Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 39611 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marasabessy, Nabila, author
"ABSTRAK
Kelangkaan dan pencemaran air bersih masih menjadi masalah. Daur ulang air dengan melakukan pengolahan tersier efluen IPAL dapat menciptakan keberlanjutan penyediaan air bersih, pengelolaan air limbah, dan pengurangan kebutuhan pengambilan sumber air baku dari badan air. Saat ini, WWTP 2 Jababeka belum memiliki fasilitas pengolahan tersier air limbahnya. Oleh karena itu, penelitian ini menggunakan pengolahan karbon aktif bertujuan untuk mengetahui efisiensi unit karbon aktif untuk mengolah efluen WWTP 2 Jababeka dengan mengetahui pengaruh dosis dan waktu kontak optimum karbon aktif, mengetahui efisiensi pengolahan efluen WWTP 2 Jababeka pada skala pilot, dan merencanakan penerapan skala penuh. Penelitian ini menggunakan batch skala laboratorium dan continuous skala pilot dengan parameter pH, COD, BOD, TSS, kekeruhan, dan fecal coliform. Waktu kontak dan dosis optimum berdasarkan uji batch adalah 6,5 menit dan 45 gram/Liter berturut-turut. Pengujian skala pilot menunjukkan persentase penyisihan COD, BOD, kekeruhan, dan fecal coliform sebesar 29 , 28 , 55 , dan 48 berturut-turut. Namun, pengolahan ini belum memenuhi baku mutu air kelas 1 menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 dan air minum menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990.

ABSTRACT
Scarcity and pollution of clean water are still problem in water supply. Water recycling with tertiary treatment of WWTP effluent can create sustainable water supply, wastewater management, and reduction of the need for raw water sources from water bodies. Currently, WWTP 2 Jababeka does not have tertiary treatment facility yet. Therefore, this research uses activated carbon treatment aiming to estimate activated carbon unit efficiency to treat its effluent with determine the optimum dose and contact time, to estimate removal efficiency, and to design a full scale treatment unit. This research uses laboratory scale batch and pilot scale column with pH, COD, BOD, TSS, turbidity, and fecal coliform as key parameters. The optimum contact time and dose based on the batch test are 6.5 minutes and 45 grams Liter respectively. The pilot scale test shows that the percentages of COD, BOD, turbidity, and fecal coliform removal are 29 , 28 , 55 , and 48 respectively. However, this treatment does not yet meet the standardized clean water of class 1 according to Government Regulation No. 82 2001 and the drinking water according to Minister of Health Regulation No. 416 1990."
2017
S67349
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Lestari Putri
"ABSTRAK
Kualitas air Waduk Jatiluhur sebagai air baku Kawasan Industri Jababeka semakin menurun sehingga mengakibatkan beban pengolahan Water Treatment Plant (WTP) Jababeka semakin berat dan biaya pengolahan menjadi semakin tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peluang penerapan daur ulang air berdasarkan perbandingan kualitas air baku dan air efluen pengolahan air limbah serta menentukan teknologi daur ulang air yang paling sesuai untuk diterapkan. Perbandingan kualitas air berupa pH, BOD, COD, TSS, dan fecal coliform dilakukan menggunakan grafik box & whisker plot dan uji statistik t-test. Perbandingan pada parameter BOD dan fecal coliform menunjukkan hasil yang tidak berbeda signifikan, sedangkan perbandingan pada parameter pH, COD dan TSS menunjukkan hasil yang berbeda signifikan. Namun, nilai TSS pada efluen Wastewater Treatment Plant (WWTP) jauh lebih baik dibanding dengan influen WTP. Oleh karena itu, daur ulang air limbah berpeluang lebih besar untuk diterapkan. Tiga teknologi daur ulang air terpilih, yaitu reverse osmosis, ultrafiltrasi, dan activated carbon + klorinasi dibandingkan dengan beberapa parameter perbandingan, yaitu kebutuhan energi, biaya konstruksi, biaya operasional dan perawatan, kebutuhan lahan, dan efisiensi penyisihan dengan bobot sebesar 28%, 25%, 23%, 13%, dan 11% berturut-turut. Perbandingan teknologi daur ulang air dilakukan menggunakan metode ranking. Berdasarkan metode tersebut, teknologi reverse osmosis, ultrafiltrasi, dan activated carbon+klorinasi masing-masing mendapatkan skor 1,51; 2,13; dan 2,23 berturut-turut sehingga teknologi activated carbon + klorinasi menjadi teknologi yang paling sesuai untuk diterapkan.

ABSTRACT
Water quality of Jatiluhur Reservoir as raw water for Jababeka Industrial Estate is decreasing and resulting the processing load of Water Treatment Plant (WTP) Jababeka to be heavier and higher in processing costs. This study is aimed to assess the opportunities of applying water recycling based on comparison between raw water and effluent of wastewater and to determine the most appropriate technology to be applied. Comparisons of water quality, such as pH, BOD, COD, TSS and fecal coliform was performed using box and whisker plot graphs and statistical t-test. Comparison of BOD and fecal coliform showed results that did not differ significantly, whereas the comparison of pH, COD and TSS showed significantly different results. However, the value of TSS in effluent of Wastewater Treatment Plant (WWTP) is much better than influent of WTP. Therefore, wastewater recycling has greater opportunity to be applied. Three water recycling technology were chosen, namely reverse osmosis, ultrafiltration, and activated carbon + chlorination compared by some parameters of comparison, which are energy requirement, construction cost, operating and maintenance cost, land requirement, and removal efficiency with weights of 28%, 25%, 23%, 13% and 11% respectively. Comparison of water recycling technology was done using ranking method. Under this method, reverse osmosis, ultrafiltration, and activated carbon + chlorination get score 1,51; 2,13; and 2,23 respectively so that activated carbon + chlorination technology is the most appropriate technology to be applied."
2016
S65479
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilyana Bela Islami
"ABSTRAK
Klorinasi adalah pengolahan air limbah tersier yang berfungsi untuk menginaktivasi patogen dan zat organik yang umumnya diletakkan pada unit terakhir WWTP dan WTP. Terdapat dua jenis klorinasi, yaitu klorinasi satu tahap OSC dan klorinasi dua tahap TSC . Tujuan dari penelitian ini adalah membandingkan efisiensi penyisihan total koliform dan zat organik pada metode OSC dan TSC untuk menghasilkan air baku untuk air bersih. Variabel bebas dari penelitian ini adalah dosis optimum, waktu interval, dan rasio dosis pembubuhan desinfektan. Klorinasi dilakukan dengan sistem batch dan skala laboratorium pada sampel yang berasal dari efluen WWTP 2 Jababeka yang telah mengalami proses adsorpsi karbon aktif. Desinfektan yang digunakan adalah Ca OCl2 . Hasil menunjukkan bahwa dosis optimum OSC sebesar 80 mg/L. Sedangkan, kondisi optimum pada TSC dicapai pada rasio pembubuhan 5:1 dan waktu interval 50 detik. Dibandingkan dengan OSC, TSC dapat meningkatkan efisiensi untuk parameter COD, BOD, zat organik KMnO4 , dan total koliform berturut-turut sebesar 12 , 35 , 24 , dan 0,39-log reduction. Akan tetapi, metode OSC dan TSC tidak memengaruhi konsentrasi amonia secara signifikan. TSC dapat mereduksi pembentukan THM hingga 13 . Menurut PP No. 82 Tahun 2001 Kelas I, parameter COD dan BOD belum memenuhi baku mutu, tetapi untuk parameter total koliform telah memenuhi baku mutu. Sedangkan menurut Permenkes No. 416 Tahun 1990 tentang Kualitas Air Bersih, parameter zat organik dan total koliform pada air perpipaan belum memenuhi baku mutu, tetapi total koliform untuk air bukan perpipaan telah memenuhi baku mutu. Dengan demikian, efluen TSC tidak dapat digunakan sebagai air bersih secara langsung dan diperlukan pengolahan terlebih dahulu sebelum konsumsi melalui WTP 2 Jababeka.

ABSTRACT
Chlorination is tertiary wastewater treatment to inactivate pathogen and remove organic substances, where generally placed on the last unit in WWTP and WTP. There are two methods of chlorination, namely One step Chlorination OSC and Two step Chlorination TSC . The purpose of this research was to compare disinfection efficiency of total coliform and organic substances in effluent of OSC and TSC, in order to produce raw water for clean water. Independent variables of this research were dosage, time interval, and dosage ratio of disinfectant. Chlorination were demonstrated in batch system and laboratory scale for effluent of WWTP 2 Jababeka, which had adsorption beforehand. Ca OCl2 was used as disinfectant substance. Results showed that the optimum dosage for OSC is 80 mg L. Meanwhile, TSC attained its highest effiency at time interval of 50s and dosage ratio of 5 1. Compared to OSC, TSC could enhance disinfection efficiency for COD, BOD, organic matter KMnO4 , and total coliform up to 12 , 35 , 24 , and 0,39 log reduction respectively. However, OSC and TSC did not significantly affect ammonia concentration. Also, THM formation could be reduced up to 13 by using TSC method. According to Government Regulation No.82 2001 for Class I, COD and BOD have not met the quality standards, however total coliform has fulfilled the standards. Whereas, according to Minister of Health Regulation No. 416 1990 for Quality of Clean Water, organic matter and total coliform for pipeline water did not met the standards. However, total coliform for water non piped water has complied the standard. Thus, efluent of TSC can not be directly used for clean water in public use and required processing before consumption through WTP 2 Jababeka."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Ghina Octaviani Minhaj
"Dalam rangka pengendalian pencemaran lingkungan, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) memegang peranan penting dalam mengolah air limbah agar sesuai dengan baku mutu sebelum di buang ke lingkungan. Akan tetapi tidak semua IPAL telah bekerja secara maksimal sehingga evaluasi secara berkala harus dilakukan untuk mengetahui masalah dan upaya apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas pengolahan IPAL tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi terhadap IPAL 1 Jababeka yang berfungsi untuk mengolah air limbah pada Kawasan Industri 1 dan Kawasan Industri 7 yang berada di dalam Kawasan Industri Jababeka (KIJ). Evaluasi dilakukan dengan membandingkan efisiensi pengolahan aktual dengan literatur terkait, selain itu evaluasi juga dilakukan terhadap parameter desain dan standar operasional prosedur (SOP). Selain itu, evaluasi juga dilakukan dengan melakukan simulasi proses dan opeasi IPAL dengan menggunakan perangkat lunak STOAT. Hasil pengujian menunjukkan bahwa untuk efisiensi penyisihan IPAL 1 Jababeka pada pengolahan primer diperoleh nilai efisiensi BOD 50%; efisiensi COD 20,5% dan efisensi TSS 18,45%, pada pengolahan sekunder diperoleh nilai efisiensi penyisihan BOD 80%; efisiensi COD 91,22% dan efisiensi TSS 95,24% serta efisiensi IPAL secara keseluruhan adalah sebesar BOD 90%; efisiensi COD 93,02% dan efisiensi TSS 96,12%. Berdasarkan nilai tersebut diketahui bahwa masih perlu dilakukan peningkatan efisiensi dari unit-unit pengolahan IPAL 1 Jababeka. Parameter desain dari unit pengolahan IPAL 1 Jababeka juga belum seluruhnya memenuhi kriteria desain hal ini dikarenakan desain IPAL yang ada saat ini diperuntukan untuk mengolah air limbah dengan debit sebesar 18.000 m3/hari sedangkan rata-rata air limbah yang diolah oleh IPAL 1 Jababeka saat ini adalah sebesar 12.431 m3/hari. Berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya juga dilakukan permodelan dengan menggunakan STOAT untuk mengetahui parameter apa saja yang paling signifikan dalam peningkatan efisiensi pengolahan IPAL yang kemudian diketahui bahwa debit air limbah merupakan parameter paling signifikan dalam mempengaruhi efisiensi penyisihan parameter TSS dan BOD.

In order to control the environmental pollution, wastewater treatment plant (WWTP) plays an important role in treating the wastewater to meet the quality standards before discharged to environment. However, not all WWTP have worked optimally so periodic evaluation must be carried out to find out the problem and effort can be made to improve the quality of WWTP treatments, this study conducted an evaluation of Jababeka’s WWTP 1 that fuctions to treat wastewater of Industrial Zone 1 and Industrial Zone 7 at Jababeka Industrial Estate (KIJ). Evaluation is conducted by comparing the actual process efficiency with related literature, in addition the evaluation is also carried out on design parameters and standard operational procedures (SOP). In addition, the evaluation was also conducted by simulating the process and operation of WWTP using STOAT software.The test results show that the removal efficiency for BOD, COD and TSS at primary treatment are 50%, 20.5% and 18.45% respectively, at secondary treatment are 80%, 91.22% and 95.24% respectively and WWTP’s overall efficiency are 90%, 93.02% and 96.12% respectively. Based on this result, it can be inferred that is still necessary to increase the removal efficiency of these unit. The design parameters of Jababeka’s 1 WWTP treatment units also do not fully meet the design criteria because the existing WWTP design is intended to treat wastewater with a discharge of 18,000 m3/day while the average wastewater treated by Jababeka’s 1 WWTP currently is amounting 12,431 m3/day. Based on the data obtained thereafter also carried out modeling using STOAT to find out which parameters are the most significant in increasing the efficiency of WWTP treatment which later found that the discharge of wastewater is the most significant in order to remove the TSS and BOD parameter."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kintan Akila Naurelia
"Mikroplastik merupakan merupakan fragmen dari plastik yang terdegradasi dan memiliki ukuran yang sangat kecil yaitu kurang dari 5 mm dan dapat terakumulasi pada air dan sedimen. Akumulasi mikroplastik dapat menyebabkan pencemaran pada badan air yang juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia. Dari segi pencemaran mikroplastik di badan air, IPAL menjadi salah satu instrumen penting dalam mencegah terlepasnya mikroplastik ke lingkungan. Penelitian kali ini berfokus pada salah satu IPAL di Jakarta Selatan yaitu SPAL Interceptor Waduk Brigif yang menggunakan pengolahan biologis dengan teknologi Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) yang memiliki sumber air limbah grey water. Grey water merupakan air limbah yang berasal dari kegiatan mencuci dan mandi yang langsung dibuang ke saluran drainase maupun perairan umum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan, karakteristik berdasarkan bentuk, warna, ukuran, dan material, mengukur efisiensi penyisihan mikroplastik pada unit di SPALD Interceptor Waduk Brigif, serta melakukan korelasi antara kelimpahan mikroplastik dengan parameter insitu dan kandungan solid. Objek penelitian ini adalah air limbah dan sedimen lumpur yang diambil dari 5 titik yaitu inlet, bak ekualisasi, kolam MBBR, bak sedimentasi, dan kolam outlet. Pengujian analisis kelimpahan mikroplastik dilakukan dengan metode NOAA. Sementara itu, untuk mengetahui jenis polimer mikroplastik dilakukan uji FTIR. Total kelimpahan mikroplastik pada inlet di hari kerja dan libur berada di angka 942 partikel/L dan 675 partikel/L. Sedangkan, pada outlet hari kerja dan libur berturut-turut berada di angka 290 partikel/L dan 211 partikel/L. Sehingga, didapatkan total efisiensi penyisihan mikroplastik dari kedua hari sebesar 69%. Sedangkan, pada lumpur total kelimpahan mikroplastik pada hari kerja dan libur berturut-turut berada di angka 954 partikel/100 gram dan 939 partikel/100 gram. Identifikasi jenis dikategorikan menjadi beberapa bentuk yaitu foam, fragment, fiber, film, dan microbead dengan jenis yang mendominasi adalah fragment. Identifikasi warna dibagi menjadi 6 warna yaitu putih dan transparan, kuning, merah, biru, hijau, dan hitam dengan warna yang mendominasi adalah hitam. Material polimer yang ditemukan pada sampel adalah PVFM, PVB, PVA, Silikon, dan POM. Kandungan solid terbukti memiliki korelasi yang kuat terkait kelimpahan mikropastik yang terdapat pada air limbah.

Microplastics Microplastics are fragments of degraded plastic that are very small, measuring less than 5 mm, and can accumulate in water and sediments. The accumulation of microplastics can cause pollution in water bodies and may lead to health issues in humans. Regarding microplastic pollution in water bodies, wastewater treatment plants (WWTP) are crucial in preventing the release of microplastics into the environment. This study focuses on one of the WWTP in South Jakarta, specifically the SPALD Interceptor Waduk Brigif, which uses biological treatment technology known as the Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) and sources its grey water wastewater. Grey water is wastewater from activities like washing and bathing, which is directly discharged into drainage systems or public waters. The aim of this research is to determine the abundance and characteristics of microplastics based on shape, color, size, and material, measure the microplastic removal efficiency at the SPALD Interceptor Waduk Brigif unit, and correlate the abundance of microplastics with in-situ parameters and solid content. The study objects are wastewater and sludge sediment collected from five points: the inlet, equalization tank, MBBR pond, sedimentation tank, and outlet pond. The analysis of microplastic abundance was conducted using the NOAA method, while FTIR testing was performed to identify the polymer types of microplastics. The total abundance of microplastics at the inlet on working days and holidays was 942 particles/L and 675 particles/L. At the outlet, the abundance was 290 particles/L and 211 particles/L on working days and holidays, resulting in a total microplastic removal efficiency of 69%. In the sludge, the total abundance of microplastics on working days and holidays was 954 particles/100 grams and 939 particles/100 grams. The identification of microplastic types was categorized into several shapes: foam, fragment, fiber, film, and microbead, with fragments being the most dominant. The identification of colors was divided into six categories: white and transparent, yellow, red, blue, green, and black, with black being the most dominant. The polymer materials found in the samples were PVFM, PVB, PVA, silicone, and POM. Solid content was proven to have a strong correlation with the abundance of microplastics in wastewate."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Balqis Dzakiyah Amany
"Peningkatan kebutuhan air bersih berbanding lurus dengan peningkatan jumlah air limbah yang dihasilkan. Pada umumnya, di Indonesia greywater hanya akan dibuang menuju drainase. Lahan basah buatan merupakan salah satu teknologi konvensional yang dapat mengolah greywater. Pengolahan dengan sistem lahan basah buatan dapat menjadi alternatif untuk mengolah greywater menjadi air baku. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kemampuan serta pengaruh organic loading rate terhadap efektivitas lahan basah buatan dengan kombinasi Canna indica dan Phragmites karka dalam mendegradasi TSS, BOD5, COD, NH4-N, dan Fecal coliform dalam greywater. Penelitian ini menggunakan jenis lahan basah buatan aliran horizontal bawah permukaan dengan sistem batch dengan kombinasi media kerikil, pasir silika, arang, dan tanah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lahan basah buatan dengan kombinasi tanaman Canna indica dan Phragmites karka mampu mencapai efisiensi penyisihan polutan sebesar 88% untuk BOD, 71% untuk COD, 86% untuk TSS, 95% untuk amonia, dan 96% untuk Fecal coliform. Organic loading rate yang diterima oleh lahan basah tidak memberikan pengaruh signifikan terhadap kinerja lahan basah. Berdasarkan hasil tersebut, lahan basah buatan dengan kombinasi Canna indica dan Phragmites karka memiliki kinerja yang efektif dalam menurunkan polutan TSS, BOD5, COD, amonia, dan Fecal coliform.

The increase in the need for clean water is followed by an increase in the amount of wastewater produced. Generally, in Indonesia, greywater will only be discharged into drainage. Constructed wetland is one of the conventional technologies that can treat greywater. Treatment with an constructed wetland system can be an alternative to processing greywater into raw water. The purpose of this study was to analyze the ability and effect of organic loading rate on the effectiveness of constructed wetlands with a combination of Canna indica and Phragmites karka in degrading TSS, BOD5, COD, NH4-N, and Fecal coliform in greywater. This study uses horizontal subsurface flow constructed wetland with a batch system with a combination of gravel, silica sand, charcoal, and soil media. The results of this study indicate that the constructed wetlands with the combination of Canna indica and Phragmites karka were able to achieve pollutant removal efficiency of 88% for BOD, 71% for COD, 86% for TSS, 95% for ammonia, and 96% for Fecal coliform. The organic loading rate received by the wetland does not have a significant effect on the performance of the wetland. Based on these results, an constructed wetland with a combination of Canna indica and Phragmites karka has an effective performance in reducing TSS, BOD5, COD, ammonia, and Fecal coliform."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lady Chair Raza
"Proses produksi industri perminyakan terdiri dari proses primer dan proses sekunder yang menghasilkan limbah dengan kandungan fenol dan COD tinggi dengan konsentrasi berkisar antara 200,23-329,73 mg/L dan 960,24-1.196,58 mg/L. Adsorpsi merupakan salah satu alternatif pengolahan fisik untuk mengurangi zat pencemar di dalam air limbah yang memiliki desain sederhana dan mudah dalam pengoperasiannya. Pada penelitian ini, percobaan adsorpsi dilakukan secara batch dan kontinyu. Dari hasil penelitian, adsorpsi secara batch dapat mengurangi konsentrasi fenol dan COD mencapai 99,93% dan 94,49% dengan kombinasi dosis adsorben dan waktu kontak optimum 40 g/L dan 95 menit. Pada percobaan kontinyu didapatkan persentase penyisihan fenol 100-56%, COD 97-48%, amonia 100-71%, sulfida 100-5% dalam waktu operasi 235 jam. Efisiensi regenerasi dengan ethanol 100% untuk fenol dan 70% untuk COD. Data equilibrium adsorpsi fenol dan COD menunjukkan kecocokan dengan model isotherm Langmuir dan Freundlich. Data kinetika adsorpsi menunjukkan kecocokan dengan pseudo-second order model dengan nilai laju kinetika kfenol=1,247 g/mg/menit dan kCOD=0,0082 g/mg/menit. Aplikasi di lapangan membutuhkan 2 unit kolom adsorpsi dan 1 unit cadangan, dengan diameter 2 m dan tinggi total 6,5 m.

The production process of petroleum industry consists of primary processing and secondary processing that produce waste with a high content of phenol and COD concentrations ranging between 200,23-329,73 mg/L dan 960,24-1.196,58 mg/L. Adsorption is a physical treatment alternative for reducing pollutants in wastewater which has a simple design and easy in operation. In this study, the adsorption experiments performed in batch and continuous. From the result of this research, batch adsorption can reduce the concentration of phenol and COD in wastewater of petroleum industry up to 99,93% and 94,49% with a combination of adsorbent dosage and optimum contact time each of 40 g/L and 95 minutes. he continuous experiments removed 100-56% of phenol, 97-58% of COD, 100-71% of ammonia, 100-5% sulfide in 235 hours operation. Efficiency of regeneration using ethanol up to 100% of phenol and 70% of COD. Adsorption equilibrium data of phenol and COD were best fitted by Langmuir and Freundlich isotherm models. Adsorption kinetics data were best fitted by the pseudo-second order kinetics model with a rate value kfenol=1,247 g/mg/menit and kCOD=0,0082 g/mg/menit. Applications in the field required 2 column adsorption units and 1 reserve unit with a diameter of 2 m and a total height of 6,5 m.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S59437
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sutan Hamda R
"ABSTRAK
Kebutuhan air bersih untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Muara
Karang cukup besar, sehingga diperlukan daur ulang untuk membantu mengatasi
kebutuhan air. Debit air yang didaur ulang sebesar 285 m3/hari. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mendapatkan hasil efluen Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL) PLTU sehingga didapatkan perencanaan daur ulang yang sesuai. Daur
ulang tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan air servis, hidran, dan
cadangan air pada PLTU Muara Karang. Hasil uji laboratorium efluen IPAL
PLTU Muara Karang yang tidak memenuhi baku mutu kelas II PP No. 82 Tahun
2001, yaitu TSS sebesar 67,5 ppm, BOD sebesar 4,76 ppm, dan COD sebesar 82,6
ppm sehingga diperlukan proses daur ulang untuk memenuhi kualitas air yang
sesuai dengan baku mutu. Terdapat tiga unit daur ulang, yaitu reverse osmosis,
ultrafiltrasi, dan mikrofiltrasi . Pemilihan unit daur ulang dari ketiga unit tersebut
ditentukan dengan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dengan kriteria
pemilihan berupa teknologi, ekonomi, dan lingkungan serta subkriteria
kemudahan operasional, keandalan proses, biaya konstruksi, biaya operasional
dan pemeliharaan, serta recovery product. Hasil pemilihan dengan metode AHP
menunjukkan unit daur ulang mikrofiltrasi merupakan unit yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan air servis, hidran, dan cadangan dengan total skor tertinggi.

ABSTRACT
Clean water needs of Steam Power Plant Muara Karang is large enough so water
recycle is needed to help fulfill water needs. The discharge is 285 m3/day. The
purpose of the study is to obtain the results of waste water treatment plant effluent
to find the appropriate recycling plan. The recycled water is used to meet the
needs of services, hydrants, and water reserves in Muara Karang power plant.
Laboratory test results WWTP effluent Steam Power Plant Muara Karang that
does not meet the quality standard of Grade II PP No. 82 Tahun 2001, which is
amount 67,5 ppm TSS, BOD at 4,76 ppm and at 82,6 ppm COD so recycling is
needed. Selection of three recycling units selected from the reverse osmosis,
ultrafiltration, and microfiltration were conducted with Hierarchy Analytical
Process (AHP) with the selection criteria in the form of technology, economy, and
environment and then with sub-criteria of operational convenience, reliability
process, the cost of construction, operation and maintenance costs, and recovery
product . The results of the election showed AHP recycling microfiltration unit is
the right unit to meet the needs of water services, hydrants, and backup with the
highest total score."
2014
S54595
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Akira Oscar Oentaryo
"Saat ini, kondisi danau-danau yang ada sudah tidak lestari. Salah satu danau sudah tidak lestari lagi adalah danau-danau yang berada di kawasan Universitas Indonesia. Danau-danau tersebut mengalami pendangkalan, pencemaran, dan serangan gulma air. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di kawasan dan sekitar Universitas Indonesia mengakibatkan jumlah kebutuhan air meningkat, demikian pula jumlah limbah juga meningkat. Penelitian ini mengevaluasi pengaruh karbon aktif pada metode vermibiofiltrasi untuk pengolahan air danau. Pengaruh karbon aktif dari pengolahan air pada metode vermibiofiltrasi dianalisis berdasarkan beda persentase reduksi (%R) COD, TDS, dan turbiditas serta pH. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan karbon aktif pada metode vermibiofiltrasi untuk pengolahan air danau dapat meningkatkan efektivitas pada metode tersebut. Peningkatan laju alir juga akan menurunkan kinerja karbon aktif. Namun metode vermibiofiltrasi dengan menggunakan karbon aktif saat laju alir terbesar memberikan hasil terbaik dengan reduksi COD sebesar -1,22% , reduksi TDS sebesar -3,88% dan reduksi turbiditas -0,57%. Saat ini, kondisi danau-danau yang ada sudah tidak lestari. Salah satu danau sudah tidak lestari lagi adalah danau-danau yang berada di kawasan Universitas Indonesia. Danau-danau tersebut mengalami pendangkalan, pencemaran, dan serangan gulma air. Pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi di kawasan dan sekitar Universitas Indonesia mengakibatkan jumlah kebutuhan air meningkat, demikian pula jumlah limbah juga meningkat. Penelitian ini mengevaluasi pengaruh karbon aktif pada metode vermibiofiltrasi untuk pengolahan air danau. Pengaruh karbon aktif dari pengolahan air pada metode vermibiofiltrasi dianalisis berdasarkan beda persentase reduksi (%R) COD, TDS, dan turbiditas serta pH. Hasil penelitian ini menunjukkan penggunaan karbon aktif pada metode vermibiofiltrasi untuk pengolahan air danau dapat meningkatkan efektivitas pada metode tersebut. Peningkatan laju alir juga akan menurunkan kinerja karbon aktif. Namun metode vermibiofiltrasi dengan menggunakan karbon aktif saat laju alir terbesar memberikan hasil terbaik dengan reduksi COD sebesar -1,22% , reduksi TDS sebesar -3,88% dan reduksi turbiditas -0,57%.

Currently, the condition of lakes there is already unsustainable. One of the lakes that are no longer sustainable are lakes in the area of ​​the Universitas Indonesia. These lakes experiencing siltation, pollution, and water weeds attack. High population growth in the region and around the Universitas of Indonesia resulted in the amount of water needs increased, so the amount of waste is also increasing. This study evaluated the effect of activated carbon on vermibiofiltrasi methods for lake water treatment. Effect of activated carbon from the water treatment methods vermibiofiltrasi analyzed based on different percentage of reduction (% R) COD, TDS, turbidity and pH. The results of this study indicate the use of activated carbon to the method vermibiofiltrasi for lake water treatment can increase the effectiveness of the method. Increased flow rate will also decrease the performance of activated carbon. However, vermibiofiltrasi method using activated carbon is currently the largest flow rate gives the best results with a COD reduction of -1.22 %, TDS reduction of -3.88 % and reduction turbidity of -0,57%."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62828
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>