Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 203069 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahimul Yakin
"Pengobatan pada anak Leukemia limfoblastik akut terus dikembangkan, saat ini di Indonesia ada beberapa protokol yang lazim digunakan yaitu protokol Nasional Jakarta, protokol WK-LLA 2000, protokol LLA 2006 dan protokol LLA 2013. Tujuan studi ini untuk mengetahui probabilitas kesintasan hidup 3 tahun pada anak leukemia limfoblastik akut antara protokol 2006 dan 2013. Studi ini menggunakan mix method yaitu kohort retrosfektif dan wawancara mendalam. Populasi dalam penelitian ini adalah anak LLA usia 1-15 tahun yang mendapatkan protokol 2006 dan 2013 di RSKD Jakarta dari tahun 2008 ndash; 2016 sebanyak 68 anak dengan waktu penelitian dari April 2016 sampai Juni 2016. Data dianalisis dengan menggunakan Cox Regression.
Hasil studi ini didapatkan probabilitas kesintasan 3 tahun anak LLA berdasarkan protokol pengobatan 2006 dan 2013 HR 1,57 CI 90 0,577 ndash; 4,299, namun perbedaan antara kedua protokol ini tidak bermakna secara statistik dengan p-value 0,456. Hasil wawancara mendalam juga didapat pada protokol 2006 dan 2013 secara prinsip sama namun tetap ada beberapa perbedaan diantara keduanya seperti jadwal pengobatan dan dosis secara kumulatif meningkat. Kesimpulan yang didapat ada interaksi waktu pada variabel trombosit, kedua protokol ini secara prinsip sama dan tidak terdapat banyak perbedaan dalam hal input dan proses.

Treatment of children with Acute lymphoblastic leukemia was developing, currently in Indonesia there are several commonly used protocols such as National protocol Jakarta, WK LLA 2000 protocol, LLA protocol 2006 and protocol LLA 2013. The purpose of this study to determine the probability of survival 3 years In children with acute lymphoblastic leukemia between protocols 2006 and 2013. This study used a mix method of retrospective cohorts and in depth interviews. The population in this study were LLA children aged 1 15 years who received protocol 2006 and 2013 in RSKD Jakarta from 2008 2016 is 68 children with research time from April 2016 until June 2016. Data were analyzed using Cox Regression.
The result of this study shows the probability of 3 year survival of LLA children based on treatment protocol 2006 and 2013 HR 1,57 CI 90 0,577 ndash 4,299, but the difference between these two protocols was not statistically significant with p value 0.456. The results of in depth interviews were also obtained in protocols 2006 and 2013 in the same principle but there remain some differences between the both of the treatment schedule and doses are cumulatively increased. The conclusion is that there is time interaction on platelet variable, these two protocols are in principle the same and there is not much difference in input and process.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48860
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Yulianti
"Leukemia limfoblastik akut (LLA) adalah jenis kanker yang disebabkan oleh akumulasi limfoblas di sumsum tulang yang mempengaruhi banyak anak. Keberhasilan pengobatan pada pasien leukemia dapat dinilai berdasarkan tingkat kelangsungan hidup pasien LLA. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi kelangsungan hidup 5 tahun, faktor-faktor yang mempengaruhinya, dan nilai skor prediktor kelangsungan hidup pada anak usia 1-18 tahun yang didiagnosis dengan leukemia limfoblastik akut (LLA) di RSAB Harapan Kita. Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yang menggunakan desain penelitian kohort retrospektif. Sampel adalah 130 pasien LLA yang didiagnosis pada tahun 2013-2014 yang diperoleh dari teknik pengambilan sampel non-probabilitas jenis consecutive sampling. Data dikumpulkan dengan melacak rekam medis pasien. Data dianalisis menggunakan analisis Kaplan-Meier dan Regresi Cox. Hasil penelitian menunjukkan bahwa probabilitas tingkat kelangsungan hidup pasien LLA tahun 2013-2014 adalah 92,25% dengan tingkat kelangsungan hidup rata-rata 60 bulan. Berdasarkan analisis multivariat menggunakan model interaksi regresi Cox, faktor yang paling berpengaruh pada tingkat kelangsungan hidup pasien LLA adalah komorbiditas (p = 0,002; HR = 10,76 CI; 2,38-48,55), remisi (p = 0,001; HR = 13,28 CI2,98- 59,73) dan kambuh (p = 0,014; HR = 7,92 CI; 1,53-41,12).

Acute lymphoblastic leukemia (LLA) is a type of cancer caused by the accumulation of lymphoblasts in the bone marrow that affects many children. The success of treatment in leukemia patients can be assessed based on the survival rate of LLA patients. The aims of this study were to identify 5-year survival, the factors that influence it, and the scoring value of predictors of survival in children aged 1-18 years diagnosed with acute lymphoblastic leukemia (LLA) in RSAB Harapan Kita. This study is an analytic observational study that used retrospective cohort study design. The sample was 130 LLA patients diagnosed in 2013-2014 who were obtained from a non-probability sampling technique consecutive sampling. Data were collected by tracking the patient's medical records. Data were analyzed using Kaplan- Meier analysis and Cox Regression. The results show that the LLA patient's survival rate probability from 2013-2014 was 92.25% with a median survival rate of 60 months. Based on multivariate analysis using Cox regression interaction models, the most influential factors on survival rate of LLA patients were comorbidity (p = 0.002; HR = 10.76 CI; 2.38-48.55), remission (p = 0.001; HR = 13.28 CI2.98-59.73) and relapse (p = 0.014; HR = 7.92 CI; 1.53- 41.12)"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evelyn Yuliusman
"Penderita LLA yang berusia tiga hingga sembilan tahun memiliki risiko standar mengalami resistensi terhadap kemoterapi dan risiko rendah mengalami kekambuhan penyakit. Salah satu penyebab resistensi terhadap kemoterapi ini adalah ekspresi gen MDR1 C3435T. Penderita LLA anak di RSCM memiliki frekuensi alel T yang lebih banyak dibandingkan alel C. Penelitian ini ingin mengetahui tinggi rendahnya ekspresi gen MDR, dihubungkan dengan faktor risiko usia dan frekuensi tiap alel polimorfisme gen MDR1 C3435T. Analisis ekspresi gen dilakukan pada 30 pasien penderita LLA anak yang berusia tiga hingga sembilan tahun di Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSCM dan 1 non penderita sebagai pembanding. Tinggi rendahnya ekspresi gen MDR1 dianalisis menggunakan metode 5? nuclease assay dengan alat RT-PCR pada cDNA penderita. Optimasi metode analisis yang dilakukan memberikan hasil bahwa jumlah cDNA yang optimal adalah 4.800 ? 9.600 ng per 20 µl reaksi. Analisis ekspresi gen yang dilakukan menggunakan metode komparatif memperlihatkan bahwa sebanyak 21,875% penderita memiliki ekspresi gen MDR1 relatif lebih tinggi serta 78,125% penderita memiki ekspresi gen MDR1 relatif lebih rendah dibandingkan dengan non penderita. Hal ini sesuai dengan tingginya jumlah alel T dan faktor risiko berupa usia penderita.

Three to nine years old ALL patients associated by having standard risk to get chemoteraphy resistance and low risk to relapse. The main cause of the chemoteraphy resistance is the presence of MDR1 gene?s polymorphism, C3435T. Previous research showed that T allel?s frequency was greater than C allel?s in children with ALL in Cipto Mangunkusumo hospital. This research purpose is to link the MDR1 gene?s expression, it?s polymorphic allel frequency and age risk factor. MDR1 gene expression was assessed in 30 ALL patients whose age between 3 and 9 years old in Pedriatric Department Cipto Mangunkusumo Hospital and 1 healthy subject for reference. The gene expression analysis was done with 5? nuclease assay method using RT-PCR in patient?s cDNA. The optimized method used 4.800 ? 9.600 ng cDNA in 20 µl reaction. A relatively high gene expression was possessed by 21,875% patients while the other 78,125% patients own a relatively low gene expression compared to the reference sample. For conclusion, the high T allel frequency and the age of the patients predispose their lower gene expression.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59383
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haridini Intan Setiawati Mahdi
"ABSTRAK
Latar belakang: Minimal residual disease MRD adalah faktor prediktor yang sensitif pada leukemia limfoblastik akut LLA dengan menggunakan flowsitometri. Minimal residual disease dapat mendeteksi 1 sel blas diantara 10.000 sel normal 0,01 . Pemerikasaan MRD dapat digunakan untuk menyempurnakan status remisi induksi pada LLA. Metode: Penelitian uji potong lintang selama 4 bulan dilakukan di bagian Onkologi Anak RSKD, Departemen Ilmu Kesehatan Anak RSAB Harapan Kita; divisi Hematologi-Onkologi RS Kramat 128 pada Febuari ndash; Juni 2017. Subjek adalah pasien yang terdiagnosis LLA yang menyelesaikan kemoterapi pasca fase induksi. Pemeriksaan morfologi sumsum tulang, imunofenotiping leukemia dan MRD untuk evaluasi pasca fase induksi dilakukan dilakukukan di bagian Patologi Klinik RSKD.Hasil penelitian: Pada penelitian ini diikutsertakan 52 subjek dengan usia rerata 6.4 tahun. Subjek lelski 62 lebih banyak dibanding perempuan 38 . Semua pasien dengan leukemia sel B. Stratifikasi Risiko Biasa RB 46 adalah lebih sedikit dibandingkan Risiko Tinggi RT 54 . Minimal residual disease 0,01 42,3 dengan morfologi yang juga remisi. Stratifikasi RB dengan pemeriksaan MRD kuantitatif ABSTRACT
Introduction Minimal residual disease MRD is the most powerful predictor of outcome in acute leukemia and is useful in therapeutic stratification for acute lymphoblastic leukemia ALL protocols. Nowadays, the most reliable methods for studying MRD in ALL are multiparametric flow cytometry. It provides a MRD level of 0,01 of normal cells, that is, detection of one leukemic cell in up to 10.000 normal nucleated cells. Evaluation after induction phase, is the most informative time to predict danger of relapse.Methods A cross sectional study was conducted at Pediatric Hematology Oncology Division, Department of Child Health, Pediatric Oncology Division of ldquo Dharmais rdquo Cancer Hospital Women and Children Harapan Kita Hospital Pediatric Hematology Oncology Division Kramat 128 Hospital on February June 2017. Morphology, immunophenotyping, MRD assessment was performed. Bone marrow aspiration and MRD detection performed after induction phase to evaluate remission.Results A total of 52 diagnosed ALL patients enrolled in this study. The mean age was 6.4 years. Incidence in male 62 is higher than female 38 . All patients are B lineage. Standard risk SR patients 46 is less than high risk HR patients 54 . Minimal residual disease 0,01 1 42,3 and morphological remission. Standard risk stratification with quantitative minimal residual disease "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55568
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gilda Athalia Sudarto
"Latar Belakang: Anak dengan leukemia limfoblastik akut ALL yang bertahan hidup cenderung mengalami obesitas, yang meningkatkan risiko ALL relaps. Obesitas dipengaruhi oleh pemberian kortikosteroid dan kemoterapi, namun juga oleh faktor-faktor lain yang hubungannya dengan obesitas pada ALL belum secara konsisten dibuktikan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan usia saat diagnosis ALL, jenis kelamin, status gizi saat diagnosis ALL, kelas layanan kesehatan, kelompok risiko ALL, dosis kumulatif L-asparaginase dan jenis steroid, dengan kejadian obesitas setelah pengobatan ALL fase induksi.
Metode: Penelitian ini merupakan studi observasional dengan desain potong lintang yang menggunakan data rekam medis pasien ALL tahun 2014-2016 di RSUP Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Hasil: Dari 94 pasien ALL, 84,0 berusia.

Background: Child survivors of acute lymphoblastic leukemia ALL showed a tendency to become obese, increasing the risk of relapse. Obesity is influenced not only by administration of corticosteroid and chemotherapeutic agents, but also by other factors with which the relationships have not been consistently proven.
Purpose: This study aims to investigate the relationships between age at ALL diagnosis, sex, nutritional status at diagnosis, class of service, ALL risk group, cumulative dose of L asparaginase and type of steroid, and post induction obesity.
Method: This is an observational, cross sectional study, using data from medical records of ALL pediatric patients during the years 2014 2016 at Cipto Mangunkusumo Hospital, Jakarta.
Results: Out of 94 ALL patients, 84.0 were aged
"
Jakarta: Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Dwi Darmayanti
"Leukemia limfoblastik akut (ALL) adalah jenis kanker yang paling umum pada anak-anak. Nyeri dan kelelahan berhubungan dengan faktor-faktor kanker dan perawatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan hubungan antara kualitas nyeri dan kelelahan pada anak-anak dengan ALL 1-3 hari setelah kemoterapi. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan menggunakan teknik consequtive sampling. Total sampel adalah 44 anak-anak dengan ALL (7-18 tahun) di Jakarta. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Simple Pain Inventory (BPI) untuk mengukur kualitas nyeri dan Kelelahan Onkologi Anak-Allen (FOA-A) untuk mengukur kelelahan. Nilai rata-rata kualitas nyeri adalah 1,63932 dan nilai rata-rata kelelahan adalah 9,25.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas nyeri dan kelelahan (p = 0,006), status kambuh dan kelelahan (p = 0,058), dan antara seseorang yang menemani anak-anak dan kelelahan (p = 0,016). Hasil penelitian ini merekomendasikan pentingnya penilaian nyeri lebih lanjut dan pengobatan kombinasi antara farmakologi dan nyeri non-farmakologi setelah kemoterapi untuk mengurangi kelelahan pada anak-anak dengan kanker.

Acute lymphoblastic leukemia (ALL) is the most common type of cancer in children. Pain and fatigue are related to cancer factors and their treatments. The aim of this study was to find an association between pain quality and fatigue in children with ALL 1-3 days after chemotherapy. This research uses cross sectional design and uses consequtive sampling technique. The total sample was 44 children with ALL (7-18 years) in Jakarta. The measuring instrument used in this study was a Simple Pain Inventory (BPI) questionnaire to measure the quality of pain and Fatigue Oncology of Children-Allen (FOA-A) to measure fatigue. The average value of pain quality is 1.63932 and the average value of fatigue is 9.25.
The results of this study indicate that there is a significant relationship between quality of pain and fatigue (p = 0.006), relapse and fatigue status (p = 0.058), and between someone who accompanies children and fatigue (p = 0.016). The results of this study recommend the importance of further pain assessment and combination treatment between pharmacology and non-pharmacological pain after chemotherapy to reduce fatigue in children with cancer.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Danar Pradipta Rani
"Latar belakang: Anak yang menderita Leukemia Limfoblastik Akut LLA menunjukkan peningkatan sistem imun pada akhir perawatan kemoterapi. sIgA merupakan hasil dari sistem imun yang ada pada saliva.
Tujuan: Menganalisis perbedaan kadar sIgA saliva antara anak LLA fase pemeliharaan dengan gingivitis dan anak sehat dengan gingivitis.
Metode Penelitian: Saliva diambil dari anak LLA dan anak sehat. selanjutnya kadar sIgA saliva diukur dengan metode ELISA.
Hasil: Signifikansi Mann-Whitney menunjukkan besar 0.157 p>0.05 .
Kesimpulan: Terdapat perbedaan kadar sIgA saliva antara anak LLA fase pemeliharaan dengan gingivitis dan anak sehat dengan gingivitis, namun tidak signifikan.

Background: Acute Lymphoblastic Leukemia ALL children shows an increasing of immune system in the late phase of chemotherapy. sIgA is a product of immune system in saliva.
Aim: To analyze salivary sIgA difference between ALL children in maintenance phase and healthy children with gingivitis.
Method: Saliva was collected from ALL and healthy children. The salivary sIgA level was then measured with ELISA method.
Results: Mann Whitney significance shows the number 0.157 p 0.05 .
Conclusion There is a difference in salivary sIgA levels among ALL children in the maintenance phase and healthy children with gingivitis, but the difference is not significant.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Andrye Fernandes
"Kemoterapi memiliki dampak terjadinya kelelahan pada anak yang menderita leukemia limfoblastik akut. Kelelahan pada anak dapat diperberat oleh masalah tidur yang dialami anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan masalah tidur dengan kelelahan pada anak dengan leukemia limfoblastik akut yang menjalani satu siklus kemoterapi fase induksi. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pengukuran berulang masalah tidur dan kelelahan pada anak berumur 7-18 tahun (n=62). Pengambilan data dilakukan selama 7 hari yaitu, satu hari sebelum, lima hari selama, dan satu hari setelah kemoterapi.
Hasil analisis data menggunakan uji korelasi Pearson dengan tingkat kemaknaan 95% menunjukkan hubungan yang signifikan (p<0,001) antara masalah tidur dengan kelelahan. Kesimpulannya masalah tidur menjadi penyebab beratnya kelelahan pada anak sehingga penting untuk dilakukan pengkajian dan memberikan intervensi mengatasi masalah tidur untuk mengurangi kelelahan pada anak. Pelatihan manajemen masalah tidur dan kelelahan menjadi penting untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan perawat dalam mengatasi kelelahan pada anak leukemia limfoblastik akut yang menjalani kemoterapi fase induksi.

Chemotherapy had an impact of disruption in sleep patterns and fatigue in children who suffer from acute lymphoblastic leukemia. Fatigue in children can be exacerbated by sleep problems experienced by children. This study aimed to analyze the relationship of sleep problems with fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia who underwent a cycle of induction phase chemotherapy. The design of this research used descriptive analytic with repeated measurements of sleep problems and fatigue in children aged 7-18 years (n = 62). The data were taken for 7 days, consist of one day before, five days during, and one day after chemotherapy.
The result of data analysis using Pearson correlation test with significance level 95% showed significant relationship (p <0.001) between sleep problems with fatigue. The conclusion were sleep problems cause severe fatigue in children so it is important to do the assessment and provide intervention to overcome sleep problems to reduce fatigue in children. Training on sleep problems and fatigue management becomes important to improve knowledge and abilities of nurses in overcoming fatigue in children with acute lymphoblastic leukemia undergoing chemotherapy on induction phase.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
T48320
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stevanus Samudra
"ABSTRAK
Leukemia Limfoblastik Akut LLA merupakan penyakit keganasan sel darah yang ditandai dengan akumulasi sellimfoblas dan sering terjadi pada anak-anak.. Pemberian cytarabine dapat secara klinis mengeradikasi sisa-sisa selkeganasan, namun memiliki efek samping salah satunya dapat merusak jaringan ginjal. Sampai saat ini, protokolbelum memiliki pedoman tentang penyesuaian dosis rejimen cytarabine kepada berbagai kelompok usia anak.Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan nilai kreatinin darah di kelompok usia yang berbeda. Desainpenelitian adalah potong lintang dengan consecutive sampling pada 50 pasien yang sesuai dengan kriteria. Datadidapatkan dari Laboratorium Departemen Patologi Klinik RSCM berdasarkan rekam medis yang didapatkan dariRS Ciptomangun Kusumo. Data nilai kreatinin pada kelompok usia yang berbeda memperlihatkan persebaranyang tidak normal dengan nilai median kreatinin darah 0.4mg/dL p=0.00 . Perbandingan median kedua kelompokdilakukan dengan uji Mann ndash; Whitney dan menunjukkan hasil signifikan dengan nilai median kelompok usia 1-12 tahun sebesar 0.3mg/dL dan kelompok usia 13-18 tahun sebesar 0.5mg/dL dengan selisih nilai median0.2mg/dL p=0.001 . Terjadi peningkatan nilai kreatinin lebih banyak pada subjek kelompok usia 13-18 tahun 23.5 dibandingkan dengan kelompok usia 1-12 tahun 6.1 . Perbedaan median nilai kreatinin darah antarakelompok usia 1-12 tahun dan 13-18 tahun tidak menunjukan peningkatan melebihi batas ambang, namunbermakna secara statistik.

ABSTRACT
Acute Lymphoblastic Leukemia ALL is a blood neoplastic disease which characterized by accumulation oflymphoblastic cells and occurs frequently in children. The medication protocol has many regiments withCytarabine among all of the drugs which being used for the reinduction phase therapy. It has some adverse effectslike damaging kidneys by certain mechanisms. This study aims to see the difference of the level of serum creatininein different pediatric age groups. This study is using cross sectional as the design of the study with 50 samplesaccording to the criteria using consecutive sampling technique. Datas gathered from Laboratory of ClinicalPathology Department according to medical record from Cipto Mangunkusumo National Hospital. The serumcreatinine level from both pediatric age groups shows an uneven distribution with 0.4mg dL p 0.00 as the medianof the serum creatinine level from both groups. The comparison of both median tested by Mann Whitney methodand shows a significant result with 0.3mg dL as the median of pediatric aged 1 12 group and 0.5mg dL as themedian of pediatric aged 13 18 group with 0.2mg dL as the difference between both median p 0.001 . Pediatricaged 13 18 group shows more subject with increased serum creatinine level 23.5 than the pediatric aged 1 12group 6.1 . The median difference of serum creatinine level between pediatric group aged 1 12 and 13 18 showsan increasing serum creatinine value below the cut off but statistically significant."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ati Fadhilah
"ABSTRAK
Leukemia limfositik akut merupakan jenis kanker yang paling banyak dialami anak-anak. Penyakit tersebut membutuhkan kemoterapi jangka panjang yang dalam prosesnya seringkali menyebabkan fatigue atau kelelahan. Salahsatu cara untuk menurunkan kelelahan adalah aktivitas terstruktur atau latihan yang biasanya dilakukan di rumah sakit. Padahal, anak dengan leukemia limfositik akut pun diharuskan pulang beberapa kali diantara jeda diberikannya agen kemoterapi. Tujuan penelitian ini adalah mencari tahu hubungan antara aktivitas di rumah dengan kelelahan. Desain penelitian ini menggunakan crossectional dan metode consequtive sampling dengan besar sampel 45 anak. Ditemukan hubungan yang bermakna antara tingkat aktivitas fisik dan kelelahan dengan p 0,001 atau p.

ABSTRACT
Acute lymphocytic leukemia is the most common type of cancer among children. The disease requires long term chemotherapy which in the process often leads to fatigue. One way to reduce fatigue is a structured activity or exercise that is usually performed in a hospital. In fact, children with acute lymphocytic leukemia were required to go home several times between pauses given chemotherapy agents. The purpose of this study is to find out the relationship between activity at home with fatigue. The design of this study using crossectional and consequtive sampling method with a large sample of 45 children. There was a significant relationship between physical activity level and fatigue score with p 0,001 or p
"
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>