Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59323 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Sjahroni Sereh; Harry Purnomo
"ABSTRAK
Deregulasi dibidang moneter, perbankan, keuangan dan
pasar modal, dengan dikeluarkannya Pakde 1987, Pakto 1988
dan Pakdes 1988, membawa dampak yang positip terhadap
perkembangan pasar modal di Indonesia. Situasi ini
menyebabkan pasar modal Jakarta - Indonesia menjadi sarana
yang menarik bagi perusahaan sebagai alternatif sumber
dana.
Tiga macam instrumen pasar modal yang dapat
dimanfaatkan, yaitu Obligasi, Sekuritas kredit dan Saham.
Sebagai bahan kajian pentingnya pemanfaatan pasar modal
oleh perusahaan, dipilih dua perusahaan yang bergerak
dibidang industri semen, PT. Semen Cibinong dan PT.
Indocement Tunggal Prakarsa.
Industri semen sebagai industri vital dan strategis,
dalam 5 tahun mendatang diproyeksikan akan meningkat dengan
laju pertumbuhan 9 -10% pertahun pada tingkat
pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) konstruksi 5,5 - 7
% per tahun dan Produk Nasional Bruto ( PNB) 5,2 - 6 % per
tahun, sehingga diperkirakan pada 1992 perlu dilakukan
perluasan kapasitas.
Dalam rangka antisipasi peningkatan permintaan semen
dalam negeri, untuk pembiayaannya perusahaan dapat memenuhi
dengan sumber dana hutang (debt) atau sumber dana equity
atau kombinasi keduanya. Pemilihan sumber dana sangat
tergantung dari kesehatan keuangan dan struktur modal
perusahaan.
Alat yang dapat dipergunakan untuk penilaian/pengukuran
keuangan perusahaan antara lain analisa rasio, analisa
trend dan analisa struktur modal.
Pilihan sumber dana yang disarankan adalah sebagai
berikut :
1. PT. Semen Cibinong.
Sumber dana hutang, emisi obligasi atau-kredit bank atau
kombinasi keduanya.
2. PT. Indocement Tunggal Prakarsa.
Sumber dana equity, issue saham kepada pemegang saham
lama atau akuisisi.
PT. Semen Cibinong mengambil langkah dengan kombinasi
kredit bank dan emisi obligasi, sedangkan PT. Indocement
Tunggal Prakarsa dengan melakukan emisi saham perdana.
Langkah yang ditempuh kedua perusahaan dengan
memanfaatkan pasar modal sangat tepat seperti ditunjukkan
dalam proyeksi net income dan financial ratio."
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Jullar
"ABSTRAK
Perkembangan Pasar modal di Indonesia telah mengalami
perkembangan yang pesat, terutama pada tahun 1981 sampai
dengafl tahun 1983 serta tahun 1969.
Sampai dengan tanggal 4 November 1989, tidak kurang dari 84
perusahaan yang telah mengeluarkan saham dan obligasi, baik
merupakan emisi pertama maupun sisi lanjutan dan
perusahaan yang telah tercatat di Bursa Efek Jakarta.
Hal tersebut tidak terlepas dari peranan Pemerintah yang
telah mengeluarkan serangkaian kebijaksanaan deregulasi
dibidang moneter dan perbankan, termasuk pula mengenai pasar
modal dalain rangka Paket Desember 1987. Sejak paket
kebijaksanaan tersebut, terbuka kesempatan bagi peranan
modal asing untuk berpartisipasi aktif di pasar modal kita.
Bersama itu pula Bapepam sebagai badan resmi pengelola pasar
modal tidak lagi turut campur dalam penetapan harga saham
pada pasar perdana, dalam hal ini yang menetapkan adalah
penjamin emisi atau underwriter dari perusahaan yang
menerbitkan saham atau emiten. Tetapi Bapepam melalui satu
surat keputusan yang dikeluarkan oleh Ketua Bapepam telah
menetapkan beberapa faktor yang nenjadi bahan pertimbangan
dalam penetapan harga saham dipasar perdana seperti nilai
kekayaan bersih, perkiraan penghasilan proyeksi, aluran kas,
perkiraan tingkat deviden serta terangan mengenai hasil
kegiatan perusahaan untuk masa sekurang-kurangnya 2 tahun
terakhir.
Beberapa Pihak mengkhawatirkan kepatuhan Penjamin
dan emiten untuk
memperhatikan faktor-faktor yang telah ditetapkan oleh Bapepam tersebut.
Kekhawatiran ini bertitik tolak dari kenyataan, terutama
berhubungan dengan Perilaku Para pemodal dan karakteristik
investasi Pada saham Perdefinisi investasi pada saham
adalah investasi
yang beresiko, oleb sebab itu investor
dapat menperoleh keuntungan yang besar tetapi dapat pula
menanggung kerugian yang tidak kalah besarnya pula.
pertanyaan yang kemudian diajukan adalah apakah para
investor atau masyarakat menyadari karakteristik tersebut.
Apakah tindakan yang mereka lakukan sekedar ikut-ikutan
membeli saham, tanpa memahami informasi yang menyangkut
perusahaan yang menerbitkan saham tersebut. Berbagai
pertanyaan tersebut akhirnya mengarah kepada pertanyaan
tentang kewajaran harga saham.
Menurut apa yang terjadi saat ini bahwa harga saham-saham
yang ditawarkan belakangan ini terkesan terlalu tinggi,
apalagi jjka dibandingkan dengan harga penawaran saham yang
sudah lama terdaftar di Bursa. Perusahaan-perusahaan yang go
public di tahun 1984 kebawah, umumnya merupakan perusahaan
perusahaan yang sudah mapan tetapi harga saham yang mereka
tawarkan relatif murah yaitu tidak ada yang sampai tiga kali
nilai nominalnya.
Berbagai model dan pendekatan bisa saja dipergunakan
untuk menaksir kewajaran harga saham. Bagi mereka yang
percaya akan model
tersebut kemudian akan membeli suatu
saham kalau harganya dinilai masih terlalu rendah dan
menjual suatu saham kalau dinilai harganya sudah terlalu
tinggi. Apakah dalam kenyataannya keputusan itu selalu dapat
memberikan hasil
yang terbaik, dalam artian bisa
menghasilkan tingkat keuntungan diatas tingkat keuntungan
normal, masih merupak
an suatu pertanyaan.
Apapun model yang di
Pergunakan, maka model tersebut hanya
bersifat membantu para analis dalam memperbaiki judgement
mereka dan bukan menggantikannya. Hal ini disebabkan oleh
karena harga saham saat ini sebenarnya merupakan cerminan
prospek perusahaan dimasa yang akan datang yang dinilai
dengan memperhatikan resiko dan opportunity cost yang
dihadapi oleh para pemodal. Prospek perusahaan akan
mempengaruhi penghasilan yang akan diterima pemilik saham
yaitu dalam bentuk dividen dan capital gain, sedangkan
risiko dan opportunity cost akan mempengaruhi biaya modal
sendiri yang disyaratkan oleh pemodal.
Perdefinisi tidak ada satupun investor yang dapat mengetahui
apa yang akan terjadi dengan perusahaan tersebut dimasa yang
akan datang. Karena variabel-variabel yang mempengaruhi
harga saham merupakan variabel-variabel yang bersifat acak.
Berbagai alasan bagi perusahaan urituk go-public, tetapi
Umumnya karena alasan keuangan. Suatu perusahaan yang
struktur modalnya terdiri atas hutang yang lebih besar dan
modal sendiri, atau bila return lebih kecil dan biaya modal
pinjamann maka Peruhashaan perlu untuk mengadakan restruk
turisasi struktur Permodalannya. Salah satunya adalah
melalui penjualan saham kepada masyarakat atau go-public.
Untuk Perusahaan yang go-Publik dengan motivasi mensubstitu
si hutang menjadi modal saham mempunyai berbagai kemudahan,
diantaranya tidak perlu dihadapkan kepada kesulitan membayar
bunga dan angsuran hutang setiap waktunya.
Selain itu pula lingkungan usaha saat ini mendukung
Perusahaan-perusahaan untuk memilih alternatif go-public.
Dalam ketentuan Pakto 1988 telah ditetapkan peraturan
mengenai legal lending limit, hal tersebut menyebabkan
sumber dana yang berasal dari kredit perbankan mempunyai
keterbatasan sehingga tidak dapat diharapkan banyak.
Jadi pilihan akan banyak jatuh kepada pemilihan go-public.
Selain dengan melakukan go-public berarti ada modal yang
dapat ditarik dari perusahaan sehingga pemilik saham lama
dapat rienginvestasikan di proyek lain, juga didukung dengan
daya tarik pasar modal itu sendiri. Perusahaan-perusahaan
dapat melihat dan merasakan betapa besar kemampuan dan
murahnya dana yang dapat dihimpun dan pasar modal. Dividen
yield telah inencapai tingkat serendah 5 %, jauh lebih rendah
jika dibandingkan dengan suku bunga kredit perbankan yang
saat ini dapat inencapai 22 %.
Dari keadaan tersebut baik dilihat dari sisi intern
perusahaan maupun keadaan lingkungan ekstern, telah mendo
rong pemilihan pasar modal sebagai alternatif sumber pembiayaan bagi perusahaan
"
1990
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Andika Putra
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya perilaku herding di dalam pasar saham Indonesia dan Singapura, bentuk perilaku herding asimetris dan herding spillover diantara pasar saham kedua negara. Penelitian ini menggunakan metode CCK untuk menguji eksistensi perilaku herding. Untuk menguji bentuk asimetris herding, penelitian ini menguji pada berdasarkan tiga kondisi pasar yang berbeda, yakni berdasarkan return, volume perdagangan dan volatilitas pasar. Dengan menggunakan data harian populasi saham di pasar saham Indonesia dan Singapura pada periode 1996-2015, peneliti menemukan bukti bahwa terdapat perilaku herding di Indonesia dan Singapura. Peneliti juga menemukan adanya bentuk herding asimetris berdasarkan volume perdagangan dan volatilitas pasar. Tidak terdapat herding spillover baik dari pasar saham Indonesia kepada Singapura, maupun dari pasar saham Singapura kepada Indonesia.

ABSTRACT
This research aims to examine the existence of herding behavior in Indonesia and Singapore stock markets, asymetric herding behavior and herding spillover between the two countries. This research uses CCK method to test the existence of herding behavior. To test the asymmetrical shape herding, researcher examine on the basis of three different market conditions, which are based on the market return, trading volume, and volatility. By using daily data of the stock population in Indonesia and Singapore stock exchange on the period of 1996-2015, researcher found evidences of herding behavior in Indonesia and Singapore. Researches also found an asymmetrical herding by trading volume and market volatility. There are no herding spillover both from the Indonesia to Singapore stock market and from Singapore to Indonesia stock market.
;"
2016
S64699
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ambarita, Indra
"ABSTRAK
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi apakah fitur struktur kepemilikan terkonsentrasi yakni large controlling shareholder (LCS)dan multiple large shareholders (MLS) mempengaruhi arus diseminasi kapitalisasi informasi spesifik perusahaan ke dalam harga saham perusahaan. Pengukuran diseminasi dan kapitalisasi informasi spesifik perusahaan diproksikan oleh stock price synchronicity (SYNCH). Literatur corporate governance mengatakan LCS dapat memberikan dua efek bagi perusahaan yakni efek alignment dan efek entrenchment. Penelitian ini menemukan bukti bahwa dua efek ini berlaku bagi diseminasi dan kapitalisasi informasi spesifik perusahaan. Selain itu, ditemukan tidak ada pengaruh pengawasan MLS terhadap perusahaan maupun terhadap LCS dalam mengatasi permasalahan agensi dan asimetri informasi dalam mendukung diseminasi dan kapitalisasi informasi perusahaan.

ABSTRACT
The primary objective of this study is to investigate whether concentrated ownership features i.e. largest controlling shareholder's holding (LCS) and multiple large shareholders rsquo holding (MLS) affect the extent to which stock prices incorporate value relevant information and thus are informative about a firm rsquo s fundamental value as proxied by stock price synchronicity (SYNCH) which reflects firm specific variations in stock returns. This study finds that LCS is positively related to stock price synchronicity, as measured by SYNCH. This implies entrenchement effect dominates alignment effect making concentrated ownership encourage expropriation, thus hinders dissemination and capitalization of firm's private information to its corresponding stock prices. However, there is turnaround point where LCS encourage disemination and capitalizaion of firm specific information to stock prices. Moreover, this study finds no evidence that internal governance role and counterbalance role provided by MLS enhance the flow of information to stock prices."
2017
T48338
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iding Pardi
"Pasar modal khususnya Bursa Efek merupakan industri yang rawan terhadap risiko sistemik dan crash yang dapat berdampak luas dan mengancam industri secara keseluruhan. Untuk itulah diperlukan berbagai perangkat atau prosedur untuk mencegah terjadinya risiko tersebut. Dana Jaminan Transaksi Bursa atau kadang disebut juga Dana Kliring merupakan salah satu sumber keuangan dalam rangka mencegah risiko sistemik. Di pasar modal Indonesia, dana ini dikumpulkan sebesar persentase tertentu dari nilai transaksi. Karena dana ini sudah terkumpul cukup besar, berbagai kalangan terutama Perusahaan Efek melalui Asosisasi Perusahaan Efek Indonesia (APEI) meminta agar tidak lagi dikenakan pungutan Dana Jaminan, karena dana ini telah dianggap cukup. Bapepam selaku pengawas pasar modal telah menugaskan KPEI selaku pengelola Dana Jaminan dan APEI untuk inendiskusikan hal tersebut. Untuk itu perlu dilakukan analisis terhadap kecukupan Dana Jaminan saat ini sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan.
Lembaga internasional BIS dan IOSCO telah memberikan rekomendasi terkait pengelolaan Dana Jaminan, termasuk di dalamnya adalah pengukuran kecukupannya. Beberapa rekomendasinya antara lain bahwa kecukupan Dana Jaminan diukur dengan menggunakan stress testing. Stress resting harus mencakup periode paling ekstrim yang pernah dialami oleh pasar. Stress testing juga harus mempertimbangkan kemungkinan kegagalan (default) beberapa partisipan pada saat yang bersamaan. Berbagai rekomendasi tersebut dijadikan dasar dalam pemodelan untuk mengukur kecukupan Dana Jaminan.
Dengan pertimbangan bahwa pengukuran kecukupan Dana Jaminan melibatkan banyak faktor risiko dan dengan mempertimbangkan periode ekstrim yang pernah Saialami, maka dalam penelitian ini digunakan stress testing dengan teknik multifactor dan scenario analysis dengan inontecarlo simulation, Simulasi akan dibangkitkan dari pola dan paramctcr distribusi faktor-faktor risiko dari periode ekstrim yang dipilih. Secara garis besar langkah-langkah dalam penelitian ini meliputi:
- Identifikasi faktor-faktor risiko.
- Mengembangkan model perhitungan dengan memasukkan variabel-variabel risiko. - - - Menentukan jenis dan parameter distribusi dari faktor-faktor risiko dengan mengacu pada periode ekstrim.
- Menganalisis model dengan melakukan simulasi dan stress analysis.
Dalam rangka memberikan keleluasaan dalam pengambilan kebijakan, dalam penelitian ini digunakan dua alternatifstress analysis, yaitu :
1. Stress testing yang hanya didasarkan pada pola dan parameter distribusi periode yang ekstrim.
2. Stress resting yang ditentukan dengan melakukan stressed atas faktor-faktor pendorong risiko yang didasarkan pada pola dan parameter distribusi periode ekstrim.
Alternatif perhitungan pertama lebih moderat dan menghasilkan angka kebutuhan Dana Jaminan Transaksi Bursa sebesar 405 miliar rupiah. Sedangkan altematif kedua lebih konservatif dan menghasilkan angka kebutuhan Dana Jaminan Transaksi Bursa sekitar 1,487 triliun rupiah.

As a main part of capital market, stock exchange is obviously vulnerable to crash and systemic risk which could widely affect and threaten the industry as a whole. For that reason, it is necessary to set up various tools or procedures to prevent such risk. Stock Exchange Guarantee Fund or sometimes is called Clearing Fund is one of procedures to prevent such risks. In Indonesian capital market, this fund is collected as a certain percentage amount of stock brokerage companies trading value. Currently, there is an initiative to stop collecting the fund due to its total amount. This initiative to Bapepam comes from the Indonesia Securities Company (APED). In the point of view APED the current total amount of the fund is huge enough to cover the risk. Bapepam, as capital market supervisor has already asked KPEI to study the issue. Therefore, measuring the adequacy of guarantee fund becomes an urgent matter in order to formulate appropriate policy base on scientific reason.
International organizations such as BIS and IOSCO have published recommendations concerning guarantee fund management, including the assessment of the adequacy of fund. The recommendations indicate the using of stress testing techniques to assess the adequacy of fund. Stress testing should include the most volatile periods that have been experienced by the markets for which KPEI as CCP provides its services. Stress testing should also evaluate the potential of defaults by two or more participants (particularly related group members or affiliates). Therefore the modeling for assessing the adequacy of guarantee fund takes into account the recommendation published by them. The recommendation is used in this paper in modeling for assessing the adequacy of guarantee fund.
Not only the measurement of guarantee fund adequacy involves many risk factors but also time period factor that include the extreme periods that have been experienced by the markets. Therefore the study in this paper chooses to use stress testing, multifactor analysis, and scenario analysis with Monte Carlo simulation as methods or techniques to determine the adequacy of guarantee fund. The simulation data will be generated through distribution pattern and parameter from extreme period selected. Basically the steps in this study cover :
- Identifying risk factors.
- Develop calculation Model by applying the risk factors which have been identified.
- Define the distribution type and parameter of risk factors referring to extreme period.
- Analysis the model by simulation and stressing the risk factors.
In order to give alternatives for rule making rule process, this study uses two alternatives of stress analysis:
1. Stress testing which is only based on pattern and parameter of distribution of extreme period.
2. Stress testing which is not only based on pattern and parameter of distribution of extreme period, but also based on stressing of risk factors simultaneously.
The first alternative is more moderate and come up with the adequacy of fund only at amount of 405 billions rupiah, whereas the second alternative is much more conservative. The second method comes up with a quite large amount of fund needed that is 1,487 billions rupiah.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Tamzis Hudi
"Studi ini mengkaji kebijakan moneter, kebijakan fiskal, kinerja pasar saham, dan hubungan di antara mereka dalam hal stabilitas ekonomi di Indonesia. Melalui kajian literatur dari beberapa penelitian empiris yang meneliti kasus Indonesia dan di negara-negara lain, studi ini menemukan bahwa kebijakan fiskal dan kebijakan moneter mempunyai efek signifikan dengan arah negatif terhadap harga saham. Oleh karena itu, pemerintah harus menaruh perhatian lebih terhadap penerapan stimulus fiskal dan disiplin fiskal serta penerapan instrumen-instrumen kebijakan moneter dalam merancang kebijakan yang sesuai dan positif terhadap performa pasar modal. Selain itu, batas realistis pada pembayaran utang harus diatur sedemikian rupa untuk memungkinkan pengembangan keuangan internal. Dari perspektif moneter, bank sentral harus fokus mengurangi efek lag sehingga reaksi berlebihan dari investor dapat diminimalkan. Dari perspektif pasar, kampanye kesadaran bagi perusahaan regional dan asing untuk mendaftar dan aktif di pasar bursa harus ditingkatkan. Selain itu, mendorong pasar agar investor tertarik berinvestasi di sektor riil juga merupakan tindakan penting, yang pada gilirannya dapat merangsang kapasitas produksi yang lebih tinggi bagi perekonomian.

This study investigates the Indonesian fiscal policy, monetary policy, stock market performance, and the relationship between them in terms of economic stability in Indonesia. Through a literature review of several empirical studies, which scrutinize Indonesian cases and those in other countries, this study has found that amongst others, fiscal policy and monetary policy are negatively significant related to stock prices. Therefore, the government should pay close attention to the application of fiscal stimulus and observe fiscal discipline, when it takes into consideration monetary decisions regarding the performance of stock market. In addition, realistic limits on payments of debt service should be appropriately rearranged to allow for internal financial development. From a monetary perspective, the central bank should focus on reducing the lag effect so that the overreaction of investors can be minimized and the policy can be more effective. From a market perspective, an awareness campaign to help more regional and foreign companies become listed and quoted in the stock exchange market should be enhanced. In addition, encouraging the market is also an important action so that investors are interested in investing in the real sector, which in turn can lead to a higher production capacity for the economy and aggregate output."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T44198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Pandji Nadhif Ramadhan
"The primary objective of this study is to investigate the Indonesian LQ45 stock market's reaction to the second US interest rate hike in 2022, as well as the effect of the type of industry (financial or other industries) and the proportion of foreign ownership on the reaction. The event study test revealed that the LQ45 stock market reacted less negatively to the second US interest rate hike in 2022 compared to market expectations, leading to a positive abnormal return during the dates surrounding the event in general, consistent with the findings mentioned and documented in a previous study (Sumantri, A., Mardani, R.M., & Prioyono, R.A., 2022). Furthermore, the regression result shows that the negative returns for the financial sector will be lower than for others, thus leading to a less positive abnormal return for the financial sector, which corresponds to the findings of (Jiayi Kang, 2023) who concluded that higher interest rates could lead to higher interest rates in the interest rate market reducing loan demand, and money would also flow from the stock market to the bond market, dealing a huge blow to banking funds. This demonstrates that the type of industry while controlling for foreign ownership levels and debt to equity ratio has significant impact on stock market reaction and provides evidence regarding the performance of the financial industry. Finally, it has been demonstrated that the proportion of foreign ownership does not have any influence on the stock market reaction for all event windows in the length of observation, which is not consistent with the findings of (Jeongsim Kim, 2023).

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menginvestigasi reaksi pasar saham LQ45 Indonesia terhadap kenaikan suku bunga AS yang kedua di tahun 2022, serta pengaruh jenis industri (industri keuangan atau industri lainnya) dan proporsi kepemilikan asing terhadap reaksi tersebut. Hasil pengujian studi peristiwa menunjukkan bahwa pasar saham LQ45 bereaksi lebih tidak negatif terhadap kenaikan suku bunga AS yang kedua di tahun 2022 dibandingkan dengan ekspektasi pasar, yang mengarah pada abnormal return yang positif pada tanggal-tanggal di sekitar peristiwa tersebut secara umum, konsisten dengan temuan yang disebutkan dan didokumentasikan pada penelitian sebelumnya (Sumantri, A., Mardani, R.M., & Prioyono, R.A., 2022). Lebih lanjut, hasil regresi menunjukkan bahwa return negatif untuk sektor keuangan akan lebih rendah dibandingkan dengan sektor lainnya, sehingga menyebabkan abnormal return yang kurang positif untuk sektor keuangan, yang sesuai dengan temuan (Jiayi Kang, 2023) yang menyimpulkan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat menyebabkan suku bunga yang lebih tinggi di pasar suku bunga yang mengurangi permintaan kredit, dan uang juga akan mengalir dari pasar saham ke pasar obligasi, yang memberikan pukulan besar pada dana perbankan. Hal ini menunjukkan bahwa jenis industri memiliki dampak yang signifikan terhadap reaksi pasar saham dan memberikan bukti mengenai kinerja industri keuangan. Terakhir, telah telah didemonstrasikan bahwa proporsi kepemilikan asing tidak memiliki pengaruh terhadap reaksi pasar saham LQ45 untuk semua rentang waktu pengamatan, yang berarti tidak konsisten dengan temuan (Jeongsim Kim, 2023)."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Indriati
"Banyak negara di wilayah regional Asia Pasifik termasuk Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang negara-negara tersebut. Akibat utamanya adalah langkanya likuiditas, tingginya tingkat bunga dan kurs mata uang asing. Kondisi ini mencakup pula pengetatan penyediaan kredit dan penghentian atau penundaan pelaksanaan proyek konstruksi tertentu.
Dalam menghadapi kondisi ekonomi yang masih belum stabil yang ditandal dengan masih berfluktuasinya kurs mata uang asing dan harga saham di pasar modal, manajemen masing-masing perusahaan dalam industri semen mengambil langkah-langkah antara lain; menaikkan harga jual, melakukan ekspor, melakukan penghematan biaya, melakukan investasi sesuai skala prioritas dan mencari alternatif dengan membeli produk-produk lokal dengan kualitas yang sama dengan komponen impor mesin dan suku cadang.
Dampak negatif krisis yang berkepanjangan berimbas pada kinerja perusahaan perusahaan yang bergerak dalam industri semen. Penurunan kinerja terutama dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Industri ini dipengaruhi oleh jatuh bangunnya sektor property. Akibat krisis yang terjadi menimbulkan keterpurukan sektor ini diinana terjadi penundaan proyek konstruksi dan berkurangnya daya bell masyarakat.
Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing menyebabkan semakin besarnya beban hutang luar negeri yang harus ditanggung perusahaan. akibat beban bunga yang jumlahnya besar.
Krisis ekonorni yang terjadi memberikan tekanan negatif terhadap laju perkembangan konsumsi senen nasional indonesia. Konsumsi semen nasional menurun menjadi 19,24 juta ton tahun 1998, kemudian menurun kembali ke 18,77 juta ton di tahun 1999. Untuk tahun 2000, konsumsi semen nasional menìngkat ko 22,33 juta ton tetapi masih jauh di bawah tingkat konsumsi yang pemah dicapai pada tahun 1997.
Perkembangan sektor perumahan, sektor komersil dan berbagai proyek industri merupakan tiga faktor kunci berkembangnya penggunaan semen di Indonesia. Konsumsi semen berkorelasi positif dengan keadaan umum, aktivitas ekonomi khususnya sektor konstruksi. Adapun penelitian dilakukan melalui studi pustaka yaitu berdasarkan laporan keuangan yang diterbitkan masing-masing perusahaan selama periode krisis moneter dan artikel beberapa media yang berhubungan dengan topik yang diteliti.
Kinerja ketiga perusahaan mengalami penurunan dari tahun 1997 hingga 2000 dan pada tahun 2001 mengalami peningkatan. Harga saham INTP dan SMCB overvalue sedangkan harga saharn SMGR undervalue. Dari ketiga perusahaan yang diteliti, Semen Gresik memiliki kinerja yang cukup baik karena dapat bertahan selania masa krisis meski mengalami penurunan laba bersih, sedangkan PT Semen Cibinong sebaiknya perlu melakukan efisiensi mengingat perusahaan belum mampu bekerja secara optimal dalam menggunakan sumber daya yang ada disamping besamya beban hutang dalam mata uang asing yang ditanggung. Dengan keberhasilan restrukturisasi hutang (debt to equity) yang dilakukan PT Indocement prakarsa, perusahaan ini mampu memperbaiki kinerja keuangannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Hafiza Saptomo
"Semen sebagai salah satu material yang penting dalam melakukan pembangunan untuk meningkatkan pendapatan negara maupun daerah. Dengan meningkatnya permintaan semen yang ada di Indonesia, maka akan menyebabkan adanya akibat yang berhubungan dengan peningkatan produksi semen. Dalam kegiatan produksinya industri semen melibatkan polusi udara, konsumsi energi, dan emisi CO2 di seluruh dunia. Sebagai upaya menjaga kelestarian lingkungan, perusahaan-perusahaan semen di Indonesia dan dunia memiliki tanggung jawab untuk menerapkan green manufacturing di lingkungan perusahaan. Maka, riset ini dilakukan guna memberikan rekomendasi bagaimana perusahaan dapat meningkatkan performa penerapan green manufacturing di perusahaan penghasil semen untuk mengurangi emisi CO2 yang dihasilkan perusahaan akibat proses produksi. Adapun alat yang menjadi alternatif dalam pemilihan ini adalahcarbon capture utilization and storage, direct air capture, waste heat recovery dan modern burner. Pemilihan alternatif dilakukan menggunakan metode AHP-TOPSIS dengan data yang dihimpun dari 8 responden ahil yang sudah bekerja + 10 tahun pada industri terkait. Hasil yang diperoleh adalah perusahaan dapat menerapkan penggunaan carbon capture utilization and storage sebagai alternatif 1 dan waste heat recovery sebagai alternatif kedua.

Cement is one of the important materials in carrying out development to increase national and regional income. With the increasing demand for cement in Indonesia, there will be consequences associated with an increase in cement production. The production activities of the cement industry involve air pollution, energy consumption, and CO2 emissions around the world. To preserve the environment, cement companies in Indonesia and the world are responsible for implementing green manufacturing in the corporate environment. So, this research was conducted to provide recommendations on how companies can improve the performance of implementing green manufacturing in cement-producing companies to reduce CO2 emissions produced by companies due to the production process. The alternative tools in this selection are carbon capture utilization and storage, direct air capture, waste heat recovery, and modern burners. The alternative selection was carried out using the AHP-TOPSIS method with data collected from 8 expert respondents who had worked for 10 years in the related industry. The results obtained are that companies can implement the use of carbon capture utilization and storage as the first alternative and waste heat recovery as the second alternative. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>