Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 117819 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Emaliana
"Saat ini cukup banyak perusahaan (terutama di luar negeri) menggunakan Activity Based Budgeting (ABB) dalam penyusunan anggarannya. Pendekatan Activity Based Budgeting menjanjikan efektivitas rencana jangka pendek yang disusun oleh organisasi.Bagi perusahaan yang ingin tetap eksis di percaturan global maka penerapan Activity Based Budgeting adalah altematif yang menjanjikan.
Pada penelitian ini penulis akan mencoba apakah keberadaaan Activity Based Budgeting dapat diterapkan dalam PT "X" khususnya pada Divisi Forwarding. Penelitian ini menggunakan data Laporan Laba Rugi sesuai dengan periode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode Activity Based Budgeting yaitu menggunakan teknik analisis aktivitas yang terjamin baik, mengidentifikasi kesempatan perbaikan biaya, menganalisis pilihan dan urutan prioritas dari pengeluaran, menentukan target kinerja untuk pengendalian, menggabungkan perencanaan aktivitas dan akuntansi untuk memberikan pengendalian yang efektif, dan proses partisipatif untuk pengendalian dan mendukung continuous improvement.
Berdasarkan pada perhitungan yang diperoleh, dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan metode Activity Based Budgeting, dalam anggaran pendapatan perusahaan, unit angkutan telah ditargetkan untuk mencapai rit sesuai dengan pertumbuhan jumlah investor dalam kawasan serta pertumbuhan rit jual dari unit angkutan. Penghitungan anggaran biaya langsung yaitu semua kegiatan dipicu oleh volume dari rencana penjualan, pada penyusunan anggaran biaya langsung pertama-tama adalah menghubungkan antara komponen biaya dengan volume rencana penjualan. Untuk pembuatan anggaran biaya tidak langsung, penyusunan mengacu proses penyusunan biaya tidak langsung pada Bab II yaitu mengikuti tahapan aktivitas.
PT "X" dalam menyusun anggarannya masih menggunakan metode tradisional dimana pembuatan rencana anggaran tahun yang berjalan atau tahun depan, PT "X" biasanya menggunakan data historis tahun sebelumnya. Proses penyusunan anggaran dengan metode Activity Based Budgeting dimulai dengan proses penyusunan aktivitas dan penganggaran berdasarkan aktivitas pada tahun anggaran, serta melakukan evaluasi terhadap basil pengganggaran biaya yang diperoleh antara anggaran perusahaan yang ada (berdasarkan Tradisional) dan anggaran yang disusun berdasarkan aktivitas.
Penerapan metode Activity Based Budegting, mempunyai pengaruh yang baik terhadap laporan keuangan PT "X". Dengan adanya penerapan Activity Based Budgeting, bisa mengurangi biaya yang dikeluarkan dengan mengetahui tolok ukur keluaran untuk mengendalikan biaya-biaya aktivitas. Salah satu contohnya menekan biaya pemeliharaan mekanik dengan mengacu pada kilometer. Dengan pemakaian ABB, biaya langsung dan tidak langsung bisa diredukdi sebesar Rp 1.212.487.457 dan Rp 72.451.751 dibandingkan memakai metode TradisionaL Penerapan ABB lebih mudah apabila perusahaan sudah terlebih dahulu menerapkan metode ABC dalam penyusunan laporan keuangannya. Nilai Nominal net income perusahaan yang memakai metode Activity Based Budgeting yaitu sejumlah Rp 4.179. 786.804, lebih besar dibandingkan memakai metode Tradisional hanya sebesar Rp 2.631.131.589."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Hendardi
"Dalam beberapa literatur dijelaskan bahwa Activity Based Budgeting (A.BB) mempunyai banyak keunggulan dibandingkan sistem anggaran tradisional. Konsep ABB memperkenalkan suatu cara penyusunan anggaran berdasarkan aktivitas. Kemampuan untuk memahami aktivitas merupakan salah satu embrio dari keberhasilan perusahaan (Michael Porter). Dengan demikian konsep penyusunan anggaran berdasarkan aktivitas merupakan sesuatu yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan keunggulan kompetitifbagi perusahaan.
Anggaran menjabarkan seeara kuantitatif seluruh kegiatan dan aktivitas beserta sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tuj uan. Penganggaran berdasarkan aktivitas sangat memperhatikan aktivitas yang terl ibat dalam pembuatan suatu produk. Dengan demikian dapat diperoleh anggaran aktivitas yang paling proporsional. Dengan ABB perusahaan lebih mudah melakukan perbaikan berkelanjutan terhadap proses. Hal ini tidak ditemui dalam anggaran tradisional yang kurang memperhatikan aktivitas sehingga tidak mengherankan sering terjadi distorsi dalam menentukan jumlah biaya yang dianggarkan pada produk
Penelitian yang dilakukan di unit forwarding PT(P)KBN ini menemukan adanya perbedaan pada jurnlah anggaran antara ABB dengan tradisional. Pada ABB menggunakan perhitungan terhadap biaya per-aktivitas yang lebih akurat daripada proses penganggaran tradisional. Kesulitan dalam implementasi ABB dalam perusahaan adalah menentukan parameter untuk mengukur biaya persatuan aktivitas, dan rumitnya proses perhitungan yang ada."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T15581
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gloria Rizki Adiarti
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1984
S17018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erlin Sarwin
"Activity Based Budgeting (ABB) merupakan pengembangan lebih lanjut dan Activity Based Costing (ABC) yang menyatakan bahwa biaya timbul karena adanya aktivitas yang memicunya (cost driver). Dengan pemahaman mengenai perilaku biaya atau cost behavior tersebut akan lebih mudah menetapkan dan lebih efektif memantau budget karena memperhitungkan tingkat aktivitas dan sifat keanekaragaman biaya. Lebih lanjut, pendekatan ini memberikan kerangka pemahaman mengenai keterkaitan keputusan yang dibuat manajer (sebagai penyebab timbulnya aktivitas) dengan sumber daya yang dibutuhkan. Tahapan dalam Activity Based Budgeting mencakup penentuan strategi, yang diselaraskan dengan tujuan jangka pendek yang terdapat dalam budget tahunan, penggunaan analisa value-chain dan analisa aktivitas untuk meneliti aktivitas mana yang memberikan nilai tambah dan aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah, dilanjutkan dengan pengurangan atau pengeliminasian aktivitas yang tidak memberi nilai tambah tersebut, mempertimbanglcan prioritas yang ada sehingga selaras dengan tujuan jangka panjang perusahaan, mengajukan proposal budget setelah memperhitungkan situasi yang akan dihadapi dalam periode budget, seperti tingkat inflasi, trend pasar, permintaan terhadap produk, elastisitas permintaan produk dan sebagainya. Budget kemudian diterapkan dan manajer hams selalu mengawasi dan bersedia menerima masukan serta melakukan perbaikan yang berkesinambungan, melalui perbandingan hasil aktual dengan budget yang telah disetujui tersebut. Activity Based Budgeting sebaiknya diterapkan pada perusahaan yang memproduksi beberapa jenis produk atau jasa, dimana penggunaan sumber daya masingmasing jenis produk tidak sama proporsinya. ABB sebaiknya digunakan untuk analisa jangka menengah dan panjang dimana biaya-biaya akan berubah sesuai dengan aktivitas yang menimbulkannya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1995
S18962
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudhistira Adhi Setiawan
"Skripsi ini berisi tentang penjabaran aktivitas pengendalian pada siklus pendapatan ekspor pada PT XYZ yang bergerak di bidang freight forwarding. Kegiatan ekspor memiliki kerumitan dalam pelaksanaan prosedur-prosedur yang ada dan dokumen-dokumen yang dibutuhkan. Selain itu, banyaknya pemangku kebijakan yang terkait dalam kegiatan ekspor juga semakin menambah kerumitan. Sehingga, dibutuhkan sistem pengendalian internal yang dapat memastikan semua pengendalian atas resiko yang terkait dalam kegiatan operasi telah dilaksanakan dengan baik. Kesimpulan skripsi ini adalah bahwa departemen operasional PT XYZ telah melakukan aktivitas pengendaliannya secara baik.

This study aims to explain the control activities in revenue cycle on export department of PT XYZ, which operate in freight forwarding industry. Export processes have their own difficulty because the procedures are so complicated and there are many stakeholders to make them more complex. Internal control system is needed to make sure all procedures dan risks have been well mitigated. The study concludes that the operational department of PT XYZ has done control activities properly. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mayla Khoiriyah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab permasalahan yang terjadi pada PT X yang bergerak di industri jasa cleaning service bahwa target laba yang ditetapkan sebesar 30 dari penjualan di tahun 2017 belum tercapai hingga kuartal 3 tahun 2017 dan biaya produk yang tidak memperhitungkan biaya tidak langsung dan biaya overhead. Dari hasil analisis, penyebab tidak tercapainya target laba karena penetapan target laba tidak mencerminkan kapabilitas perusahaan dan penerimaaan order yang tidak memenuhi minimum order. Untuk keakuratan, maka direkomendasikan PT X menggunakan Activity Based Budgeting dengan menggunakan Time-Driven Activity Based Costing. Dari hasil analisis, metode ini mencerminkan biaya yang terjadi di perusahaan.

ABSTRACT
The purpose of this study is to answer the problem arising in PT X, a cleaning service company, that the target profit set at 30 of sales can not be achieved until third quarter of 2017 and inaccurate allocation of product costs. The analysis shows that, target profit can not be achieved due to incapabilitiy of the company and different goals between management and marketing division. To improve budgeting accuracy, it is recommended that the company could apply Activity Based Budgeting with applying Time Driven Activity Based Costing. Through this method, it was found out that it reflects the costs incurred in company.
"
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatrina Diani
"ABSTRAK
Dilihat dari beberapa indikator keuangan, tidak dapat dipungkiri bahwa kinerja
BUMN di Indonesia masih memprihatinkan. Kontribusi BUMN terhadap keuangan
negara dalam bentuk bagian laba pemenntah masih tergolong kecil. Relatif rendahnya
sumbangan dan tingkat pengembalian yang dicapai BUMN salah satunya adalah karena
terdapat aset BUMN yang pemanfaatannya belum produktif.
PT.X yang menjadi obyek penelitian penulis dalam karya akhir ini, adalah salah
satu BUMN di bawah pembmaan Departemen Perdagangan dan Perindustrian, yang
eksistensinya sangat tergantung pada kegiatan ekspor dan impor. Perusahaan ini
memiliki kegiatan bisnis utama yaitu pelayanan jasa pengurusan ekspor impor (freight
forwarding), Depo Petikemas Pengawasan Pabean (DP3), jasa Depo Peti Kemas
Kosong (DPK), jasa Gudang Konsolidasi Eksport (CFS) dan jasa Gudang Less Than
Container Load (LCL) Impor. Jasa yang diberikan kepada pelanggan adalah mengurus
semua kegiatan yang diperlukan bagi pengiriman dan penerimaan barang, menyewakan
tempat penumpukan peti kemas dan pergudangan sesuai dengan kebutuhan yang
diinginkan pelanggan.
Untuk dapat memperoleh gambaran yang tepat tentang perkembangan PT.X
penulis mengadakan analisis terhadap strategi bisnis yang dijalankan perusahaan dalam
beradaptasi terhaiap usaha yang selalu berubah. Setelah penulis
mengetahui strategi bisnis yang dijalankan perusahaan, maka penulis juga megnanaIisa
laporan keuangannya yang merupakan ringkasan dari kegiatan ekonomi yang
dijalankan perusahaan. Salah satu cara untuk meihat kondisi keuangan perusahaan
adalah dengan menganalisis laporan keuangan melalui analisa perbandingan laporan
keuangan, analisa common size, analisa rasio, dan analisa arus kas. Selanjutnya
berdasarkan hasil analisa laporan keuangan tersebut penulis menentukan kebijakan
strategis yang dapat diterapkan perusahaan.
Setelah mengevaluasi dan menganIisa perkembangan perusahaan selama 7
tahun dari tahun 1991 sampai 1997, termasuk didalamnya strategi low cost yang
dijalankan PT.X dan juga kondisi keuangan perusahaan, serta melakukan analisa
terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terhadap perusahaan, maka
penulis menyimpulkan bahwa kinerja keuangan PT.X kurang baik dan tidak efisien,
terlihat dari angka rasio keuangannya yang cenderung memburuk, Krisis ekonomi
sejak Juli 1997 turut memperberat kondisi usaha. Pemasaran / pengembangan usaha
mengalami stagnasi karena menurunnya kegiatan ekspor impor.
Permasalahan pokok yang dihadapi PT.X adalah ketidakmampuan membayar
pinjaman bank. Rasio debt to total asset meningkat tajam karena meningkatnya jumlah
hutang sementara modal sendiri relatif tetap. Selain itu beban bunga yang harus
ditanggung sebagai konsekuensi adanya hutang tersebut pada akhirnya mengurangi
laba operasi. PT.X juga memiliki keterbatasan dalam modal kerja, dan sangat
memerlukan tambahan penyertaan modal dari pemegang saham.
Untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi PT.X dan guna menghadapi
yang semakrn tinggi di masa depan, maka penulis mengajukan alternatif
strategi yang dapat dilakukan perusahaan, yaitu:
. Melakukan konsolidasi berupa tindakan-tindakan efisiensi secara internal dalam
bidang organisasi, administrasi dan keuangan, serta sumber daya manusia.
. Mengembangkan strategi bisnis International Freight Forwarding.
. Melakukan restrukturisasi permodalan.
. Melakukan restrukturisasi hutang.
Dengan melakukan langkah-langkah kebijakan strategis tersebut, diharapkan
eksistensi perusahaan dapat berlanjut tanpa perlu melakukan pemberhentian karyawan
secara drastis, dan secara bertahap perusahaan dapat menyelesaikan kewajibannya
kepada bank.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinta Marvianti
"Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis penerapan Activity Based Costing pada PT X. Dengan menggunakan metode Activity Based Costing, penelitian akan menunjukkan gambaran tingkat profitabilitas pada PT X berdasarkan segmen usaha dan customer. Selanjutnya, analisis tersebut dapat digunakan sebagai dasar bagi perusahaan untuk menentukan strategi yang tepat untuk menangani pelanggan yang dimilikinya.
Metode penelitian yang digunakan dalam karya akhir ini adalah metode penelitian kualitatif. Pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif analitis dengan melakukan analisis studi kasus pada PT X melalui observasi, wawancara, dan data-data internal yang dimiliki perusahaan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Activity Based Costing, perusahaan dapat mengetahui tingkat profitabilitas segmen usaha maupun pelanggan secara detail. Selanjutnya, berdasarkan analisis tersebut, perusahaan dapat melakukan evaluasi performance pelanggan. Pada akhirnya, perusahaan dapat menentukan strategi yang lebih tepat untuk memaksimalkan keuntungan dan meningkatkan daya saing.

This research is aimed to conduct an analysis on the application of Activity Based Costing at PT X. Using the method of Activity Based Costing, the research will present the overview of profitability level at PT X based on business and customer segments. Further, the analysis can be used as to base a company’s proper strategy in handling customers.
The research method used in this thesis is qualitative research method. The approach used is analytical and descriptive with the case at PT X through observations, interviews, and internal data owned by PT X.
The conclusion of the research is that by applying the Activity Based Costing method, a company may acknowledge the profitability level of both business and customer segments. Moreover, based on the analysis, a company may conduct evaluation on customers’ performance. In the end, a company may determine precise strategies to optimize profits and to increase competitive ability.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
T34661
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Manurung, Surya
"Evaluasi Terhadap Akuntabilitas Dekonsentrasi pada Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Tesis ini membahas perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas jasa freight forwarding pada PT BBTI. Secara umum, jasa freight forwarding dibagi empat segmen yaitu jasa pengurusan transportasi murni (JPT), jasa kepabeanan, jasa trucking dan pergudangan. Dalam prakteknya, perusahaan freight forwarding atau forwarder (PT BBTI) bekerjasama dengan pihak ketiga. Pihak ketiga tersebut antara lain perusahaan pengangkutan (transportasi darat, laut dan udara), perusahaan bongkar muat, dan perusahaan pelayanan peti kemas. Forwarder disebut sebagai pihak yang mewakili pemilik barang dalam mengurus pengiriman barangnya maupun kewajiban pabeannya dalam rangka ekspor atau impor. Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai maupun peraturan pelaksananya belum mengatur secara khusus mengenai perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas jasa freight forwarding sehingga forwarder masih kesulitan dalam menghitung Dasar Pengenaan Pajaknya. Permasalahan yang timbul adalah bagaimana menghitung Dasar Pengenaan Pajak atas jasa freight forwarding sehingga Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut forwarder ke konsumen/pemilik barang sudah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. Begitu juga dengan jasa lain yang dilakukan diluar dari bisnis utamanya. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa forwarder belum sepenuhnya memahami perlakuan Pajak Pertambahan Nilai atas bisnisnya. Hasil penelitian menyarankan agar forwarder mengirimkan surat atau bertanya langsung ke Direktorat Jenderal Pajak untuk menjawab permasalahan yang ada dan agar Direktorat Jenderal Pajak dapat membuat peraturan perpajakan mengenai jasa freight forwarding yang dapat memberikan kepastian kepada para forwarder.

This thesis about the treatment of value added tax on freight forwarding services at PT BBTI. Generally, freight forwarding services divided into four services which pure freight forwarding service, customs brokers, trucking service, and warehouse service. In practice, freight forwarding company or forwarders (PT BBTI) has relationships with cargo companies (via truck, ship, or air carriers), stevedoring companies. Forwarders act as agent of the owner of goods to manage the delivery of his goods to destination and customs duties when doing export or import. The present value added tax regulations do not rule the treatment of value added tax on freight forwarding services specifically so forwarders are still confuse to calculate value added tax base. The main problem is how to calculate value added tax base in order that value added tax put by forwarders to the owners of goods based on taxation regulations. The conclusion of analysis that forwarders do not know to calculate value added tax base at any transactions. The suggestion for forwarders in order to send a letter to Directorate General of Taxation or make a phone call for a solution and for Directorate General of Taxation in order to create a tax regulation about freight forwarding services that will give a certainty for forwarders."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2010
T28277
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Irvin
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1990
S17894
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>