Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 122516 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nuraini Oktaviani
"Latar belakang: Salah satu modalitas terapi yang digunakan untuk meningkatkan angka kesintasan hidup pasien kanker payudara adalah dengan pemberian kemoterapi neoadjuvan. Pada umumnya kemoterapi neoajuvan kanker payudara stadium lanjut lokal di RSCM menggunakan regimen doxorubicin based. Namun belum ada penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan kesintasan hidup lima tahun pasien kanker payudara lanjut lokal yang mendapatkan kemoterapi neoadjuvan doxorubicin based dengan non-doxorubicin based di RSCM.
Tujuan: Mengetahui angka kesintasan hidup lima tahun penderita kanker payudara stadium lanjut lokal yang diberikan kemoterapi neoadjuvan doxorubicin based dan non-doxorubicin based di RSCM tahun 2011 ndash; 2016.
Metode: Sebanyak 236 pasien kanker payudara stadium lanjut lokal yang mendapatkan kemoterapi neoadjuvan di RSCM tahun 2011-2016 menjadi sampel dalam penelitian ini. Analisis data dilakukan dengan metode Kapplan Meier, uji Log Rank dan Cox Regreession.
Hasil penelitian: Angka kesintasan hidup lima tahun pasien kanker payudara stadium lanjut lokal yang diberi kemoterapi neoadjuvan doxorubicin based sebesar 37 dan non-doxorubicin based sebesar 48,9 . Pasien kanker payudara stadium lanjut lokal yang mendapatkan kemoterapi neoadjuvan doxorubicin based memiliki probabilitas 1,38 kali lebih cepat terjadinya kematian 95 CI 0,946 ndash; 2,026 setelah dikontrol dengan variabel invasi pembuluh limfatik, respon klinis, stadium, radiasi, jenis histopatologi, grade, dan status menopause. Invasi pembuluh limfatik merupakan variabel dengan hazard ratio terbesar yaitu 4,74 95 CI 3,213 ndash; 7,284.
Kesimpulan: Kemoterapi neoadjuvan non-doxorubicin based menunjukkan kesintasan hidup yang lebih tinggi dibandingkan kemoterapi neoadjuvan doxorubicin based.

Background: One of the therapeutic modalities used to increase survival rates of breast cancer patients with neoadjuvan chemotherapy. In general, neoajuvan chemotherapy for locally advanced breast cancer at RSCM used a doxorubicin based regimen. But there has been no further study on the survival comparison of five years of locally advanced breast cancer patients who are neoadjuvan chemotherapy doxorubicin based or non doxorubicin based at RSCM.
Objectives: This study is conducted for determine 5 years survival rate of locally advanced breast cancer who were given neoadjuvan chemotherapy doxorubicin based and non doxorubicin based at RSCM in 2011 2016.
Methods: A total of 236 patients with locally advanced stage breast cancer who received neoadjuvan chemotherapy at RSCM in 2011 2016 were sampled in the study. Data analysis was perfomed by Kapplan Meier method, Log Rank and Cox Regreession analysis.
Results: 5 years survival rate of locally advanced breast cancer patients given neoadjuvan doxorubicin based chemotherapy is 37 and non doxorubicin based is 48.9. Locally advanced breast cancer patients receiving neoadjuvan doxorubicin based chemotherapy had a 1.38 times faster probability of death 95 CI 0.946 2.026 after controlled by invasive variation of lymphatic vein, clinical response, stage, radiation, histopathology, grade, And menopausal status. Invasion of lymphatic vessels is the variable with the largest hazard ratio of 4.74 95 CI 3,213 7,284.
Conclusions Neoadjuvan chemotherapy non doxorubicin based showed a higher survival than doxorubicin based for locally advanced breast cancer.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gede Nyoman Ardi Supartha
"ABSTRAK
Profesi keperawatan untuk dapat memberikan layanan keperawatan yang berkualitas, diperlukan kemampuan perawat yang mampu mengintegrasikan ilmu pengetahuan dan seni dalam melakukan pelayanan keperawatan dan menjalankan peran perawat profesional. Spesialis keperawatan medikal bedah peminatan onkologi memiliki tanggung jawab sebagai pemberi asuhan keperawatan, peneliti, pendidik, advokat, dan inovator juga menjadi tuntutan penting untuk dijalankan. Peran pemberi asuhan keperawatan dilakukan pada pasien Kanker Nasofaring dengan faktor penyulit TB Paru dan Infeksi dengan menggunakan Model Adaptasi Roy. Disamping itu terdapat 30 pasien lainnya yang juga mendapat penerapan dari model keperawatan ini. Penerapan EBN yang dilakukan adalah akupresur P6 dan edukasi perawat untuk menagtasi mual muntah pasien kemoterapi. Program inovasi kelompok adalah penerapan terapi kombinasi Guided Imagery dan Progressive Muscle Relaxation untuk mengatasi nyeri pada pasien kanker.Kata kunci : akupresur, kemoterapi, mual muntah, Model Adaptasi Roy, nyeri ABSTRACT
Nursing professions to be able to provide quality nursing services, nurses are required capable of integrating science and art in performing nursing services and perform the role of professional nurses. Specialized medical nursing specialist oncology specialists have responsibilities as nursing caregivers, researchers, educators, advocates, and innovators are also important demands to run. The role of nurse care caregivers is done in patients with Nasopharyngeal Cancer factors of Pulmonary TB and Infection by using the Roy Adaptation Model. In addition there are 30 other patients who also received the application of this nursing model. Implementation of EBN conducted is acupressure P6 and nurse education to mensing the nausea vomiting chemotherapy patients. Group innovation program is the application of combination therapy Guided Imagery and Progressive Muscle Relaxation to overcome the pain in cancer patients.Keywords acupressure, chemotherapy, nausea, pain, Roy 39 s Adaptation Model, vomiting "
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arga Patrianagara
"Pendahuluan: Kanker payudara kanker dengan prevalensi, morbiditas dan mortalitas terbanyak di dunia. Kemoterapi neoadjuvan merupakan terapi sistemik pada kanker yang ditujukan untuk meningkatkan prognosis pasien. Proses imunologi dan inflamasi berperan dalam prognosis tumor. Beberapa indikator inflamasi antara lain neutrophil-lymphocyte ratio (NLR), lymphocyte-monocyte ratio (LMR), dan platelet-lymphocyte ratio (PLR). Penelitian ini ditujukan untuk menganalisa NLR, PLR, dan LMR terhadap respons klinis kanker payudara stadium lokal lanjut.
Metode: Desain penelitian ini adalah cross-sectional yang ditujukan untuk menilai hubungan NLR, LMR, dan PLR terhadap respons klinis dengan metode WHO. Penelitian ini akan dilakukan di RSCM pada wanita dengan kanker payudara stadium lokal lanjut yang menjalani kemoterapi neoajuvan RSCM tahun 2016-2021. Pengumpulan data akan dilakukan secara konsekutif (consecutive sampling) pada rekam medis.
Hasil: Pada penelitian ini didapatkan 84 subjek penelitian dengan usia rerata 50 tahun dan stadium klinis T4. Pada penelitian ini didapatkan nilai median NLR sebesar 2,62, PLR sebesar 186,9 dan LMR sebesar 3,78 pada populasi sampel. Analisis bivariat antara NLR, LMR, dan PLR dengan respons klinis didapatkan tidak bermakna secara statistik (p>0,05) dengan nilai OR 1,3 (CI95% 0,7-2,2), 0,81 (CI95% 0,04-1,4), dan 1,06 (CI95% 0,5-1,9) secara berurutan. Terdapat hubungan yang bermakna antara NLR dengan kejadian mortalitas 1 tahun (p<0,05) dengan nilai OR 2,27 (CI95% 1,1-4,5).
Kesimpulan: Penelitian ini tidak mendapatkan adanya hubungan antara NLR, LMR, dan PLR dengan respons klinis pada kanker payudara lokal lanjut pasca KNA di RSCM.

Introduction: Breast cancer is one of the most prevalent cancer around the globe with significant morbidity and mortality. Neoadjuvant chemotherapy is a systemic therapy with the aim of reducing the size of tumor, including breast cancer. The role of immunologic and inflammatory process has been reported as a prognostic factors in breast cancer including neutrophil-lymphocyte ratio (NLR), lymphocyte-monocyte ratio (LMR), and platelet-lymphocyte ratio (PLR). We aimed to analyze the role NLR, PLR, and LMR to the clinical response of locally advanced breast cancer after neoadjuvant chemotherapy regimen.
Methods: We used cross-sectional research design for this study with the aim of observe the relation between NLR, LMR, and PLR and clinical response of neoadjuvant chemotherapy. We conducted this study in Cipto Mangunkusumo General Hospital. Our subjects include women with locally advanced breast cancer that has been treated with neoadjuvant chemotherapy between 2016-2021. We collected the subject consecutively using medical record as the primary data source.
Result: We obtained 84 subjects with the mean age of 50 years and clinical stage of T4. The median of NLR, LMR, and PLR were 2.62, 186.9, and 3.78 consecutively. Bivariate analysis of NLR, LMR, dan PLR with clinical response showed no significant association with the odd ratio of 1,3 (CI95% 0,7-2,2), 0,81 (CI95% 0,04-1,4), and 1,06 (CI95% 0,5-1,9) consecutively. We found significant association between NLR and 1 year mortality rate with the odd ratio of 2,27 (CI95% 1,1-4,5).
Conclusion: We found no correlation between NLR, LMR, and PLR with clinical response after neoadjuvant chemotherapy in locally advanced breast cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ester Marsaulina
"Golongan antrasiklin merupakan kemoterapi pilihan pertama untuk penanganan kanker payudara, khususnya pada pasien lanjut usia. Namun beberapa penelitian melaporkan terkait kejadian tidak diharapkan pada penggunaan antrasiklin. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengidentifikasi kejadian tidak diharapkan. Selain itu untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap kejadian tidak diharapkan pada penggunaan rejimen berbasis antrasiklin. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancang penelitian potong lintang (cross-sectional).  Pengambilan sampel dilakukan secara retrospektif, pada pasien lanjut usia (≥60 tahun) di Rumah Sakit Kanker Dharmais. Pengambilan data mulai Januari 2018-Desember 2020. Identifikasi kejadian tidak diharapkan dari penggunaan kemoterapi berbasis antrasiklin menggunakan metode trigger tool khusus untuk pasien kanker. Analisis statistik digunakan untuk memperoleh karakteristik variabel bebas, selain itu untuk mengetahui hubungan variabel bebas terhadap kejadian tidak diharapkan. Pada 107 subjek, sebanyak 71% (n=76 pasien) teridentifikasi dengan trigger tool, seluruh subjek mengalami 122 trigger.rigger pemberian transfusi darah paling banyak ditemukan pada penelitian ini, yaitu pada 39% (n=30 pasien). Netropenia dan anemia merupakan KTD terbanyak yang teridentifikasi pada penggunaan kemoterapi berbasis antrasiklin. Seluruh KTD yang teridentifikasi merupakan kategori E sebanyak 251 kejadian. Pemberian transfusi darah merupakan variabel bebas yang mempunyai hubungan signifikan (p<0,05) dengan kejadian tidak diharapkan dari penggunaan kemoterapi berbasis antrasiklin pada pasien lanjut usia kanker payudara.

Anthracycline are the first choice chemotherapy for the treatment of breast cancer, particularly in elderly patients. However, several studies reported adverse events in the treatment of using anthracyclines. This study aims to identify adverse events. Furthermore, to find out more about how independent variables related to adverse event. An observational retrospective study of elderly patient (≥ 60 years) was conducted in a tertiary cancer hospital in Jakarta. Data were collected from January 2018 to December 2020. We used trigger tool specific for cancer patients to identify adverse event during anthracycline base regimen. Independent variables were evaluated in univariate analysis: age, weight loss, marital status, total cumulative dose, polypharmacy, types of anthracycline, metastatic status. Bivariate and multivariate analysis to find out relationship between independent variable and adverse event. In total, 107 subject records were collected and reviewed, there were 71% (n=76 patients) identified with trigger tool. Trigger were totally identified 122 times in 86 medical records. Neutropenia and anemia were the most common adverse events identified in our study. Adverse events with category E identified in all of the subject, as many as 251 events. Blood transfusion had significantly relationship (p<0,05) with adverse events in elderly breast cancer patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lidya Meidania
"Kanker nasofaring KNF masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Kanker nasofaring merupakan salah satu kanker terbanyak di Indonesia, dengan estimasi insidens 6,2/100.000 populasi atau 12.000 kasus baru per tahun. Sayangnya masih banyak kasus yang tidak tercatat karena banyak faktor, salah satunya adalah belum adanya sistem registrasi kanker nasional. Pada kebanyakan negara berkembang, registrasi kanker berawal dari rumah sakit. Sistem registrasi kanker berbasis rumah sakit atau Hospital Based Cancer Registry HBCR merupakan sumber data penting untuk registrasi kanker berbasis populasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui profil pasien dan tatalaksana pasien KNF di RSUPN Cipto Mangunkusumo RSCM berdasarkan data HBCR. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif terhadap seluruh pasien KNF periode Januari-Desember 2013 yang teregistrasi di HBCR RSCM. Didapatkan 299 pasien KNF, dengan rasio laki-laki dibandingkan wanita 2,4:1. Median usia adalah 47 tahun, dengan mayoritas pasien berusia 41-50 tahun 27,4. Karsinoma nasofaring tidak berdiferensiasi merupakan jenis histopatologi terbanyak 85. Mayoritas pasien terdiagnosa sebagai stadium lokal lanjut, terbanyak stadium IVA 33,9. Kemoradiasi masih menjadi terapi utama untuk stadium lokal lanjut 84,1, dan kemoterapi untuk stadium lanjut 83,9. Secara umum, karakteristik pasien pada penelitian ini selaras dengan penelitian-penelitian KNF terdahulu di Indonesia.

Nasopharyngeal cancer NPC remains as part of Indonesia health burden. It is one of most common cancers in Indonesia, with an overall incidence estimated at 6,2 100.000 or 12.000 new cases per year. Unfortunately, many of these cases are unregistered due to several factors, such as lack of national cancer registry. In most developing countries, cancer registration often begin in hospitals. Hospital Based Cancer Registry HBCR provides the initial and major source of information on patients that leads to the set up of a population based registry. This study was conducted to determine NPC patient and treatment profile in Cipto Mangunkusumo Hosiptal, based on HBCR data. This was a descriptive retrospective study of all registered NPC patient in HBCR, from January December 2013. In this study, there were 299 NPC patients, with a male to female ratio of 2,4 1. Median age was 47 years old, with majority of age between 40 49 years old 27,4. Most common type of histology was undifferentiated NPC 85. Most patients presented with locally advanced disease, with majority of stage IVA 33,9. Chemoradiation remains as standard treatment for locally advanced NPC 84,1 and chemotherapy for metastatic NPC 83,9. This study showed that overall NPC patients characteristics in Cipto Mangunkusumo were similar with NPC patients profile in prior Indonesia NPC studies. "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harahap, Salman Paris
"ABSTRAK
Latar Belakang: Salah satu modalitas terapi untuk kanker paru stadium lanjut jenis Non-Small Cell (NSC) adalah kemoterapi. Jenis kemoterapi yang sering digunakan di Indonesia adalah Cisplatin-Etoposide (EC) dan Cisplatin-Docexatel (DC). Tolak ukur keberhasilan pengobatan adalah kesintasan dan Progression Free Survival (PFS). Keberhasilan kemoterapi dipengaruhi oleh banyak faktor seperti dosis obat, intensitas pemberian, jenis kemoterapi, jenis histologi, stadium, perfoma status, komorbiditas dan sosial ekonomi. Di Indonesia pendanaan dan jenis rejimen kemoterapi masih merupakan masalah terdahap keberhasilan terapi.
Tujuan: Mengetahui perbedaan kesintasan 2 tahun dan PFS antara pasien kanker paru jenis NSC yang diterapi menggunakan EC dibandingkan dengan DC.
Metode: Penelitian desain kohort retrospektif dengan analisis kesintasan. Pasien yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah pasien kanker paru stadium lanjut (minimal stadium IIIa) jenis NSC, yang datang ke RSKD dan RSCM pada Januari 2006 – Desember 2010 yang baru pertama kali dikemoterapi sampai selesai, sebanyak 6 kali dan dilakukan pengamatan 2 tahun. Data dianalisis dengan program SPSS 16.0, dilakukan analisis cox regression dan ditampilkan dalam kurva Kaplan Meier.
Hasil: Didapatkan hasil 55 pasien diberikan cisplatin-etoposide dan 55 pasien diberikan cisplatin-docexatel. Kesintasan 1 tahun EC sebesar 30,9% dan DC sebesar 47,3%, (p=0.030). Kesintasan 2 tahun EC sebesar 0% dan DC sebesar 5,5%, (p 0.003). Median time survival antara EC selama 27 minggu dengan DC selama 38 minggu (p< 0,016). Dibandingkan DC, kemoterapi EC dapat meningkatkan risiko kematian dengan HR 1,684 (IK95% 1,010-2,810). Kelompok subyek yang menggunakan rejimen kemoterapi DC memiliki PFS 20,1 minggu, sedangkan kelompok subyek yang menggunakan rejimen kemoterapi EC memiliki PFS 16,8 minggu (p=0,022).
Kesimpulan: Kesintasan cisplatin-docexatel lebih baik bila dibandingkan dengan cisplatin-etoposide, demikian juga dengan progression free survivail.

ABSTRACT
Background: One of the therapy for the advanced Non-Small Cell Lung Cancer (NSCLC) is chemotherapy. The most frequent regiment used in Indonesia is Cisplatin-Etoposide (EC) and Cisplatin-Docetaxel (DC). The success of chemotherapy is measured with the 1-year survival, 2-year survival, and the Progression Free Survival (PFS) rate. The success is influenced by many factors, such as the dosage, administer intensity, chemotherapy regiment, type of histology, stage, performance status, comorbidity, and social economic. In Indonesia, funding and chemotherapy regiment are the common problems for the success of chemotherapy.
Goal: To determine the 2-year survival rate and PFS rate differences between EC against DC of advanced NSCLC patients.
Method: The study is a retrospective Cohort study with survival analysis. The Patients included to this study were the advanced NSCLC (At least Stadium IIIa) who came to RSKD and RSCM during January 2006 – December 2010 for their first chemotherapy until finished the cycle (6 times) and had 2-year monitoring. Data was analyzed by SPSS 16.0 by cox regression analysis, and featured on the Kaplan Meier Curve.
Result: Fifty five patients were given EC and the other 55 patients were given DC. One year survival rate of EC was 30,9% and DC was 47,3%, (p=0.030). Two year survival rate of EC was 0% and DC was 5.5% (p 0.003). The median time survival of EC was 27 weeks and DC was 38 weeks (p<0.016). Compared to DC, EC chemotherapy increased the death risk by HR 1,684 (CI 95% 1,010-2,810). The PFS rate of the subjects who were given EC chemotherapy regimen was 20.1 weeks, while the patients who were given DC chemotherapy regimen was 16.8 weeks (p=0.022).
Conclusions: The survival with cisplatin-docexatel was better compared to cisplatin-etoposide, this applies to PFS as well."
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T32760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Agung Suryoputro Reksoprodjo
"Latar Belakang. Kemoterapi masih menjadi pilihan pengobatan untuk pasien dengan kanker termasuk pada pasien usia lanjut. Instrumen untuk memprediksi toksisitas berat akibat kemoterapi pada pasien usia lanjut diperlukan untuk menurunkan mortalitas dan meningkatkan kualitas hidup. Penelitian ini bertujuan menilai performa diskriminasi dan kalibrasi instrumen CARG untuk memprediksi toksisitas berat akibat kemoterapi pada pasien usia lanjut dengan kanker.
Metode. Penelitian ini menggunakan desain kohort retrospektif menggunakan data primer penelitian sebelumnya yang menggunakan CGA sebagai prediktor toksisitas kemoterapi. Subyek merupakan pasien usia lanjut yang menjalani kemoterapi di KSM Penyakit Dalam RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta dari Oktober 2019-Januari 2021 dan dilakukan pengambilan sampel dengan metode total sampling. Skor CARG yang sudah dihitung dibagi menjadi risiko rendah, risiko sedang dan risiko tinggi. Performa diskriminasi dinyatakan dengan c statistic (AUC) dan performa kalibrasi dinyatakan dengan uji Hosmer Lemeshow. Luaran dari penelitian ini adalah prediksi toksisitas berat (CINV, anemia, febrile neutropenia, dan kematian) akibat kemoterapi pada pasien usia lanjut di KSM Penyakit Dalam RSUPN Cipto Mangunkusumo.
Hasil. Dalam penelitian ini terdapat 193 pasien. Kanker terbanyak adalah hematologi (33,2%), kepala dan leher (24,9%) serta gastrointestinal (14%). Toksisitas berat terbanyak pada kanker gastrointestinal (29,6%). Skor CARG memberikan performa diskriminasi yang baik dengan c statistic (AUC) 0,756 (IK95% 0,681-0,830; p<0,001) dan performa kalibrasi yang baik dengan Uji Hosmer Lemeshow p 0,282. NPV pada penelitian ini 79,27%.
Kesimpulan. Instrumen CARG memiliki performa diskriminasi dan kalibrasi yang baik untuk memprediksi toksisitas berat pasca kemoterapi pada pasien usia lanjut.

Background. Chemotherapy is still treatment of choice for patients with cancer, including the elderly. Intruments to predict chemotherapy-induced severe toxicity in elderly patients are needed to reduce mortality, improve quality of life. This study aims to assess the discrimination and calibration performance of the CARG instrument to predict severe chemotherapy-induced toxicity in elderly patients with cancer.
Methods. This study used a retrospective cohort design using primary data from previous study that used CGA as a predictor of chemotherapy toxicity. The subjects were elderly patients who underwent chemotherapy at Internal Medicine Department CIpto Mangunkusumo National General Hospital from October 2019-January 2021 and sampled was carried using the total sampling method. The calculated CARG score is divided into low risk, medium risk and high risk. Discrimination performance is expressed by c statistic (AUC) and calibration performance is expressed by Hosmer Lemeshow test. The outcome of this study is prediction of severe toxicity (CINV, anemia, febrile neutropenia, and death) due to chemotherapy in elderly patients at Internal Medicine Department Cipto Mangunkusumo National General Hospital.
Results. In this study there were 193 patients. The most common cancer were hematology (33.2%), head and neck (24.9%) and gastrointestine (14%). The most severe toxicity was gastrointestin cancer (29.6%). The CARG score provides a good discrimination performance with c statistic (AUC) 0.756 (CI 95% 0.681-0.830; p <0.001) and good calibration performance with Hosmer Lemeshow test p 0.282. The NPV in this study was 79.27%.
Conclusion. The CARG instrument has a good performance for predicting severe in post-chemotherapy toxicity in elderly patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Muhsinin
"ABSTRAK
Kemoterapi untuk mengobati kanker pada anak-anak menyebabkan berbagai efek samping, efek samping yang sangat dikeluhkan adalah berupa mual muntah. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk menguji hubungan karakteristik anak dan karakteristik obat kemoterapi terhadap kejadian mual dan muntah anak yang menjalani kemoterapi di rumah sakit di Banjarmasin. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 42 anak dengan menggunakan teknik consecutive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan yang bermakna antara karakteristik anak dan karakteristik obat terhadap kejadian mual dan muntah. Dari hasil analisis multivariat didapat 3 variabel yang berhubungan dengan kejadian mual dan muntah (tingkat kecemasan, jenis obat kemoterapi dan dosis obat kemoterapi). Baik kejadian mual ataupun kejadian muntah, jenis obat kemoterapi dan kecemasan merupakan variabel yang paling dominan berhubungan. Disarankan perawat anak diharapkan dapat memberikan kenyamanan kepada anak sebelum memberikan kemoterapi dengan memberikan relaksasi dan distraksi.

ABSTRACT
Chemotherapy in children with came causing several side effects, include nausea and vomiting.The research was correlation description and cross sectional design. The purpose to indentified with correlation between children?s characteristic and character of medicine used in chemotherapy towards nausea and vomiting in children during chemotherapy at Banjarmasin hospital. The sample in this research was 42 children with consecutive sampling technique.
The result shows that children?s characteristic and character of medicine is related of nausea and vomiting. From the result of analisis multivariate there is that 3 variables related with record of nausea and vomiting (anxiety level, type of medicine and distribution method of chemotherapy?s). Either nausea or vomiting of type of medicine and anxiety level from chemotherapy is a dominant variable related to with nausea and vomiting. Nurse must be helped children to be comfort before chemotherapy with relaxation and distraction.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2010
T28467
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mellynia Tri Sugiarti
"Sediaan kemoterapi yang beragam dapat ditemui dalam melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien kemoterapi di Rumah Sakit Universitas Indonesia. Beragamnya jenis sediaan kemoterapi mengakibatkan butuhnya suatu pedoman khusus berupa monografi sediaan kemoterapi yang berisi tentang informasi yang dibutuhkan terkait obat kemoterapi yang digunakan di rumah sakit tersebut. Tujuan dirumuskannya suatu monografi sediaan obat, diantaranya untuk membantu memastikan keselamatan pasien, mengonfirmasi bahwa obat yang diberikan kepada pasien memenuhi harapan kualitas untuk keamanan dan efektivitas, serta dapat digunakan oleh bagian rekonstitusi sediaan kemoterapi di rumah sakit tersebut untuk memberi tahu dokter, apoteker, dokter gigi, perawat, dan profesional kesehatan lainnya terkait penggunaan obat yang tepat. Obat-obatan kemoterapi yang tersedia di Rumah Sakit Universitas Indonesia terdiri atas beberapa kandungan zat aktif, seperti vinkristin sulfat, metotreksat, rituximab, etoposid, doksorubisin, 5-Fluorourasil, cisplatin, carboplatin, kalsium folinat, bortezomib, serta bleomisin hidroklorida. Monografi sediaan kemoterapi yang digunakan pasien kanker di Rumah Sakit Universitas Indonesia perlu dirumuskan dengan baik dengan mencangkup beberapa aspek, seperti nama sediaan, indikasi, dosis, regimen obat, efek samping, indikator klinis yang perlu dimonitor, dan interaksi obat yang perlu diwaspadai. Perumusan monografi sediaan kemoterapi tersebut dilakukan agar mempermudah dalam melakukan penelusuran literatur, baik dari segi rekonstitusi hingga pemantauan klinis.

Various chemotherapy drugs can be found in providing health services to chemotherapy patients at the University of Indonesia Hospital. The various types of chemotherapy preparations result in the need for a special guideline in the form of a monograph of chemotherapy preparations which contains the information needed regarding the chemotherapy drugs used in the hospital. The purpose of formulating a drug monograph is to help ensure patient safety, confirm that the drugs given to patients meet quality expectations for safety and effectiveness, and can be used by the chemotherapy preparations reconstitution department in the hospital to notify doctors, pharmacists, dentists, nurses, and other health professionals regarding the appropriate use of medications. Chemotherapy drugs available at the University of Indonesia Hospital consist of several active ingredients, such as vincristine sulfate, methotrexate, rituximab, etoposide, doxorubicin, 5-Fluorouracil, cisplatin, carboplatin, calcium folinate, bortezomib, and bleomycin hydrochloride. The monograph of chemotherapy drugs used by cancer patients at the University of Indonesia Hospital needs to be well formulated by covering several aspects, such as preparation name, indication, dosage, drug regimen, side effects, clinical indicators that need to be monitored, and drug interactions that need to be watched out for. The formulation of the monograph of chemotherapy preparations was carried out in order to make it easier to conduct a literature search, both in terms of reconstitution and clinical monitoring."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Fauziah
"Selama ini kasus karsinoma ovarium yang datang ke RSCM ditangani oleh Subbagian Ginekologi Onkologi, dan telah membuat panduan tatalaksana karsinoma ovarium. Karsinoma ovarium stadium lanjut sejak tahun 1994. dilakukan pemberian neoadjuvant kemoterapi yang dilanjutkan dengan pembedahan sitoreduksi. Kurangnya data awal maupun kajian dalam bentuk penelitian mengenai perubahan metode pemberian kemoterapi, dari metode konvensional yaitu pembedahan sitoreduksi (tanpa neoadjuvant kemoterapi) yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian adjuvant kemoterapi, menjadi pemberian neoadjuvant kemoterapi tcrlcbih dahulu kemudian dilanjutkan pembedahan sitoreduksi menimbulkan pertanyaan, bagaimana efek pemberian neoadjin.ant kemoterapi pada karsinoma stadium lanjut di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Pada pasien karsinoma ovanium stadium lanjut yang dilakukan pengobatan kemoterapi selama kurun waktu tertentu di Subbagian Ginekologi Dnkologi, Bagian Obstetri dan Ginekologi RS Cipto Mangunkusumo Jakarta.
1. Bagaimanakah praktek pemberian neoadjuvant kemoterapi pada karsinoma ovarium stadium lanjut?
2. Bagaimanakah efek pemberian neoadjuvant kemoterapi terhadap pencapaian sitoreduksi optimal?
3. Bagaimanakah efek pemberian neoadjuvant kemoterapi terhadap morbiditas pembedahan?
4. Bagaimanakah efek pemberian neoadjuvant kemoterapi terhadap kualitas hidup?"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18163
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>