Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106680 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferhadius Endi
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2015
440 FER n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Sasak language, as classified by mahsun, has four dialects namely dialect a-a, dialect a-a. Each dialects consists of some subdialects. Each dialect varies structurally; that is, in term of its phonological system, morphological system and syntactic system. In a formal discussion on standardization of Bahasa sasak held at kantor bahasa Provinsi NTB in 2009, it is agreed that dialect a-a considered to be standard dialect of bahasa sasak. Thus, this study is aimed at describing some possible difficulties of learning bahasa sasak in the level of phonology, morphology and syntax. This study merely reveals some comparison examples between dialect a-a dan dialect a-a"
MBSN 6:1 (2012)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Ariani
"Proses nominalisasi merupakan salah satu cara membentuk nomina yang terdapat di dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia. bahasa Jerman membedakan pemakaian istilah nominalisasi, yaitu Nominalisierung untuk tatatran frase dan kalusa, dan substantivierung untuk tataran kata; bahasa Indonesia hanya memiliki satu istilah untuk tataran kata, frase dan klausa yaitu nominalisasi.
Berdasarkan penelitian, terdapat perbedaan penggunaan alat pembentuk, yaitu afiks. Dalam bahasa Jerman hanya sufiks yang dapat mengubah kelas kata, sedangkan bahasa Indonesia dapat dilakukan oleh prefiks, sufiks, konfiks dan kombinasi afiks.
Kedua proses nominalisasi tersebut masing-masing diuraikan dan dianalisis secara terpisah, baik dari segi bentuk maupun dari segi makna semantis. Hasil analisis yang didapat digambarkan dalam bentuk tabel.
Pada analisis kontrastif diperlihatkan perbedaan dan persamaan bentuk serta makna semantis dari hasil proses nominalisasi.
Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa pada proses nominalisasi dalam bahasa Jerman dan bahasa Indonesia walaupun berbeda bila ditinjau dari segi bentuk tetapi memiliki persamaan dari segi makna."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14753
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Dalam bahasa Muna dialek Mawangsa dikenal juga kelas kata nomina. Nomina dalam bahasa Muna dialek Mawasangka ada yang terbentuk dari proses afikasasi, baik yang bersifat infleksional maupun derivasional. Proses pembentukan nomina yang derivasional inilah yang disebut dengan nominalisasi, yaitu proses pembentukan nomina yang berasal dari morfem atau kelas kata lain. Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan nominalisasi dalam bahasa Muna dialek Mawasangka "
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tobing, Andrea P.H.L.
"Penelitian mengenai kategori semantis nomina hasil nominalisasi dalam bahasa Perancis berdasarkan teori Comrie dan Thompson, tujuannya adalah untuk memerikan kategori semantis nomina hasil nominalisasi dalam BP. Pengumpulan data dilakukan melalui pengumpulan nomina hasil nominalisasi yang berkata dasar verba dan adjektiva abjad dari kamus kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorisasi Comrie dan Thompson, kata dasarnya, juga berdasar sufiks yang digunakan. Comrie dan Thompson adalah 2 sarjana linguistik yang melakukan penelitian atas berbagai bahasa di dunia dan mengkategorikan hasil nominalisasi secara semantic dalam penggolongan berikut: action/state nouns [n. tindakan/keadaan], agentive nouns [n. agen], instrumental nouns [n. al manner nouns], [n. cara], locative nouns (n. lokatif), objective nouns (n. obyek), reason nouns [n. alas an] Berdasarkan penelitian, basil nominalisasi BP mencerminkan kategori semantis yang diajukan Commie dan Thompson. Tetapi dalam penelitian ini ditemukan bahwa BP mempunyai basil nominalisasi yang dapat digolongkan sebagai n. kelompok dan n. kewaktuan. Kesimpulan lain yang dapat ditarik adalah bahwa 1 sufiks dapat berada dalam beberapa kategori. Akan tetapi jenis kategori yang hanya mempunyai 1 jenis kata dasar. Dalam analisis n. tindakan dan keadaan dilakukan penelitian berdasar jenis verba, yaitu verba tindakan dan verba keadaan. Pada n. alat kata dasarnya adalah verba tindakan, sedang pada n. obyek kata dasarnya adjektiva dan verba. Kelas kata dasar n. cara, n. lokatif, n. alasan dan n. kelompok adalah verba tindakan. Pada n. agen yang berkata dasar verba agennya melakukan pekerjaan, sedang yang berkata dasar adjektiva agennya mendapat keterangan yang berkaitan dengan kata dasar."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S14568
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukatman
Yogyakarta : LaksBang Pressindo, 2009
398.2 SUK b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pramitarini Dewi J.
"Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Dalam suatu masyarakat, komunikasi antarindividu di samping secara Iisan, dapat pula dilakukan secara tertulis, misalnya melalui media massa berupa surat kabar. Dalam surat kabar banyak terlihat nominalisasi dalam penyusunan berita. Bertitik tolak dari kenyataan ini, penulis tertarik untuk meneliti padanan frase nominal (FN) hasil nominalisasi afiksal bahasa Perancis (BP) dalam bahasa Indonesia (BI). Untuk melakukan penelitian ini, dalam skripsi yang berjudul Padanan Frase Nominal Hasil Nominalisasi Afiksal Bahasa Perancis dalam Bahasa Indonesia, digunakan konsep-konsep : satuan-satuan, gramatikal , nominalisasi afiksal, anafora dan katafora serta teori terjemahan. Hasil analisis menunjukkan bahwa padanan FN hasil nominalisasi afiksal BP adalah berupa FN hasil nominalsasi afiksal BI (terdiri dari FN hasil nominalisasi afiksal setia dan FN hasil nominalisasi afiksal tidak setia dan bukan berupa hasil nominalisasi BI. Jenis padanan yang beragam ini mengakibatkan perubahan dalam hubungan antara FN hasil nominalisasi dan kalimat yang mengalami nominalisasi: - Dalam padanan, yang berupa FN hasil nominalisasi afiksal setia BI, terlihat kesamaan hubungan. Jika dalam BP terdapat hubungan anaforis setia, maka dalam BI juga terdapat hubungan anaforis setia. Demikian pula dengan hubungan kataforis. - Dalam padanan yang berupa FN hasil nominalisasi afiksal tidak setia BF, tidak terlihat kesamaan hubungan. Dalam BP terdapat hubungan anaforis dan kataforis setia, namun dalam DI terdapat hubungan anaforis dan kataforis tidak setia. - Dalam padanan yang bukan berupa hasil nominalisasi BI, ada yang memiliki hubungan dan ada pula yang tidak. Hubungan disini bukan hubungan yang sama dengan hubungan dalam BP antara FN hasil nominalisasi dan kalimat yang mengalami nominalisasi, tetapi ditandai dengan morfem -nya. Jika dalam BP terdapat hubungan anaforis dan kataforis, maka dalam BI hanya terdapat hubungan kataforis dengan morfem -nya sebagai penanda katafora. Jika morfem ini tidak muncul, maka tidak ada hubungan. Kemudian rnengenai struktur dan bentuk nomina dalam hubungan antara FN BP dan, FN BI. Dapat dilihat bahwa: - Jika dalam FN BP strukturnya adalah Det (Art) + N + Mod (FPrep), araka dalarn BI struktur tersebut menjadi :N + Mod (FN) + Det (_r), N + Mod (Num) + Det (_r), N + Mod (FPrep) + Det (_r)Jika dalam FN BP strukturnya adalah Det + N, maka dalam BI struktur tersebut menjadi N + Det. - Nomina yang paling banyak muncul sebagai padanan dari semua afiks pembentuk nomina BP adalah nomina BI berafiks pe-an. Selanjutanya mengenai pergeseran-pergeseran yang terjadi dalam padanan FN hasil nominalisasi afiksal BP dalam BI adalah pergeseran struktur, tingkatan, kelas dan intra sistem. Akhirnya, analisis ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam bidang terjemahan dan sintaksis."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharmestya Adyana
"Pada tahun 2004, Depdiknas menerbitkan buku BISI Tingkat Dasar, BISI Tingkat Madya, dan BISI Tingkat Mahir sebagai standar minimal pengajaran bahasa Indonesia untuk sekolah-sekolah internasional di Indonesia. Dari ketiga buku tersebut, saya meneliti buku BISI Tingkat Dasar. Penelitian dilakukan untuk melihat keutuhan metode komunikatif dan perkembangan tingkat kesulitan di buku BISI Tingkat Dasar. Dalam penelitian ini, saya melakukan tiga tahapan kerja. Pertama, saya mendeskripsikan BISI Tingkat Dasar dengan teori teknik pengajaran bahasa dari Harold S Madsen. Madsen memaparkan teknik-teknik pengajaran bahasa asing yang berguna untuk mengenali jenis dan fungsi teknik latihan kemampuan berbahasa dalam bidang kosakata, tata bahasa, membaca, menulis, menyimak, dan berbicara. Kedua, saya menganalisis aspek-aspek metode komunikatif dalam BISI Tingkat Dasar dengan silabus dari Dewan Eropa yang menyatakan, sebuah pengajaran bahasa harus mencakup berbagai materi. Materi-materi tersebut yaitu situasi dan topik yang memerlukan penggunaan bahasa asing, fungsi komunikatif, nosi komunikatif, kosakata, dan tata bahasa. Ketiga, saya mengelompokkan materi dan jenis latihan dalam BISI Tingkat Dasar untuk melihat perkembangan tingkat kesulitan buku ini. Dari penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa buku BISI Tingkat Dasar: tidak secara keseluruhan menerapkan metode komunikatif karena, dari 10 bab, hanya 1 bab yang secara menyeluruh menerapkan aspek metode komunikatif, memperlihatkan perkembangan tingkat kesulitan dari segi ruang lingkup tema, tidak memperlihatkan perkembangan tingkat kesulitan dari segi latihan karena latihan yang sulit kerap dimunculkan sebelum latihan yang mudah, serta memiliki aspek metode gramatika terjemahan, yang terlihat dari banyaknya latihan penerjemahan."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S10817
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Vitriani Sumarlis
"Beberapa data di luar maupun dalam negeri, menunjukkan terdapat prevalensi yang cukup besar (5-20%) mengenai siswa-siswa sekolah dasar yang mengalami kesulitan belajar. Mereka memiliki kecerdasan umum yang tergolong rata-rata atau di atas rata-rata namun tidak tertampilkan dalam prestasi belajar di sekolah. Prevalensi tersebut menandakan perlunya identifikasi dan penance nan bagi siswa berkesulitan belajar agar potensi dasar mereka dapat dioptimalkan.
Identifikasi risiko kesulitan belajar sejak dini dapat dilakukan sebelum memasuki sekolah dasar, yaitu pada tingkat prasekolah. Identifikasi yang dapat dilakukan adalah dengan melihat tanda-tanda awal dari kesulitan belajar seperti perkembangan motorik, persepsi, bahasa atau atensi (Lerner, 2000). Sangat disayangkan, umumnya kesulitan belajar baru terdeteksi ketika siswa menginjak bangku sekolah dasar. Permasalahan-permasalahan belajar yang mereka alami pun seringkali telah bercampur dengan permasalahan perilaku dan keterampilan sosial.
Masih terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli mengenai aspek-aspek yang memberikan kontribusi terhadap risiko kesulitan belajar. Sebagian ahli ada yang mempercayai hubungan antara aspek motorik dan persepsi terhadap risiko kesulitan belajar (Lewandowski, dalam Blumsack dick, 1997; Trout, 1996). Sebagian ahli yang lain menolak peranan aspek motorik dan persepsi, dan mengutamakan peranan aspek bahasa pada risiko kesulitan belajar (Scarborough, 1990; Vellutino dkk, 2004). Ada pula yang berpendapat bahwa risiko kesulitan belajar berhubungan dengan ketiga aspek tersebut, di mana perkembangan anak-anak yang mengalami risiko kesulitan belajar pada ketiga aspek perkembangan motorik, persepsi dan bahasa terlambat bila dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Penelitian ini bertajuan untuk mengetahui kontribusi aspek motorik, persepsi dan bahasa secara bersama-sama terhadap risiko kesulitan belajar. Dari hasil yang diperoleh ingin diketahui pula aspek perkembangan apakah yang memiliki kontribusi paling besar terhadap risiko kesulitan belajar di tingkat prasekolah.
Penelitian dilakukan pads 76 orang siswa TK Pembangunan Jaya dan TK Tumbur Ria, yang berusia antara tiga hingga tujuh tahun. Mereka duduk di bangku kelompok bermain hingga TK B. Para siswa tersebut diberikan serangkaian tugas yang mengukur kemampuan mereka pada aspek motorik, persepsi dan bahasa. Para guru yang mengajar para siswa tersebut pun diminta memberikan penilaian mengenai tingkat penguasaan siswa-siswa yang terlibat dalam penelitian ini terhadap keterampilan pra akademik membaca, menulis, dan berhitung. Penilaian guru digunakan sebagai instrumen untuk mengukur risiko kesulitan belajar karena dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa penilaian guru di tingkat taman kanak-kanak dapat meramalkan keberhasilan belajar di tahun-tahun pertama sekolah dasar (Mercer, 1997; Taylor dick, 2000) .
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya kontribusi bersama antara aspek, motorik, persepsi dan bahasa terhadap risiko kesulitan belajar. Kontribusi yang terbesar adalah dari aspek persepsi terhadap risiko kesulitan belajar. Beberapa hasil tambahan juga diperoleh dari hasil penelitian ini.
Saran yang diperoleh dari penelitian ini menyebutkan perlunya dilakukan penelitian longitudinal lanjutan untuk memantau perkembangan siswa di tingkat sekolah dasar. Mengingat instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pengembangan instrumen baru maka perlu dilakukan pembakuan instrumen. Saran praktis bagi guru dan orangtua juga diberikan guna meminimalkan risiko kesulitan belajar, maupun memberikan stimulasi yang berkaitan dengan pengembangan aspek motorik, persepsi, dan bahasa."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T17941
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>