Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4395 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Monfries, John
"This book is a political biography of Sultan Hamengku Buwono IX (1912-88), one of Indonesia's most respected founding fathers. Altough revered and admired at home and abroad, this is his first biography in English. This is largely because the Sultan was an intensely private person who meticulously guarded his public persona, and information about his life is not readily accessible."
Singapore: ISEAS , 2015
e20453081
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1998
920 IND b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Aan Ratmanto
"Role of Sultan Hamengku Buwono IX, the Sultan of Yogyakarta, in the Indonesian independence struggle.
"
Yogyakarta: Kerjasama Atap Buku dan Mata Padi Pressindo, 2012
959.803 AAN m
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zaidan Rahmat Nurhayat
"Gerakan Pramuka di bawah kepemimpinan Sultan Hamengku Buwono IX merupakan salah satu tema penulisan sejarah yang belum ditulis secara utuh, padahal Gerakan Pramuka pada masa ini mengalami dinamika organisasi yang sangat menarik."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2002
S12624
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Gramedia, 1982
923.292 TAH
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kompas Media Nusantara, 2012
920.1 SEP
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sunardian Wirodono
Tangerang: Javanica, 2017
808.83 SUN c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
"ABSTRAK
Berangkat dari asumsi bahwa untuk meningkatkan Ketahanan Nasional, maka peranan para pemimpin adalah sangat menentukan.
Selanjutnya teori Ketahanan Nasional berjenjang menyatakan, bahwa kondisi ketahanan suatu Wilayah itu akan mempunyai pengaruh bagi peningkatan ketahanan nasional.
Oleh karena itu berdasarkan teori tersebut, maka kondisi Ketahanan Wilayah Yogyakarta yang dipimpin Sultan HB.IX, baik langsung atau tidak langsung akan berpengaruh pula terhadap ketahanan nasional secara keseluruhan. Apalagi sehubungan dengan kota Yogyakarta sebagai Ibukota negara RI.
Sultan Hamengku Buwono IX, sebagai suatu institusi kehidupan politik di wilayah Yogyakarta,upaya untuk peningkatan Ketahanan Wilayah itu secara tidak langsung kiranya telah dilakukannya jauh sebelum negara Republik Indonesia itu sendiri lahir. Upaya itu antara lain ditunjukan oleh sikapnya sewaktu melakukan perundingan politik dengan pihak penguasa penjajah Belanda.Perundingan yang memakan waktu selama lima bulan itu, merupakan waktu terpanjang dalam sejarah perundingan kontrak politik yang pernah dilakukan antara raja -raja di Indonesa dengan pihak Belanda,dan peristiwa itu dapat dianggap sebagai suatu isyarat bahwa dirinrya saat itu tidak dapat begitu saja tunduk kepada kemauan Penjajah.
Pada masa penjajahan jepang upaya peningkatan ketahanan wilayah , dilakukan antara lain dengan melakukan pembenahan di bidang pemerintahan daerah,sehingga selain berguna untuk pembangunan,juga dapat untuk mempersiapkan rakyat Yogyakarta dalam menyambut datangnya kemerdekaan Indonesia.
Pada masa awal kemerdekaan,langkah-langkah peningkatan ketahanan wilayah itu tentu dilakukan,terutama yang secara langsung mendukung peningkatan Ketahanan di bidang Pertahanan Keamanan Negara. Sehingga berkat kepemimpinan Sultan itulah, maka Ketahanan Wilayah Yogyakarta saat itu dapat dipakai sebagai modal perjuangan mempertahankan kemerdekaan negara kesatuan Republik Indonesia.
Selama masa Kepemimpinannya itu, ternyata Sultan berlandaskan pada asas kepemimpinan yang berakar pada budaya masyarakat Yogyakarta, yaitu asas kepemimpinan Manunggaling Kawulo Gusti, yang dilaksanakan dengan pola kepemimpinan Legal Rasional, yaitu yang mengacu pada berbagai ketentuan sebagaimana yang tertuang dalam Undang-undang Dasar Negara RI tahun 1945.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Seta Aji
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas mengenai ragam bahasa yang ada pada surat-surat Keraton Yogyakarta. Sumber data dalam penelitian ini berasal dari surat-surat yang disimpan di Keraton Yogyakarta tahun 1941-1963. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kosakata yang dijadikan penanda ragam bahasa. Adapun ragam bahasa itu dipengaruhi oleh kedudukan atau status sosial penutur. Penelitian ini menggunakan teori mengenai ragam bahasa yang ditinjau dari segi pemakainya, khususnya kedudukan atau status sosial penutur (Mansoer Pateda, 1994). Selain itu, teori kebahasaan yang membahas kelas kata (Wedhawati dkk, 2006) juga digunakan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat beberapa kosakata yang memiliki ragam bahasa. Hal itu berdasarkan kedudukan atau status sosial penutur dan kawan tutur pada surat.

ABSTRACT
The focus of this study is about the variety of language ​​that exist in the letters of Keraton Yogyakarta. Sources of data in this study came from the letters stored in Keraton Yogyakarta in 1941-1963. This study aims to determine the words used as a marker of language variations. As for, the variety of languages ​​are influenced by the position or social status of the speaker. This study uses the theory of the variety of language ​​in terms of the uses, especially the position or social status of speakers from Mansoer Pateda (1994). In addition, the class of words theory from Wedhawati et al (2006) are also used. The method of this study is descriptive qualitative. The results showed that there are some words that have variety of language. It was based on the position or social status of speakers."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57002
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mouna Pratika Mulia
"Tugas akhir ini mengkaji peran sekolah gubernemen dalam proses modernisasi birokrasi di Keraton Yogyakarta pada masa Sultan Hamengku Buwono VII. Sekolah-sekolah gubernemen yang berdiri lebih awal dari diberlakukannya politik etis di Hindia Belanda menjadi titik awal modernisasi kehidupan sosial dan politik di Yogyakarta. Lulusan sekolah ini memiliki sertifikat kelulusan yang dijadikan syarat untuk menduduki jabatan birokrasi Keraton Yogyakarta. Penelitian sebelumnya berfokus pada aspek pendidikan sehingga pendekatannya mengarah ke sejarah pendidikan. Penelitian ini berfokus pada peran sekolah gubernemen dalam modernisasi birokrasi di Keraton Yogyakarta dengan tujuan melihat perubahan dalam birokrasi Keraton Yogyakarta setelah berdirinya sekolah gubernemen. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan empat tahap, yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi, dan historiografi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan ini diperoleh hasil bahwa sekolah gubernemen yang didirikan pada masa Hamengku Buwono VII menjadi tonggak awal modernisasi birokrasi Keraton Yogyakarta melalui perubahan mobilitas vertikal dari sistem mobilitas tradisional menjadi modern.

This final project examines the role of government schools in the process of modernizing the bureaucracy in the Yogyakarta Palace during the reign of Sultan Hamengku Buwono VII. The government schools that were established earlier than the implementation of ethical politics in the Dutch East Indies became the starting point for the modernization of social and political life in Yogyakarta. Graduates of this school have a graduation certificate which is used as a requirement to occupy the Yogyakarta Palace bureaucracy. Previous research has focused on the educational aspect so that the approach leads to the history of education. This study focuses on the role of the government school in the modernization of the bureaucracy in the Yogyakarta Palace with the aim of seeing changes in the Yogyakarta Palace bureaucracy after the establishment of the governor school. The method used in this study is the historical method with four stages, namely heuristics, verification, interpretation, and historiography. Based on the research conducted, it was found that the gubernatorial school which was founded during the Hamengku Buwono VII period became the initial milestone in the modernization of the Yogyakarta Palace bureaucracy through changes in vertical mobility from traditional to modern mobility systems."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>