapa perusahaan yang sejenis memilih berada pada lokasi yang berdekatan, sehingga membawa dampak menurunnya biaya produksi perusahaan. Aglomerasi industri ini dapat menjelaskan mengapa suatu kota memiliki perusahaan yang jenisnya sama lebih dari satu, dan adanya kecenderungan bahwa kota akan berkembang di sekitar lokasi industri. Suatu kota industri yang besar terbentuk karena adanya aglomerasi ekonomi dalam produksi, dimana terdapat dua jenis aglomerasi ekonomi, yaitu localization economies dan urbanization economies.
Analisis regresi data panel menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil yang mendasar antara industri dengan klasifikasi ISIC 2 digit dengan industri berdasarkan klasifikasi ISIC 3 digit. Sub-sektor industri di DKI Jakarta yang mengalami aglomerasi industri ialah subsektor Industri Tekstil, Pakaian Jadi, dan Kulit, Industri Kertas dan Barang-Barang dari Kertas, Percetakan dan Penerbitan, Industri Kimia dan Barang-Barang dari Kimia, Petroleum, Batu Bara, Karet, dan Barang dari Plastik, Industri Barang-Barang dari Logam, Mesin dan Perlengkapannya, Industri Pengolahan Lainnya. Sedangkan sub-sektor Industri Makanan, Minuman Serta Tembakau, Industri Kayu dan Barang-Barang dari Kayu, Termasuk Alat-Alat Rumah Tangga dari Kayu, Industri Barang-Barang Galian Bukan Logam, dan Industri Dasar Logam tidak mengalami aglomerasi. Pada golongan pokok industri teridentifikasi tidak terjadi aglomerasi industri."
2003
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tsurayya Nurrahma
"Abstract
Having data sample in 1987, 1995, and 2008, this research aims to analyze the impact of trade liberalization on technical efficiency of Indonesian manufacturing firms since deregulation in the 1980s. In addition, the research also analyzes the impact of other efficiency determinants coming from firm characteristics and market structure. Technical inefficiency score is estimated by using stochastic production frontier model, whereas the impact of efficiency determinants is analyzed by using Ordinary Least Squared model (OLS). For each year observed, liberalization has different impacts on technical efficiency. However, as liberalization continues, it has facilitated firms to produce towards their full technical efficient production-level.
Abstrak
Dengan mengambil sampel tahun 1987, 1995, dan 2008, studi ini dilakukan untuk menganalisis dampak liberalisasi perdagangan terhadap efisiensi teknis perusahaan dalam industri manufaktur Indonesia sejak deregulasi pada tahun 1980-an. Selain itu, dianalisis pula pengaruh faktor determinan efisiensi lainnya yang berasal dari karakteristik internal perusahaan dan struktur industri. Nilai inefisiensi teknis diestimasi dengan model stochastic production frontier, sedangkan analisis pengaruh faktor determinan efisiensi teknis menggunakan model Ordinary Least Squared (OLS). Hasil studi menunjukkan bahwa liberalisasi perdagangan memiliki dampak berbeda terhadap efisiensi teknis pada setiap tahun yang diamati. Namun, liberalisasi akhirnya dapat memfasilitasi perusahaan dalam meningkatkan performanya, melalui peningkatan nilai efisiensi teknis."
2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Beta Yulianita Gitaharie
"The economic crises attacking Asian regions in the mid of 1997 have brought depressing impacts to Indonesia?s economy. Indonesia experiences a declining share of investment? it is even the lowest amongst neighboring countries. Indonesia also ranks the first position in the issue of inefficiency which further discourages investors to invest in Indonesia. The study focuses on the issue of efficiency in the manufacturing industry whose share in the economy tends to increase during I988-2OO5 in a higher percentage than in the agriculture and services sectors. The objectives of the study are two-folds, first is to measure the score of efficiency in the manufacturing industry in order to identify which in industries are classified as efficient, moderately efficient, or less efficient. Secondly is to identify whether there is an association between input factor or output degree of protection and the score of in efficiency of a 5-digit-JSIC industry. The method employs in the study is the stochastic production frontier where efficiency is an explicit function of specifically determining factors. The study finds that wood preservative industry has the highest efficiency score, while garment and textile industry has the lowest. The study also discovers there are more industries with less and moderately efficient classification. Sources of inefficiency are from the high output tariffs, which have potential contributions to high price and less competitive products in the market. The study recommends that manufacturing industries with low scores of efficiency should improve their productivities through lower cost of production. The government has to make effort to reduce tariff for finished goods. Taxes on luxurious goods and duty charges for export oriented industries should be eliminated as an alternative to increase efficiency in the manufacturing industry. Comparative advantages, particularly for linkage industries, should be improved."
2007
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Tri Budiarti
"Abstract
Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) is the first bilateral economic agreement for Indonesia. IJEPA is expected to increase Indonesia manufacture industry competition because the establishment of USDFS and MIDEC. Post IJEPA, Price-cost margins (PCM) fluctuated. PCM has been generally used as a competition indicator, because PCM related to average profit of an industry. This study uses panel data of large and small industry within 2004-2012 periods. This study conclude that IJEPA able to make PCM of manufacture industry fall through efficiency of input factors use, the cost of materials price downfall, and economies of scale in certain industries.
Abstrak
Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA) merupakan perjanjian kerja sama ekonomi bilateral yang pertama untuk Indonesia. IJEPA diharapkan mampu meningkatkan kompetisi industri manufaktur karena disepakatinya fasilitas khusus untuk peningkatan kapasitas dan daya saing industri manufaktur, yaitu USDFS dan MIDEC. Setelah IJEPA, Price-cost Margins (PCM) Indonesia berfluktuasi. PCM digunakan sebagai indikator persaingan, dikarenakan berhubungan dengan keuntungan rata-rata di sebuah industri. Studi ini menggunakan data panel industri besar dan sedang periode 2004-2012. Dari studi ini disimpulkan bahwa IJEPA mampu menurunkan PCM industri manufaktur Indonesia dengan efisiensi faktor input produksi, penurunan biaya bahan baku industri, dan pencapaian skala ekonomi pada industri tertentu."
2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Erlangga Agustino Landiyanto
"Konsentrasi dan aktivitas ekonomi secara spasial, terutama pada industri manufaktur, telah menjadi fenomena menarik untuk dianalisis. Pada industri manufaktur, konsentrasi spasial ditentukan oleh biaya upah, biaya transportasi dan akses pasar serta eksternalitas dan konsentrasi spasial yang berkaitan dengan penghematan lokalisasi dan penghematan urbanisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dimana dan pada subsektor apa industri manufaktur Kota Surabaya terkonsentrasi serta untuk mengetahui mengapa dan bagaimana industri manufaktur Kota Surabaya terkonsentrasi sehingga dapat dianalisis mengenai kebijakan dalam mengembangkan industri manufaktur Kota Surabaya. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data tenaga kerja industri manufaktur dua digit per kecamatan di Surabaya tahun 1994 dan 2002. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan LQ, Ellison Glaeser indeks dan Maurel Sedillot indeks. Berdasarkan analisis, diketahui bahwa industri manufaktur di Kota Surabaya terkonsentrasi di Kecamatan Rungkut, Tandes dan Sawahan sedangkan subsektor unggulan Kota Surabaya adalah industri makanan, minuman dan tembakau serta industri logam, mesin dan peralatan."
2005
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Indah Nikensari
"Economic growth give some hope on labor absorbtion in economic sectors. It can be seen from trends after crisis that unemployement is rising overtime. This study tends to look on structural impact of growth in industrial and trade sector to labor absorption in Indonesia. The result is labor absorption projection in economic sectors within 2003-2007"
2004
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Nugroho
"Abstract
The objective of this study is to understand the meat demand pattern of household in Indonesia. This study used the 2013 National Socio-Economic Survey (SUSENAS) and Agriculrural Census (SP). The method used to understand the meat demand pattern is Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS) approach with Iterated Linear Least Square (ILLS) estimator. The result shows that urban, education, household size, and domestic meat supply have an influence on meat demand pattern and its elasticity.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari pola permintaan daging di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data survei rumah tangga SUSENAS 2013 dan Sensus Pertanian 2013 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik. Penelitian ini menggunakan pendekatan Quadratic Almost Ideal Demand System (QUAIDS) dengan estimator Iterated Linear Least Square (ILLS). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh kota, pendidikan, ukuran rumah tangga, kelas pendapatan, dan suplai daging domestik terhadap pola permintaan dan elastisitas daging."
2016
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>