Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 80204 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elvi Puriatarza
"Ibadah haji merupakan kewajiban sekali seumur hidup bagi yang mampu. Agar dapat melaksanakan wajib dan rukun haji harus sehat fisik dan mental. Daftar tunggu jemaah haji Indoesia semakin lama karena kouta haji Indonesia sekitar 200.000.jemaah haji. Hal ini berdampak meningkatnya jemaah risti setiap tahun. Berdasarkan data Siskohatkes Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan jumlah jamaah risti tahun 2015-2017 62,7% - 67 %., dengan tingkat kebugaran kurang. Sesuai denga Permenkes No. 62 Tahun 2016 tentang Istithaah Kesehatan diantarakan bahwa untuk dapat melaksanakan ibadah haji dengan tingkat kebugaran minimal cukup. Untuk meningkatakn kebugaran jasmni dilakukan pembinaan kebugaran jasmani pada masa tunggu dan pada masa keberangkatan. Pencatatan dan pelaporan pembinaan kebugaran jasmani masih masih manual. Dan belum dilakukan outomatisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan sistem informasi pembinaan kebugaran jasmani yang mampu menggambarkan status kebugaran, latihan fisik yang dianjurkan dan memberikan informasi kapan evaluasi status kebugaran setelah tiga bulan latihan fisik. Peneliti menggunakan SDLC denganpendekatan RAD karena waktu singkat dan cepat serta dengan dikombinasikan dengan pendekataan Kendal untuk mengidentifikasi sistem yang berjalan dan kebutuhan pengembangan sistem. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara, observasi dan telaah dokumen di Dinas Kesehatan Kota Palembang. Masalah pada sistem informasi yang teridentifikasi pada komponen input, proses, output dan basis data. Dengan dikembangkannya aplikasi sistem informasi ini maka data kebugaran jasmani tersimpan kedalam database sehingga bisa melihat riwayat kebugaran dan dapat memudahkan dalam pengolahan data.
Rekomendasi dimasa yang akan datang Pusat Kesehatan Haji perlu membuat Modul pembinaan Kebugaran jasmani yang terpisah dengan pembinaan masa tunggu dan pembinaan pada masa kerangkatan dan aplikasi yang dikembangkan disosialisasikan melalui pertemuan sehingga diketahui oleh pelaksana kesehatan haji di Lapangan.

Once in a lifetime every Muslim is expected to undergo a holy pilgrimage, known as Hajj. Every year an estimated two million Muslim pilgrims gather from all around the world to perform the holy pilgrimage. The waiting list of Indonesian pilgrims is getting longer This has an impact on rising worshipers every year. Based on data, Siskohatkes Health Hajj Center Ministry of Health number of pilgrims risti 2015-2017 62.7% - 67%. With the lower fitness level. In accordance with minister of health regulation No. 62 2016 about Istithaah Health, the pilgrimage to be able to perform level of fitness is enough. Existing information systems can not be used as needed, Recording and reporting of physical fitness is still manual. And has not automation.
This research aims to develop a physical fitness information system that can provides information of the fitness status, physical exercise recommended and provide information when the fitness status evaluation after three months of physical exercise.The researchers used SDLC with the RAD approach because of the short and fast time and combined with the Kendal approach to identify on an existing system and development needs. Collecting data using interviews, observation and review of documents. Data collection using interview method, observation and review document at Health Office of Palembang City.Problems with information systems identified in input, process, output and database components. With the development of this information system application then the physical fitness data stored into the database so that it can see the history of fitness and can facilitate the processing of data.
Recommendations in the future The Haj Health Center needs to create a separate physical fitness Module with the of the waiting period and in the future Departures and applications developed are socialized through meetings by Hajj health practitioners.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48312
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zolaiha
"Latar belakang: Pada pelaksanaan ibadah haji ada ketentuan yang harus dipenuhi oleh setiap jemaah agar pelaksanaan ibadah haji dilaksanakan secara dan sempurna memenuhi syarat, rukun, dan wajib haji. Kebugaran fisik untuk meningkatkan kapasitas pelaksanaan ibadah pada jemaah haji Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh tingkat kebugaran fisik (VO2maks) terhadap ketidaklengkapan pelaksanaan ibadah haji pada jemaah Indonesia tahun 2016 / 1437 H. Metode: Desain penelitian adalah kohort retrospektif, menggunakan cox regression, STATA versi 13.00, untuk menganalisa pengaruh kebugaran terhadap ketidaklengkapan pelaksanaan ibadah haji setelah mengendalikan variabel kovariat, dan mengukur insiden masalah kesehatan. Variabel independen adalah tingkat kebugaran fisik (prediksi VO2maks), variable dependen adalah ketidaklengkapan pelaksanaan ibadah haji, variabel kovariat adalah: karakteristik individu; status Risti, status Istithaah, gelombang keberangkatan, perilaku merokok, pre-existing diseases. Penelitian ini menggunakan data sekunder Siskohatkes Kementerian Kesehatan 2016. Data meliputi data awal hasil pemeriksaan jemaah haji tahap 1 di Puskesmas dalam bentuk Buku Kesehatan Jemaah Haji (BKJH) dan data rawat inap jemaah di Saudi Arabia. Hasil: Hasil analisis multivariat memperlihatkan interaksi antara kebugaran fisik dengan gelombang keberangkatan terhadap ketidaklengkapan ibadah haji. Interaksi Kebugaran cukup dengan gelombang keberangkatan II terhadap ketidaklengkapan ibadah haji berisiko sebesar 3,17 (CI-95% = 1,68-5,97). Interaksi kebugaran kurang dengan gelombang keberangkatan II terhadap ketidaklengkapan ibadah haji berisiko sebesar 7,15 (CI-95% = 3,66-13,96). Kesimpulan: Tingkat kebugaran fisik berpengaruh terhadap ketidaklengkapan pelaksanaan ibadah haji jemaah Indonesia tahun 2016/ 1437 H setelah mengendalikan variabel umur, jenis kelamin, faktor risiko, merokok, gelombang keberangkatan, dan penyakit yang ada sebelumnya

Background: To complete the Hajj pilgrimage and fulfill the religious obligations, there are conditions which must be met by every hajj pilgrim. Physical fitness is one of the important factors that influence the capacity of Hajj pilgrims to complete the Hajj. The aim of this study is to determine the relationship of physical fitness level based on maximal oxygen consumption VO2max associated with incompleteness pilgrimage amongs Indonesian Hajj pilgrims. Methods: A retrospective cohort design study was designed on it. Descriptive statistics were performed on health incidents issues related with sirculatory, respiratory, syndrom metabolic, mental illness, neoplasm, musculoskletal and infectious diseases. Secondary statistical data were gathered from Siskohatkes (the Ministry Of Health’s Hajj surveillance database). The Hajj surveillance database contained data on the preliminary stage of Hajj health assessments from the community health center. Cox regression was used to study the physical fitness effects on the Hajj incompletion. The analysis was done in STATA version 13.00 after all covariate variables were adjusted. The physical fitness levels to be independent variable and incompleteness of hajj pilgrimage to be dependent variable. Covariates include demographic characteristics, refer to such variables as smoking behaviours, pre-existing co-morbidities, inpatients were hospitalized with a focus on the high risk status group. Result: Results from the multi-variable analysis shown an interaction between physical fitness, routes 2 covariate with incompleteness to hajj pilgrimage. The risk of average physical fitness status influences to incompleteness to hajj pilgrimage shown with RR 3.17 (CI-95%: 1.68-5.97). while the risk of less physical fitness status on the outcome was RR 7.15 (CI-95%: 3.66-13.96). Conclusion: The physical fitness levels influence on incompleteness of hajj pilgrimage amongs Indonesia hajj pilgrims."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Resti Sintya Ervina
"Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu dari sepuluh faktor risiko utama kematian. Orang yang tidak aktif secara fisik memiliki risiko lebih besar dibandingkan dengan mereka yang melakukan aktivitas fisik secara rutin. Dewasa ini, terjadi fenomena penurunan kegiatan aktivitas fisik di Indonesia. Ternyata hal serupa terjadi di kalangan pegawai Kementerian Kesehatan dilihat dari adanya penurunan pegawai yang melaksanakan pengukuran kebugaran jasmani. Pelaksanaan pengukuran kebugaran jasmani masih dilakukan secara manual baik pengukurannya maupun sistem basis datanya. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan stopwatch dan penentuan jarak diukur secara manual. Sistem basis data yang digunakan adalah sistem tunggal, hal ini menyebabkan pengolahan data lebih sulit dilakukan. Mempelajari kondisi demikian maka penelitian ini akan mengusulkan suatu model aplikasi berbasis mobile. Penelitian ini bertujuan membangun sistem informasi pengukuran kebugaran jasmani yang dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengukuran kebugaran dan menumbuhkan minat pegawai terhadap pengukuran kebugaran jasmani. Metode pengembangan sistem yang digunakan pada sistem informasi pengukuran kebugaran jasmani ini menggunakan pendekatan model prototyping. Uji coba aplikasi menggunakan Blackbox Testing dan penerimaan teknologi sistem menggunakan uji coba Technology Acceptance Model (TAM). Sistem yang dikembangkan berdasarkan tahapan-tahapan penelitian telah sesuai dengan yang diharapkan yaitu mengoptimalkan proses pelaksanaan pengukuran kebugaran jasmani yang selama ini berjalan secara manual.

Lack of physical activity is one of the top ten risk factors for death. People who are not physically active have a greater risk than those who do physical activity regularly. Nowadays, there is a phenomenon of decreasing physical activity in Indonesia. It turns out that a similar thing happened among employees of the Ministry of Health as seen from a decrease in employees who carried out physical fitness measurements. The measurement of physical fitness is still done manually, both in the measurement and in the database system. Measurements are made using a stopwatch and the distance is measured manually. The database system used is a single system, this makes data processing more difficult. Studying such conditions, this research will propose a mobile-based application model. This study aims to build a physical fitness measurement information system that can increase awareness of the importance of measuring fitness and foster employee interest in measuring physical fitness. The system development method used in this physical fitness measurement information system uses a prototyping model approach. Testing applications using Blackbox Testing and acceptance of system technology using the Technology Acceptance Model (TAM) trial. The system developed based on the research stages has been as expected, namely optimizing the process of implementing physical fitness measurements that have been running manually."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Diah Tuntian
"ABSTRAK
Latar belakang. Tingkat aktivitas fisik ringan adalah salah satu penyebab status tidak bugar yang akan berdampak terhadap kinerja dan produktivitas kerja. Perusahaan A merupakan industri vaksin dengan tingkat aktivitas fisik yang beragam. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat aktivitas fisik dengan status kebugaran jasmani pada pekerja bagian pengemasan.
Metode. Disain penelitian potong lintang dengan analisis regresi logistik. Subyek berasal dari bagian pengemasan. Tingkat aktivitas fisik dinilai dengan Global Physical Activity Questionairre. Sedangkan tingkat kebugaran jasmani diukur dengan menggunakan metode YMCA-3 minute step test.
Hasil. Subyek penelitian adalah 126 pekerja laki-laki bagian pengemasan dengan jenis pekerjaan yang berbeda-beda yang berumur antara 18 ? 40 tahun. Sebanyak 46,8% subyek mempunyai status tidak bugar. Faktor risiko yang berhubungan dengan status tidak bugar adalah umur (p=0,04). Faktor pendidikan, masa kerja, jenis pekerjaan, kebiasaan merokok, kadar lipid dan tingkat aktivitas fisik tidak terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Sedangkan faktor status gizi dan kadar haemoglobin terbukti mempertinggi risiko status tidak bugar. Subyek yang berumur 31 ? 40 tahun mempunyai risiko 3,16 kali terhadap status tidak bugar dibandingkan dengan umur 18 ? 30 tahun (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60).
Kesimpulan. Status kebugaran tidak berhubungan dengan tingkat aktivitas fisik.

ABSTRACT
Backround. Low level physical activity can caused unphysical fitness which caused to work and productivity. A company is a vaccine industry with high physical activity in difference. The objective of this study is to determine the related between physical activity level with physical fitness to the workers in packaging division.
Method. Cross sectional study with logistic regression analysis. A subject is from packaging division. Physical activity level is marked by Global Physical Activity Questionairre. While physical fitness activity is measured by using YMCA-3 minute step test method.
Result. The subject of the study is 126 men workers of packaging division with different types of work. The workers age is between 18 ? 40 years old. 46,8% subjects has unphysical fitness. Risk factors that related to low physical fitness was age (p=0,04). Education level, working period, type of work, smoking, lipid level and physical activity were not likely correlated to unphysical fitness. While the factors of nutritional status and hemoglobin levels increase the risk proved unphysical fitness. Subjects were aged 31- 40 years have 3,16 times the risk of unphysical fitness compared with age 18-30 years (adjusted Prevalence Ratio=3,16; (CI)95%=1,04 ? 9,60).
Conclusion. Physical fitness is not related to physical activity level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dangsina Moeloek
"Telah dilakukan pemeriksaan kesegaran jasmani terhadap calon anggota MAPALA UI sebanyak 42 orang. Penelitian dilakukan mengingat peminat pencinta alam semakin banyak khususnya pendaki gunung dan hingga saat ini belum diketahui keadaan pendaki sebelum berangkat ataupun persiapan fisiknya. Tujuan penelitian ini untuk melihat bagaimana keadaan kesegaran jasmani calon anggota MAPALA UI khususnya pada aspek kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan sebagai langkah awal dalam pembinaan kegiatan MAPALA."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1994
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Zahara
"Pendahuluan: Manufaktur telah menjadi suatu industri penting dalam mendukung kemajuan perekonomian Indonesia. Indonesia telah berhasil mencapai peringkat keempat dunia di bidang industri manufaktur dan akan terus meningkatkan prestasinya. Produktivitas merupakan hal yang perlu ditingkatkan untuk memenangkan persaingan dunia. Salah satu faktor manusia dalam mencapai produktivitas adalah kebugaran. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian bersama yang dilakukan oleh Direktorat Bina K3 dengan Program Pendidikan Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi FKUI di enam wilayah Indonesia dengan enam bidang industri manufaktur.
Tujuan: Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran kebugaran kardiorespirasi pada pekerja manufaktur di Indonesia dan faktor-faktor yang berpengaruh.
Metode: Desain potong lintang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui profil kebugaran pekerja manufaktur di enam wilayah Indonesia dan faktor-faktor yang berpengaruh menggunakan uji jalan enam menit.
Hasil: Kebugaran kardiorespirasi pada 53,34% pekerja adalah rata-rata dan diatas rata-rata. Faktor individu yang berhubungan dengan kebugaran adalah lama tidur. Lama tidur yang kurang dari delapan jam sehari berhubungan dengan kebugaran.
Kesimpulan: Kebugaran pekerja manufaktur adalah rata-rata dan diatas rata-rata. Lama tidur kurang dari delapan jam sehari merupakan faktor individu yang berhubungan dengan kebugaran. Tidak didapatkan faktor pekerjaan yang berhubungan dengan kebugaran.

Background: Manufacture plays important role in Indonesian economic development. Indonesia had successfully achieved fourth rank in the world industrial manufacture and would always made improvement. Productivity must be encouraged to win the world competition. Physical fitness was one of the human factors that was needed to achieve productivity. This study is part of a joint study between Direktorat Bina Keselamatan dan Kesehatan Kerja Ministry of Manpower Republic Indonesia and Occupational Medicine Specialist Program Faculty of Medicine Universitas Indonesia in six region of Indonesia with six different type of industrial manufacture.
Objective: This study was aimed to explore cardiorespiratory fitness among manufacture workers in Indonesia and its related factors.
Methods: A cross-sectional study design was conducted to 120 manufacture workers with heat stress hazard using six minute walking test and heat stress assessment in their workplace using heat stress monitor.
Results : The result showed that that physical fitness of 53,34% workers were above average. Individual factor that related to physical fitness of manufacture workers were sleep duration and age. Sleep duration that was less than eight hours a day and age more then 35 years-old was related to physical fitness.
Conclusions: The cardiorespiratory fitness of manufacture worker in Indonesia was average and above average. Sleep duration was related to physical fitness. There was no occupational factor related to physical fitness.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Setyaningrum
"Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan program pemerintah sebagai salah satu upaya mengurangi faktor risiko penyakit tidak menular yang makin meningkat. Program ini dilakukan dengan upaya peningkatan perilaku hidup sehat, diantaranya peningkatan aktivitas fisik. Peningkatan aktivitas fisik diharapkan dapat mempengaruhi keseimbangan energi dan diharapkan dapat mengurangi faktor risiko kardiometabolik. Aktivitas fisik yang dilakukan sesuai kaidah kesehatan akan memberikan adaptasi metabolik, neuromuskuler dan kardiorespirasi yang dapat meningkatkan kebugaran jasmani. Kebugaran yang baik merupakan faktor protektif terhadap risiko kardiometabolik dan penyakit tidak menular. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran aktivitas fisik, kebugaran, dan faktor risiko kardiometabolik dan hubungan antara aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani dan faktor risiko kardiometabolik di instansi pemerintah pada era GERMAS.
Metode: Penelitian potong lintang dengan menggunakan data primer. Aktivitas fisik dinilai dengan PAL Physical Activity Level, waktu sedentary. Penilaian kebugaran jasmani meliputi komposisi tubuh, kelenturan, kekuatan otot dan daya tahan jantung paru. Faktor risiko kardiometabolik meliputi: tekanan darah, kadar kolesterol total, kadar gula darah sewaktu, dan HbA1C. Subjek penelitian adalah ASN di instansi X sebanyak 89 orang.
Hasil: Diperoleh data 23,6% subjek dengan tingkat aktivitas fisik ringan, rerata waktu sedentary 10,5 jam dan 95,5% subjek memiliki waktu sedentary ≥ 7 jam. 56,2% subjek obesitas, 87,6% fleksibilitas baik, 58,2% kekuatan otot kurang, serta 68,5% subjek memiliki daya tahan jantung paru kategori baik dan cukup. Prevalensi hipertensi 20,2%, hiperkolesterolemia 37,1%, pre diabetes 6,7% dan diabetes mellitus 1,1%. Didapati hubungan antara aktivitas fisik dengan IMT dan faktor risiko kardiometabolik.
Kesimpulan Terdapat kecenderungan subjek dengan faktor risiko kardiometabolik, berat badan berlebih dan obesitas memiliki tingkat aktivitas fisik yang lebih baik.

Community Healthy Life Movemement or Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) is a government program to reduce risk factors of non-communicable diseases. This program is purposed to improve healthy living behaviors, including increased physical activity. The increasing of physical activity is expected to affect balance energy and to reduce cardiometabolic risk factors. Physical activity according to health principles will enhance metabolic, neuromuscular and cardiorespiratory adaptations that can improve physical fitness. Good level of fitness is a protective factor against cardiometabolic risk and non-communicable diseases. The purpose of this study is the description of physical activity, physical fitness, cardiometabolic risk factors and the relationship between physical activity and physical fitness and cardiometabolic risk factors in one of a Ministry in the GERMAS era.
Method: Cross-sectional study using primary data. Physical activity was assessed by the PAL Physical Activity Level, sedentary time. The assessment of physical fitness includes body composition, flexibility, muscle strength and cardiorespiratory fitness. Cardiometabolic risk factors include: blood pressure, total cholesterol levels, blood sugar levels, and HbA1C. The subjects of this research were worker in Ministry X approximately 89 people.
Results: 23.6% of subjects with mild physical activity, the mean sedentary time about 10.5 hours and 95.5% of subjects had a sedentary time of jam 7 hours. 56.2% of subjects were obese, 87.6% had good flexibility, 58.2% lacked muscle strength, and 68.5% of subjects had good and sufficient pulmonary heart endurance. The prevalence of hypertension is 20.2%, hypercholesterolemia 37.1%, pre-diabetes 6.7% and diabetes mellitus 1.1%. There was an association between physical activity and BMI and cardiometabolic risk factors.
Conclusion There is a tendency for subjects with cardiometabolic risk factors, overweight and obesity to have a better level of physical activity"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Joko Sudiyanto
"Kebugaran fisik yakni kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan secara efisien tanpa timbul kelelahan berlebihan sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status kebugaran dan hubungannya dengan kelelahan pada operator haul truck PT A kalimantan selatan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan responden yang berstatus bugar sebesar 59,7 dan tidak bugar sebesar 40,3. Tidak ada hubungan antara usia, IMT, Kadar oksigen dalam darah, kebiasaan merokok, dan kebiasaan olahraga, namun terdapat hubungan signifikan antara obesitas sentral dengan kebugaran pada operator haul truck PT A Kalimantan Selatan. Penelitian ini menyarankan pengukuran kebugaran dengan YMCA 3 minutes step test agar hasil objektif dan melakukan evaluasi terhadap gizi kerja.

Physical fitness is the ability of a person to do the job efficiently without excessive fatigue so he can still enjoy his spare time. This thesis aims to find out the description of the fitness status and its relation to fatigue on haul truck operator PT A South Kalimantan. This research is analytical descriptive by using cross sectional research design. The result of the research shows that the respondent is in fitness condition 59,7 and not fitness for 40,3. There is no relationship between age, BMI, blood oxygen levels, smoking habits, and exercise habits, but there is a significant relationship between central obesity and fitness in haul truck operator PT A South Kalimantan. This study suggests fitness measurements with the YMCA 3 minutes step test for objective outcomes and evaluation of work nutrition.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T49935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfridsyah
"Kesegaran jasmani merupakan salah satu faktor yang menenukkan produktifitas kerja yang dapat diartikan sebagai kemampuan atau kesanggupan seseorang untuk melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya dengan mudah tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya guna keperluan yang mendadak. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar tenaga kerja mempunyai tingkat kesegaran jasmani kurang.
Pejabat struktural di Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam merupakan sumber daya manusia yang potensial dalam pembangunan dibidang kesehatan. Untuk itu dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui gambaran kesegaran jasmani dan faktor-faktor yang mempengaruhinya dengan mengunakan strategi pemodelan. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 66 orang_ Variabel yarig diteliti adalah kesegaran jasmani, indeks massa tubuh (IMT), rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP), persen lemak tubuh (PLT), tekanan darah diastolik (TDD), kelompok umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan kebiasaan makan yang meliputi kebiasaan makan pagi, makan sayuran, makan berlemak dan kebiasan memakan makanan "trendy". Dalam melakukan strategi pemodelan diiakukan dengan uji regresi logistik ganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesegaran jasmani pejabat struktural sebahagian besar (69,7 %) berada pads kategori kurang. Sedangkan keadaan status gizi berdasarkan IMT 51,5 % berada dalam kategori lebih, berdasarkan RLPP 40,9 %berkategori lebih, berdasarkan PLT 87,9 % berada dalam kategori lebih. Sedangkan untuk TDD 27,3 % berada pads kategori tinggi. Gambaran umur rata-rata responden 47 ± 4,78 dan 75 % berjenis kelamin perempuan, 31,9 % dari responden mempunyai kebiasaan merokok. Untuk kebiasaan makan pagi diketahui 11,1, % jarang sarapan pagi, 9,7 % jarang mengkonsumsi sayuran, 15,3 % sering mengkonsumsi makanan trendy dan 55,6 % sering mengkonsumsi makanan berlemak. Berdasarkan uji chi square menunjukkan ada hubungan antara status gizi (EMT, RLPP, PLT ) dengan tingkat kesegaran jasmani.
Berdasarkan analisis regresi logistik ganda dengan strategi pemodelan, variabel yang signifikan berhubungan dengan kesegaran jasmani adalah RLPP dan PLT. Sedangkan variabel yang paling berpengaruh terhadap kesegaran jasmani adalah PLT. Adapun risiko yang didapat adalah pejabat struktural yang memiliki RLPP lebih/tinggi mempunyai risiko 5,07 kali untuk mengalami kesegaran jasmani kurang dibandingkan dengan temannya yang mempunyai RLPP normal setelah dikontrol dengan variabel PLT dan pejabat struktural yang memiliki PLT tinggi lebih mempunyai risiko 6,98 kali untuk mengalami kesegaran kurang dibandingkan temannya yang mempunyai PLT normal setelah dikontrol oleh varibel RLPP.
Berdasarkan hasil penelitian disarankan agar Dinas Kesehatan Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam mengantisipasi kesegaran jasmani kurang dengan mengurangi faktor risiko status gizi (PLT) melalui peningkatan aktifitas fisik dengan menggalakkan program olah raga dan pengaturan makanan yang adekuat serta diadakannya pemeriksaan kesehatan fisik secara berkala agar setiap pegawai dapat memonitoring keadaan kesehatannya. Selain itu diperlukan penelitian lanjutan dengan mengunakan rancangan yang berbeda dan meliputi variabel aktifitas fisik serta mengunakan semua aspek pengukuran kesegaran jasmani, sehingga dapat diketahui dengan pasti hubungan sebab akibat dari kesegaran jasmani.

Physical fitness is one of the factors that influence one's productivity which can be defined as one's ability or competence to adapt with tasks given to him or her easily without creating excessive fatigue and he or she still has reserve energy that can be used for leisure or unexpected activity. A number of studies reveal that most workers have poor physical fitness.
Structural officials in Health Department of Nanggroe Aceh Darussalam Province are potential human resources in health development. For that reason, this study was conducted to obtain a description of physical fitness and factors that influence it by using modeling strategy. The research design used was cross sectional with 66 people as sample. The variables under study included physical fitness, Body Mass Index (BMI), Waist-hip Circumference Ratio (WCR), Body Fat Percentage (BFP), Diastolic Blood Pressure (DBP), age group, sex, smoking habit and eating habit including habits of breakfasting, eating vegetable, eating fatty meals, and eating "trendy" meals. Double logistic regression test was used in employing modeling strategy.
Research result shows that level of structural officials' physical fitness was mostly (69.7%) under poor category. While their nutrition status based on BMI was 51.5% under excessive category; based on WCR 40.9% was under excessive category; based on BFP 87.9% was under excessive category. While for DBP, 27.3% was under high category. Average age of respondents 47 ± 4.78 and 75% was female; 31.9% of respondents had smoking habit. The study also discovered that 11.1% rarely took breakfast, 9.7% rarely consumed vegetable, 15.3% often consumed trendy meals and 55.6% often consumed fatty meals. Based on chi square test, there is a correlation between nutrition status (BMI, WCR, BFP) and level of physical fitness.
According to double logistic regression analysis by modeling strategy, variables that significantly correlate to physical fitness are WCR and BFP. While variable that is most influencing on physical fitness is BFP. In addition, the study shows that structural officials who has excessive/high WCR tend to risk 5.07 times experiencing poor physical fitness compared to fellow official who have normal WCR after having been controlled by BFP variable, and structural officials who have high/excessive BFP tend to risk 6.98 times experiencing poor physical fitness compared to fellow officials who have normal BFP after having been controlled by WCR variable.
Based on the study result, it is recommended that the Health Department of Nanggroe Aceh Darussalam Province anticipate the poor physical fitness by reducing nutrition status risk factor (BFP) through encouraging physical activities by promoting adequate body exercises and meal diet and regularly running general check-up so that each official can monitor his or her health. Moreover, further study needs to be conducted by using different design and encompassing physical activity variable and using all aspects of physical fitness assessment so that the cause-effect relation of physical fitness can be identified more precisely.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2003
T587
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atika
"Kebugaran merupakan masalah pada karyawan di Puskesmas kecamatan cengkareng. Tingkat kebugaran kurang karyawan adalah 55,9%. Tujuan Utama penelitian ini adalah menjelaskan faktor-faktor yang berhubungan dengan kebugaran karyawan di Puskesmas Kecamatan Cengkareng. Tujuan khususnya menjelaskan dan mengetahui hubungan antara faktor Umur, jenis Kelamin, Aktivitas Fisik, IMT, Kebiasaan Merokok, dan Kadar Hb dengan tingkat kebugaran karyawan. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei - Juni 2013. Metode penelitian dengan menggunakan Cross Sectional (Potong Lintang), dengan sampel 143 responden.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara faktor umur (p=0,0005), Jenis kelamin (p=0,010), Aktivitas Fisik (p=0,0005), Kebiasaan merokok(p=0,047) dengan kebugaran. Faktor yang paling dominan yang mempengaruhi tingkat kebugaran adalah Umur, Jenis kelamin, dan Kadar Hb. Sedangkan Aktivitas fisik dan Kebiasaan merokok merupakan faktor confounding.Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah tingkat kebugaran karyawan masih Kurang. Faktor yang berhubungan dengan kebugaran adalah Umur, jenis kelamin, Aktivitas Fisik, kebiasaan merokok, dan kadar Hb. Saran dari penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas fisik, Olah raga, dan Pola hidup sehat.

Fitness is a problem to the employees of Puskesmas Kecamatan cengkareng. Based on the fitnees test result obtained that the less-fit level of the employees is 55,9%. The main reason of this research is to explain factors that are related to the fitness of the employees of puskesmas Cengkareng. The specific research is to explain and knowing the relation of age factor, gender, physical activity, body mass index, smoking habit, and Haemoglobin level to the fitness of the employees. The Research was held on May - June 2013. The research methode is by using the Cross Sectional, with sample of 143 respondents.
The result of research show that are significant correlation between age factor (p=0,0005), gender (p=0,010), physical activity (p=0,0005), smoking habit (p=0,047) with fitness. Based on the most dominant factors that affect the fitness level are age, gender, and Hb level. While the physical activity and smoking habit are confounding factors. The conclusion of this research is the fitness level of the employees is still lacking factors related to fitness are age, gender, physical activity, and smoking habit. Advice from this research is to increase physical activity, exercise, and healthy lifestyle.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>