Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 176927 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ariyawan Sunardi
"Nuclear bubble merupakan salah satu fenomena menarik di dalam inti atom. Nuclear bubbledikarakterisasi oleh deplesi pada kerapatan pusatnya [Phys. Rev. C79, no 3 2009 ]. Pada penelitian ini, kami menginvestigasi nuclear bubble pada isotop Sn sebagai double magic nuclei dengan menganggap inti bulat. Kami menggunakan model Relativistic Mean Field Termodifikasi MRMF . Metode penelitian yang digunakan untuk menyelidiki pengaruh kopling tensor, isovektor-isoskalar dan pertukaran Coulomb, kami menggunakan 10 set parameter. Ditemukan bahwa Efek tensor tidak signifikan pada energi ikat, jari-jari difraksi, jari-jari rms dan ketebalan permukaan isotop Sn dan isoton N=82. Efek pertukaran Coulomb memperbaiki prediksi untuk energi ikat isotop Sn dan tidak signifikan pada isoton N=82. Untuk efek isovektor nonlinier muncul untuk memperbaiki prediksi jari-jari difraksi dan rms pada isotop Sn, Efek isovektor nonlinier membuat neutron skinsemakin tebal/besar, sedangkan pada parameter halo tidak nampak perbedaan akibat isovektor nonlinier. Nuclear bubble terjadi dengan mengamati deplesi neutron pada isotop Sn.Sedangkan pada isoton N=82 tidak terjadi nuclear bubble. Efek isovektor nonlinier memberikan dampak pada deplesi neutron menjadi lebih besar.

Nuclear bubble is one of the interesting phenomena in atomic nucleus. Nuclear bubble is characterized by depletion at its central density Phys. Rev. C79, no 3 2009 . In this study, we investigated the nuclear bubble on the Sn isotopes as double magic nuclei by assuming a spherical nucleus. We use Modified Relativistic Mean Field model MRMF . The research method used to investigate the effect of tensor coupling, isoskalar and Coulomb exchanges, we used 10 sets of parameters. It was found that the effect of tensor is not significant on the binding energy, diffraction radius, radius of rms and the thickness of isotopic surface Sn and isoton N 82. The Coulomb exchange effect improves predictions for Sn isotopic energy and not significant on isoton N 82. For nonlinear isovector effects appear to improve the prediction of diffraction radius and rms on Sn isotopes.The effect of nonlinear isovector makes the neutron skin thicker bigger, whereas in halo parameter there is no difference due to nonlinear isovector. The nuclear bubble occurs by observing the neutron depletion of Sn isotopes. While on isoton N 82 there is no nuclear bubble. The effects of nonlinear isovectors have an impact on the greater the depletion of neutrons."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
T47898
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Puguh Wiyono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
T39797
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astatira, Mela
"Paduan SnPb telah digunakan sebagai material solder sejak dahulu. Namun setelah ditemukan adanya kandungan racun yang berbahaya bagi manusia maka pemerintah menggalakkan bebas timbal. Hal ini tentunya memaksa industri untuk mulai mencari pengganti timbal. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh bertambahnya Pb terhadap sifat struktur, termal dan kekerasan dari paduan SnPb. Paduan SnPb dipreparasi di atmosfer nitrogen dengan menggunakan metode peleburan. Dilakukan variasi kandungan Pb (persen berat) dalam paduan SnPb. Sampel paduan dikarakterisasi menggunakan XRF (X-Ray Fluorescence), XRD (X-Ray Diffraction), DSC (Differentials Scanning Calorymetry), SEM (Scanning Electron Microscopic) and Vickers Hardness.
Hasil karakterisasi menggunakan XRD menginformasikan bahwa fasa yang terbentuk hanya fasa Sn dan fasa Pb. Ukuran kristal dihitung menggunakan fonnula Debye-Scherrer sedangkan parameter kisi dari setiap variasi paduan didapat dengan menggunakan program GSAS. Karakterisasi termal paduan SnPb dengan menggunakan DSC memperlihatkan bahwa semakin menjauhi komposisi eutektik, ditemukan adanya puncak endoterm yang menunjukkan fasa L+β. Dan berdasarkan hasil karakterisasi menggunakan SEM ditemukan Pb yang menggumpal pada paduan SnPb saat menjauhi komposisi eutektiknya. Sedangkan untuk sifat kekerasannya dapat diasumsikan bahwa kekerasan paduan SnPb semakin menurun ketika persen berat Pb semakin bertambah yang dikonfirmasi melalui tes vicker hardness.

SnPb alloy had been used as a material solder from along ago. After it has discovered that lead contains neurotoxin which is harmful to humans, the government now promote a lead fee movement for electronic packaging and another appliance. This is certainly forced the industry to start searching for a lead replacement. It was then conducted research to see the ejfect of adding Pb to structure, thermal and hardness properties of SnPb alloy. SnPb alloy prepared by fusion method within nitrogen atmosphere. The composition of Pb in SnPb alloy are varied All sample variation are characterized using XRF (X-Ray Fluorescence), XRD (X-Ray Diffaction), DSC (Differential Scanning Calorymetry), SEM (Scanning Electron Microscopic) and Vickers Hardness.
From XRD result shows only Sn phase and Pb phase are formed Crystallite size calculated using Scherrer formula, while the lattice parameters obtained from program named GSAS. Thermal study and characterization for all SnPb alloys was measured as a function of temperature using a Differential Scanning Calorymetry. From this measurement revealed the existence of L+β phase when SnPb alloys weren't at the eutectic composition. And based on the results of characterization using SEM found agglomeration of Pb in SnPb alloys except for an eutectic compositon. From Wcker Hardness test confirmed that the hardness characteristic of SnPb alloys decreases when increasing weight percent Pb."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29364
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hafiz Sjafril
"Masalah kontaminasi lingkungan yang diakibatkan oleh penggunaan timbal menjadi perhatian yang serius beberapa tahun belakangan ini. Persoalan ini kemudian menggerakkan para pelaku industri untuk perlahan-lahan meninggalkan material solder yang mengandung timbal dan mengembangkan alternatif material solder yang bebas timbal, diantaranya paduan Sn-Cu. Dalam penelitian tugas akhir ini, paduan Sn-Cu dibuat dengan menggunakan lnetode peleburan yang dilakukan pada atmosfer nitrogen. Variasi sampel paduan yang dibuat adalah paduan hypoeutektik, eutektik dan hypereutektik Sn-Cu.
Dari hasil karakterisasi XRD memperlihatkan bahwa puncak-puncak utama yg teridentifikasi merupakan milik β-Sn dengan struktur Kristal tetragonal dengan disertai pertumbuhan puncak yang dimiliki senyawa intennetalik Cu6Sn5. Karakterisasi termal dari semua paduan yang didapatkan rnenggunakan DSC menunjukkan penurunan titik lebur paduan Sn-Cu keseluruhan akibat penambahan Cu. Ini terlihat dari besarnya titik lebur paduan Sn99.8%-Cu0.2% yaitu 224.5°C kemudian menurun menjadi 220.1°C pada paduan Sn98.1%-Cu1.9%. Pengaruh penambahan Cu juga terlihat pada sifat kekerasan dari semua variasi paduan Sn-Cu yaitu kekerasan paduan meningkat seiring Cu yang bertambah pada paduan. Hal ini dikonfirmasi dari hasil test menggunakan vicker hardness fest. Peningkatan ini cukup signifikan yaitu dari 0.56 kgf/mm2 pada paduan Sn99.8%-Cu0.2% menjadi 41.2 kgf/mm2 pada paduan Sn98.1%-Cu1.9%. Kenaikan nilai kekerasan ini diakibatkan oleh pembentukan senyawa intermetalik Cu6Sn5 sebagaimana dibuktikan dari hasil XRD.

Environment contamination issue caused by lead utilization had become a serious interest for years back then. This issue afterwards, force industrial performer to slowly leaves solder material based on lead and developed lead-free solder materials. Sn-Cu alloys on this thesis paper have been done using fusion method within nitrogen atmosfer. All variation made consist of hypoeutectic, eutectic and hypereutectic Sn-Cu alloy.
Structural characterization for all variation shows that primary peaks that observed have been identiyied as ,β-Sn peak with growth of intermetallic compound Cu6Sn5 peak. Thermal studies using DSC revealed that addition of Cu could lowering melting point ofSn-Cu totally. Lowering of melting point can be seen from Sn99.8%-Cu0.2% alloy which have 224.5°C decrease to 220.1°C for Sn98.1%-Cu1.9% alloy. Cu addition also have impact to raise hardness value of Sn-Cu alloy obtain from Wckers Hardness test. Hardness value of Sn99.8%-Cu0.2% alloy raise significantly from 0.56 kgf/mm2 to 41.2 kgf/mm2 for Sn98.1%-Cu1.9%. Increase on this hardness value caused by growth of intermetallic compound Cu6Sn5 when increasing Cu, which this result correspond with XRD result.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S29361
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tantan Alam Rustandi
"Kawat SWRH 82 B merupakan kawat baja karbon tinggi yang banyak digunakan pada industri otomotif seperti untuk elemen pegas, tire cord dan lain lain. Pada proses pembentukan kawat untuk mendapatkan diameter yang diinginkan dilakukan proses penarikan. Setelah proses penarikan ini biasanya kekuatannya meningkat tetapi elongasinya menurun. Hal ini menyebabkan keterbatasan dalam penarikan selanjutnya. Proses patenting merupakan proses perlakuan panas yang sering digunakan pada kawat untuk menambah elongasi dari kawat yang telah mengalami proses penarikan sebelumnya. Dalam penelitian ini, temperatur patenting yang dipakai adalah 570' C, dan 590' C dengan waktu tahan masing-masing temperatur 1, 1 1/2 dan 2 menit. Struktur akhir yang diharapkan dari proses ini adalah perlit halus disebabkan perlit halus mempunyai sifat keuletannya tinggi dengan kekuatan yang cukup besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1997
S41996
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Senopati
"

Logam titanium dan paduannya memiliki beberapa sifat yang unggul seperti kekuatan yang tinggi, densitas yang rendah, dan ketahanan korosi yang tinggi. Keunggulan sifat tersebut menyebabkan logam titanium dan paduannya dapat digunakan untuk aplikasi biomedik. Paduan Ti-6Al-4V merupakan paduan titanium yang sudah banyak digunakan untuk aplikasi biomedik. Namun dalam beberapa dekade terakhir studi mengenai toksisitas dai unsur Al dan V pada paduan Ti-6Al-4V serta perbedaan modulus elastisitas yang masih cukup tinggi memicu para peneliti untuk mendesai paduan titanium baru yang aman digunakan dalam tubuh manusia serta memiliki modulus elastisitas yang rendah atau mendekati modulus elastisitas tulang manusia. Pada penelitian ini telah dilakukan pembuatan paduan titanium beta Ti-6Mo-6Nb-xSn (Sn= 0, 4, 8) dengan metode arc remelting pada suasana gas inert argon dilanjutkan dengan homogenisasi, pengerolan panas, dan solution treatment pada temperatur (800, 900, dan 1000 °C). Hasil pengamatan struktur mikro dan analisa difraksi sinar x pada ingot hasil remelting menunjukkan penambahan Sn berpengaruh terhadap terbentuknya fasa titanium beta dan dapat menekan terbentuknya fasa titanium alfa. Paduan Ti-6Mo-6Nb-xSn memiliki modulus elastisitas yang lebih rendah dibandingkan paduan titanium komersial Ti-6Al4V. Hasil pengamatan struktur mikro dan analisa difraksi sinar x pada sampel hasil solution treatment menunjukkan temperatur solution treatment berpengaruh terhadap terbentuknya fasa titanium α dan titanium β serta besar butir β. Paduan Ti-6Mo-6Nb-xSn juga memiliki ketahanan korosi yang lebih baik dibandingkan paduan Ti-6Al-4V komersial serta berdasarkan hasil uji sitotoksisitas aman digunakan pada sel hidup.


Titanium and its alloy have excellent properties such as high strength, low density, and high corrosion resistant. The advance properties made titanium and its alloy have been used for biomedical application. Ti-6Al-4V is titanium alloy that has been used widely for biomedical application. Otherwise, in last decade toxicity of Al and V in Ti-6Al-4V alloy made researcher to design new titanium alloy that safe for human body and has low elastic modulus compared with bone. In this study Ti-6Mo-6Nb-xSn alloy have been made using arc melting in inert gas argon atmosphere followed by homogenization, hot rolled, and solution treatment at 800, 900, and 1000 °C. Microstructure observation and diffraction pattern show that Sn addition and Solution treatment temperature affect on beta titanium formation. The Ti-6Mo-6Nb-xSn have lower elastic modulus compared with commercial Ti-6Al-4V alloy. The Ti-6Mo-6Nb-xSn also has better corrosion resistance compared with Ti-6Al-4V commercial. Citotoxicity test reported that Ti-6Mo-6Nb-8Sn is safe to used in living cell.

"
2019
T53212
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edy Priyanto Utomo
"Paduan Titanium telah banyak digunakan dalam beberapa aplikasi di industri karena mempunyai sifat mekanik yang unik dan mempunyai ketahanan korosi yang sangat baik. Salah satunya digunakan dalam industri kedokteran sebagai implan tulang, karena titanium mempunyai kemampuan biokompabilitas yang baik selain sifat mekanik dan ketahanan korosi yang baik. Saat ini paduan Ti yang banyak digunakan sebagai implan komersil adalah Ti-6Al-4V. Namun studi terbaru menunjukkan bahwa pelepasan ion Al dan V dari paduan Ti-6Al-4V dapat menyebabkan masalah kesehatan jangka panjang seperti neuropati perifer, osteomalacia, dan penyakit Alzheimer. Oleh karena itu dikembangkan paduan Titanium β-metastabil untuk menggantikan paduan Ti-6Al-4V. Desain paduan titanium β-metastabil biokompatibel terutama difokuskan pada penggunaan elemen paduan logam transisi yang banyak mengandung d-elektron seperti paduan Ti-Nb, Ti-Ni, Ti-Mo. Ion Ni diketahui dapat menyebabkan toxic, alergi, dan efek karsiogen. Paduan Ti-Mo mempunyai nilai kekerasan yang tinggi dibandingkan dengan tulang sehingga dapat menimbulkan stress-shielding yang dapat menyebabkan resorpsi pada tulang dan dapat menyebabkan kegagalan pada implant. Oleh karena itu dalam penelitian ini dikembangkan paduan Ti-Nb dengan tambahan unsur paduan Sn. Paduan metastabil Ti dipengaruhi oleh fasa yang terbentuk dan suhu pembentukan. Sedangkan Sn untuk mengendalikan keberadaan fasa ω yang mempunyai sifat getas dan modulus yang tinggi. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi fabrikasi dengan variasi jumlah peleburan yaitu 3 dan 5 kali dan juga variasi konsentrasi Sn sebesar 2, 5, dan 8 wt%. Hasil optimasi jumlah peleburan menunjukkan bahwa dengan tiga kali peleburan didapatkan paduan dengan dua fasa yaitu fasa β dan α, sedangkan dengan lima kali peleburan didapatkan fasa tunggal β. Hasil optimasi variasi konsentrasi Sn didapat bahwa sifat mekanik dan korosi yang optimum diperoleh pada paduan yang mengandung 5 wt% Sn. Paduan hasil optimasi tersebut, Ti-30Nb-5Sn, kemudian dihomogenisasi pada suhu 1000C selama 5 jam dan didinginkan cepat. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa proses homogenisasi memicu timbulnya fasa α. Kehadiran fasa α dalam konsentrasi yang kecil pada paduan yang dilebur 3 kali dan paduan yang dilebur 5 kali namun dihomogenisasi berkontribusi dalam meningkatkan nilai kekerasan dan juga ketahanan korosi paduan.

Titanium alloys have been widely used in several applications in the industry because they have unique mechanical properties and have very good corrosion resistance. One of them is used in the medical industry as a bone implant, because titanium has good biocompatibility in addition to mechanical properties and good corrosion resistance. At present Ti alloy which is widely used as commercial implant is Ti-6Al-4V. But recent studies have shown that the release of Al and V ions from Ti-6Al-4V alloys can cause long-term health problems such as peripheral neuropathy, osteomalacia, and Alzheimer's disease. Therefore Titanium β-metastable alloys are developed to replace Ti-6Al-4V alloys. The design of biocompatible titanium β-metastable alloys is mainly focused on the use of d-electron-containing alloy metal elements such as Ti-Nb, Ti-Ni, Ti-Mo alloys. Ni ions are known to cause toxic, allergic and carcinogenic effects. Ti-Mo alloy has a high hardness value compared to bone so it can cause stress-shielding which can cause resorption in the bone and can cause implant failure. Therefore in this study Ti-Nb alloys were developed with the addition of Sn alloy elements. Metastable alloy Ti is influenced by the phase formed and the temperature of formation. While Sn to control the existence of phase ω which has brittle properties and high modulus. In this study, fabrication optimization was carried out with variations in the number of smelters, namely 3 and 5 times and also variations in Sn concentration of 2, 5 and 8 wt%. The results of the optimization of the number of smelters indicate that with three fusions obtained a two-phase alloy namely phase β and α, whereas with five times the fusion obtained a single phase β. The results of optimization of variations in Sn concentration were obtained that optimum mechanical and corrosion properties were obtained in alloys containing 5 wt% Sn. Alloying the results of the optimization, Ti-30Nb-5Sn, is then homogenized at 1000˚C for 5 hours and cooled quickly. The characterization results show that the homogenization process triggers the α phase. The presence of α phase in small concentrations in alloys which are melted 3 times and alloys which are fused 5 times but homogenized contribute to increasing the hardness value and also corrosion resistance of alloys."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
T52434
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Waluyo
"Pada penelitian ini dilakukan pembuatan dan karakterisasi paduan Sn-Zn dengan menggunakan XRF, XRD dan DSC. Karaktersisasi untuk mengetahui struktur, Kristalisasi dan Sifat Termal Paduan Sn?Zn. Penelitian dengan mengunakan alat uji DSC bekerja pada suhu 31° C hingga 400 °C dan laju 10°C/menit. Paduan Sn? Zn pada penelitian ini berasal dari unsur-unsur murninya yang dilebur secara bersamaan pada suhu sekitar 600°C selama 10 sampai 15 menit. Persen berat (wt % ) Zn dibanding Sn yang digunakan adalah 6 %. 40% dan 41%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan wt % Zn, mempengaruhi Struktur , sifat termal Paduan Sn-Zn dan juga cenderung menghambat kristalisasi Sn.

In this research, manufacture and characterization of Sn-Zn alloys using XRF, XRD, DSC and SEM. Characterization for to know microstructure, heat capacity Cp as a function of temperature (T) of Sn-Zn solder material. Research tools DSC test worked at temperature 31°C to 400°C and the rate of 5°C / min. Sn-Zn solder material in this study originated from the pure elements are melted together at a temperature of about 700°C for 10 to 15 minutes. Zn than the weight percent of Sn used was 6%, 30%, 40% and 41%.. The results showed that the addition of weight percent Zn, influence to microstructure of sample Sn-Zn and Sn tends to inhibit the growth of crystals."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
T29883
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Kiagus Ismail Hamzah
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1994
S40908
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muharrir Asyari Saraswan
"Tingkat konsumsi energi yang semakin besar, mendorong manusia untuk menciptakan suatu energi alternatif yang dapat diperbaharui dan murah, salah satu adalah sel surya. Namun, sel surya yang ada sekarang begitu mahal apabila dibandingkan dengan energi fosil. Oleh karena itu, kedepannya akan dibuat sel surya jenis lapis tipis karena terdapat reduksi terhadap berat sel surya selain efisiensi dan harga yang bersaing. Pada penelitian ini telah dibuat paduan Cu-Zn-Sn (CZT) dengan metode arc melting furnace yang akan digunakan sebagai material target pada penumbuhan lapisan tipis Cu2ZnSnS4 (CZTS) untuk bahan dasar sel fotovoltaik. Pada proses pemaduan didapatkan hasil yang memuaskan, dimana dihasilkan ingot berbentuk solid dan tidak menempel pada krusibel. Pada karakterisasi yang dilakukan dengan menggunakan EDS, XRD dan mikroskop optik terhadap ingot paduan CZT menunjukkan hasil yang memuaskan, dimana dari hasil proses pemaduan telah didapatkan paduan CZT yang homogen dengan membentuk paduan 2Cu/Zn/Sn. Ingot hasil paduan CZT ini dapat digunakan dalam penumbuhan lapisan tipis Cu2ZnSnS4.

The rate of energy consumption that has been increased, leads human to search for an alternative of energy that is renewable and cheap solar cell. However, until recently solar cell is considered too expensive compared to fossil based energy. Such as a thin film solar cell can be employed to reduce weight and improved efficiency with comparable price. In this research, a Cu-Zn-Sn (CZT) has been succesfully made with arc melting furnace method that can be applied for target materials on the growing of Cu2ZnSnS4 (CZTS) thin film for basic material of photovoltaic cell.Successfully solid CZT ingot was produced without adhering to the crucible. On characterization utilizing EDS, XRD, and optical microscope, it showed that the alloying process of CZT resulting in a Cu2ZnSn homogeneous alloy. This resulting ingot alloy is likely usable for CZTS thin film growing process."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S51484
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>