Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138616 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Tapi Omas Ihromi
"This article generally describes the development of legal anthropological studies in Indonesia in the last 20-year period. First, this article proposes some notes concerning a number of papers written by scholars of this discipline as well as writers from other disciplines who are interested in legal anthropology. Second, this article describes teaching of legal anthropology in various universities in Indonesia, and the problems faced by lecturers of this field. Third, the writer provides information on all kinds of research in legal anthropology carried out the Indonesia researchers, and the problems that occurred in the studies and researches on legal anthropology in Indonesia. At the end, the writer specifically focus on important of researches, publication of writings on legal anthropology, and the trainings for legal anthropologist, e.g. through cooperation between Indonesia and foreign universities as a way to stimulate and encourage the development of legal anthropology in Indonesia."
1989
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
R.M. Koentjaraningrat, 1923-1999
"In describing the development of legal anthropology as a new subdiscipline in anthropology, the author firstly clarifies the differences between legal anthropology and the common law science. Although the description of law had been found in ethnographic literatures since two centuries ago, a particular analysis on law emerged in 1920s as the result of debates between Malinowski and R. Brown on the mechanism of social control in stateless societies. Problems of whether law exists in the state or stateless societies stimulated the anthropologists to define the boundaries and scopes of "law", such as L. Pospisil's definition. The development of studies, analysis, and interpretation on law systems in various societies lead to the emergence of legal anthropology as a subdiscipline in anthropology. "
1989
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyowati Irianto
"This article had the aim to show in what way legal anthropological approach can contribute to the development of a field now know as women's studies. What will be explained is the potentiality of yielding rich and valuable data regarding women's issues when the methods developed in anthropological fieldwork are being used in research. The writer illustrate her points by describing her study, conducted in three villages in vicinity of Tarutung, North Sumatera."
1992
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Kiptiyah
"Tesis ini meneliti mengenai kebudayaan pesantren, manajemen dan perilaku santri yang berkenaan dengan kesehatan dalam konteks penciptaan dan pemeliharaan kondisi lingkungan yang bersih dan sehat di pesantren. Status kesehatan seseorang dipengaruhi oleh faktor keturunan, kualitas dan kuantitas sarana pelayanan kesehatan, perilaku hidup sehat seseorang atau masyarakat dan keadaan lingkungan hidupnya. Hal ini sebagaimana dikatakan Foster (1986) bahwa di samping faktor biologis, faktor-faktor sosial-psikologi dan faktor budaya sering memainkan peran dalam.mencetuskan penyakit Namun begitu lingkungan bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi kesehatan, tetapi memiliki arti penting karena sampai batas tertentu dapat dikendalikan terutama yang diakibatkan perilaku atau perbuatan manusia. Adapun kebijakan sosial dan ekonomi untuk mendapatkan makanan yang cukup, air yang sehat, atau yang membuat orang lalai bahwa peralatan-peralatan sanitasi yang tak sempurna, tradisi kebudayaan, lembaga ekonomi, sanitasi dan kebijakan lain yang mempengaruhi munculnya penyakit semuanya turut mempengaruhi kesehatan.
Pesantren sebagai salah satu elemen pendidikan juga menempatkan masalah tersebut dalam kurikulumnya, menyangkut di dalamnya kitab-kitab yang menjadi rujukan dan dipelajari serta dipergunakan di pesantren. Pesantren yang notabene merupakan lembaga pendidikan Islam tentu saja dalam praktek kesehariannya berdasarkan ajaran Islam pula. Secara universal Islampun juga mengangkat isu mengenai masalah kesehatan maupun kebersihan dan bahkan anjuran memakan makanan- minuman yang thoyyib yaitu makanan atau minuman yang bagus kualitas gizinya maupun halal cara memperolehnya. Dalam hal ini pula ada makanan yang secara tegas dilarang untuk dikonsumsi. Dalam Hadits (sumber hukum kedua setelah Alquran) dengan jelas juga dikatakan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman, mukmin yang kuat lebih baik dan lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah dan juga menganjurkan untuk menjaga kebersihan dengan segala usaha yang dapat dilakukan.
Pesantren memang merupakan suatu komunitas tersendiri dimana semua rambu-rambu yang mengatur kegiatan dan batas-batas perbuatan, misalnya halal-haram, wajib-sunah, baik-buruk dan sebagainya dipulangkan kepada hukum agama, dan semua kegiatan dipandang dan dilaksanakan sebagai bagian dan ibadah keagamaan dengan kata lain semua kegiatan kehidupan selalu dipandang dalam struktur relevansinya dengan hukum agama. Salah satunya dalam hal kebersihan atau kesehatan. Banyak hal-hal yang dianggap bersih dan suci oleh pesantren, karena dibolehkan oleh hukum agama tetapi tidak bersih atau tidak sehat menurut konsepsi ilmu kesehatan. Sehingga cara pandang ini tentu sangat membedakan antara komunitas pesantren dengan masyarakat "diluar" pesantren.
Masyarakat pada umumnya memberikan batasan tentang kesehatan adalah batasan yang diangkat dari batasan kesehatan menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebagaimana termaktub dalam Undang-undang Kesehatan No.23 Tahun 1992, yaitu keadaan sejahtera badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Sehingga secara normatif dan sistematik meskipun pesantren telah memiliki kurikulum dan pengajaran sebagaimana tersebut diatas, namun pada kenyataannya masalah-masalah kesehatan terutama hubungan mata rantai yang telah menyebabkan munculnya penyakit dapat terjadi. Hal ini disebabkan adanya pemahaman yang berbeda antara pesantren dengan masyarakat "diluar" pesantren terutama yang berkaitan dengan masalah-masalah kesehatan. Masyarakat pesantren selalu mengembalikan pemahaman mereka kepada kaidah hukum Fiqh, sehingga mereka memiliki persepsi sendiri mengenai kebersihan lingkungannya terutama untuk sebagai sarana ibadah semata-mata kepada Allah SWT sehingga yang terpenting menurut pesantren adalah kesucian sarana tersebut, yaitu terbebas dari najis sehingga tidak menghalangi sahnya suatu ibadah. Hukum fiqh begitu menempati kedudukan yang dominan pada tata nilai dalam kehidupan di lingkungan pesantren. Sedangkan pengajaran mengenai fiqh ini sebagaian besar diperoleh pada kitab-kitab kuning. Kitab kuning merupakan kitab-kitab pengajaran Islam klasik, yang berbahasa Arab dan ditulis oleh para ulama abad pertengahan (7-13 Hijriah).Hal ini tentu turut menjadi pemicu terjadinya perbedaan pemahaman tentang kondisi pemeliharaan kebersihan dan kesehatan di pesantren dengan pemahaman masyarakat "diluar" pesantren. Demikian pula dengan kebudayaan pesantren dalam konteks ini yang merupakan keseluruhan pengetahuan yang dimiliki oleh komunitas pesantren dimana di dalamnya berisi perangkat-perangkat, model-model pengetahuan yang terwujud dalam perilaku, tindakan, nilai-nilai yang digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan mengenai kesehatan lingkungan dan masalah-masalah kesehatan yang ditimbulkannya serta pengelolaan kebijakan-kebijakan pesantren yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan.
Disamping itu, terjadi kontradiksi (penafsiran/ pemahaman yang bertolak belakang) perilaku sehari-hari di pesantren dengan cara pandang masyarakat "diluar' pesantren mengenai kesehatan lingkungan hidup sehari-hari juga didukung oleh kurang memadainya fasilitas-fasilitas bangunan maupun tempat tinggal santri sehingga kurang mendukung terbentuknya kondisi lingkungan yang kondusif dan sehat serta nyaman untuk belajar. Kondisi ruangan, kamar mandi dan sarana sanitasi lainnya termasuk pengelolaan sampah dan sebagainya. Kondisi ini sangat mempengaruhi perilaku keseharian mereka terutama dalam upaya pemeliharaan sanitasi dan kesehatan lingkungan yang optimal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
T13779
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amri Marzali
"This article was written in response to a challenge put forth by two non-anthropologists over the role of anthropologists in Indonesian national development. The challenge was made by the late Dr. Y.B. Mangunwijaya (Kompas 24 January 1996) and Dr. Benjamin Lumenta (Kompas 29 January 1996). In fact, a response was given by Prof. Parsudi Suparlan (Kompas3 February 1996) and the author (Republika 2 May 1996). Also related to the matter is an article by Prof. S. Budhisantoso (Republika 24 May 1996).This article is an extension of the author's own article that appeared in Republika of May2, 1996. He finds that his ideas on the role of anthropologists in national development could not be covered adequately in the brief newspaper article, and requires an extended and serious discussion-even more so since the present articles touches upon the anthropological education system in Indonesia, specifically at the Department of Anthropology at the University of Indonesia. Thus, the article brings forth three main points, that is the role of anthropologists in Indonesia, the development of the anthropological education system in Indonesia, and Indonesian development."
2000
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Warsani
"The decision of Supreme Court of Justice as the formal legal system should have been strongly applied to solve legal matters such as the problem of inheritance. Among the social life of Karo, a sub-ethnic group of the Batak of North Sumatera, the national legal system which should be applied to all citizens in Indonesia, has not yet been able to be fully accepted due to the discrepancies of the nature of legal system with the nature of cultural system of the people and their customary law."
1989
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Ilmi Idrus
""Antropologi feminis dewasa ini merupakan perkembangan dari antropologi wanita di tahun 1970-an. Jika antropologi wanita subyeknya adalah perempuan, maka antropologi feminis subyeknya bukan saja perempuan, tapi juga laki-laki. Ini karena pokok pembicaraan dalam bidang ilmu ini tidak saja 'untuk perempuan' (for women), tetapi juga berbicara secara ekstensif 'tentang perempuan' (about women). Para antropolog feminis kontemporer menunjukkan, bahwa gender merupakan konsep analitik yang penting (McGee dan Warms 1996:392). Istilah ini popular digunakan pada tahun 1980an, dan banyak ditemukan dalam tulisan-tulisan antropolog sosial dan budaya, yang digunakan untuk merujuk pada hubungan perempuan dan laki-laki, serta bagaimana konstruksi dari kategori ini (Pine 1996:253).""
2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Koji Sato
"nanya dong dok
The architecture of stilt house - as the form of traditional house - in pacific region shows some basic similarities. House constructions that consist of bottom structure-primary structure - top structure are in accordance with cosmic classification, i.e. lower world - human world - upper world. In this comparative study, the author tries to show that stilt-house basically is the development of granary architecture. In many societies granary is a sacred place where occasional rituals are undertaken. The couch underneath the granary is often used for activities even for living places. The author argues that formerly people lived in granary and then changed to be stilt-house. Using some examples from various ethnic groups in the Philippines, Japan, New Zealand and Indonesia he explains that the attic id a place for gods and sacred things."
1991
J-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Lowe, Celia
""Lewat globalisasi, keterkaitan antara manusia dan tempat meningkat, dan manusia yang sebelumnya tidak pernah saling jumpa sekarang berkesempatan untuk menjalin kontak. Meskipun kita dapat melihat globalisasi terjadidi mana-mana, proses globalisasi sebenarnya tidak terdistribusi secara merata. Sebagian orang, hampir tidak pernah pindah dari satu tempat ke tempat lain yang berbeda dari tempat mereka lahir dan mati, dan banyak lagi yang tidak berpartisipasi secara aktif dalam seluruh pola konsumsi, birokrasi, atau informasi yang merupakan karakteristik dari globalisasi. Namun, setiap orang pada tingkatan tertentu terlibat dalam suatu bentuk sirkulasi yang baru. Globalisasi telah merubah dunia dimana kitasemua hidup.""
2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sutjipto Rahardjo
"One of the characteristic of legal anthropology, according to the author, is the refusal law in its formal and absolute form. The Vollenhoven's thesis on the importance of studying law as it is rooted in the Indonesian society and culture can be regarded as the emergence of legal anthropology in Indonesia. Nevertheless, studies on law from anthropological viewpoint have just been intensified since 1970s. In describing the history of law and the position of legal anthropology in the legal history, the author reveals the main contribution of ideas from some law scientist. One among the ideas is the importance of analyzing the contents of law in recent context without precluding its historical dimension. The analysis on the history of law should constitute explanation on how events emerge and develop so as to provide better understanding on various rules, concept, and institutions of law at recent times. The legal anthropology provides us with such understanding on how certain laws emerge, develop, and change, since it analyzes law in its very "natural" context or as the manifestation of socio-cultural aspects of a society."
1989
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>