Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167740 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Soleh Abdullah
"ABSTRAK
Dewasa ini terdapat banyak altematif yang dapat dipilih investor untuk menginvestasikan dana dalam instrumen investasi, secara umum investor melakukan investasi ,pada obligasi, saham, valas, emas dan deposito. Pemilihan jenis instrumen investasi merupakan sesuatu yang sulit untuk dilakukan, oleh karena itu mendorong unn1k dilakukan penelitian yang obyektif yang dapat memberikan gambaran bagi investor untuk memilih secara obyektif diantara intrumen investasi yang paling sesuai dan mengwltlmgkan atau kombinasi dari kelima instrumen investasi tersebut. Karya akhir ini mempunyai dua tujuan utama yaitu, pertama unhlk mencari investasi mana yang paling menguntungkan diantara kelima instrumen investasi dimaksud selama periode Tahun 2000-2002, serta membentuk portofolio yang optimal dari kelima intrumen investasi tersebut sehingga dapat menghasilkan return tertentu dengan risiko terendah.
Perangkat untuk menguji kinerja instrumen investasi yang diukur dari rata-rata return adalah uji anova, suatu uji untuk melihat apakah terdapat perbedaan rata-rata retum diantara kelima instumen investasi secara serentak atau sekaligus, dilanjutkan dengan uji post hoc dengan uji Tukey, yaitu uji lanjutan untuk mengetahui intmmen investasi mana yang memiliki kinerja terbaik Sedangkan metoda yang digunakan untuk membentuk portofolio optimal dari kelima instrumen investasi adalah dengan pendekatan Markowitz diversification dikombinasikan dengan preferensi investor tehadap risiko.
Hasil penelitian menunjukan bahwa kinerja instrumen investasi obligasi dengan return sebesar 40,00% dan standar deviasi 67,43%, lebih baik dari saham yang memiliki return -11,85% dan standar deviasi 186,54%, tetapi memiliki kinerja yang tidak berbeda dari instnunen investasi valas, emas dan deposito. Sedangkan instrumen investasi valas, emas, deposito maupun saham
memiliki kinerja yang tidak berbeda. Portofolio pada instrumen investasi aset berisiko yang paling optimal berdasarkan Metode Markowitz Diversification diperoleh dari portofolio investasi yang hanya terdiri dari 100% Obligasi. Portofolio tersebut menghasilkan tingkat return portofolio 40,00% dan standar deviasi portofolio 67,43%. Indeks reward to variability ratio yang dihasilkan portofolio instrument investasi aset berisiko tersebut sebesar 0,4054.
Pada umumnya investor adalah menghindari risiko (risk averse) diasumsikan memiliki indeks
keengganan terhadap risiko (risk avertion index) sebesar 4 (A=4), sehingga portofolio lengkap
pada instrumen investasi yang terdiri dari aset berisiko dan aset bebas risiko yang paling optimal,
diperoleh dari portofolio investasi yang terdiri dari 85 % pada Deposito dan 15% Obligasi.
Portofolio terse but menghasilkan tingkat return portofolio 16,78% dan standar deviasi portofolio
10,14%.
Temuan ini memberikan implikasi, bagi investor dapat digunakan sebagai referensi dalam berinvestasi pada instrumen investasi obligasi, saham, valas, emas dan deposito, Walaupun tidak pernah menjadi jaminan instrumen investasi yang memilki kinerja terbaik dimasa lalu akan memberikan basil yang sama dimasa depan, tetapi paling tidak konsistensi jangka panjang atas kinerja masa lalu merupak:an salah satu petunjuk atas instrumen investasi tersebut dimasa depan. Investor sebaiknya mengalokasikan dananya pada suatu portofolio lengkap, karena adanya efek diversifikasi sehingga dapat mengurangi risiko dibandingkan dengan hanya melakukan investasi pada satu intrumen investasi, komposisi portofolio lengkap yang optimal adalah deposito sebesar 85% dan obligasi sebesar 15%.
"
2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Hendri
"Perkembangan pasar modal khususnya obligasi sangat pesat. Obligasi sebagai instrumen investasi menjadi pilihan banyak pihak dalam berinvestasi diantaranya perusahaan asuransi, bank, perusahaan pengelola reksadana, hedge jimd dan bahkan dana pensiun. Jenis obligasi yang diperdagangkan juga sangat beragam dengan tingkat resiko yang berbeda-beda. Salah satu resiko utama dalam berinYestasi pada obligasi adalah resiko perubahan sukubunga. Perubahan sukubunga akan mengakibatkan perubahan harga obligasi, jika sukubunga turun maka harga obligasi akan naik dan jika sukubunga naik maka harga obligasi akan turun. Jika investor memiliki strategi pasif dimana obligasi akan disimpan sampai jatuh tempo maka perubahan ini tidak akan terlalu menjadi masalah. Tetapi apabila pengelola portfolio melakukan strategi aktif maka perubahan suku bunga adalah hal yang penting diperhatikan karena dapat berimplikasi dua hal yaitu resiko penurunan harga atau kesempatan untuk profit taking karena kenaikan harga.
Sensitifitas harga obligasi tersebut secm·a teoritis dapat diukur melalui pendekatan duration dan convexity. Duration dapat digunakan untuk melihat perubahan harga obligasi yane dapat te1jadi akibat adanya perubahan kecil pada tingkat suku bunga. Sebagai turunan pertama dari harga obligasi maka kurva duration adalah berbentuk garis lurus sehingga perubahan harga akibat terjadinya perubahan besar suku bunga tidak tergambarkan dengan baik. Sebagai TOols tambahan maka dapat digunakan convexity yang merupakan turunan kedua dari harga. Convexity ini memperkirakan kecembungan kurva harga terhadap perubahan sukubunga. Dengan menggunakan duration dan convexity secara bersama-sama maka sensitifitas harga obligasi dapat diperkirakan dengan lebih baik.
Dalam tulisan ini yang akan dibahas oleh penulis adalah sensitifitas darl duration dan convexity itu sendiri. Tidak hanya harga obligasi yang akan berubah-rubah, tetapi duration dan convexicity itu sendiri juga akan berubah-ubah setiap saat Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan berubahnya duration dan convexity namun yang paling utama adalah perubahan tingkat suku bunga yang berlaku. Secara lebih spesifik dikatakan bahwa duration dan convexity dapat berubah akibat terjadinya perubahan term structure interest rate atau perubahan yield curve. Perubahan yield curve dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu perubahan yield curve secm·a paralel dan perubahan yield secara non paralel. Penulis tidak akan membahas sensitifitas duration dan convexity akibat perubahan yield curve secara paralel karena perubahan tersebut akan sangat mudah dipahami setelah dilakukan pembahasan perubahan yield curve secara non paralel. Perubahan yield curve secara non paralel tersebut terutama disebabkan oleh perubahan level, slope dan curvature dari yield curve...

The development of the financial market especially the bonds was very fast. The bonds as the instrument of investment became the choice of many sides in investing among them the insurance company, the bank, asset management company such as reksadana, hedge fund and even the pension fund. There are many type of bonds with the level of the different risk .. One of the main risks in investing to the bonds was the risk of the change in the interest. The change in the interest will result in the change in the price of the bonds, if the interest decrease then the price of the bonds will rise and if the interest increase then the price of the bonds will be cheaper. If the investor had the passive strategy where the bonds will be kept until mature then this change will have no significant effect to the pottfolio. But if the pottfolio manager carried out the active strategy then the change in the interest rate was the impottant matter was paid attention to because of could have implications two matters that is the decline in the price or the opportunity for the profit taking because of the price increase The sensitivity of the bonds price could be theoretically measured through the Duration approach and Convexity. Duration could be ased to see the change in the price of the bonds that could happen resulting from the existence of the small change in the level of the interest. As the first descendants from the price of the bonds then the curve duration was to have the shape of the straight line so as the change in the price resulting from the occurrence of the big change in the interest was not depicted well. As tools in addition then could be used convexity that was the second descendants from the price. Convexity this estimated convexity of the price curve towards the change in the interest. By using Duration and convexity together then the sensitivity of the price of the bonds could be estimated better."
Depok: Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhayani Mentari Paramata
"Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari keadaan ekonomi regional dengan cara menganalisis hubungan timbal balik antar indeks harga saham dan nilai tukar di masing-masing negara ASEAN 5 untuk mempelajari teori Flow Oriented Model dari Dornbusch dan Fischer (1980) dan teori Portofolio Balanced Effect dari Frankel dan Branson (1983). Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat derajat integrasi internasional antar kelima pasar modal di ASEAN 5 yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina menuju Asean Economic Community (AEC). Granger Causality Test dan Johansen Test merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan data harian dari Januari 2004-Desember 2014.
Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat hubungan timbal balik antar indeks harga saham dan nilai tukar di beberapa negara ASEAN dan tidak terdapat kointegrasi antar keduanya, serta tidak ada derajat integrasi antar pasar modal dari kelima negara tersebut. Kemudian dilakukan pengujian kembali dengan menambahkan pasar Amerika Serikat untuk melihat potensi hubungan internasional, dan ditemukan terdapat satu vektor kointegrasi yang berarti ASEAN terkointegrasi dengan pasar yang lebih besar.

The research aims to study the state of the regional economic by analyzing the reciprocal relationship between stock price index and the exchange rate in ASEAN 5 countries to learn the theory of Flow Oriented Model of Dornbusch and Fischer (1980) and the theory of Portofolio Balance Effect by Frankel and Branson (1983). In addition, this study also aimed to look the degree of integration between the fifth international capital markets in ASEAN 5 namely Indonesia, Malaysia, Singapore, Thailand, and Philipines towards the Asean Economic Community (AEC). Granger Causality Test and Johansen test is the method used in this study using daily data from January 2004-December 2014.
The study found that there is a reciprocal relationship between stock price index and exchange rate in some ASEAN countries and there is no cointegration between them, and no degree of integration between the capital markets of five countries. Then this study adding the United States market to see the potential of international relations, and found there is a significant cointegration vector its mean that ASEAN cointegrated with larger markets.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2016
T45733
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Anggitawati
"ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa Kausalitas Granger antara pergerakan nilai tukar dan arus masuk bersih asing di pasar modal Indonesia, menggunakan data harian untuk periode 2011 hingga 2016. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah vektor autoregresi VAR . Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pergerakan imbal hasil nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS dan arus masuk bersih asing pada pasar modal. Penelitian ini juga membedakan arus masuk bersih asing pada pasar modal menjadi pasar saham dan pasar surat utang. Hasil VAR menunjukkan respon pergerakan nilai tukar terhadap guncangan transaksi asing pada pasar surat utang adalah negatif dan signifikan, sedangkan respon terhadap guncangan transaksi asing pada pasar saham lebih rendah. Di sisi lain, hasil menunjukkan repon yang lebih lambat pada arus transaksi asing terhadap guncangan pada pergerakan nilai tukar.

ABSTRACT
The purpose of this study is to analyze the causality between the movement of the exchange rate and net foreign inflow in capital market Indonesia, using daily data for the period 2011 to 2016. The research method used is the vector autoregression VAR . Variables used in this study is the return movement of the Rupiah against the US Dollar and net foreign inflow in capital market. This Research also distinguish net foreign inflow into stock market and bond market. The VAR results show that the response of the exchange rate movement to the shock in the foreign transaction flows in bond market is a negatif and significant, while the response to the shock in the foreign transaction flows in stock market is low. On the other side, the result show slower response of the foreign transaction flows to the shock in the exchange rate movement."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martalena
"ABSTRAK
Karya akhir ini membahas penilaian, aplikasi, dan evaluasi efektivitas dari penggunaan berbagai strategi currency option untuk melindungi eksposure valuta asing (dibatasi hanya eksposure US Dollar terhadap Rupiah) perusahaan di Indonesia. Penilaian currency option dilakukan dengan menggunakan aplikasi formula Black-Scholes untuk currency option dan dibagi dalam 3 periode @1 bulan, yaitu periode Oktober 1998, November 1998, dan Desember 1998."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lala Fitria
"Pasar modal merupakan sarana paling efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara, karena pasar modal merupakan wahana yang dapat menggalang pengerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke sektor- sektor produktif. Salah satu pelaku pasar modal adalah nasabah dan perusahaan efek: yang dapat berfungsi sebagai Perantara Pedagang Efek. Untuk dapat menanamkan modalnya di Bursa Nasabah memerlukan perusahaan efek sebagai Perantara Pedagang Efek. Untuk menjamin keamanan dana milik nasabah Perusahaan Efek diwajibkan untuk mengadakan suatu pembukuan mengenai penyimpanan dana milik nasabah. Hal ini dilakukan untuk memisahkan harta kekayaan perusahaan efek dengan dana milik nasabah.
Berdasarkan hal tersebut penulis melihat adanya masalah yang cukup besar dalam hal pencatatan pembukuan karena dapat terjadi suatu perusahaan efek tidak melaksanakan pembukuannya dengan baik sehingga ketika terjadi kerugian pada Perusahaan Efek yang menyebabkan berhentinya operasional Perusahaan Efek, akan timbul kesulitan untuk mengembalikan dana milik nasabah karena tercampurnya harta kekayaan perusahaan efek dengan dana nasabah yang akan menimbulkan kerugian bagi nasabah. Hal ini mendorong penulis untuk meneliti besarnya fungsi perusahaan efek dan tanggung jawab pemegang saham perusahaan efek sebagai suatu perseroan terbatas dan Salah satu pelaku pasar modal jika perusahaan efek dihentikan operasionalnya Serta sejauh mana pertanggungjawabannya terhadap kerugian bagi nasabah dan sanksi yang dapat dijatuhkan pada pemagang saham perusahaan efek.
Hasil penelitian panulis dapat disimpulkan bahwa perlunya diadakan suatu tindakan pengamanan yang lebih terjamin akan dana milik nasabah, selain itu nasabah dapat melakukan tuntutan ganti kerugian atas modal atau dana miliknya dan menuntut partanggungjawaban pemegang saham Perusahaan Efek hingga pada asset pribadi pemegang saham Perusahaan Efek."
Depok: Universitas Indonesia, 2003
T16698
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Jamilah
"Tesis ini adalah mengenai bagaimana bid-ask spread ditetapkan. Bid merupakan harga di mana para pelaku pasar siap untuk membeli dan ask merupakan harga pada saat pelaku pasar siap untuk menjual. Jumlah dan kelebihan ask terhadap bid menunjukkan bid-ask spread.
Bid-ask spread bergantung pada harga bid dan harga ask, yang dapat dijelaskan melalui mekanisme perdagangan, yang awalnya dijelaskan dengan mosel berdasarkan inventory (inventory based model). Perkembangan selanjutnya mekanisme perdagangan difokuskan pada asimetri informasi pedagang atas nilai aktiva-aktiva yang sesungguhnya, disebut dengan model berdasarkan infomasi (information based model).
Model berdasarkan inventory mencakup ketidakpastian aliran order yang dapat mengakibatkan masalah-masalah inventori bagi pelaku pasar karena ketidakmampuan memprediksi order, di mana permintaan dan penawaran tidak selalu seimbang. Model ini menunjukkan bahwa bid-ask spread dipengaruhi oelh kekayaan awal dan preferensi resiko-resiko dari para pelaku pasar (dealer) dan varians saham.
Model berdasarkan informasi mencakup tiga tipe. transaktor (investor), yailu investor yang bermotivasi informasi dengan informasi yang istimewa, investor bermotivasi likuiditas tanpa informasi yang istimewa, dan terakhir investor yang berpikir bahwa ia memiliki informasi padahal tidak.
Variabel terikat yang digunakan dalam tesis ini adalah bid-ask spread sedangkan variable bebasnya adalah price (harga penutupan saham), vol (jumlah perdagangan saham), var (varians retum saham), dan kedalaman pasar (bidvol dana askvol yang dikuota).
Hasil dari pengolahan terhadap 32 sample perusahaan yang aktif diperdagangkan sejak tanggal 3 Januari 1996 sampai dengan 13 Agustus 1997 (periode sebelum krisis moneter) menunjukkan bahwa semua variabel bebas (independent variable) signifikan dan sesuai dengan hipotesa penelitian. Pada periode sebelum krisis moneter melanda Indonesia, bid-ask spread menyempit positif karena dealer masih dapat menetapkan harga bid dan harga ask yang dapat menutupi beban biaya yang telah mereka terima, dan juga mendapatkan keuntungan (penghasilan) dari banyaknya perdagangan yang terjadi pada saat itu di Bursa Efek Jakarta.
Pada masa krisis moneter semua vanable signifikan. Saat itu harga-harga saham semakin merosot mencapai level terendah. Pada masa ini dealer kesulitan dalam menetapkan harga bid dan harga ask yang wajar tetapi volume perdagangan besar, sehingga bid-ask menyempit dengan hanya sedikit sekali keuntungan yang diperoleh dealer.
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dengan menggunakan semua emiten yang ada di Bursa Efek Jakarta dalam pemprosesan data, membaginya juga menurut jenis industrinya, dan yang terakhir menambahkan variable value untuk lebih menguatkan hasil yang diperoleh.

This Thesis discusses how the bid-ask spread is determined. The bid is the price at which the market maker is prepared to buy and the ask is the price at which the market maker is prepared to sell. The amount by which the ask exceeds the bid is referred to as the bid-ask spread.
The bid-ask spread depends on the bid and ask price. How they are quoted can be explained by their trading mechanism. Early work explains the trading mechanism from the inventory based model, later work focuses on the trader?s asymmetric information of the assets true value; the information based model.
The inventory based model all apply to the same foundation that the uncertainties in order flow can result in inventory problems for the market maker. Due to the unpredictability of the order the demand and supply is not always balanced. The inventory based model show that the spread is influenced by the initial wealth and risk preferences of the market maker and the variance of the stocks.
In the information based model three types of transactors are distinguished : the information-motivated transactor with special information, the liquidity-motivated transactor without special information, and the transactors who thinks he has special information but has not.
The dependent variabeles used in this thesis is bid-ask spread, the independent variables are price (closing price), vol (the amount of transaction traded), var (varians of the stocks), and depth (volume of bid and ask quoted).
The result from running data about 32 samples of most active stock of companies traded since January 3rd, 1996 until August 13th , 1997 (the period of before monetary crisis) indicate that all independent variables are significant and suitable with research hypothesis. At this period, bid-ask spread become narrow and positive spread because dealer still can get profit from many transactions traded in Jakarta Stock Exchange.
During monetary crisis all variables are signifecant which are supporting the research hypothesis. At that time stocks prices moved downward until the lowest level. The dealers had difficulties in determining normal bid and ask prices but much transaction volume, so bid-ask spread become narrow with giving the dealers some profit.
The suggestions for the next research are by using all companies in Jakarta Stock Exchange, analyzing bid-ask spread according to industrial type, and adding another variable i.e. value for independent variable.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15809
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Calvinia Cristovalin Paat
"Penyelenggara Pasar Alternatif (PPA) adalah suatu sistem perdagangan di luar bursa yang baru diperkenalkan melalui POJK No. 8/POJK.04/2019 untuk mengakomodasi perdagangan efek bersifat utang dan/atau sukuk di luar bursa dengan regulasi yang relatif minim terkait prinsip keterbukaan. Adapun transparansi pasar merupakan elemen penting pada pasar modal karena dapat mempengaruhi integritas pasar dan kepercayaan investor terhadap pasar. Meskipun begitu, meregulasi penerapan dari prinsip keterbukaan tidaklah mudah sebab harus mempertimbangkan beberapa faktor yang berkaitan dengan transparansi, di antaranya yaitu pembentukan harga, likuiditas pasar, dan disrupsi pasar. Di Uni Eropa, regulasi atas Multilateral Trading Facility (MTF) dan Organized Trading Facility (OTF) mengenal pengecualian terhadap kewajiban keterbukaan informasi pada transparansi pra-perdagangan atas informasi-informasi tertentu yang dinilai dapat mengancam likuiditas pasar. Oleh karena itu, skripsi ini akan membahas dan menganalisis mengenai penerapan dari prinsip keterbukaan pada PPA di Indonesia dengan perbandingannya kepada regulasi MTF dan OTF di Uni Eropa. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis-normatif yang didukung oleh studi kepustakaan dan wawancara narasumber untuk mengumpulkan data. Adapun kesimpulan dari skripsi ini adalah regulasi mengenai prinsip keterbukaan pada PPA di Indonesia masihlah minim dalam mengakomodasi risiko pasar yang berkaitan dengan keterbukaan informasi apabila dibandingkan dengan regulasi pada MTF dan OTF di Uni Eropa. Oleh sebab itu, disarankan bagi regulator di Indonesia untuk dapat membuat peraturan yang menerapkan level keterbukaan informasi yang beragam dengan mempertimbangkan kebutuhan dan keadaan pasar.

Alternative Market Organizer (PPA) is a trading venue outside of exchange that is newly introduced by POJK No. 8/POJK.04/2019 to accommodate debt securities and/or sukuk trading with a relatively minimum provision regarding disclosure principle. Market transparency is a principal element in the capital market because it affects market integrity and investors’ confidence with the market. However, regulating the implementation of disclosure principle can be challenging because there are various factors related to transparency to consider, such as price discovery, market liquidity, and market disruption. In European Union, regulations regarding Multilateral Trading Facility (MTF) dan Organized Trading Facility (OTF) acknowledge waivers concerning disclosure obligation upon pre-trade transparency for MTF and OTF if disclosing certain information can potentially harm the market liquidity. This thesis will discuss and analyze the implementation of disclosure principle of PPA in Indonesia and in comparison to regulations regarding disclosure principle that are implemented for MTF and OTF in European Union. The research method used in this thesis is juridical-normative supported by literature studies and interview to collect data. This study concludes that provisions in Indonesia concerning disclosure principle in PPA is still minimal in accommodating market risks related to information disclosure when compared to regulations on MTF and OTF in the European Union. Therefore, it is recommended for regulators in Indonesia to be able to make regulations that apply various levels of disclosure by taking into account market needs and conditions."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Mugiono
"Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan negara yang diharapkan mampu berperan secara dominan dalam sistem pembiayaan pemerintah. Dengan reformasi sistem perpajakan yang dilakukan sejak tahun 1984 Pajak telah mampu menunjukkan peranannya dalam menggalang penerimaan sehingga mencapai porsi lebih dari 50 % penerimaan negara yang dicapai sejak tahun anggaran 1987/1988.
Peningkatan penerimaan pajak secara umum dapat dipengaruhi oleh meningkatnya kegiatan ekonomi dan usaha yang dipicu oleh tingginya gairah berinvestasi. Salah satu hal yang ikut mempengaruhi berkembangnya dunia usaha antara lain dengan adanya mekanisme pendanaan melalui pasar modal. Melalui sistem pendanaan di pasar modal tersebut dunia usaha dimungkinkan untuk meningkatkan kapasitas produksinya sekaligus memperbaiki struktur permodalan mereka. Di sisi lain masyarakat juga mendapatkan kesempatan untuk ikut memiliki perusahaan yang telah mempunyai kinerja dan reputasi yang cukup baik, sehingga mempunyai kesempatan untuk ikut meraih keuntungan dari hasil usaha perusahaan tersebut yang berupa deviden ataupun capital gain.
Berkembangnya pasar modal juga dapat dimanfaatkan oleh negara sebagai salah satu wahana untuk meningkatkan penerimaan pajak penghasilan, antara lain melalui pengenaan pajak penghasilan yang bersifat gal atas transaksi penjualan saham oleh investor di bursa efek. Perlakuan final terhadap pajak penghasilan yang dibayar pada saat transaksi penjualan saham memungkinkan pihak investor untuk menghemat biaya administrasi perpajakan yang biasanya harus dilakukan dalam proses penghitungan capital gain yang diperoleh dan transaksi tersebut. Kemudahan sistem ini ikut mendorong masyarakat untuk berinvestasi saham di pasar modal. Dengan demikian kegiatan pasar modal menjadi bergairah. Dan peningkatan gairah investasi di pasar modal ini pada gilirannya kembali menghasilkan penerimaan pajak bagi negara.
Studi ini ditujukan untuk melihat seberapa besar hubungan antara pertumbuhan pasar modal dengan penerimaan pajak penghasilan final yang diterapkan atas transaksi penjualan saham di bursa efek Jakarta berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1994 dan Nomor 14 Tahun 1997."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gardini Dena Raditha
"Peran rantai nilai global menjadi sangat penting bagi suatu negara yang memiliki tujuan meningkatan mempromosikan pembangunan inklusif, meningkatkan lapangan kerja, dan menambah nilai bagi industri dalam negerinya melalui integrasi ekonomi global. Guna mendorong pertumbuhan inklusif, pembererdayaan perempuan perlu dimaksimalkan. Indonesia mengalami pertumbuhan penduduk perempuan diatas 15 tahun dan TPT yang cenderung stagnan selama tujuh tahun terakhir, dan dengan partisipasi perempuan yang cendurung tumbuh. Studi ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari partisipasi rantai nilai global, yaitu partisipasi backward dan forward terhadap tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan pada sektor manufaktur. Analisis dilakukan dengan memanfaatkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dan Trade in Value Added dari OECD, dengan menggabungkan klasifikasi ISIC rev.4 dengan KBLI dari tahun 2000-2018 didapatkan 8 kelompok sektor, yaitu 3 kelompok sektor manufaktur padat karya dan 5 kelompok sektor manufaktur padat modal. Hasil regresi fixed-effect dan random-effect digunakan untuk menemukan pengaruh antara GVCs dengan TPAK perempuan pada model, pada sektor manufaktur padat karya tidak ditemukan adanya hubungan secara signifikan. Sedangkan pada sektor manufaktur padat modal dan sektor manufaktur keseluruhan, ditemukan hubungan signifikansi positif antara partisipasi forward dengan TPAK perempuan. Di sisi lain, variabel tingkat pendidikan dan tingkat fertilitas juga menunjukkan signifikansinya di keseluruhan sektor maupun sektor spesifik, padat modal dan padat karya. Selain itu, penelitian ini menemukan tingkat pendidikan yang semakin tinggi pada para pekerja perempuan di sektor manufaktur akan menurunkan tingkat partisipasi angkatan kerjanya.

The role of GVCs is essential for a country whose goals are to promote inclusive development, increase employment, and add value to its domestic industry through global economic integration. To encourage inclusive growth, women's empowerment needs to be maximized. Indonesia has experienced a population growth of women over 15 years, TPT, which tends to stagnate for the last seven years, and female participation which tends to grow. This study examines the effect of global value chain participation, namely backward and forward participation, on the level of female labor force participation in the manufacturing sector. The analysis was carried out by utilizing the Survey Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS), and Trade in Value Added data from the OECD; by combining the ISIC rev.4 classification with the KBLI from 2000-2018, there were 8 sector groups, namely 3 labor-intensive manufacturing sector groups and 5 sector groups. Capital intensive manufacturing. Fixed-effect and random-effect regression results were used to find the effect between GVCs and female LFPR in the model; there was no significant relationship in the labor-intensive manufacturing sector. Meanwhile, in the capital-intensive manufacturing sector and the overall manufacturing sector, a significant positive relationship was found between forwarding participation and female LFPR. On the other hand, the variables of education level and fertility level also show their significance in all sectors as well as specific sectors, capital intensive and labor intensive. In addition, this study found that the higher the education level of female workers in the manufacturing sector, the lower the labor force participation rate.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>