Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 155257 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Idral Purnakarya
"Demensia Alzheimer menempati urutan kesembilan penyebab kematian
di Amerika Serikat. Demensia adalah kondisi yang sering dialami yang
berhubungan dengan berbagai faktor dan gaya hidup terutama diet.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan defisiensi asupan ri-
boflavin (vitamin B12) dengan demensia pada usia lanjut (usila).
Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan dilaksanakan
pada bulan September 2007 sampai dengan Januari 2008. Sampel
penelitian adalah 141 lansia berumur lebih dari sama dengan 60 tahun
yang diambil secara purposive sampling. Demensia diukur menggunakan
kuesioner MMSE (≤ 24, skor maksimum 30) dan asupan riboflavin diukur
menggunakan form Semi Quantitative ? FFQ. Penelitian ini memperli-
hatkan bahwa 47,5% usila mengalami demensia. Hasil uji statistik me-
nunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur, tingkat
pendidikan, dan asupan riboflavin dengan kejadian demensia pada usila
(nilai p < 0,05).
Dementia Alzheimer?s was ranked the ninth leading cause of death in The
United States. Dementia can not be avoided as related to several factors
and lifestyle especially the diet. The objective of this research is to know re-
lation the deficiency of riboflavine (vitamin B12) intake and incidence of de-
mentia at elderly. A cross-sectional study was conducted between
September 2007 and January 2008. The sample obtained was 141 elderly
which it was conducted to purposive sampling. Dementia was measured by
using questionnaire MMSE (≤ 24, maximum score was 30), and riboflavine
intake was measure by Semi Quantitative ? FFQ form. This study shows
that dementia in elderly was 47,5%. Statistical test showed that Statistical
test showed that incidence of dementia had significantly associated with
ages, level of education, and riboflavine intake (p value < 0,05)."
Universitas Andalas, Fakultas Kedokteran, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, 2011
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Krisnawati Bantas
"Sindrom Metabolik (SM) merupakan faktor risiko penting penyakit kardio-
vaskuler yang merupakan penyebab utama kematian di Indonesia. Perbedaan
gender pada SM berkontribusi terhadap perbedaan gender pada penyakit kar-
diovaskuler. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi dan risiko SM
berdasarkan gender di perkotaan Indonesia menggunakan data Riset
Kesehatan Dasar 2007 dan menggunakan rancangan penelitian potong lintang.
Populasi penelitian terdiri dari 13.262 orang pria dan wanita yang tidak hamil
berusia lebih dari 15 tahun yang bermukim di daerah perkotaan. Variabel
penelitian meliputi variabel dependen sindrom metabolik. Variabel independen
utama adalah gender dan variabel kovariat yang lain adalah level 1 (umur, sta-
tus perkawinan, pendidikan, stres, merokok, dan aktivitas fisik), level 2 (penda-
patan keluarga, konsumsi energi rumah tangga, konsumsi protein rumah tang-
ga, konsumsi serat rumah tangga, anggota rumah tangga, dan balita dalam
rumah tangga), dan level 3 (provinsi, status urban, dan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM)). Analisis dilakukan dengan multilevel regresi logistik. Hasil
penelitian menyebutkan bahwa prevalensi SM adalah 17,5 %, prevalensi pada
wanita (21,3%) lebih tinggi daripada pria (12,9%). Risiko sindrom metabolik
berdasarkan gender bergantung pada status umur, pendidikan, dan perkawinan
dari individu. Variasi kejadian SM berdasarkan pendapatan keluarga kecil (nilai
MOR 1,21) dan variasi kejadian SM berdasarkan provinsi juga kecil (nilai MOR
1,18).
Metabolic Syndrome (MS) is an important factor for Cardiovascular
Disease (CVD). One of the main causes of death in Indonesia is CVD. Gender
differences in MS may contribute the gender differences in CVD. This study
aimed to examine the prevalence and MS risk by gender in the urban popula-
tion of Indonesia using Riskesdas 2007 data and cross-sectional design study.
Population of study consisted of 13,262 men and non pregnant women over 15
years old lived in urban area. Variables included in this study are MS as the de-
pendent variable and gender as the main independent variable. The covariate
variables consisted of: level 1 variables (age, marital status, education, stress,
smoking, and physical activity), level 2 (family outcome, household energy con-
sumption, protein consumption, fiber consumption, members, and toddler un-
der 5 years), level 3 (province, urban status, and human development index).
Multilevel logistic regression used in data analysis. Result showed that preva-
lence of MS was 17,5%, on women (21.3%) was higher than men (12.9%). The
risk of MS by gender was depent on age, educational level, and marital status
of individual. The variation of MS occurrence among the family incomes was
small (MOR 1.21), and the variation of MS occurrence among the provinces was
also small (MOR 1.18)."
Universitas Indonesia, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Herlina Susmaneli
"Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian bayi
untuk pencapaian Millennium Development Goals, ditetapkan kebijakan
bahwa setiap ibu yang melahirkan, biaya persalinannya ditanggung oleh
pemerintah melalui Program Jampersal, namun dalam pelaksanaannya
masih ditemukan ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan kebidanan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh dimensi mutu
pelayanan kebidanan terhadap kepuasan pasien program Jampersal
meliputi keandalan bidan, ketanggapan bidan, jaminan bidan, empati dan
bukti langsung. Penelitian ini dilakukan di RSUD Rokan Hulu dengan pop-
ulasi semua pengguna Jampersal yaitu sebanyak 92 orang dan pada
penelitian ini seluruh populasi dijadikan sampel. Penelitian ini menggu-
nakan desain potong lintang. Pengumpulan data dilakukan dengan data
primer dan data sekunder. Dilakukan analisis data yaitu analisis univariat,
analisis bivariat (kai kuadrat) dan analisis multivariat (regresi logistik gan-
da). Proporsi pasien program Jampersal yang memiliki kepuasan terhadap
mutu pelayanan kebidanan sebanyak 67 orang (72,8%) dari 92 sampel.
Variabel independen dengan hubungan yang signifikan dengan kepuasan
pasien program Jampersal adalah variabel bukti langsung dengan nilai p <
0,05 (0,003).
In order to reduce maternal mortality rate and infant mortality rate, in achiev-
ing the Millennium Development Goals set policy, that every mother who
gave birth, her labor costs borne by the government through assurance of
delivery program, but in practice still found dissatisfaction of patients to ob-
stetric care. This study aimed to analyze the influence of the quality dimen-
sions of midwifery care on patient satisfaction assurance of delivery pro-
gram include reliability midwife, responsiveness midwife, assurance mid-
wife, and direct tangible. This study was conducted in Rokan Hulu District
General Hospital with a population assurance of delivery all users and as
Dimensi Mutu Pelayanan Kebidanan terhadap Kepuasan
Pasien Program Jampersal
Quality Dimensions of Midwifery Care on Patient Satisfaction Jampersal
(Delivery Assurance) Program
Herlina Susmaneli, Ani Triana
many as 92 people on the entire study population sampled. This study used
a cross sectional design. The data was collected primary data and second-
ary data. Data analysis is performed univariate, bivariate analysis (chi-
square) and multivariate analysis (Multiple Logistic Regression). The pro-
portion of patients who had an assurance of delivery program satisfaction
with the quality of obstetric care by 72.8%. Independent variables with sig-
nificant association with patient satisfaction assurance of delivery is a con-
crete manifestation of variables with p value < 0.05 (0.003)."
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Hang Tuah Pekanbaru, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Aeni
"Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Pati bergerak fluktuatif dan me-
nunjukkan status tertinggi pada tahun 2011 dengan 126 per 100.000 ke-
lahiran hidup. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kematian ibu di
Kabupaten Pati dan menganalisis faktor risiko kematian maternal di
Kabupaten Pati Tahun 2011. Penelitian menggunakan pendekatan obser-
vasional analitik dengan metode kasus kontrol. Jumlah sampel adalah 24
untuk setiap kelompok kasus dan kelompok kontrol. Analisis data meng-
gunakan uji univariat, bivariat dan multivariat. Hasil dari penelitian adalah
tiga penyebab utama kematian ibu di Kabupaten Pati adalah penyakit jan-
tung, preeklamsi/eklamsi, dan perdarahan. Kematian ibu tersebar di 16
kecamatan dari 21 kecamatan yang ada dan sebagian besar kematian ter-
jadi pada masa nifas. Analisis regresi logistik menunjukkan bahwa faktor
yang berpengaruh terhadap kematian ibu adalah komplikasi kehamilan (OR
= 12,198, nilai p = 0,010), komplikasi persalinan (OR = 9,94, nilai p = 0,020)
dan riwayat penyakit (OR = 27,735, nilai p = 0,011). Secara bersama-sama,
ketiga variabel tersebut berkontribusi terhadap 64,3% kematian ibu yang
terjadi di Kabupaten Pati Tahun 2011.
Maternal Mortality Ratio (MMR) of Pati Regency fluctuated and showed the
highest state in 2011 with 126 per 100.000 live births. This research aimed
to describe maternal mortality cases in Pati Regency and to analyze risk
factors of maternal mortality happened in 2011. This research used obser-
vational analysis, i.e. cases control study. The number of samples was 24
in each of case group and control group. Data was analyzed with univariate,
bivariate, and multivariate. This research resulted that three major causes
of maternal mortality were heart disease, preeclampsia/eclampsia, and
hemorrhage. Maternal mortality spread on 16 from 21 sub-districts on Pati
Regency and the majority of them happened in post delivery period.
Logistic regression analysis concluded that risk factors influenced maternal
mortality were pregnancy complication (OR = 12.198, p value = 0.010), de-
livery complication (OR = 9.94, p value = 0.020) and history of illness (OR
= 27.735, p value = 0.011). Collectively, those variables contributed to
64.3% of maternal mortality in Pati Regency 2011."
Kantor Penelitian dan Pengembangan Kabupaten Pati, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing, S.M.
Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
616.83 LUM k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Sufiatur R.
Jakarta: Mediakita, 2014
899.221 AHM a
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Zulkifli Abdullah
"Angka kematian bayi di Indonesia masih tergolong tinggi, kematian neonatal 50% terjadi pada bayi berat lahir rendah (BBLR) dan lebih dari 50% kematian bayi adalah kematian neonatal dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor antenatal care (ANC), status imunisasi Tetanus Toxoid (TT) ibu hamil, anemia pada saat hamil, berat lahir, status paritas, dan status hipotermia terhadap kematian neonatal dini. Penelitian menggunakan desain penelitian case control di Rumah Sakit Bersalin Kota Makassar dengan sampel 40 kasus dan 120 kontrol. Data diperoleh melalui wawancara langsung dengan responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor risiko kejadian kematian neonatal dini meliputi ANC (nilai p = 0,000; odds ratio, OR = 7,333; CI 95% = 2,966 _ 18,129), status imunisasi TT (nilai p = 0,000; OR = 19,205; CI 95% = 7,902 _ 46,678), anemia ibu hamil (nilai p = 0,000; OR = 32,818; CI 95% = 7,549 _ 142,674), berat lahir (nilai p = 0,000; OR = 122,212; CI 95% = 32,324 _ 462,068), status paritas (nilai p = 0,000; OR = 5,537; CI 95% = 2,029 _ 15,111), status asfiksia (nilai p = 0,000; OR = 8,197; CI 95% = 0,452 _ 2,745). Status hipotermia bukan merupakan faktor risiko kematian neonatal dini (nilai p = 0,815; OR = 1,114; CI 95% = 3,646 _ 18,428). Hasil uji regresi logistik ganda menemukan bahwa berat lahir bayi merupakan faktor yang paling berisiko terhadap kematian neonatal dini (nilai p = 0,000).

Infant mortality rate in Indonesia is still high. Fifty percent of the neonatal mortality occurred among low birth weight infants (LBWI) and neonatal mortality within 7 days of life accounted for 50% of total infant mortalities. This study was aimed to examine the extent of early neonatal mortality risk by antenatal care (ANC), Tetanus Toxoid (TT) immunization status of pregnant women, anemia during pregnancy, birth weight of neonatal, parity status, and hypothermia status.This study was a case control study with direct in- terview to respondents, conducted in the Maternity Hospital of Makassar with 40 cases and 120 controls. Samples were selected by purposive sampling. Study results indicated that risk factor of early neonatal mortality were ANC (p value = 0,000; odds ratio, OR = 7,33; CI 95% = 2,966 _ 18,129), TT immunization status (p value = 0,000; OR = 19,205; CI 95% = 7,902 _ 46,678), pregnancy anemia (p value = 0,000; OR = 32,818; CI 95% = 7,549 _ 142,674), birth weight (p value = 0,000; OR = 122,212; CI 95% = 32,324 _ 462,068), parity status (p value = 0,000; OR = 5,537; CI 95% = 2,029 _ 15,111), asphyxia status (p value = 0,000; OR = 8,197; CI 95% = 0,452 _ 2,745), whereas hypothermia status (p value = 0,815; OR = 1,114; 0,452 _ 2,745) was not a risk factor. Results of logistic regression multivariate analysis indicated that infant?s birth weight was the most risk factor of early neonatal mortality (p value = 0,000). Specific surveillance program for high risk neonatal needed to be arranged in all health centers."
Makasar: Bagian Epidemiologi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin, 2012
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian dengan judul: "Hubungan aktivitas membaca terhadap terjadinya demensia pada usia lanjut di RS M.H. Thamrin Jakarta", bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang hubungan aktivitas membaca terhadap terjadinya demensia pada usia lanjut. Metode yang digunakan adalah deskriptif sederhana dengan penyebaran kuesioner berbentuk skala likert dan tes mental singkat (Abreviated Mental Test/AMT) kepada 30 responden usia lanjut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa yang membaca dan tidak demensia 20 orang (66,67%), tidak membaca dan tidak demensia 7 orang (23,33%) , tidak membaca dan dementia 3 orang (10%). Pada tes mental singkat (AMT) didapatkan 27 orang (90%) tidak mengalami gangguan daya pikir dan 3 orang (10%) mengalami gangguan daya pikir. Kesimpulan pada penelitian ini adalah aktivitas membaca menyebabkan tidak dementia."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
TA5283
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Wastuti
"Transisi demografi di Indonesia mengubah struktur umur penduduk yang menua. Meningkatnya jumlah penduduk lansia di Indonesia berpotensi besar terhadap permasalahan kesehatan mental, salah satunya Penyakit Demensia. Demensia merupakan stadium akhir dari kemunduran fungsi kognitif, yang sebelumnya diawali dari mudah lupa dan gangguan kognitif ringan MCI . Penelitian sebelumnya di negara lain menunjukkan bahwa salah satu faktor risiko penurunan fungsi kognitif yang dapat dimodifikasi adalah keterlibatan sosial. Namun, penelitian mengenai pengaruh keterlibatan sosial pada konteks negara berkembang khususnya di Indonesia masih terbatas.
Penelitian ini mengukur pengaruh keterlibatan sosial terhadap fungsi kognitif dari 228.216 orang lansia di Indonesia berdasarkan data SUPAS 2015. Keterlibatan sosial lansia diukur melalui kegiatan sosial kemasyarakatan, mengasuh cucu, dan pasangan hidup. Penelitian ini menggunakan metode regresi multinomial logit. Umur, jenis kelamin, pendidikan, gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, aktivitas fisik, dan aktivitas kognitif digunakan sebagai variabel kontrol. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keterlibatan sosial lansia berpengaruh terhadap fungsi kognitif pada lansia di Indonesia. Partisipasi lansia dalam aktivitas sosial kemasyarakatan, mengasuh cucu dan keberadaan pasangan hidup dapat mengurangi risiko gangguan fungsi kognitif MCI dan Demensia pada lansia di Indonesia.

Demographic transition in Indonesia changes the age structure of ageing population. Increasing number of elderly population in Indonesia has big potential to mental health problem, one of them is Dementia Disease. Dementia is the final stage of cognitive decline, preceded by forgetfulness and mild cognitive impairment MCI . Evidence from previous studies in other countries suggests that one potential modifiable risk factor for cognitive decline may be social engagement. However, research that identifies the modifiable risk factors in the context of developing countries, especially in Indonesia is still scarce.
This study analyses the influence of social engagement on cognitive function of 228.216 elderly people in Indonesia from SUPAS 2015. Social engagement is measured through social activities, looking after grandchildren, and the presence of a spouse. This study uses the multinomial logistic regression method. Age, sex, education, visual impairment, hearing loss, physical and cognitive activity are used as covariates. The results suggest that social engagement influences cognitive function of elderly in Indonesia. Participation in social activities, looking after grandchildren and the presence of spouses can reduce the risk of cognitive decline, both MCI and dementia, in the elderly in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
T48859
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriani Valentina
"

Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbaikan fungsi kognitif pada usia lanjut dengan demensia setelah pemberian terapi musik dengan metode interaktif secara berkala. Musik dapat meningkatkan fungsi memori melalui mekanisme aktivasi jalur dopaminergik, aktivasi hipotalamus dan konektivitas neuron. Musik telah terbukti dapat mengakses dan mengaktifkan sistim otak yang terkait dengan penghargaan dan emosi sehingga dapat meningkatkan kemampuan memori melalui perbaikan proses atensi. Penelitian ini merupakan studi intervensional dengan desain kontrol acak yang melibatkan subjek usila yang berada di panti wredha Pusaka 41 sebagai kelompok intervensi (n = 29) dan Santa Anna sebagai kelompok kontrol (n = 35). Subjek dari kedua kelompok diambil secara konsekutif. Para subjek kemudian dilakukan skrining dan pemeriksaan medis. Pada kelompok intervensi diberikan terapi musik menggunakan metode interaktif sebanyak 2x/ minggu dengan durasi 45 menit selama 6 minggu oleh terapis musik yang tersertifikasi internasional, sedangkan pada kelompok kontrol subjek diminta untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang dijadwalkan dan kegiatan rekreasi. Karakteristik subjek penelitian ini didominasi oleh jenis kelamin perempuan (79,3% pada kelompok intervensi dan 65,7% pada kelompok kontrol), berusia usia rata-rata 73,77± 9,93 tahun dan pada kelompok terapi musik 69,41 ± 7,29 tahun. Pada kelompok kontrol, tingkat pendidikan terbanyak adalah >SMA berjumlah 28 orang, sedangkan pada kelompok terapi musik tingkat pendidikan terbanyak adalah SD-SMP berjumlah 24 orang. Median nilai MoCA-Ina pada kelompok kontrol adalah 20 (14-24), sedangkan pada kelompok terapi musik adalah 18 (14-24). Perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan terapi musik ditemukan pada karakteristik usia (p=0,049) dan tingkat pendidikan (p=0,001). Hasil analisa uji Anova repeated measurement yang dikontrol dengan faktor usia, perbedaan yang signifikan hanya terdapat pada skor total MoCA-Ina (p <0,001), sub bagian memori (p=0,020) dan fungsi abstraksi (p=0,681) sub bagian atensi (p=0,003). Sedangkan pada sub bagian orientasi (p=0,133) dan fungsi abstraksi (p=0,681) tidak terdapat perbedaan yang signifikan bermakna. Pemberian intervensi terapi musik selama 6 minggu terbukti dapat meningkatkan fungsi atensi dan memori sebagai sub-bagian dari fungsi kognitif. Fungsi atensi merupakan mekanisme dasar dalam fungsi kognitif sehingga dalam praktik pemberian intervensi yang bertujuan untuk memperbaiki fungsi kognitif, atensi seharusnya menjadi sasaran pertama yang harus ditingkatkan. Dengan adanya fungsi atensi yang baik diharapkan proses input sensorik dapat menjadi lebih baik sehingga dapat mendukung proses rehearsal memori.


This study aims to assess the improvement of cognitive function in the elderly with dementia after the provision of music therapy with interactive methods regularly. Music can improve memory function through the activation mechanism of dopaminergic pathways, activation hipothalamus, and neuronal connectivity. Music has been proven to be able to access and activate the brain system associated with appreciation and emotions so that it can improve memory skills through improving attention processes. This research is an interventional study with a randomized control design involving elderly subjects who are in Pusaka 41 nursing home as an intervention group (n = 29) and Santa Anna as a control group (n = 35). Subjects from both groups were taken consecutively. The subjects were then screened and had a medical examination. In the intervention group music therapy was given using an interactive method two times a week with duration 45 minutes for 6 weeks by music therapists who were international certified, while in the control group subjects were asked to carry out scheduled daily activities and recreational activities. The characteristics of the study subjects were dominated by female sex (79,3% in the intervention group and 65,7% in the control group), average age of 73,77 ± 9,93 years and in the music therapy group 69,41 ± 7,29 years. In the control group, the highest level of education was> SMA with 28 people, while in the music therapy group the highest level of education was SD-SMP amounting to 24 people. The median MoCA-Ina score in the control group was 20 (14-24), whereas in the music therapy group it was 18 (14-24). Significant differences between the control group and music therapy were found in the characteristics of age (p = 0,049) and level of education (p = 0,001). Anova repeated measurement test results are controlled by the age factor, significant differences are only found in the total MoCA-Ina score (p < 0,001), memory sub-section (p = 0,020) and abstraction function (p = 0,681) attention sub-section (p = 0,003). Whereas in the orientation sub-section (p = 0,133) and abstraction function (p = 0,681) there were no significant significant differences. The provision of music therapy interventions for 6 weeks has been shown to improve attention and memory functions as sub-parts of cognitive function. Attention function is a basic mechanism in cognitive function so that in the practice of providing interventions aimed at improving cognitive function, attention should be the first target that must be improved. With good attention function, it is expected that the sensory input process can be better so that it can support the memory rehearsal process.

 

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>