Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 152442 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Depok : Abdurrahman Wahid Centre - UI, 2017
302.559 8 INT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989
302 INT
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Nanis Setyowati
"Tesis ini mengemukakan penggunaan honorifiks Jepang dan Jawa sebagai permasalahan, penelitian dilakukan dengan cara perbandingan kontrastif dengan menggunakan satu buah novel terkenal dari masing-masing bahasa Jepang dan Jawa. Penggunaan honorifiks Jepang dan Jawa tersebut dikaitkan dengan faktor hubungan sosial dan faktor status sosial partisipannya.
Persamaan :
1. Pada hubungan sosial atas-bawah, kenjougo dan krama andhap digunakan oleh penutur yang lebih rendah.
2. Pada hubungan sosial berdasarkan usia, kenjougo dan krama andhap digunakan oleh penutur yang lebih muda.
Perbedaan :
1. Di masyarakat Jepang, penggunaan kenjougo melibatkan konsep in-group, tetapi di masyarakat Jawa tidak terdapat konsep in-group.
2. Mengenai status sosial dalam profesi, di Jepang kenjougo hanya digunakan oleh penutur yang profesinya berstatus lebih rendah sehingga bersifat satu arah, tetapi di Jawa krama andhap digunakan oleh kedua-duanya, sehingga bersifat dua arah, yang lebih rendah kepada yang lebih tinggi, maupun yang lebih tinggi kepada yang lebih rendah.
Ada juga yang tidak bisa dibandingkan. Misalnya mengenai hubungan sosial antara penjual jasa dan pelanggan, di Jepang kenjougo digunakan oleh penjual jasa kepada pelanggannya, sehingga menimbulkan kesan"Customer is a king ", tetapi di dalam novel Jawa "Anteping Tekad" tidak diketemukan kasus bandingannya."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15207
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Moenadi Ali
"Salah satu yang melatarbelakangi penelitian interaksi bidan di desa dengan ibu hamil dan menyusui sebagai pengguna jasa di Kecamatan Tambun Utara adalah belum adanya penelitian mengenai masalah tersebut di lokasi penelitian sebagai daerah pinggiran kota Jakarta. Secara sosiologis Kecamatan Tambun Utara sebagai daerah pinggiran kota Jakarta merupakan daerah yang sedang dalam proses urbanisasi yang bukan hanya sekedar perpindahan penduduk dari desa ke kota, tetapi merupakan proses perubahan budaya urban. Tentu saja pola interaksi mereka, terutama kalangan ibu hamil dan menyusui sangat panting untuk diketahui, sehingga biasa dijadikan masukan terutama oleh para bidan di desa.
Masalahnya, hingga saat ini wawasan bidan di desa mengenai kemasyarakatan, terutama cara membangun pola interaksi ideal dengan masyarakat pengguna jasa jarang diberikan kepada mereka. Sehingga wawasan mengenai hal tersebut bisa saja "dibangun sendiri" oleh bidan desa berdasarkan pengalaman empiris.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan memberikan gambaran mengenai pola interaksi antara bidan desa dengan ibu hamil dan menyusui di Kecamatan Tambun Utara. Dalam gambaran tersebut dapat muncul pola interaksi kooperatif atau non.-kooperatif.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dalam format studi kasus. Oleh karena itu, penelitian ini tidak menggunakan uji statistik. Angket digunakan untuk memperoleh_ data yang kerimudian disajikan dalam bentuk tabel frekuensi dan kemudian dielaborasi secara kualitatif. Sedangkan daftar pertanyaan disusun untuk dijadikan pedoman wawancara dalam rangka memperoleh data-data kualitatif, yang dipadukan dengan data-data yang diperoleh dari angket.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut: pertama, interaksi bidan di desa dengan ibu hamil dan menyusui termasuk ke dalam bentuk interaksi yang bersifat kerjasama, bukan persaingan, ataupun pertentangan. Oleh karena itu, kualitas kesehatan masyarakat Kecamatan Tambun Utara meningkat. Kedua; interaksi bidan di desa pada umumnya berlangsung atas inisiatif bidan di desa sendiri yang menyadari bahwa tugas mereka perlu dukungan dari masyarakat.
Ketiga, berbagai perlengkapan pendukung kegiatan bidan di desa, seperti Polindes, bidan kit (seperangkat slat bidan untuk menolong persalinan), sangat kurang padahal hal itu dapat membantu bidan meningkatkan kinerja di mana kinerja bidan yang baik akan menyebabkan kepercayaan masyarakat semakin meningkat, dengan demikian reward akan diperoleh baik oleh bidan di desa maupun masyarakat itu sendiri. Keempat, berbagai konflik yang terjadi di masyarakat dapat menyebabkan bidan di desa tidak mampu mengoptimalkan Polindes yang ada, kondisi itu tentu saja membuat keberhasilan program kesehatan masyarakat agak terhambat."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12492
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karepesina, Muh.Yasim
"Secara garis besar penelitian ini menjelaskan tentang perkembangan terkini hubungan sosial antara antara kelompok masyarakat Islam dan Kristen pasca konflik horizontal di Propinsi Maluku Utara. Penelitian ini sangat penting dilakukan sehingga dapat diketahui secara akurat pola hubungan sosial antara kedua belah pihak yang pada akhirnya dapat diambil sejumlah kebijakan tertentu untuk memperkuat pola hubungan yang mendukung dan menetralisir pola hubungan yang menghalangi pelaksanaan pembangunan di Maluku Utara.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menghasilkan data deskriptif dan diperoleh dari penelusuran kepustakaan dan hasil wawancara dengan para informan. Untuk mendukung data tersebut, penelitian ini juga dilakukan dengan metode observasi.
Dari basil penelitian menunjukkan bahwa antara kedua belah pihak telah melakukan akomodasi yang pada intinya adalah ingin membangun kembali kebersamaan seperti sedia kala. Dengan akomodasi tersebut itu pula, akhirnya mengantarkan kedua belah pihak pola hubungan selanjutnya yaitu kerja sama, persaingan dan konflik. Kerja sama antar kedua belah pihak terjadi dalam bidang - bidang sosial kamasyarakatan, ekonomi, dan politik. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki kepentingan yang sama, kemudian persaingan terjadi pada bidang ekonomi, pendidikan dan politik. Dalam bidang pendidikan dan politik, pihak Muslim lebih unggul dibandingkan dengan kelompok masyarakat Kristen. Sedangkan dalam bidang ekonomi pihak Kristen lebih unggul. Konflik yang terjadi antara mereka adalah konflik laten berupa sikap prasangka dan kebencian serta perasaan dendam.
Keterlibatan Pemerintah Daerah dan LSM dalam normalisasi hubungan antara kedua belah pihak dimulai dari pencegahan konflik untuk memelihara perdamaian, membentuk perdamaian sampai membangun perdamaian. Dalam pencegahan konflik pemerintah daerah dan aparat keamanan sedikit menggunakan paksaan yang oleh penulis disebutkan dengan keterlibatan langsung, sementara keterlibtan tidak langsung adalah dimana Pemerintah Daerah dan LSM hanya memfasilitasi dan mendorong kedua belah pihak untuk melakukan perundingan damai.
Dalam upaya normalisasi hubungan antara kedua belah pihak, terdapat beberapa faktor pendukung dan penghambat. Faktor pendukung antara lain : 1). Adanya kesamaan nasib dan kesamaan etnis; 2). Saling ketergantungan secara ekonomi; 3). Adanya intervensi dan pihak ketiga. Sedangkan Faktor penghambat adalah: 1). Kondisi geografis Maluku Utara; 2). Adanya kebencian.dari kedua belah pihak; 3), Adanya kelompok-kelompok kepentingan yang sengaja menciptakan instabilitas.
Oleh karena itu, dalam pembangunan perdamaian yang berkelanjutan di Maluku Utara maka perlu dilakukan dialog-dialog dalam semua level masyarakat, pendistribusian sumber-sumber perekonomian yang adil dan merata Sehingga tidak terjadi kecemburuan sosial yang dapat merusak hubungan mereka sendiri."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13849
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ali Masykur Musa
Jakarta: Erlangga, 2011
320.54 ALI n
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Bernarda Meteray
"Disertasi ini menunjukkan bahwa perbedaan mendasar antara nasionalisme Papua dan nasionalisme Indonesia di Nederlands Nieuw Guinea (NNG, khususnya perbedaan baik yang menyangkut proses maupun karateristiknya. Penyemaian nasionalisme Papua mengalami proses panjang sejak 1925 melalui pendidikan formal berpola asrama dan secara terencana hingga akhirnya dibentuk partai politik dan Dewan Nieuw Guinea. Sebaliknya proses penyemaian keindonesiaan di NNG baru dimulai pada 1945 dengan cara yang singkat tanpa pendidikan formal dan perencanaan matang. Cara yang digunakan seperti pemberontakan, rapat-rapat dan pembentukan partai politik.
Karateristik nasionalisme Papua mengacu pada kesamaan ras yaitu, Melanesia yang secara fisik berkulit hitam dan berambut keriting serta memiliki pengalaman yang sama dan digagas oleh orang Belanda yaitu Kijne dan van Eechoud dengan tujuan mempapuanisasikan orang Papua. Sebaliknya karateristik nasionalisme Indonesia di NNG mengacu pada Bhinneka Tunggal Ika dan dengan demikian tidak mengacu pada ras tertentu. Pelaku penyemaian keindonesia yaitu Soegoro, Gerungan dan Ratulangi dengan tujuan mengindonesiakan orang Papua berdasarkan proklamasi 17 Agustus 1945.
Temuan ini di atas ini memperlihatkan bahwa ternyata pengalaman sejarah orang Papua berbeda dengan orang Indonesia lainnya. Sejalan dengan hal tersebut, teori Renan yang selama ini digunakan oleh para negarawan, politisi dan akademisi untuk membangun nasionalisme Indonesia di NNG terlihat kelemahannya jika digunakan sebagai generalisasi yang melihat kesadaran nasional sebagai proses yang sama di setiap daerah di Indonesia. Temuan lainnya adalah bahwa konsep penyemaian dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menjelaskan proses keberadaan dua nasionalisme di NNG dan krisis kebangsaan yang muncul baik di NNG maupun daerah-daerah lainnya di Indonesia.

This dissertation shows that there is a fundamental difference between Papua and Indonesian nationalism in Nederlands Nieuw Guinea (NNG) in terms of the proscess and charateristics. The seeding of Papua nationalism in NNG has a long proscess since 1925. This nationalism was established through formal education within a well-ordered dormitory system. The development of political parties and Nieuw Guinea council were inspired by that dormitory system. By contrast, the Indonesian nationalism proscess began in 1945 through a short and un organised system. Papua nationalism has been influenced by the experience of her people who feel themselves as part of Melanesian race as it was promulgated by Kijne and van Eechoud.
Papua nationalism aimed to increase the awareness of Papuan as being different form Indonesians. Indonesian nationalist activists fought for Indonesian nationalism's motto which is unity in diversity (Bhinneka Tunggal Ika) to include the Papuans. Indonesian nationalist activists were assigned to accomplish the mission were Soegoro, Gerungan and Ratulangi. The disssertation draws its conclusion that the use of Renan's theory in developing the sense of nationalism in Papua as undivided part of Indonesia by politicians, academicians and statemen can no longger prevailed.
This study shows that conceptual generalizations are in need to be more qualified. As a matter of fact, the development of nationalism in each region has its own characteristics which is particular and cannot be generalized. This study also shows that the concept of 'penyemaian' (seeding) can be made as an alternative approach to explain and distinguish two forms of nationalism that co-exist within NNG and other parts of Indonesia.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
D1174
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>