Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 144666 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maulana Heruwiyono
"Permasalahan mampu alir pada proses penempaan tertutup masih banyak ditemukan dan ini mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Mampu alir mempunyai banyak faktor yang berpengaruh. Dalam Penelitian ini dilakukan pengamatan mampu alir tempa panas terhadap pengaruh variasi temperatur bahan dan sudut kemiringan die insert baja SCM435, dengan variasi temperatur 1150 C, 1200 C, 1250 C dan variasi sudut kemiringan die insert 3,5,7. Hasil produk tempa pada variasi temperatur dan sudut kemiringan tersebut dilakukan pengamatan morfologi dengan mikroskop optic dan pengamatan mekanikal dengan uji kekerasan dan dimensi produk setelah tempa. Dari hasil penelitian ini didapatkan semakin besar temperatur bahan dan sudut kemiringan die insert mempunyai hasil mampu alir yang baik dan material mudah dalam mengisi cetakan. Hasil mampu alir ini ditunjukan dengan dimensi produk yang mendekati ukuran dimensi produk tempa. Hasil yang paling baik didapat pada variasi temperatur 1250 C dan sudut tempa 7, yaitu dimensi diamater 191.2 mm dan tinggi 53.6 mm. Kekerasan rata-rata material setelah tempa adalah 28.3 HRC

The problem of flowability in a closed forging process is still widely found and this affects the quality of the resulting product. Flowability has many influential factors. In this work, observation on flowability of hot forging at heating temperature of the material and draft angle of the die insert of SCM435 steel has been carried out. The material was heated at variation temperature of 1150 C, 1200 C, 1250 C and die insert draft angle of 3, 5, and 7. Surface morphology of the material was characterized using a microscop optic, whereas the mechanical properties were characterized through hardness and dimension testing. The results showed that increasing heating temperature of the material and draft angle of the die insert resulted in good flowability and the dimension of the product was in agreement with that of the forging dimension. The best result was obtained from heating temperature of 1250 C at a draft angle of 7, with dimention diameter of 191.2 mm and height of 53.6 mm. The average hardness of the material after forging was of 28.3 HRC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1991
S40788
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Contents :
- Preface
- Chapter 1: Metal Forming Processes in Manufacturing
- Chapter 2: Forging Processes: Variables and Descriptions
- Chapter 3: Plastic Deformation: Strain and Strain Rate
- Chapter 4: Flow Stress and Forgeability
- Chapter 5: Plastic Deformation: Complex State of Stress and Flow Rules
- Chapter 6: Temperature and Heat Transfer
- Chapter 7: Friction and Lubrication
- Chapter 8: Inverse Analysis for Simultaneous Determination of Flow Stress and
Friction
- Chapter 9: Methods of Analysis for Forging Operations
- Chapter 10: Principles of Forging Machines
- Chapter 11: Presses and Hammers for Cold and Hot Forging
- Chapter 12: Special Machines for Forging
- Chapter 13: Billet Separation and Shearing
- Chapter 14: Process Design in Impression-Die Forging
- Chapter 15: A Simplified Method to Estimate Forging Load in Impression-Die
Forging
- Chapter 16: Process Modeling in Impression-Die Forging Using Finite-Element
Analysis
- Chapter 17: Cold and Warm Forging
- Chapter 18: Process Modeling in Cold Forging Using Finite-Element Analysis
- Chapter 19: Microstructure Modeling in Superalloy Forging
- Chapter 20: Isothermal and Hot-Die Forging
- Chapter 21: Die Materials and Die Manufacturing
- Chapter 22: Die Failures in Cold and Hot Forging
- Chapter 23: Near-Net Shape Forging and New Developments
- Index "
Materials Park, Ohio: ASM International, 2004
e20442664
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas dari produk tempa panas adalah aliran logam/material, dan faktor tersebut dapat dikontrol dengan perencanaan prabentuk di dalam tahapan
proses. Dalam merencanakan prabentuk tersebut. dilakukan dengan memperkecil perbedaan
aliran/ pergeseran volume yang terjadi dengan melakukan segmentasi pada profil produk (blank gear) menjadi 3 bagian, serta didasarkan pada kemampuan deformasi material produk dengan kondisi proses yang diterapkan. Dengan menggunakan CAD system didapatkan geometri prabentuk dengan pergeseran/ aliran volume material yang relatif merata pada setiap bagian.
deformasi yang terjadi tidak melampaui kemampuan material dan terjadi peningkatan gaya penempatan sebesar 43, 8%.
"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, (s a)
02 Lbr p
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Setyadi
"Permasalahan mampu tempa merupakan hal yang banyak ditemukan pada proses penempaan cetakan tertutup. Kesulitan yang dihadapi berkaitan erat dengan pola aliran-butir (grain flow patterns) yang tidak sesuai, cetakan yang tidak terisi sepenuhnya (lack of die fill) dan kwalitas produk (sifat mekanik, struktur mikro yang tidak sesuai dengan keinginan enjiniring atau standar).
Penelitian mampu tempa baja S48C dalam kasus pembuatan komponen gear dengan cetakan tertutup, telah dilakukan dengan mengkarakterisasi aliran tegangan material S48C terhadap perubahan temperatur melalui pengujian tarik panas serta mempelajari pengaruh parameter proses, dalam hal ini temperatur penempaan dan rasio tinggi awal terhadap diameter awal bahan baku (ho/Do) yang dikaitkan dengan mampu tempa produk gear yang dihasilkan.
Pengujian tarik panas dilakukan pada variasi temperatur 850, 900, 950°C dan laju regangan 0,01 dan 1 detik^-1, sedangkan pengujian penempaan gear dilaksanakan dengan variasi temperatur 1000, 1100, 1200°C dan variasi rasio ho/Do 1,58; 2,13; 2,41.
Hasil pengujian tarik panas menunjukkan semakin tinggi temperatur akan menurunkan tegangan tarik maksimum (UTS) dan tegangan alir baja S48C. Penurunan UTS paling tinggi terjadi pada temperatur 950°C sebesar 85% dari kondisi temperatur kamar, sedangkan penurunan tegangan alir paling tinggi terjadi pada temperatur pengujian 950°C sebesar 31 % dibanding temperatur 850°C, regangan (ε) 0,23 & laju regangan (ε) 1 detik^-1 dan sebesar 27% dibanding temperatur dan regangan yang sama tetapi ε 0,01 detik^-1 . Untuk kenaikkan lain regangan dari 0,01 detik^-1 menjadi 1 detik^-1 pada kisaran temperatur 850-950°C akan meningkatkan UTS sebesar 33 - 50 % dan tegangan alir sebesar 46-53%.
Hasil pengujian penempaan menunjukkan semakin tinggi temperatur dan semakin besar rasio ho/Do akan meningkatkan kekerasan rata-rata, yaitu tertinggi pada temperatur 1200°C dan ho/Do 2,13 sebesar 223 HB dan yang terendah pada temperatur 1000°C dan ho/Do 1,58 sebesar 204 HB. Peningkatan temperatur dan rasio ho/Do ini menyebabkan pertumbuhan butir austenit yang besar saat penempaan, namun secara bersamaan butir hasil rekristalisasipun bertambah.

Forgeability problems are found frequently in closed die forging. Forging difficulties closeness of the relationship with poor grain flow patterns, lack of die fill, and product quality (like as mechanical properties, microstructure that not suitable with engineering standard).
The research of the carbon steel (S48C) forgeability for manufacturing gear component in closed die forging has been done by characterized influence of temperature for flow stress of S48C with hot tension testing and studied influence of process parameters (like as forging temperature and ratio of initial height for initial diameters ho/Do) for the forgeability of the gear product.
The hot tension testing was performed on temperatures and strain rates variation (T 850, 900, 950°C and ε 0,01; 1 second^-1), while the gear forging testing was performed on forging temperatures and ratio ho/Do variation (T 1000, 1100, 1200°C and ratio ho/Do 1,58; 2,13; 2,41).
The result of hot tension testing showed that increasing temperature decreases ultimate tensile strength (UTS) and flow stress of S48C. The higher decreasing of UTS is on 950°C about 85% from room temperature condition, while the higher decreasing of flow stress has occured on 950°C about 31 % compare to conditons of temperature 850°C, strain (ε) 0,23 & srain rate (ε) 1 second^-1 and about 27% compare to the same conditions but ε= 0,01 second^-1 . For increasing strain rate from 0,01 to 1 second^-1 on the temperature range (850-950°C) increases UTS about 33 - 50% and flow stress about 46-53%.
The forging testing showed that increasing temperature and ratio ho/Do increases the average hardness, i.e., the higher hardness has occurred on 1200°C & ratio ho/Do 2,13 about 223 HB, while lower hardness has occurred 1000°C & ho/Do 1,58 about 204 HB. Increasing temperature and ratio ho/Do cause increasing austenite grain growth, but while amount of grain from recrystallization also has added."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T8971
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farid Surya Farista
"Stainless steel memiliki struktur mikro yang lengkap dan stabil dan banyak digunakan dalam industri modern seperti pembuatan kapal uap, produksi kimia dan reaktor nuklir karena ketahanan terhadap korosi dan kemampuan mekanik yang baik terhadap suhu tinggi, perlakuan panas tidak akan mempengaruhi kekerasan permukaan, perlu ditempa untuk mengurangi ukuran butir sehingga dapat mengeraskan permukaan menggunakan variasi beban 1 kg, 2 kg, 3 kg, mengkarakterisasi bahan menggunakan teknik difraksi sinar-X (XRD), dan sifat elektrokimia menggunakan teknik Linear Sweep Voltammetry (LSV), Open Circuit Potentiometry Technique (OCP) dan Cyclic Voltammetry (CV) dalam NaCl 3,5% wt. Terdapat pengecilan ukuran bulir pada sampel yang telah di beri penempaan dari 21 nm menjadi 10 nm pada 1 kg, 34 nm pada 2 kg, 10 nm pada 3 kg dan 4 nm pada 4 kg, karena penempaan juga menambah banyak nya grain menyebabkan potensi korosi semakin timggi yaitu laju korosi pada sampel dari 1,45 μm/tahun, menjadi 1,19 μm/tahun pada 1 kg, 1, 91 μm/tahun pada 2 kg dan 2,62 μm/tahun pada 3 kg dengan suhu uji 25 ̊C menggunakan larutan NaCl 3,5% wt
Stainless steel has a complete and stable microstructure and is widely used in modern industries such as steamship making, chemical production, and nuclear reactors because of its corrosion resistance and good mechanical ability to high temperature, heat treatment will not affect the surface hardness, need to be forged to reduce grain size so that it can harden the surface using variations in the load of 1 kg, 2 kg, and 3 kg, characterize material using X-ray diffraction technique, and the electrochemical properties using linear sweep voltammetry technique (LSV), open circuit potentiometry technique (OCP) and Cyclic Voltammetry (CV) in NaCl 3.5% wt. There is a reduction in grain size in the sample which has been forged from 21 nm to 10 nm at 1 kg, 34 nm at 2 kg, 10 nm at 3 kg and 4 nm at 4 kg because forging also adds much grain causing more corrosion potential lead is the corrosion rate in the sample from 1.45 μm / year, to 1.19 μm / year at 1 kg, 1, 91 μm / year at 2 kg and 2.62 μm / year at 3 kg with a test temperature of 25 ̊C using a solution of NaCl 3.5% wt"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dicky Pratama
"Campuran aspal panas merupakan salah satu jenis lapis perkerasan yang banyak digunakan di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji karakteristik campuran aspal dengan memodifikasi metode Marshall dengan mengamati deformasi yang dihasilkan melalui variasi jumlah pembebanan yang digunakan adalah 2x50, 2x60, 2x75, dan 2x90 tumbukkan, variasi temperatur pada saat pemadatan 110°C, dan 120°C, dan gradasi yang digunakan adalah jenis gradasi menerus dan gradasi senjang.
Hasil pengujian diolah dengan metode chisquare. VMA dan VIM pada hasil Marshall Test cenderung menurun seiring dengan bertambahnya jumlah tumbukan pada saat pemadatan. Sedangkan untuk nilai Stabilitas, flow, dan Marshall Quotient (MQ) cenderung meningkat.

Hotmix Asphalt is one of road pavement type that most used in indonesia. This research is to observe the asphalt concrette mix deformation that respond to Marshall Testing values and to study the characteristics of asphalt mixtures by modifying the method of Marshall due to static loading (compaction) that are generated through the variation of loading amount used is 2x50, 2x60, 2x75, and 2x90 compaction, the temperature variation on during compaction 110°C, and 120°C, the gradation used are continuous gradation and gap gradation.
The result processed by chi-square statistic methods. The research show that VMA and VIM have increment inclination on the increase on number of blows at compaction process. Whereas the stability, flow, and MQ have descend inclination.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S50676
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amy Masmir
"Hot Dip Galvonize adalah sebuah jenis proses pelapisan baja dengan logam lain, seperti seng, dengan cara pencelupan ke dalam bak yang berisi seng cair. Proses Hot Dip Galvonize terdiri dari beberapa tahap, yaitu degreassing pickling, fluxing, dipping, dan quenching. Seng cair masuk dan melekat di atas permukaan baja dengan mekanisme difusi. Hot Dip Galvonize banyak digunaka sebagai salah satu metode perlindungan baja terhadap korosi.
Penelitian dilakukan terhadap pipa baja dengan tiga macam kadar silikon, yaitu 0,019%; 0,011%; dan 0,0076% Si dab variasi waktu pencelupan dalam proses yaitu 3, 5, dan 8 menit dengan temperatur pencelupan standar yaitu 450℃. Setelah proses Hot Dip Galvanize, dilakukan pengujian terhadap ketebalan lapisan, pengamatan struktur mikro dan pengujian kekerasan mikro.
Hasil yang diperoleh adalah lapisan galvanis paling tebal, sebesar rata-rata 150 μm, dihasilkan oleh pipa baja dengan kadar silikon 0,019% dan waktu pencelupan 8 menit. Sedangkan lapisan galvanis tertipis dihasilkan oleh pipa baja dengan kadar silikon 0,011% dan waktu pencelupan 3 menit, yaitu sebesar 68,75%. Lapisan yang terbentuk terdiri dari beberapa lapisan fasa intermetalik yaitu lapisan Eta (η), lapisan Zeta (δ), lapisan Delta (ς), dan lapisan Gamma (Γ). Sedangkan pengujian kekerasan mikro menunjukkan bahwa dengan bertambahnya jarak dari permukaan maka kekerasa yang diperoleh bertambah tinggi, kemudian pada titik tertentu kekerasan akan sedikit menurun."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
S41324
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Ariati Mochtar
"ABSTRAK
Berbagai penelitian dan para peneliti terdahulu terhadap pertumbuhan butir baja terfokus pada kondisi isothermal, sehingga berbagai tinjauan terhadap topik ini terdapat dalam berbagai literatur. Sedangkan berbagai aplikasi proses material, seperti canal panas pengecoran atau tempa berlangsung dalam kondisi non-isoternal. Prediksi pertumbuhan butir mempergunakan persamaan yang didapat secara empris dalam kondisi anil isothermal sehingga terjadi fluktuasi dalam besar butir dan sifat mekanis produk baja.
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi dan mendapatkan pertumbuhan butir austenit dalam kondisi dimana pertumbuhan butirnya setelah dilakukan deformasi canal satu pass, dalam kondisi pendinginan kontinyu. Pendekatan yang digunakan adalah memberikan regangan deformasi canal panas antara O,3-0,4 dengan temperatur pemanasan awal l200°C, dan temperatur deformasi antara 900-1100C dengan kecepatan pendinginan antara 7-12 C/detik dalam rentang waktu rata-rata 30 detik setelah deformasi, kemudian didinginkan cepat ke temperatur ruang. Kecepatan pendinginan direkayasa dengan memasukkan benda iji ke dalam heating jacket dan pendinginan cepat dilakukan dengan water jetspray.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa pertumbuhan butir austenit baja setelah proses canal panas dapat digambarkan sebagai fungsi kecepatan pendinginan. Besar butir austenit semakin menurun dengan meningkatnya kecepatan pendinginan. Kinetika pertumbuhan butir austenit non-isotermal didapat dengan melakukan modifikasi matematis persamaan pertumbuhan butir isotermal dengan memasukkan faktor inverse kecepatan pendinginan berpangkat m. Model modfikasi ini dilakukan iterasi dengan hasil eksperimen dan didapat model empris dengan nilai amat mendekati hasil eksperimen, dengan hubungan besar butir austenit yang berbanding terbalik dengan kecepatan pendinganan berpangkat m (1/Cr), dan penambahan konstanta B. Didapat konstanta kecepatan pendinginan m hampir tidak terpengaruh oleh komposisi baja yaitu sekitar 12 sedangkan konstanta B meningkat dari 3,0 x10'° sampai 8 x l0'° dengan peningkatan prosentase Nb, C atau N dalam baja. Model ini dievaluasi dengan perhitungan penumbuhan butir austenit hasil perhitugan matematis berdasarkan persamaan isothermal dan metode additivity. Didapati bahwa model modifikasi memilih nilai besar butir austenit yang amat mendekati perhitugan matematis , dengan nilai konstanta yang relatif sama dengan model matematis . Didapat bahwa perhitungan dengan model empiris non isotermal memiliki deviasix rendah terhadap nilai eksperimen (4-l5%). sehingga lebih tepat untuk memprediksi pertumbuhan butir austenit kondisi non-isotermal.

ABSTRACT
Many reviews in the literatures by many previous investigators on the steel grain growth mostly focused for the isothermal condition. At the same time, many of the materials processing such as hot-rolling, casting, and forging take place under non-isothermal conditions. Grain growth prediction uses empirically obtained formula in an isothermal annealing condition; in this instant, there are possibilities that the fluctuation in the predicted grains size and thus in the mechanical properties will occur.
The main purpose of this investigation is to evaluate and to obtain austenite grains growth in a non-isothermal condition. The grain growth of three compositions of HSLA-Nb steel, i.e. 0.019; 0.037; and 0.056 wt.% Nb, was examined after single-pass-hot-rolling process under continuous cooling condition. The materials were hot-rolled about 0.3-0.4 at an initial temperature of 1200C, deformation temperature of 900-1100C, cooling rate of 7-12K/s in an average time period of 30 second after deformation, and the quenched to room temperature. Cooling rate was achieved by putting the specimen into a heating jacket and quenching was performed by using a water jetspray.
The results show that the austenite grain growth was obtained by modifying isothermal grain growth relation with respect to the inverse factor of cooling rate to the power of m. This modification model was irerated by using experimental data and results in an empirical model with the value very close to the experimental data, in which the austenite grain size inversely proportional to the cooling rate power m (1/Cr) and an additional content of B. It was also found that the cooling rate m was almost not affected by steel composition, which is around 12, whereas the constant of B increases from 3.0 x 10 to 8 x 10 with the increase of Nb, C, or N content in the steel. The model was evaluated by using the austenite grain growth calculation based on isothermal and addivity methods. This model results in the same value as the calculation model with the same constant. The austenite grain growth calculated by modified empirical model was found has small deviation compare to the experiments value (4-15%). Hence, the model is appropriates to be applied to predicts the non-isothermal austenite grain growth after deformation in hot rolling process.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesiaa, 2010
D1168
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>