Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160138 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yuli Kristianingsih
"Penambangan emas di Desa Lebaksitu Kabupaten Lebak adalah Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). Merkuri merupakan logam berat yang memiliki tingkat toksisitas tinggi di dalam tubuh. Hati sebagai bagian utama metabolisme dan akumulasi merkuri dalam tubuh manusia sehingga merkuri dapat menyebabkan kerusakan hati. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) merupakan penanda yang sensitif pada kerusakan hati karena enzim ini sumber utamanya di hati. Adanya peningkatan SGPT dapat digunakan sebagai biomarker enzim potensial untuk merkuri yang memicu terjadinya induced hepatotoxicosis yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan umum dengan mengubah fungsi dan struktur integritas hati. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pajanan merkuri dalam darah terhadap fungsi hati dengan mengukur kadar SGPT pada masyarakat. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2017 dengan populasi adalah warga yang bertempat tinggal di Desa Lebaksitu setelah menggunakan kriteria inklusi, dengan jumlah sampel 68 orang. Data penelitian diambil melalui wawancara menggunakan kuesioner dan pemeriksaan sampel darah untuk mengetahui kadar merkuri dalam darah dan kadar SGPT. Hasil penelitian ini didapatkan 77,9% responden adalah bukan pengolah emas, yang sudah tinggal di desa Lebaksitu lebih dari 10 tahun. 77,9% responden memiliki merkuri darah diatas normal (WHO : 10 μg/l). Peningkatan kadar SGPT dialami oleh 25% responden. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara merkuri darah terhadap kadar SGPT, namun variabel umur dan lama tinggal sebagai variabel confounding mempengaruhi kadar merkuri darah.
ABSTRACT

Gold mining in Lebaksitu is an Artisanal Small-Scale Gold Mining (ASGM). Mercury is a heavy metal that has high levels of toxicity in the body. The liver as a major part of metabolism and the accumulation of mercury in the human body so that mercury can cause liver damage. Serum Glutamic Pyruvic Transaminase (SGPT) is a sensitive marker of liver damage because this enzyme is the primary source in the liver. The increased SGPT can be used as a potential enzyme biomarker for mercury that induces the induced hepatotoxicosis that ultimately affects general health by altering the function and structure of liver integrity. This study aims to determine the effect of mercury exposure in the blood on liver function by measuring the levels of SGPT in the community. This study used cross sectional study design. The study was conducted in May 2017 with the population being residents residing in Lebaksitu after using inclusion criteria, with total sample of 68 people. The data were collected through interviews using questionnaires and blood samples to determine the levels of mercury in blood and SGPT levels. The results of this study found that 77.9% of respondents are not gold processors, who have lived in Lebaksitu more than 10 years. 77.9% of respondents had abovenormal blood mercury (WHO: 10 μg / l). Increased levels of SGPT experienced by 25% of respondents. There was no significant relationship between mercury blood and SGPT levels, but the variable age and length of stay as confounding variables affect blood mercury levels.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47972
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Ira Putri Lan
"Merkuri merupakan polutan global yang banyak ditemukan baik alam maupun hasil kegiatan manusia. Salah satu sumber pencemaran terbesar merkuri berasal dari pertambangan emas skala kecil (PESK) yang dilakukan oleh masyarakat. Mekanisme yang tepat dari efek toksik Hg masih belum jelas, namun malondialdehide (MDA) merupakan salah satu biomarker utama yang digunakan untuk mengetahui kejadian stres oksidatif akibat pajanan merkuri.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian stres oksidatif melalui pengukuran MDA plasma darah pada masyarakat yang terpajan merkuri. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional, pemilihan sampel menggunakan sistem random sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 69 responden yang terdiri dari 18 laki-laki dan 51 perempuan. Pengukuran kadar total merkuri darah menggunakan alat ICP-MS dan pemeriksaan kadar Malondialdehide dengan menggunakan TBARS. Usia, jenis kelamin, pekerjaan, status merokok dan aktivitas fisik diukur menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan ratarata kadar merkuri dalam darah masyarakat adalah 11,09 μg/L dan kadar MDA adalah 0,419±0,130 nmol/ml. Berdasarkan uji statistik, kadar merkuri dalam darah manunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan terhadap peningkatan kadar MDA setelah dikontrol dengan usia, jenis kelamin, pekerjaan, status merokok dan aktivitas fisik. Namun, orang dengan kadar merkuri dalam darah >5,8 μg/L memiliki risiko 1,27 kali lebih tinggi untuk mengalami stres oksidatif (dengan kadar MDA >0,419 nmol/ml) dibanding orang dengan kadar merkuri darah < 5,8 μg/L. Untuk penelitian berikutnya disarankan dengan mengukur biomarker stres oksidatif lainnya seperti Superoxyde dismutase (SOD) dan 8-hydroxy-2-deoxyguanosine (8-OHDG).

Mercury is a global pollutant that found in nature or as the result of human activity. One of the largest sources of mercury pollution comes from community related to small-scale gold mining. The proper mechanism of the toxic effects of Hg remains unclear, however, malondialdehyde (MDA) is one of the main exposure which is used to determine the incidence of oxidative stress.
This research aims to analyze the oxidative stress status by measuring the MDA plasma in communities exposed to mercury. This research method using cross sectional design, sample selection used a system random sampling. The number of samples as many as 69 respondents consisting of 18 men and 51 women. Measurement of blood mercury levels used an ICP-MS and checking the levels of malondialdehyde used the TBARS. Age, sex, occupation, smoking status and physical activity was measured using a questionnaire.
The results showed the average of mercury levels in community?s blood was 11,09 μg/L and levels of MDA was 0,419±0,130 nmol/ml. Based on statistical test, the mercury levels in blood showed not significant relationship to the increase of MDA levels after controlled age, gender, occupation, smoking status and physical activity. However, people with blood mercury levels >5,8 μg/L had 1,27 times higher risk to suffer from oxidative stress (with MDA >0,419 nmol/ml) than those with blood mercury levels <5,8 μg/L, For their next study is advisable to measure the biomarkers of oxidative stress such as Superoxyde dismutase (SOD) and 8-hydroxy-2- deoxyguanosine (8-OHDG).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46557
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gestafiana
"Otak merupakan target utama pajanan merkuri yang dapat mengganggu organ lain karena merkuri organik merupakan neurotoksik yaitu racun terhadap sistem saraf pusat terutama pada bagian korteks dan serebellum sehingga dapat menimbulkan gangguan keseimbangan tubuh. Salah satu sumber pencemaran terbesar merkuriberasal dari pertambangan emas skala kecil PESK yang dilakukan oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar merkuri dalamrambut terhadap gangguan keseimbangan tubuh pada masyarakat terpajan merkuri. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional, pemilihan sampelmenggunakan sistem teknik total sampel dengan data kadar merkuri dalam rambutmenggunakan data sekunder penelitian sebelumnya. Jumlah sampel dalam penelitianini adalah 58 responden. Pengukuran gangguan keseimbangan tubuh menggunakantes Romberg. Hubungan antara kadar merkuri rambut, gangguan keseimbangantubuh dan karakteristik individu umur, pekerjaan, lama tinggal, indeks massa tubuhdan konsumsi ikan diuji menggunakan regresi logistik, chi square dan independen ttest.
Hasil menunjukkan kadar merkuri rambut yang melebihi batas normal > 2 ppm sebanyak 31 orang 53,4 dan yang mengalami gangguan keseimbangan tubuh pada masyarakat sebanyak 37 orang 63,8 .Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara kadar merkuri rambut dengan gangguan keseimbangan tubuh dengan p value 0,010 sebanyak 25 orang 80,6 responden dengan kadar merkuri > 2 ppm mengalami gangguan keseimbangan tubuh.Responden dengan kadar merkuri > 2 ppm, berisiko mempunyai gangguan keseimbangan tubuh sebesar 6 kali dibandingkan responden dengan kadar merkurirambut le; 2 ppm setelah dikontrol variabel umur. Untuk penelitian berikutnya disarankan untuk melakukan pengukuran udara di sekitar lokasi PESK sebagai referensi pajanan merkuri yang masuk melalui jalur inhalasi.

Brain is the main target of mercury exposure that can interface other organs because organic mercury is a neurotoxic that is toxic to the central nervous system, especially in the cortex and cerebellum so can cause disturbance of the body 39 s balance. One of the largest sources of mercury contamination come from artisanal and small scale gold mining ASGM conducted by the community.
This study aims to determine the relationship between levels of mercury in hair against body balance disorders in community exposed to mercury.This study used cross sectional design, sample selection used total sampling technique. Data of mercury levels in hair used secondary data from previous research. The number of samples in this study were 58 respondents. Measurement of body balance disorders using Romberg test. The relationship between mercury level in hair, body balance disorders and individual characteristics age, occupation, length of stay, body mass index and fish consumption were tested using chi square,independent T test and logistic regression.
The results showed hair mercury levels exceeded normal limits of 2 ppm as many as 31 people 53.4 and those with disturbance of body balance in community were people 63.8 . Statistically, there was a significant correlation between hair mercury level with body balance disorder p value 0.010 , proved by as many as 25 people 80,6 respondents with mercury level 2 ppm had disturbance of body balance. Respondents with mercury levels 2ppm, risk to have body balance disorders 6 times compared to respondents with mercury levels in hair le 2ppm after controlled by age variable. For further research it is suggested to conduct airborne measurements around the ASGM location as a reference for mercury exposure which is enter through the inhalation pathway.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47582
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sifa Fauzia
"Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK) di Indonesia menjadi salah satu usaha memperbaiki situasi ekonomi masyarakat di beberapa daerah. Namun, merkuri (Hg) yang digunakan untuk mengekstrak emas langsung dibuang ke lingkungan, sehingga menimbulkan bahaya bagi kesehatan. Banyak penelitian menunjukkan pajanan Hg mengurangi tingkat antioksidan tubuh. Glutathione (GSH) adalah salah satu antioksidan alami tubuh yang penting karena bertindak sebagai salah satu faktor detoksifikasi Hg.
Penelitian ini bertujuan menentukan hubungan antara kadar merkuri dan total GSH dengan karakteristik individu masyarakat di wilayah PESK Desa Lebaksitu. Desain studi yang digunakan adalah cross-sectional. Kadar merkuri dan total GSH diukur dalam darah. Hubungan antara merkuri, total GSH, dan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, status merokok, aktivitas fisik, dan indeks massa tubuh) diuji menggunakan model regresi, korelasi, dan independen t-Test. Rata-rata merkuri darah 11,09 ± 10,6 μg/L, lebih tinggi dari batas US EPA. Ratarata total GSH 0,874 ± 0.123 μg/mL.
Di antara hubungan total GSH dengan karakteristik individu, hanya aktivitas fisik yang memiliki hubungan signifikan (p = 0,021; 95% CI -0127 - 0,01). Responden dengan kadar merkuri darah >5,8 μg/L memiliki risiko 2,431 kali lebih tinggi untuk memiliki total GSH <0,874 μg/mL dibandingkan responden dengan kadar merkuri darah <5,8 μg/L. Setiap kenaikan kadar merkuri darah sebesar 1 μg/L dapat menurunkan total GSH sebanyak 0,002 μg/mL setelah dikontrol usia, IMT, dan aktivitas fisik. Diperlukan upaya menyeluruh dari instansi lintas sektor untuk mengurangi penggunaan merkuri dan dampaknya terhadap kesehatan masyarakat di sekitar PESK.

Artisanal and Small-scale Gold Mining (ASGM) in Indonesia has been an attempt to improve economic situation in some poor areas. However, the mercury (Hg) used to extract gold from ore is discharge into the environment, where it poses a hazard for human health. Many researches have shown that Hg exposure reduced antioxidant level in human body. Glutathione (GSH) is one of the important antioxidant which can act as detoxification factor for heavy metals.
This research is aimed to determine the association between mercury levels and total GSH plasma along with individual characteristics from community related to ASGM in Lebaksitu Village. This study used cross-sectional design with 69 samples. Mercury levels was measured in whole blood and total GSH was measured in plasma. Association between blood mercury, total GSH, and individual characteristics (age, gender, smoking status, physical activity, and body mass index) were examined using multiple regression models, correlate and independent t-Test method. Mean blood mercury was found 11,09 ± 10,6 μg/L which is higher than US EPA limit. The average of total GSH was 0,874 μg/mL ± 0,123 μg/mL (mean ± SD).
Among others individual characteristic, only physical activities which has significant relationship with total GSH with p-value 0,021 (95% CI -0,127 - 0,01). Participants with high mercury blood levels can be at risk 2,431 times higher to have total GSH <0,874 μg/mL. Any increase in mercury blood by 1 μg/L can reduced total GSH by 0,002 μg/mL after controlled by age, body mass index, and physical activity. It would be required overall effort from agencies across sectors to reduce the use of mercury and health exposure in community around ASGM.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Veronika
"Penggunaan merkuri dalam PESK sangat menimbulkan masalah, karena selama prosesnya, PESK mengeluarkan merkuri ke lingkungan saat pembuangan limbah sehingga memungkinkan terjadi pencemaran lingkungan. Pajanan merkuri pada tubuh dalam waktu yang lama dapat menimbulkan dampak kesehatan salah satunya adalah terhadap ginjal karena merupakan organ ekskresi utama yang penting untuk mengeluarkan zat-zat toksik yang masuk ke dalam tubuh. Glomerulus filtration rate (GFR) merupakan salah satu parameter untuk mengetahui tingkat fungsi ginjal dan menentukan stadium penyakit ginjal.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kadar merkuri dalam rambut pada masyarakat terhadap nilai estimasi glomerulus filtration rate (GFR). Penelitian ini menggunakan desain cross cectional dengan variabel terukur adalah kadar merkuri rambut, karakteristik responden (usia, jenis pekerjaan, indeks masa tubuh, lama tinggal, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, konsumsi obat, dan konsumsi air minum) dan nilai estimasi GFR. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 58 orang. Data yang diperoleh diuji menggunakan chi-square, independen t-Test dan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan 51,7% responden memiliki kadar merkuri dalam rambut yang melebihi batas maksimal (>2 μg/gr) dan 43,1% responden mengalami penurunan nilai estimasi GFR (fungsi ginjal yang tidak normal). Penurunan nilai estimasi GFR di pengaruhi oleh umur dan kadar merkuri dalam rambut. Menurunnya nilai estimasi GFR dapat dicegah dengan lebih banyak mengkonsumsi air minum dan mengurangi kebiasaan minum obat serta perlunya penyuluhan dari pelayanan kesehatan tentang bahaya dan dampak merkuri terhadap kesehatan pada masyarakat.

The application of mercury in ASGM is very problematic, because through the process, SSGM release mercury to the environment during waste disposal and enable environmental pollution. Mercury exposure to the body for a long time can cause health impact, one of them is the effect to kidney. It is the main excretory organs which are important to remove toxic substances that enter the body. Glomerulus Filtration Rate (GFR) is one of the parameters to determine the level of kidney function and stage of kidney disease.
This study aimed at determine the relationship between mercury levels in hair of the community against the estimated Glomerular Filtration Rate (GFR). This research used cross-sectional design with measurable variables are mercury levels in hair, respondent characteristics (age, occupation, body mass index, length of stay, smoking habit, physical activity, medicine consumption and drinking water consumption) and estimated GFR value. The sample in this study 58 people. Data obtained tested using chi-square, independent t-Test and logistic regression.
The results showed that 51.7% respondents had exceeded the guideline of hair mercury levels (>2 μg/gr) and 43.1% of respondents experienced a decrease estimated GFR value (abnormal kidney function). Estimated GFR values decreased was influence by age and mercury levels in hair. Decreasing of estimated GFR values can be prevented by consume more drinking water, reduce medicine consume habits and it is necessary to give health education about the dangers and impacts of mercury on health to the community.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47990
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Safira
"Penelitian telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa daun sukun (Artocarpus altilis) terhadap kadar serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) dan serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) tikus (Rattus norvegicus) jantan yang diinduksi CCl4. Sebanyak 30 ekor tikus dibagi ke dalam 5 kelompok, yaitu: kelompok kontrol normal (KK1), kelompok kontrol perlakuan yang diinduksi CCl4 (KK2), kelompok perlakuan yang diinduksi CCl4 dan diberi infusa daun sukun dengan tiga dosis larutan yaitu 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB (KP1, KP2, dan KP3). Pemberian infusa daun sukun dilakukan sebanyak empat kali dengan selang waktu 12 jam. Pengambilan darah dilakukan tiga kali, yaitu: sebelum diberikan perlakuan, 12 jam setelah diinduksi CCl4, dan satu jam setelah pemberian infusa daun sukun yang terakhir. Kemudian dilakukan analisis sampel darah berdasarkan metode IFCC. Data rerata kadar SGPT dan SGOT akhir adalah sebagai berikut: KKI (33,67 ± 5,5) dan (34,83 ± 8,01) U/L; KK2 (131,67 ± 4,76) dan (128 ± 12,93) U/L; KP1 (92,83 ± 3,76) dan (89,17 ± 4,71) U/L; KP2 (71,17 ± 5,15) dan (79,83 ± 10,3) U/L; serta KP3 (50,17 ± 4,17) dan (66,67 ± 7,61) U/L. Hasil uji LSD (P < 0,05) menunjukkan terdapat perbedaan nyata antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol KK2. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian infusa daun sukun (Artocarpus altilis) berpengaruh terhadap kadar SGPT dan SGOT pada dosis 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg BB.

The present study was conducted to assess the effects of breadfruit leaf infusion (Artocarpus altilis) intake on serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT) and serum glutamic oxaloacetic transaminase (SGOT) levels of CCl4-induced in male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.). Thirty male rats were devided into five groups, consisting of normal control group (KK1), treatment control group (KK2) CCl4- induced, and treatment group, CCl4- induced and breadfruit leaf infusion in different doses, 2,7; 5,4; dan 10,8 g/kg bw (KP1, KP2, and KP3), respectively. Breadfruit leaf infusion was given orally and administered four times, with an interval of twelve hours. SGPT dan SGOT levels were measured 3 times, before treatment, 12 hours after CCl4- induced, and one hour after the last breadfruit leaf infusion intake, using IFCC method. Mean of SGPT and SGOT levels : KKI (33,67 ± 5,5) and (34,83 ± 8,01) U/L; KK2 (131,67 ± 4,76) and (128 ± 12,93) U/L; KP1 (92,83 ± 3,76) and (89,17 ± 4,71) U/L; KP2 (71,17 ± 5,15) and (79,83 ± 10,3) U/L; after that KP3 (50,17 ± 4,17) and (66,67 ± 7,61) U/L. Least significant difference (LSD) (P<0,05%) test showed a significant effect of treatment. The result demonstrated potential beneficiary effect of breadfruit leaf infusion (Artocarpus altilis) for recovery SGPT and SGOT levels of 2,7; 5,4; and 10,8 g/kg bw.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S59203
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Kumala Sari
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pemanfaatan pemberian ekstrak etanol rimpang temu mangga (Curcuma mangga Val.) terhadap penurunan kadar SGPT dan SGOT darah tikus jantan (Rattus norvegicus L.) Galur Sprague-Dawley yang diinduksi CCl4. Sebanyak 30 ekor tikus dibagi ke dalam 6 kelompok, yaitu: kelompok normal (KK1), kelompok perlakuan yang diinduksi CCl4 dengan dosis 1 ml/kg BB (KK2) dan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak etanol rimpang temu mangga dengan 4 dosis yaitu 10, 20, 40, dan 80 mg/kg BB (KP1, KP2, KP3, dan KP4). Tikus diinduksi dengan karbon tetraklorida (CCl4) dosis 1 ml/kg BB, kemudian pemberian ekstrak etanol rimpang temu mangga dilakukan sebanyak empat kali dengan kurun waktu 48 jam. Berdasarkan hasil uji LSD (P<0,05) pada pengambilan darah yang terakhir menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara KK1 dengan KP2 dan KP1 dengan KP2, selain itu adanya perbedaan antar KK1 dengan KK2, KP1, KP3 dan KP4. Persentase penurunan rerata kadar SGPT dan SGOT dibandingkan dengan KK2 yaitu pada KP1 sebesar 51,20% dan 44,67%; pada KP2 sebesar 51,70% dan 44,95%; pada KP3 mengalami penurunan sebesar 50,17% dan 44,09%; dan pada KP4 mengalami penurunan sebesar 48,44% dan 43,40%. Hasil penelitiaan menunjukkan bahwa dosis 20 mg/kg BB tikus dapat menurunkan rerata kadar SGPT (66,62 U/l) dan SGOT (162,44 U/l) yang paling optimum hingga mendekati dosis pada kontrol normal.

The present study was conducted to assess the effects of ethanol extract rhizome mango ginger (Curcuma mangga Val.) in reducing levels of SGPT and SGOT of CCl4-induced in male Sprague-Dawley rats (Rattus norvegicus L.). Thirty male rats were devided into six groups, consisting of normal control group (KK1), treatment control group (KK2) CCl4- induced, and treatment group in different doses, 10; 20; 40 dan 80 mg/kg bw (KP1, KP2, KP3 and KP4) respectively. Ethanol extract of rhizome mango ginger was given orally and administrated for four times in 48 hours. The results of LSD test (P <0.05) in the last blood sampling indicates that there is no difference between KK1 with KP2 and KP1 with KP2, but difference between KK1 with KK2, KP1, KP3 and KP4. Percentage reduction in mean levels of SGPT and SGOT compared with KK2 is in KP1 by 51.20% and 44.67%; on KP2 51.70% and 44.95%; the KP3 50.17% and 44.09%; and the KP4 48.44% and 43.40%. The results demonstrated that dose of 20 mg/kg bw can decrease the rate of SGPT (66,62 U/l) and SGOT (162,44 U/l) near to normal level in normal control group.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S64087
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Prakasiwi
"Latar Belakang: Merkuri telah dikenal sebagai global concern dalam bidang kesehatan dan masalah lingkungan, senyawa-senyawa merkuri sangat toksik terhadap sistem saraf pusat dan perifer. Merkuri telah dikaitkan secara kausal sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi dengan merusak fungsi sel endotel. Akumulasi merkuri dapat mempengaruhi fungsi sel endotel dengan menghambat sintesis nitric oxyde, oksigen reaktif dan Angiotensin converting enzym ACE yang berpartisipasi dalam aksi merkuri dengan meningkatkan produksi Angiotensin II.
Tujuan: Studi ini mengevaluasi konsentrasi merkuri dalam urin terhadap tekanan darah masyarakat di kawasan PESK. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional, dengan pemilihan sampel menggunakan kriteria inklusi dan ekslusi. Kami menggunakan data dari Kementerian Kesehatan RI tahun 2016 dengan memeriksa konsentrasi merkuri dalam spesimen urin dari 92 sampel orang sehat usia > 20 tahun yang tinggal di kawasan PESK lebih dari 5 tahun.
Hasil: Rata-rata konsentrasi merkuri subyek penelitian adalah sebesar 24,33 49,24 g/L dengan tekanan darah tidak normal sebanyak 27,2 dan konsentrasi merkuri urin tidak normal sebanyak 76,1 , sedangkan pengaruh merkuri urin terhadap tekanan darah diperoleh proporsi merkuri urin tidak normal dan tekanan darah normal sebanyak 74,3 dibandingkan subyek penelitian yang mempunyai kadar merkuri urin normal dan tekanan darah normal (p= 0,774, 95% CI: 0,261-2,109).
Kesimpulan: Variabel umur sebagai variabel confounding merupakan vairabel yang berhubungan signifikan dibandingkan dengan variabel confounding lain. Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh faktor risiko pola makan dan aktifitas fisik terhadap tekanan darah serta pengukuran konsentrasi merkuri di udara untuk mengetahui paparan merkuri melalui inhalasi.

Background: Mercury has been recognized as a global concern in health and environmental issues, because it is highly toxic to the central and peripheral nervous system. Mercury has been associated as a risk factor for cardiovascular disease, such as high blood pressure by decreasing endothelial cell function. Accumulation of Hg may affect endothelial cell function by inhibiting the synthesis of nitric oxyde, reactive oxygen and Angiotensin Converting Enzyme ACE which participate in Hg action to the body by increasing the production of Angiotensin II.
Objective: This study evaluated the concentration of urineHg against blood pressure in community at artisanal small scale gold mining ASGM area. Methods This study used a cross sectional design, with data from the Ministry of Health Republic of Indonesia in 2016 by examining the concentration of urine Hg specimens from 92 samples of healthy people age 20 years living in ASGM area more than 5 years.
Result: The average urine Hg concentration was 24.33 49.24 g L with abnormal blood pressure is 27.2 and abnormal urine Hg concentration as much as 76.1 . Urine Hg effect on blood pressure is obtained by the proportion of abnormal urine Hg and normal blood pressure is 74.3 compared to subjects with normal urine Hg levels and normal blood pressure (p= 0.774, 95% CI 0.261-2.109).
Conclusion: Age is consider as confounding variable which significantly related to other confounding. Further research is needed on the influence of other risk factors, such as diet and physical activity against blood pressure in communities at ASGM area. Measurement on Hg air concentration at ASGM area also needed for reference of Hg exposure through inhalation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T47999
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Hikmah Okvianti
"Pada pertambangan emas rakyat, akan terjadi pencemaran air raksa akibat proses pengolahan emas secara amalgamasi yang akan mempengaruhi kesehatan, disamping kerusakan alam lain seperti kerusakan bentang alam, erosi dan pendangkalan sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran risiko kesehatan akibat pajanan merkuri pada air yang dikonsumsi oleh penduduk di wilayah pertambangan emas skala kecil, Desa Lebaksitu, Kecamatan Lebakgedong , Kabupaten Lebak. Untuk menghitung besarnya risiko dilakukan sampling sebanyak 7 titik yang tersebar di 3 dusun dan dilakukan survey antropometri serta wawancara terhadap 72 penduduk yang tinggal di lokasi penelitian. Dari hasil pengukuran didapatkan nilai konsentrasi yang sama pada setiap sampel yaitu 0,0004 mg/L. Nilai RQ tertinggi jatuh pada responden dengan nilai 5.6522 dan nilai RQ terendah ada pada responden di Lebakpari dengan nilai RQ 0.2483.

In gold mining, mercury pollution will occur due to the processing of gold amalgamation that will affect the health, in addition to other environmental damage such as damage to the landscape, erosion and silting of the river. This study aims to determine the amount of the health risks from exposure to mercury in water consumed by residents in the area of ??small-scale gold mining, the village Lebaksitu, Lebakgedong subdistrict, Lebak. To calculate the amount of risk sampling as much as 7 point spread in 3 hamlets and performed anthropometric survey and interviews with 72 people living at the sites. From the measurement results obtained concentration values ??were the same in each sample was 0.0004 mg / L. The highest RQ score is 5.6522 and the lowest RQ values ??exist among respondents in Lebakpari with RQ value 0.2483."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ummul Hairat
"Terdapat sekitar 1.400 ton merkuri dilepas ke lingkungan global dari penggunaan merkuri di sektor Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). Pemakaian merkuri dalam pengolahan emas yang kurang memperhatikan lingkungan memungkinkan media lingkungan tercemar dan menyebabkan masyarakat di sekitar pertambangan ikut terpajan merkuri dan berdampak pada kesehatan. Neuropati perifer merupakan salah satu gangguan kesehatan yang terjadi karena terganggu atau rusaknya sistem saraf sensorik dan atau motorik akibat akumulasi merkuri di dalam tubuh. Penelitian ini bertujuan menentukan hubungan antara kadar merkuri dalam rambut terhadap gangguan neuropati pada masyarakat di wilayah PESK Kecamatan Cimanggu Kabupaten Pandeglang Banten. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan teknik total sampling. Terdapat hubungan yang signifikan dan substansi antara kadar merkuri dalam rambut dengan gangguan neuropati perifer setelah di kontrol oleh variabel umur dan status merokok yaitu dengan p value 0,001 dimana responden dengan kadar merkuri dalam rambut yang tinggi 2/g) mempunyai risiko 29,98 kali lebih besar untuk mengalami gangguan neuropati perifer dibandingkan dengan responden dengan kadar merkuri dalam rambut 2/g setelah dikontrol variabel umur variabel status merokok. Diperlukan adanya upaya yang kompherensif untuk meminimalisir penggunaan merkuri sehingga dapat mengendalikan kejadian dampak kesehatan yang disebabkan oleh pajanan merkuri."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>