Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25741 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Poerweni Nooroel`ain Poespitasari
"Tidak ayal lagi bahwa pembangunan ekonomi akan selalu melibatkan alam karena di sanalah manusia membangun prasarana dan sarana fisik dan alam juga mempunyai potensi sumber daya yang harus digali. Seiring dengan pembangunan ekonomi, mulai muncul kesadaran bahwa kehidupan di muka bumi ini sangat bergantung kepada hutan-hutan yang berfungsi sebagai paru-paru bumi. Tetapi proses penghangusan alam berlangsung terus dan mengakibatkan pemusnahan berbagai species hewan dan tumbuhan.
Kebun Binatang sebagai salah satu bagian dari usaha yang memanfaatkan satwa saat ini dituntut untuk leblh banyak berperan dalam usaha perlindungan dan pelestarian alam daripada sekedar memperagakan koleksi satwa langkanya. Kebun Binatang Ragunan Jakarta sebagai salah satu pemain dalam usaha di atas menghadapi tuntutan yang serupa. Sebagai organisasi Badan Pengelola millik Pemda DKI Jakarta, maka KBR dituntut untuk lebih berperan dalam memasyarakatkan usaha perlindungan dan pelestarian alam.
Tujuan dari penulisan karya akhir ini adalah pada dasamya adalah untuk mengetahui strategi usaha yang telah dilakukan oleh KBR dalam menghadapi tuntutan tersebut. Demikian juga akan mempelajari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan dan kelangsungan hidup KBR umumnya untuk mengungkapkan kekuatan, keterbatasan, kesempatan, dan ancaman yang mungkin dihadapi oleh KBR.
Melalui analisa Iingkungan internal, diperoleh gambaran bahwa KBR mempunyai kekuatan dalam hal pengalaman untuk mengelola usaha kebun binatang karena kehadiran KBR sudah ada sejak tahun 19M; memiliki sumber daya manusia yang cukup besar; didukung pembiayaan dari pemerintah, luas wilayah mencapai 135 Ha, dengan lebih dari 4000 specimen satwa dan 47.499 pohon.
Namun masih terdapat beberapa keterbatasan yang harus diperbaiki oleh KBR, seperti: rendahnya citra KBR sehingga orang enggan datang ke KBR, komposisi tingkat pendidikan dari sumber daya manusia yang tidak seimbang; anggaran yang terbatas dari pemerintah teknologi dan peralatan yang sudah usang sehingga dapat mengghambat pekerjaan dan minimnya sarana transportasi di dalam lokasi.
Sedangkan melalui analisa eksternal, KBR masih mempunyai prospek sebagai ruang publik yang terbuka hijau; adanya peraturan dan kebijakan pemerintah yang mendukung usaha konservasi; tingkat pertumbuhan penduduk dan thigkat pendidikan yang semakin baik; serta perkembangan dari teknologi yang berkaitan dengan konservasi itu sendiri dan teknologi informasi.
Meskipun demikian ancaman yang harus dihadapi oleh KBR juga dinilai cukup besar karena: berkurangnya pengunjung karena krisis ekonomi dan faktor keamanan dari situasi poiltik yang tidak stabil; semakin banyaknya substitusi rekreasi; perkembangan kota yang pesai menyebabkan urbanisasi dan menjauhkan publik dan lingkungan dan KBR khususnya, sena menyebabkan wilayah Ragunan menjadi menarik untuk bisnis.
Berdasarkan kondisi lingkungan eksternal dan situasi internal yang dihadapi oleh KBR tersebut di atas maka untuk menyebarluaskan perhatian kepada konservasi adalah melalui pengunjung yang datang ke KBR dengan cara meningkatkan mutu pelayanan dan pengembangan 1siiitas Iayanan. Melaluì anailsa SLOT, KBR dapat menerapkan strateginya melalui: pengembangan satana pelayanan sebagai fasifitas sosial dan konservasi, melakukan pendidikan konservasi bekeijasama dengan sekolah-sekolah dan ìnstansi-instansi sebagai permulaan untuk mengenalkan upaya konservasi.
Anggaran yang terbatas dapat diatasi KBR dengan melakukan kerjasarna dengan pihak ketiga untuk memperbaiki dan meningkatkan fasilitas layanan dan konservasL Pelatlhan SDM sangat diperlukan untuk mengikuti perubahan-perubahan ini. KBR juga harus aktif dan teratur untuk melakukan promosi dan public relation tentang apa yang menjadi tugas, fiìngsi, dan sasaran yang ingin dicapai KBR., dan memberikan fakta-fakta tentang pentingnya konservasi kepada masyarakat luas. Agar program-program itu dapat tercapai maka perlu juga dikembangkan suatu sistem inforrnasi yang terintegrasi.
Sedangkan untuk mengatasi ancaman yang timbul dan keterbatasan perusahaan maka perlu ditinjau lagi struktur organlsasi KBR. Dan untuk lebih mengingatkan masyarakat tentang adanya KBR perlu dibuat suatu sirnbol, lambang, atan logo yang berhubungan dengan KBR."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutarman
"Hasil-hasil investigasi epidemiologi akan sangat membantu para dokter hewan untukmemperoleh informasi dalam penanganan suatu penyakit. Demikian pula investigasi epidemiologi pada manajemen orangutan di Kebun Binatang Ragunan, akan sangat bermanfaat memberikan informasi dan data di dalam menyelenggarakan pengelolaan orangutan di Kebun Binatang Ragunan. Data tingkah laku orangutan di dalam kandang, sistem perkandangan, mutu dan jumlah pakan yang diberikan, catatan tentang status kesehatan, uji tuberkulinasi, hematologi normal, elektrokardiogram normal, kimia klinik normal, prosedur kontrasepsi, kesemuanya ini bisa dipakai di dalam pengelolaan kesehatan orangutan di Kebun Binatang Ragunan. Populasi orangutan kalimantan di alam makin lama makin menurun, antara lain disebabkan oleh perburuan liar. Oleh karena itu bagaimanapun juga usaha reintroduksi harus dilakukan secara berkesinambungan pula. Untuk tujuan itu diperlukan generasi orangutan yang memenuhi sarat untuk di reintroduksikan ke alam. Jadi Kebun Binatang harus mampu menghasilkan generasi orangutan yang sehat, tidak berpenyakit menular, tidak mengidap endoparasit, ektoparasit, serta tetap memiliki sifat-sifat alaminya. Orangutan termasuk anggota kera besar yang mempunyai kantung udara luas dan berkelok-kelok, sehingga memudahkan terjadinya infeksi yang bersifat kronis. Pada umumnya radang kantong udara pada orangutan kalimantan di Kebun Binatang Surabaya dart Kebun Binatang di Luar Negeri kesemuanya bersifat kronis. Dan eksudatnya dapat diisolasi bakteria Pseudomonas aerugenosa, Proteus vulganis, Escherechia coll. Bakteri-bakteri ini pada umurnnya bukan patogen juga terhadap manusia, tetapi pada isolasi kuman dari eksudat radang kantong udara pada orangutan jantan di Kebun Binatang Ragunan juga ditemukan bakteri Streptococcus pneumoniae yang sangat patogen terhadap manusia, satwa liar, hewan ternak dan hewan kesayangan. Bahkan Streptococcus pneumoniae ini bisa menular dari satwa kepada manusia yang disebut zoonosis dan dari manusia ke satwa yang disebut anthropozoonosis. Radang kantong udara pada orangutan Kalimantan di Kebun Binatang Ragunan dan Kebun Binatang Surabaya ini, baru pertama kali dilaporkan di Indonesia. Ditemukannya bakteri Streptococcus pneumoniae di eksudat radang kantong udara pada orangutan di Kebun Binatang Ragunan juga baru pertama kali dilaporkan.

Kalimantan orangutan ( Pongo pygmaeus pygmaeus, Hoppius, 1763) is member of the great ape group which is endemic in Kalimantan island of Indonesia. Its fur color is reddish, dark or light brown. The fur is quite long and dense, especially at the shoulders and arms. Its head rump length (HRL) is approximately 1.25 - 1.5 meters (exceptionally, the HRL might reach 1.8 meters). The average body weight of the female is about 40 kg and of the male is about 75 - 100 kg. The orangutans is highly adapted to an arboreal mode of life, therefore it is considered as the true arboreal member of the great ape group. It explores the jungle of Kalimantan by swinging from branch to another branch of the tree. Its swinging movement is supported by its arms, which are longer and stronger than the arms of the other great apes. Its arms spread is about 2.25 meters. Most of the males have large cheek flanges which consist of fibrous tissue, at the side of the face. The width and length of the cheek flanges mature male is about 10 centimeters and 20 centimeters respectively. It also has a throat sac, which is called "air sac". The sac is extremely developed and can take in several litters of air. Due to the drastic decrease of its in situ population, caused by illegal hunting and other reasons, the orangutan has been considered as an endangered species (IUCN - Appendix I) and its existence has been strictly protected by law (Fauna Protection Ordinance, 1931 - Stbl 134 and 226). Recently, reintroduction program has been considered as an effective approach to conserve the orangutan population in its in situ habitat. This program begins with the breeding program of the orangutan in the captive environment which is a simulated environment of its native habitat. The goal of captive breeding program is to bear the offspring of the orangutan which will be reintroduced to its native habitat later on, in healthy condition, free from infectious deseases, endo and ecto parasites and still bears its natural behavior. The Zoological Park would be the right institution to conduct the program. The captive (ex situ) breeding program of the orangutan has been being conducted by the Ragunan Zoological Park in Jakarta to study epidemiological, behavior, and other biological aspects of the orangutan in order to support the reintroduction program. Specifically, the study has examined and or investigated the medical records, feed and nutrition, behavior, tuberculin test, contraceptive procedure, normal electrocardiogram, normal hematology, clinical chemistry, caging contruction and management (include sanitation), preventive and curative disease treatment and raising procedure. The medical data, which has been collected for five years, indicated that the orangutan raised in the open cages was healthier than the one raised in the close cages. It was observed that the former group was rarely infected by any diseases. The investment of the open cage was more expensive than the close cage during construction period, but relatively very small cost was needed for maintenance in the long run. The air sacullitis case among the orangutan in Kalimantan has never been reported. This disease is a chronic disease. However, the case was reported among the orangutan raised in the foreign countries. It was reported that the case was caused by the Pseudomonas sp, Proteus sp and by Ischerechia call. These bacteria are not pathogen. The examination of air saculitis exudate derived from the orangutan raised in the Ragunan Zoo, has been sucsesful in isolating the Streptococcus pneumoniae. This bacteria is pathogen and anthropozoonosis to human and to other wild or domesticated animals.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
T8343
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
N. Marsono
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1991
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vega Pranadewi
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian pada kelompok anoa (Anoa Smith 1827) di Kebun Binatang Ragunan (KBR) Jakarta yang bertujuan untuk menelaah ulang penamaan terhadap anoa yang berada di KBR, dengan melihat kariotipe dan hasil G-banding kromosomnya. Penelitian dilakukan mengingat kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penempatan kandang pada anoa di KBR serta kemungkinan terdapatnya hibrid dari persilangan yang terjadi. Penelitian bersifat deskriptif dengan menggunakan data studi kromosom. Dari penelitian ini disimpulkan bahwa masih terdapat kekeliruan dalam penempatan kandang dan penamaan pada anoa di KBR yang mengakibatkan terjadinya kelahiran anoa betina hibrid. Kesalahan dalam penempatan kandang dan penamaan yang terjadi tidak terlepas dari masih kacaunya penamaan anoa dewasa ini."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Asteria
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Muthmainnah
"Artikel ini membahas proses pembangunan Kebun Binatang Ragunan (KBR) pada masa Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1966-1977. Pembangunan Kebun Binatang Ragunan ini, dilakukan dengan standar kebun binatang modern, dimana tidak hanya bertujuan untuk sarana wisata berbasis edukasi, tetapi juga sebagai tempat konservasi flora dan fauna. Berbeda dengan kebun binatang sebelumnya, dimana satwa-satwa dikandangkan di kandang besi, di Kebun Binatang Ragunan satwa ditempatkan di kandang alami yang dibuat sedemikian rupa sehingga mirip dengan habitat aslinya. Ali Sadikin merencanakan pembangunan Kebun Binatang Ragunan menjadi salah satu ciri khas wisata kota Jakarta. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah pembangunan Kebun Binatang Ragunan yang dilakukan oleh Ali Sadikin, berhasil menjadi fondasi awal perkembangan pembangunan kebun binatang yang modern di masa mendatang. Kebun Binatang Ragunan menjadi salah satu destinasi wisata masyarakat terutama keluarga ketika berakhir pekan dan hari libur. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah menurut Kuntowijoyo sebagai dasar penelitiannya. Metode ini terdiri dari lima tahap, yaitu pemilihan topik, heuristik berupa pencarian data, verifikasi sumber berupa kritik internal dan eksternal, interpretasi dengan merangkai data-data untuk dilakukan tahap historiografi.

This article talks about the development process of the Ragunan Zoological Garden during the reign of Governor Ali Sadikin in 1966-1977. The development of the Ragunan Zoo, carried out with modern zoo standards, was not only aimed at educational-based tourism facilities, but also as a place for flora and fauna conservation. Unlike the previous zoo, where animals were kept in metal cages, at Ragunan Zoo the animals are placed in natural cages that are made in such a way that they are similar to their natural habitat. Ali Sadikin planned to build the Ragunan Zoological Garden to become one of the characteristics of Jakarta tourism. The result of this research is that the development of the Ragunan Zoo carried out by Ali Sadikin has succeeded in becoming the initial foundation for the development of a modern zoo in the future. Ragunan Zoological Garden becomes one of the tourist destinations for the community, especially families during weekends and holidays. This research is a historical research using the historical method according to Kuntowijoyo as the basis of this research. This methos consists of five stages, including topic selection, heuristics in the form of data searching, verification that is external and internal criticism, interpretation by assembling the data for historiography stage."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Ernawati
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2002
T40150
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasiyanna Syarain
"ABSTRAK
Penelitian jenis-jenis tikus dan penyebarannya di Kebun Binatang Ragunan Jakarta dilakukan pada minggu ketiga dan keempat bulan September 1985. Lokasi penelitian di areal KBR terdiri dari 6 tipe habitat yang berbeda keadaan vegetasintanya. Jenis-jenis tikus yang berhasil ditangkap terdiri dari Rattus tiomanicus. R. exulans. R. norvegicus, dan Banticota indica. Penyebaran kelima tikus tersebut sesuai dengan kekhasan habitat masing-masing. R. tiomanicus menyebar di hampir keenam tipe habitat, kecuali tipe habitat kandang tertutup. R. r. diardi menyebar di sekitar pemukiman, R. exulans menyebar di kandang terbuka dan padang rumput, semak, serta hutan buatan. R. norvegicus hanya terdapat di pemukiman, sedang B. indica menyebar di pemukiman, kandang tertutup, serta kandang terbuka dan padang rumput. Indeks Kesamaan Komunitas yang disusun dalam diagram Trellis menunjukkan bahwa tipe-tipe habitat kandang terbuka dan padang rumput, semak dan hutan buatan mempunyai kesamaan komunitas tikus dengan keanekaragaman jenis yang hampir serupa. Asosiasi interspesifik di antara jenis-jenis tikus ternyata negatif."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1986
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Renaldy Muhamad
"Penelitian ini membahas tentang bagaimana cara memaksimalkan pendapatan pada Taman Margasatwa Ragunan. Caranya yaitu dengan merancang harga tiket masuk yang optimal sehingga mampu memberikan perubahan dalam tingkat pendapatan. Konsep yang digunakan dalam optimasi harga tiket ini menggunakan ilmu revenue management. Dalam merancang harga tiket yang optimal ini terdapat 2 pertimbangan yang menjadi acuan, yaitu segmentasi pengunjung dan waktu. Tujuannya adalah untuk menghasilkan harga pada pengunjung dan waktu yang tepat. Metode ini akan sangat membantu Taman Margasatwa Ragunan dalam upaya untuk meningkatkan pendapatan sehingga bisa ikut memajukan industri pariwisata nasional.

This research discussed about how to maximize Taman Margasatwa Ragunan revenue. The solution is by designing the optimal ticket price so it can make a change in revenue level. The concept which is implemented in this case is revenue management. There are 2 factors that has to be considered in designing this optimal price, customer segmentation and time. The purpose is to create right price for the right customer at the right time. This method will be helpful in order to gaining Taman Margasatwa Ragunan revenue which also can contribute the national industry of tourism movement. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S812
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Freeman, R. Edward
Jakarta: Gramedia, 1985
658 Fre m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>