Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55835 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azkya Aryun
"Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan data sekunder Susenas 2015 DAN Podes 2014,didapatkan hasil densitas bidan meningkatkan persalinan ditolong bidan sebesar 11 padamodel probit. Tujuan dari penelitian ini untuk memberi masukan pagi pembuat kebijakan agarpeningkatan densitas bidan diiringi dengan pemnfaatan persalinan ditolong bidan. Penelitian inidilakukan di Depok pada bulan Februari-Juni 2017. Penelitian menggunakan desain studi crosssectional. Sampel pada penelitian ini adalah individu yang menjadi sampel dalam data Susenas2015 dan Podes 2014 yang memenuhi prosedur sampling masing-masing survey dan memenuhikriteria inklusi dan eksklusi, populasi pada penelitian ini adalah sebanyak 282.433 individu.Diketahui bahwa sebesar 51,3 ibu bersalin ditolong oleh bidan dan densitas bidan sebesar 74. Pada deskriptif faktor Predisposisi didapatkan bahwa rata-rata umur bersalin terdapat padakelompok umur 2, yaitu usia 20-29 tahun, dimana 50 ibu sudah memiliki jaminan kesehatan,dan berpendidikan SLTA/MA ke atas. Pada deskriptif faktor Enabling, didapatkan bahwa 15 dari ibu memiliki pengeluaran per kapita per bulan dibawah Rp. 350.000,00. Ibu yang tinggal diperkotaan sebanyak 45 dan yang tinggal di region pulau Jawa sebanyak 30. Pada model probit densitas bidan meningkatkan persalinan ditolong bidan sebesar 11 pada model probit.Variabel yang mempengaruhi persalinan ditolong bidan adalah umur 13 danpendidikan 70 serta urban 67,6. Saran bagi pemangku kebijakan untuk meningkatankompetensi dan kontrol terhadap praktek bidan sehingga angka densitas bidan yang terusmenambah akan berbanding lurus dengan pemanfaatan persalinan oleh bidan.

Based on the research conducted with secondary data of Susenas 2015 AND Podes 2014, theresult of midwife density increased delivery assisted by midwives 11 on probit model. The purpose of this research is to give policy makers morning input to increase midwife density accompanied by the delivery of childbirth assisted by midwife. This study was conducted in Depok in February June 2017. The study used a cross sectional study design. Samples in this study were individuals sampled in data of Susenas 2015 and Podes 2014 which fulfill the sampling procedure of each survey and fulfill the inclusion and exclusion criteria, the populational this study were 282,433 individuals. It is known that 51.3 of maternity mothers were helped by midwife and midwife density by 74 . In the descriptive Predisposisi factors found that the average age of maternal age group is found in age 2, the age of 20 29 years, where 50 of mothers already have health insurance, and educated high school MA and above. On the descriptive Enabling factor, it was found that 15 of mothers have per capita expenditure per month below Rp. 350,000.00. Mothers who live in urban as much as 45 and who live in the region of Java as much as 30 . In the probit model the density of the midwife increased the delivery assisted by the midwife 11 in the probit model. The variables affecting childbirth assisted by midwives are age 13 and education 70 and urban 67,6 . Advice for stakeholders to increase competence and control of midwife practices so that the increasing number of midwives density will be directly proportional to the utilization of birth by midwife."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitohang, Afrina Ferawati
"Salah satu intervensi kunci dan cara yang paling efektif untuk menurunkan AKI adalah pertolongan persalinan berkualitas sesuai standar oleh tenaga kesehatan terlatih, antara lain penggunaan partograf sebagai alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan bidan terhadap penggunaan partograf pada pertolongan persalinan di Kabupaten Samosir tahun 2013. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif observasional dengan desain cross sectional. Besar sampel menggunakan uji beda rata-rata dua proporsi dengan teknik sistematic random sampling. Jumlah sampel 96 orang sesuai kriteria inklusi. Pengumpulan data melalui kuesioner dan observasi langsung menggunakan daftar tilik. Data dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi bidan yang patuh menggunakan partograf masih rendah yaitu 57,3%. Faktor yang berhubungan secara signifikan pada CI 95% antara lain: pengetahuan ( p-value 0,001), sikap (p-value 0,001), motivasi (p-value 0,003), keterampilan (p-value 0.001), pelatihan APN (p-value 0,025), alasan menggunakan (p-value 0,001). Melalui analisis multivariat diketahui faktor paling dominan adalah pengetahuan (p- value 0,000) OR 20.04. Disarankan kepada Dinas Kesehatan, puskemas dan organisasi IBI agar melakukan upaya peningkatan pengetahuan bidan melalui pelatihan, sosialisasi dan supervisi secara berkala.

One of the key interventions and the most effective way to reduce MMR is qualified according to standard delivery assistance by trained health personnel, among others, the use of partograph as a tool to monitor the progress of labor (Bappenas 2010). This study aims to determine the factors associated with adherence midwife to the use of partograph in attendance at the birth in Samosir regency in 2013. This study uses a quantitative observational approach with the cross-sectional design. Of the samples using different test average of two proportions with sistematic random sampling technique. Number of samples 96 people fit the inclusion criteria. Collecting data through questionnaires and direct observation using a checklist. Data analyzed using univariate, bivariate and multivariate analyzes. The results showed that the proportion of midwives who dutifully using partograph is still low at 57.3%. Factors significantly associated with 95% CI are: knowledge (p-value 0.001), attitude (p-value 0.001), motivation (p-value 0.003), skills (p-value 0.001), APN training (p- value 0.025), the reason for using (p-value 0.001). Through multivariate analysis known to most dominant factor is the knowledge (p-value 0.001) OR 20.04. Recommended to the Department of Health, Public Health Centers and organizations IBI that make efforts to increase knowledge for midwife through training, socialization and supervision perodically."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S47269
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astasari
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan komunikasi interpersonal bidan delima dan bidan non delima di Bidan Praktek Mandiri. Desain studi penelitian ini menggunakan cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada 143 bidan praktek mandiri di wilayah Jakarta Selatan. Analisis data uji bivariat menggunakan Chi-Square dan uji multivariat menggunakan regresi logistik.
Disimpulkan bahwa bidan delima yang mempunyai komunikasi interpersonal baik sebesar 70% sedangkan bidan non delima yang mempunyai komunikasi interpersonal baik hanya 12,1%. Status bidan dan masa kerja mempunyai hubungan yang signifikan terhadap komunikasi interpersonal. Bidan delima yang mempunyai masa kerja <15 tahun mempunyai komunikasi interpersonal 7,3 kali lebih baik dibandingkan bidan non delima dan bidan delima yang mempunyai masa kerja 15 tahun mempunyai komunikasi interpersonal 121,4 kali lebih baik dibandingkan bidan non delima. Komunikasi interpersonal merupakan kemampuan non teknis yang penting bagi bidan dalam memberikan asuhan kebidanan dan kemampuan tersebut dapat dilatih melalui pelatihan komunikasi. Kementerian Kesehatan mendukung program bidan delima bersama Ikatan Bidan Indonesia dengan mengatur regulasi izin praktek dan mengadakan pelatihan komunikasi interpersonal untuk meningkatkan pelayanan kesehatan di BPM.

Type This study attempts to knows the difference communication interpersonal delima midwives and non delima midwives in the midwife independent practice. Design study this research using cross-sectional. The data collection was done to the spread of the questionnaire to 143 midwives practice independently in South Jakarta. Data analysis test bivariate use Chi-Square and the multivariate use regression logistics.
Concluded that Delima midwives who have good interpersonal communication by 70 % but Non Delima midwives who have good interpersonal communication is only 12,1 % . Midwives status and old workings have a significant relation to interpersonal communication . Delima midwives have long working less than 15 years have 7,3 interpersonal communication better than Non Delima midwives and Delima midwives have old workings more equal to 15 years have 121,4 interpersonal communication better than Non Delima midwives. Interpersonal communication is a non technical abilities that are importan in providing midwifery care and the ability can be trained through communication training. The Ministry of Health together with The Indonesian Midwives Association to support Delima Midwives program and facilitate the training of communication to improve the interpersonal communication skills of midwives.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irma Gustiawati
"Dampak dari kelalaian pengisian partograf adalah tidak terdeteksinya kelainan yang akan timbul pada saat persalinan, Hasil studi dari manfaat partograf yang baik dan benar, telah diuji coba pada multicenter kesehatan di beberapa Negara Asia Tenggara dengan melibatkan 35480 persalinan, menyatakan partograf dapat menurunkan kejadian partus lama dari 6,4% menjadi 3,4% dan angka pertolongan Sectio Caesaria dari 6,2% menjadi 4,5% (WHO, 1994).
Penelitian merupakan penelitian kuantitatif observasional dengan rancangan cross sectional untuk mengetahui factor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan partograf oleh bidan di Kabupaten Tanjung Jabung Barat tahun 2012 dengan jumlah sampel 79 bidan dengan metode quota sampling. Data yang diperoleh menggunakan kuesioner dan lembaran observasi dengan menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji kai kuadrat, uji t independen dan regresi logistik.
Hasil penelitian adalah masih adanya bidan yang tidak menggunakan partograf untuk memantau persalinan 46,8%, sebagian bidan menyatakan penggunaan partograf untuk pengklaiman jampersal, hanya 64,6% bidan yang mempunyai peralatan ;engkap dan hanya 62% bidan yang mempunyai keterampilan baik tentang partograf. Variabel pengetahuan, sikap dan dukungan pemimpin memiliki nilai yang rendah sedangkan untuk nilai rata-rata umur adalah 33,6. Setelah dilakukan analisis maka variabel alasan, keterampilan, ketersediaan alat, sikap dan dukungan atasan memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan partograf pada pertolongan persalinan.
Saran untuk Dinas Kesehatan Kabupaten Tanjung Jabung Barat adalah membuat perencanaan untuk kegiatan pelatihan, penyediaan anggaran untuk peralatan dan pembuatan kebijakan untuk reward dan punishment, untuk Ikatan Bidan Indonesia Kabupaten Tanjung Jabung Barat agar dapat mendatangkan pelatih pada saat acara arisan IBI dan untuk Bidan agar dapat memperbaiki pelayanan dengan menambah pengetahuan dan keterampilan penggunaan partograf.

Impact of neglect of partograph fulfillment is undetected of abnormality which will appear at delivery. Study result of correct and clear partograph benefit had been tried and tested to multicenter health in some of South-East Asian Countries involving 35,480 labors, it stated that partograph could decrease old partus occurrence from 6.4% to 3.4% and Secsio Caesaria number from 6.2% to 4.5% (WHO, 1994).
This study is a observational quantitative one using cross sectional design to find factors related to utilization of partograph by midwife in West Tanjung Jabung Regency 2012 by number of samples are 79 midwifes carried in quota sampling method. Data were collected by questionnaire and observation paper using univariate and bivairate analysis and chi square test, t test independent and logistic regression.
Study result shows that some midwifes did not utilize partograph to monitor labor (46.8%), part of them stated that partograph utilization was for Jampersal claim, only 64.6% of midwifes have complete devices and only 62% of midwifes have good skill of partograph. Knowledge, attitude, and leader support variable have low value whilst average value of age is 33.6. After analysis had been carried on that reason, skill, devices availability, attitude and leader support variables have significant correlation to partograph utilization in labor support.
Suggestion to Health Agency of West Tanjung Jabung Regency is to make a planning about conducting of training activity, provide budgeting for devices and male a regulation about reward and punishment, and for Indonesia Obstetric Association (IBI) of West Tanjung Jabung Regency to invite trainer in IBI social gathering event and for midwife to improve their service dealing with knowledge and skill of partograph utilization.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Pinantari Hanum
"Sebagai negara berkembang, Indonesia menghadapi masalah kependudukan yaitu jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Untuk mengatasi hal itu sejak tahun 1970 dimulai Program Keluarga Berencana, dengan tujuan menurunkan angka kelahiran sampai 50% nya pada tahun 2000 melalui upaya penurunan fertilitas. Salah satu upaya untuk menurunkan fertilitas adalah dengan pelayanan kontrasepsi. Tingkat pemakaian kontrasepsi di Indonesia sebesar 57% dengan pemilihan alat kontrasepsi dari urutan terbanyak hingga paling sedikit digunakan adalah suntik, pil, AKDR, norplan, dan metoda operasi (sterilisasi).
Sebagai dampak krisis moneter, harga obat/alat kontrasepsi menjadi mahal khususnya pil dan suntikan, maka AKDR menjadi altematif alat kontrasepsi yang harganya relatif murah, efektif dan praktis untuk mencegah dan mengatur kehamilan. Besamya minat masyarakat pada AKDR terus meningkat, tetapi angka putus pakainya juga meningkat.
Tingginya angka putus pakai pada AKDR di Kota Bogor sebesar 18,65% lebih tinggi dari angka nasional yaitu 12,3%, sehingga perlu dilihat penyebabnya. Dari hasil penelitian diketahui salah satu faktor penyebabnya adalah masalah kepatuhan bidan dalam menerapkan prosedur yang ditetapkan. Penelitian tentang kepatuhan bidan dalam menerapkan baku klinis, dilakukan secara cross sectional dengan sampel sebanyak 77 orang bidan atau total populasi bidan di 23 Puskesmas yang tersebar di Kota Bogor.
Untuk mengetahui kepatuhan bidan dalam menerapkan Baku klinis, dilihat dari faktor pengetahuan, sikap, pelatihan, masa kerja, kelengkapan sarana dan supervisi.
Hasil penelitian menunjukkan variabel yang memiliki hubungan bermakna (p < 0,05) adalah pengetahuan dan supervisi. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan, terungkap bahwa bidan yang berpengetahuan lebih akan lebih patuh dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang. Selain itu juga supervisi, bidan yang disupervisi lebih patuh daripada bidan yang tidak disupervisi.
Melihat hasil diatas, untuk perbaikan maka perlu dikaji kembali materi dan metoda pelatihan serta penerapan baku klinis pemasangan AKDR CuT 380 agar angka putus pakai kontrasepsi akibat efek samping dapat diturunkan.

As a developing country, Indonesia faces inhabitant problem i.e. high number of population and high population growth. To solve the problem, Family Planning program has been implementing since 1970 for the purpose to reduce the number of birth as much as 50% in year 2000 by decreasing fertility. One among the efforts to decrease the fertility is by giving service for contraception. The degree of the use of contraception in Indonesia is 57% where using injection is the most use and than followed by using pill, AKDR, implant and then the less is by using operation method/sterilization.
Due to the impact of crisis monetary where the price of medicine/contraception parts became expensive especially for pill and injection, hence AKDR became an alternative of contraception part because it has relatively lower price. Technically, AKDR is more practical, effective and economical to prevent and organize pregnant. People became more interest and the use of AKDR was increased, but the number of the drop out was also increased.
High number of the drop out of AKDR at Bogor is 18.65% which is higher than the drop out number of the national figure of 12.3°/x. Therefore, it is necessary to find out the cause. From the study, it is revealed that one among the factors causing this high number is the compliance factor of the midwife in implementing the procedure.
The study for the discipline of the midwife in implementing the clinical standard is performed with cross-sectional way with the number of sample as much as 77 (seventy seven) midwifes from the total population of midwife from as much as 23 Puskesmas located in Bogor city. In order to know the compliance of midwife in implementing the clinical standard, the study is performed on the followings factors: knowledge, attitude, training, work experience, availability of facility as well as supervision. The study indicates that the variable which has meaning correlation (p<0.05) is the knowledge and the supervision.
Based on the correlation between the knowledge and compliance, it is revealed that midwifes who have more knowledge will have more compliance compare those who has less knowledge. Other than that is supervision, where midwifes who get supervision will have more compliance than those who do not get supervision.
Based on the above finding, for the correction and improvement, it is necessary to review the material and method of the training as well as the implementation of the clinical standard of the installation AKDR CUT 380 in order to reduce the number of contraception drop out that caused by side effect.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T2565
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brotoseno
"

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tinggi. Upaya yang di tempuh untuk menurunkan angka tersebut adalah dengan melalui 'Gerakan Sayang lbu' yang melibatkan seluruh pihak yang terkait. Sebagai jalan keluar dari tingginya AKI di rumah sakit adalah dengan meningkatkan fungsi rumah sakit rujukan dan peningkatan ketampilan penolong persalinan.

RSUD Dr.M.Ashan Pemalang bekerjasama dengan P2KP-KR (Pusat Pelatihan Klinik Primer Kesehatan Reproduksi) pemah mengadakan pelatihan LLS, PONEDIPONEK. Akan tetapi angka kematian maternal masih tetap tinggi. Oleh karenanya, RSUD Dr.M.Ashari menyelenggarakan kegiatan Asuhan Persalinan Dasar (APD) bagi Bidan. Suatu metode pelatihan yang dikembangkan oleh JNPK-KR di bawah pengawasan JHPIEGO. Tujuan diadakan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pelatihan APD dengan kasus rujukan bidan di RSUD Dr.M.Ashari Pemalang.

Disain penelitian berupa studi kros seksional, total sampel sebanyak 80 bidan, 40 bidan yang pernah mengikuti pelatihan APD, 40 bidan belum pernah mengikuti APD yang dipilih secara purposif Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat serta analisis bivariat dengan uji Kai-kuadrat (X2)

Hasil yang didapat dalam penelitian ini secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara pelatihan APD dengan kasus rujukan bidan di RSUD Dr.M.Ashari Pemalang (p > 0,05). Sedangkan hubungan antara rujukan kasus partus fisiologis dengan pelatihan APD terdapat hubungan yang bermakna. Demikian juga terdapat hubungan yang bermakna antara kasus kematian maternal kurang dari 48 jam pertama di rumah sakit dengan pelatihan APD.

Berdasarkan hasil penelitian, maka perlu ditindaklanjuti penelitian yang lebih mendalam dalam kurun waktu yang lebih lama di masa mendatang.

Daftar Pustaka : 28 (1989 - 2000).


Relation Between the Training of Basic Delivery Services for Midwives with The Referal Cases at Regional Hospital Dr. M. Ashari - Pemalang, 2000.The Maternal Mortality Rate (AKI) in Indonesia is very high. The effort done to reduce this rate is by the movement of Safe Motherhood involving all the related element. As the Solution of the high rate of maternal mortality in hospital is by increasing the function of referal hospital and the increasing of attendant's skill.

The Regional Hospital in Pemalang cooperates with P2KP-KR (The Training Centre of Reproduction Health Primer Clinic) it has ever held the Live Saving Skill Training, PONEDIPONEK. However, the rate of maternal mortality remains high. That is why, Pemalang Regional Hospital Dr. M. Ashari hold the activity of basic delivery services for midwives, A Training method developed by JNPK-KR under the supervisory of JHPIEGO. The goal of this research is to know the relationship between the Training of Basic Delivery Services (Training of APD) for Midwives with the Referal Case from Midwives in Pemalang Regional Hospital Dr. M. Ashari. The design of the research is a Cross Sectional Study, the total sample is 80 Midwives. Fourty Midwives have ever attended The Training of APD. Fourty others have never attended the Training of APD chosen purposively.; The Analization done are Univariate Analization and Bivariate Analization with Chi-Square Test.

The result obtained from this reasearch has no relationship statistically between "APD" Training and Midwives referal cases in Pemalang Regional Hospital Dr. M. Ashari . (p > 0.05). Whereas the relationship between the referal cases of partus physiology and the "APD" Training has meaningfully relationship. And there is also meaningful relationship between maternal mortality case from the first 48 hours in hospital and the "APD" Training.

Based on the result of this reasearch , it is necessary to follow up the deeper reasearch in a longer periode in the future time.

Literature List : 28 (1989 - 2000)

"
2000
T1096
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vonny Hamzah
"Setelah berdiri sekitar 80 tahun, pimpinan Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan pada tahun 1999 ingin merubah citranya dari Rumah Sakit Bersalin bagi golongan menengah ke bawah menjadi Rumah Sakit Bersalin untuk semua lapisan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut Rumah Sakit Bersalin Jakarta harus merancang strategi yang tepat pada waktu yang akan datang dengan meningkatkan mutu layanannya. Dengan mutu layanan yang baik pasien akan merasa puas dengan layanan yang diberikan di Rumah Sakit Bersalin.
Untuk meningkatkan mutu rumah sakit bersalin tidaklah mudah karena terkait dengan banyak hal. Baik tidaknya mutu sangatlah dipengaruhi sumber daya Rumah Sakit Bersalin yaitu antara lain tenaga, pembiayaan dan teknologi yang digunakan.
Tenaga medis dan non medis merupakan sumber daya manusia yang perlu diperhatikan untuk dapat meningkatkan mutu pelayanan, disini mereka berkedudukan sebagai pelanggan internal bagi pihak Rumah Sakit Bersalin. Dalam pendekatan TQM, kualitas ditentukan oleh pelanggan dan TQM diarahkan pada suatu tujuan utama yaitu terciptanya kepuasan pelanggan, termasuk kepuasan pelanggan internal. Untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat kepuasan pelanggan internal maka harus dilakukan survei kepuasan kerja.
Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang, populasinya adalah bidan yang langsung melayani pasien dengan asumsi bahwa kepuasan kerja bidan yang langsung melayani pasien sangat panting diukur mengingat kinerja dan mutu layanan yang diberikannya secara langsung dapat mempengaruhi kepuasan pasien. Sampel yang diambil sebanyak 49 orang dan merupakan total populasi yang ada. Penelitian berlangsung dari bulan Februari - Maret 2000.
Kepuasan kerja diukur dengan melihat aspek-aspek kebutuhan akan existence, relatedness, dan growth, menurut teori ERG yang dikemukakan oleh Alderfer (Robbins, 1998) dan dihubungkan dengan faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu karakteristik individu (umur, pendidikan, status perkawinan, dan masa kerja), karakteristik pekerjaan (penghasilan/gaji dan jam kerja), kondisi fisik dan kepemimpinan atasan (tim keperawatan, bidan kontrol dan kepala ruangan) (Wexley dan Yulk, 1977). Pengukuran kepuasan kerja dilakukan dengan metode summation score.
Dengan uji korelasi ditemukan adanya hubungan yang positif dan bermakna secara statistik antara masa kerja, penghasilan, kondisi fisik dan kepemimpinan dari kepala ruangan dengan kepuasan kerja. Hubungan yang negatif dan bermakna secara statistik didapatkan antara jam kerja dengan kepuasan kerja. Kepuasan kerja tertinggi adalah kepuasan dari aspek kebutuhan akan keterikatan dengan rerata 73%.
Faktor yang mempunyai hubungan yang kuat dengan kepuasan dan dapat digunakan untuk memprediksi kepuasan bidan adalah jam kerja, kepemimpinan dari kepala ruangan dan kondisi fisik. Dalam mengekspresikan ketidakpuasannya bidan memiliki reaksi voice yaitu secara aktif dan konstruktif berusaha memperbaiki keadaan, termasuk memberikan saran-saran perubahan, mengadakan diskusi dengan tim keperawatan. Hal ini terlihat dari saran yang diberikan terhadap pengaturan jam kerja dan kondisi fisik dari Rumah Sakit Bersalin Budi Kemuliaan.

Midwife's Working Satisfaction in Budi Kemuliaan Maternity Hospital of Central Jakarta 2002After being established 80 years ago, Director of Budi Kemuliaan Maternity Hospital, in 1999 wanted to change its image from segment of Middle and Low Hospital into all segments (Low - Middle - Middle up). To reach this, management of hospital should design the right strategy for the future by promoting the service quality so that patients will be satisfied with their services.
It is not easy to promote the service quality of maternity hospital since it relates to many factors. Its good and bad service is influenced by the resources of hospital such as: manpower, financing and technology applied. Medical manpower and non medical manpower are the resources that should be attended to increase the service quality, in other words, they become internal customer for Maternity Hospital. In TQM approach, Quality orientates to customers. TQM focuses in the main objective that is the existence of customer satisfaction, including internal customer. In this case, to obtain the illustration of internal customer satisfaction, there must be performed the study of working satisfaction.
The population of this study is midwife who immediately serves the patient. It is very important to evaluate the performance and service quality given by the midwife which is able to influence the satisfaction of patient?s right away. The total sample of respondent is 49 persons and the method used is the design of Cross Sectional. This research lasted from February - March 2002.
Working satisfaction is surveyed by examining aspects of need such as existence, relatedness and growth based on the theory of ERG, illustrated by Alderfer (Robbins, 1998) and related to the factor influencing the working satisfaction. Those are individual characteristics (age, education, marital status and the length of service), working characteristic (salary and duration of working), physical condition and supervisor leadership (Wexley and Yulk, 1977). Next, it will be surveyed by using Summation Score Method (Robbins, 1998)
The result of research, there are statistically the positive correlation among length of service, salary, physical condition and leadership of room chief. The working satisfaction is verified by using the correlation test and the result is that there is positive correlation. It means that the above factor is increasing, Midwife is more satisfied too. Statistically negative correlation is resulted from working hours and satisfaction. The longer, the working hours are used by Midwife, the more unsatisfied. The satisfaction of relatedness need becomes the highest satisfaction by 73%.
The strongest factor relating to the satisfaction are consecutively working hour, leadership of room chief and physical condition. Those factors are able to predict the working satisfaction for Midwife in Budi Kemuliaan Maternity Hospital Center of Jakarta in 2002. In expressing her unsatisfaction, Midwife reacts by reproducing the voice which the advices of changing by conducting the discussion with Midwife team, it is shown from the advices given for the working time and physical condition of Budi Kemuliaan Maternity Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10688
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khairina
"This thesis concern about information how advocacy program by a midwife is well done in RS Hermina Depok. The information consist of how the obstetrician services by midwife, how provocation by a midwife to the characteristics of pregnant women, how service in the other units, how the relationship between midwife advocacy and the decision of a patients to give birth in RS Hermina Depok. The research of this thesis has done in better way and quantitative approach. An advocacy program has a tendency to decide on childbirth. An advocacy program of a midwife only asked about condition of pregnancy and a midwife rarely to explain the hospital facility to the pregnant mothers. The description of service image by obstetrician of the respondents (a mother who is advocated) by a midwife, the characteristics consist of the average of age of patient is 30 years, education level is university graduate, working, payment by out of pocket (herself), the give birth more than 1 times, family income average Rp.7.960.000, independent social influence, ease accessibility. In this case difference decesion of patient to give birth is good service and poor service of the hospital. Advocacy of midwives have a tendency to decide of childbirth in RS Hermina Depok o 3.4 times compared than the assumption of low advocacy by midwife.

Tesis ini membahas bagaimana program advokasi bidan di jalankan di RS Hermina Depok, bagaimana layanan dokter kebidanan oleh bidan, bagaimana karakteristik ibu hamil yang di advokasi oleh bidan, bagaimana pelayanan di unit lain, bagaimana hubungan advokasi bidan dengan keputusan pasien untuk melahirkan di RS Hermina Depok. Penelitian ini dilakukan secara krosceksional dan pendekatan kuantitatif. Program Advokasi bidan memiliki kecenderungan untuk memutuskan persalinan. Program Advokasi Bidan yang sering dijalankan adalah menanyakan usia kehamilan dan yang jarang dilakukan adalah menjelaskan fasilitas RS kepada Ibu Hamil. Gambaran persepsi layanan Dokter Kebidanan pada responden (ibu yang diadvokasi) oleh Bidan adalah Baik dengan Karakteristik umur rata-rata 30 tahun, Tingkat pendidikan diatas D3, bekerja, dengan Biaya sendiri, bersalinan Lebih dari 1 kali, penghasilan Rp 7.960.000, tidak mendapatkan pengaruh sosial, Aksesibiliti mudah. Terdapat perbedaan keputusan persalinan yang menganggap pelayanan RS Baik dan kurang baik. Advokasi bidan memiliki kecenderungan untuk memutuskan persalinan di RS Hermina Depok sebesar 3,4 kali dibanding yang mengganggap advokasi bidan rendah."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
T30279
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riduwan
"Cakupan K4 menggambarkan tingkat perlindungan yang diberikan oleh tenaga kesehatan kepada ibu hamil. Pencapaian cakupan K4 di Kabupaten Bengkulu Selatan tahun 2012 sebesar 84,17%, ini jauh dibawah target. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi cakupan K4 oleh bidan di desa di Kabupaten Bengkulu Selatan Tahun 2012. Desain penelitian adalah cross sectional. Sampel adalah seluruh bidan di desa di Kabupaten Bengkulu Selatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, variabel yang berpengaruh adalah lama kerja, pembinaan kelompok KIA, dan sarana. Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi program KIA perlu ditingkatkan kualitasnya. Bidan perlu dibekali alat yang lengkap dan sesuai standar.

Coverage of K4 describes the performance of midwives at the village level. Achievement of K4 coverage in South Bengkulu in 2012 was 84,17 %. Below the target. This study is aiming at determining the factors that effect the coverage of K4 by a midwife in South Bengkulu. This cross sectional study covered all midwives in South Bengkulu as samples.
The study revealed that length of employment, coaching for MCH groups and equipment were significantcy related to the K4 achivement. Implementation of the monitoring and evaluation of MCH programs need to be improved. Midwives need to be equipped with a complete set of tools and standards.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35329
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Machdalena
"Masalah kesehatan ibu pada saat ini masih merupakan tantangan yang cukup besar di Indonesia. Tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) sebesar 373/100.000 kelahiran hidup (SKRT 1995) merupakan angka yang tertinggi untuk negara-negara di lingkungan ASEAN. Pada tahun 1999 kematian ibu bersalin di Padang juga masih cukup tinggi yaitu 135/100.000 kelahiran hidup. Angka ini sudah berada dibawah angka nasional, tapi masih jauh lebih tinggi dibanding negara ASEAN lainnya. Kematian ini paling banyak terjadi akibat komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Dilihat dari penyebab kematian, pelayanan antenatal yang baik dapat memperbaiki keadaan ini. Pelayanan antenatal di Padang terutama dilaksanakan oleh bidan yaitu sekitar 78.84% dan pertolongan persalinan 98.7% sudah dilaksanakan oleh tenaga kesehatan.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi bidan dalam melaksanakan layanan antenatal yang sesuai dengan standar. Faktor yang diteliti adalah faktor internal pada bidan yang terdiri dari pendidikan, pelatihan, sikap, motivasi, dan lama kerja, sedangkan faktor eksternal yang diteliti adalah komitmen atasan, kelengkapan sarana dan penerimaan lingkungan. Kedua faktor ini merupakan variabel bebas, sedangkan variabel terikat adalah pelayanan antenatal oleh bidan. Disain penelitian yang dipakai adalah cross sectional. Data dianalisis dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Dari hasil analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara pendidikan, sikap, dan kelengkapan sarana dengan pelayanan antenatal yang sesuai dengan standar. Dengan analisis multivariat didapatkan hubungan yang kuat antara sarana dengan pelayanan antenatal yang sesuai.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan institusi pendidikan bisa lebih mendidik siswa dalam mengembangkan rasa tanggung jawab dan profesionalisme sehingga nanti mereka bisa bekerja dengan lebih baik. Dinas Kesehatan Kota dan Puskesmas diharapkan bisa memberikan pembinaan lebih baik kepada petugas dan memperhatikan keadaan sarana pelayanan kesehatan sehingga pelayanan kesehatan yang bermutu bisa didapatkan oleh masyarakat. Dengan pelayanan kesehatan yang baik diharapkan angka kematian ibu bisa ditekan serendah mungkin.

Mother health problem is still a big challenge in Indonesia. The high Mother Mortality Rate (MMR), 375/100.000 of living births (SKRT, 1995) is the highest among ASEAN countries. In 1999, MMR in Padang is about 135/100.000 living births. This rate is below national's MMR, but still the highest among ASEAN countries. Caused of the death is due to complication during pregnancy, at the birth and recovery period. Problem could be solved by standardized antenatal care. In Padang, 78.84% of antenatal care is provided by midwives, and birth services are done by health providers.
The purpose of this research is to know that internal and external factors affected to the midwives doing standardized antenatal care. The research design is a cross sectional. All the data was analyzed through univariate, bivariate and multivariate analysis. The results of bivariat analysis showed that the education, attitude, and facility are correlated to standardized antenatal care. The results of multivariat analysis indicated that the most affected variable to standardized antenatal care is facility.
From the result of this research, it's recommended to educational institution to lead the students to improve their responsibility and professionalism for their work in the future. City Health Department and Health Centers are expected to guide the providers of antenatal care intensive and attentively, preparing good facility of health services for the high quality of health care. By doing the quality of health services, MMR could be reduced as low as it could be.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4460
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>