Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 215302 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firda Rahmadianty
"Banyaknya waktu yang digunakan masyarakat perkotaan untuk beraktivitas di dalam ruangan dapat menimbulkan masalah kesehatan akibat kualitas udara di dalam ruangan, seperti Sick Building Syndrome SBS . Tidak hanya pada pekerja di perkantoran, siswa sekolah juga berisiko terhadap SBS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah koloni bakteri di udara dalam ruang kelas dengan kejadian SBS pada siswa di SMAN 2 Kota Tangerang Selatan. Digunakan desain studi cross-sectional dengan variabel independen adalah jumlah koloni bakteri; variabel independen adalah kejadian SBS; dan suhu, kelembaban, pencahayaan, jenis kelamin, status gizi, riwayat alergi, riwayat asthma, hewan peliharaan, kebiasaan melewatkan sarapan, kebiasaan berolahraga, kebiasaan mengonsumsi camilan, serta kebiasaan merokok adalah variabel kovariat. Analisis statistik menunjukkan proporsi kejadian SBS sebesar 59,8 dan jumlah koloni bakteri tidak berhubungan signifikan dengan kejadian SBS. Riwayat asthma, kebiasaan melewatkan sarapan, dan kebiasaan berolahraga berhubungan signifikan dengan kejadian SBS. Siswa yang berada di kelas dengan jumlah koloni bakteri di udara< 135 koloni berisiko mengalami kejadian SBS 1,677 kali lebih tinggi, setelah dikontrol oleh variabel kebiasaan sarapan, kebiasaan berolahraga, dan pencahayaan.

It has been estimated that people spend almost 90 of their time indoors, mainly in urban areas. This could lead to health problems caused by the indoor air quality, such as Sick Building Syndrome SBS . Besides the office workers population, there is also increasing concern about SBS problem in school student. Using cross sectional study design, the associations between total indoor air bacterial count in the classroom and SBS in students of 2 Tangerang Selatan High School was investigated. We determined the total bacterial count as dependent variable SBS incidence as independent variabel classroom temperature, humidity, and lighting intensity as environmental covariate variables and gender, nutritional status, history of allergy and asthma pet ownership skipping breakfast snacking habit exercising habit and smoking habit as individual covariate variables. Statistical analysis results showed a high proportion of SBS 59,8 and the total indoor air bacterial count is not significantly associated with SBS. History of asthma, skipping breakfast, and exercising habit are significantly associated with SBS. Students who are studying in classroom with total bacterial count 135 colony have 1,677 times higher risk of experiencing SBS than the non risk group."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68961
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Esi Lisyastuti
"Kualitas udara dalam ruang dipengaruhi antara lain kondisi bangunan, elemen interior, fasilitas pendingin ruangan, pencemar kimia dan pencemar biologi. Buruknya kualitas udara dalam ruang akibat keberadaan pencemar biologi yaitu bakteri dan jamur ditengarai menjadi salah satu sebab kejadian sick building syndrome (SBS). Menggunakan desain crossecsional, ingin diketahui hubungan jumlah koloni mikroba udara dalam ruangan dengan kejadian SBS pada pekerja B2TKS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian SBS tidak terbukti berkaitan dengan dengan jumlah mikroba udara dalam ruang, meskipun keberadaan jamur penyebab SBS seperti Aspergillus sp., Penicillium sp dan Fusarium sp dapat dideteksi. Variabel lain seperti temperature dan kelembaban ruang, jenis kelamin, kebiasaan merokok, status gizi, masa kerja dll juga tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian SBS. Akan tetapi pekerja yang lebih muda (dibawah 40 tahun) memiliki angka kejadian SBS yang lebih tinggi. Dari hasil penelitian ini, disarankan untuk meningkatkan sanitasi ruangan dan pemeliharaan AC secara berkala.

Indoor air quality is influenced by the condition of the building, interior elements, air-conditioning facilities, chemical pollutants and biological contaminants. Poor indoor air quality due to the presence of biological contaminants such as bacteria and fungi is suspected to be one cause of sick building syndrome incidence (SBS). Using cros-secsional design the relationship of indoor air microorganisms colonies on workers of B2TKS was investigated. There was no evidence of relationships between the number of indoor-air microbes and SBS incidence on workers of B2TKS, although the presence of SBS fungsi such as Aspergillus sp, Penicillium sp and Fusarium sp, were detected. Other variables such as room temperature and humidity, sex, smoking habit, nutrient status, etc.. also had poor correlation with SBS incidence. However, the incidence of SBS was higher in your workers (below 40 year old). Results of this study suggest that room sanitation and air-conditioning maintenance should be improved and conducted on a regular basis."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
T30520
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Aulia Nugraha
"Umumnya seseorang menghabiskan banyak waktu di dalam ruang, seperti tempat kerja. Buruknya kualitas udara dalam ruang dapat menyebabkan gangguan kesehatan seperti, Sick Building Syndrome (SBS). Perpustakaan berisiko untuk mengalami pencemaran udara yang disebabkan oleh mikrobiologi karena banyaknya bahan organik seperti buku yang dapat menjadi tempat pertumbuhan kapang. Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan jumlah kapang di udara dalam ruang dengan keluhan SBS pada staff di Perpustakaan UI. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan variabel independennya adalah jumlah kapang, variabel dependennya adalah keluhan SBS, serta variabel confounding yang meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan, usia, jenis kelamin, lama kerja, riwayat alergi, riwayat asma, dan kebiasaan merokok. Pengumpulan data SBS dilakukan dengan cara wawancara menggunakan kuesioner kepada 63 staff Perpustakaan, sedangkan pengukuran kapang di udara dilakukan dengan teknik passive sampling metode settle plate. Secara keseluruhan kualitas udara di Perpustakaan UI tergolong buruk. Hasil statistik menunjukan proporsi keluhan SBS pada staff sebesar 55,6% dan secara statistik tidak ada variabel yang berhubungan secara signifikan dengan SBS.

Generally a person spends a lot of time in indoor, such as a workplace. Poor air quality in the room can cause health problems such as Sick Building Syndrome (SBS). Libraries are at risk of experiencing air pollution caused by microbiology because of the Many organic materials such as books that can become a place for mold growth. The study was conducted to determine the relationship of the number of molds in the air in the room with SBS complaints on staff at the UI Library. This study uses a cross sectional design with the independent variable is the number of molds, the dependent variable is SBS complaints, and the confounding variables include temperature, humidity, lighting, age, gender, length of work, history of allergies, history of asthma, and smoking habits. SBS data collection was done by interviewing questionnaires to 63 Library staff, while mold measurements in the air were carried out using the settle plate method passive sampling. Overall the air quality in the UI Library is classified as bad. The statistical results show the proportion of SBS complaints to staff is 55.6% and statistically there are no variables that are significantly related to SBS."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadeak, Christie Patricia Demak
"Sick Building Syndrome (SBS) merupakan gejala-gejala kesehatan yang sering dialami oleh penghuni yang tinggal di dalam gedung dalam waktu tertentu yang disebabkan oleh berbagai faktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara dalam ruang dengan kejadian SBS di Graha Sucofindo Jakarta. Desain studi yang digunakan pada penelitian ini adalah cross-sectional dengan variabel independen sebagai berikut, koloni bakteri, suhu, kelembaban relatif, usia, jenis kelamin, masa kerja, dan riwayat alergi. Hasil uji statistik menunjukkan hubungan yang signifikan antara koloni bakteri, usia, jenis kelamin, masa kerja, dan riwayat alergi dengan kejadian SBS. Dari hasil analisis multivariat, ditemukan bahwa variabel riwayat alergi menjadi variabel dominan yang memengaruhi terjadinya SBS. Dari hasil uji interaksi ditemukan adanya interaksi antara kedua variabel yaitu jumlah koloni bakteri dan jenis kelamin dalam menyebabkan kejadian SBS. Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa riwayat alergi dapat meningkatkan risiko terjadinya SBS di tempat kerja dan interaksi antara jumlah koloni bakteri dengan jenis kelamin dapat menyebabkan kejadian SBS di tempat kerja. Disarankan untuk mengontrol kualitas udara dalam ruang, menciptakan ruangan yang sehat bagi pekerja, dan menempatkan pekerja dengan riwayat alergi pada ruangan dengan kualitas udara yang baik.

Sick Building Syndrome (SBS) has been defined as a term used to describe common symptoms which, for no obvious reason, are associated with particular buildings. This study aims to determine the relationship between indoor air quality with SBS occurrence in Graha Sucofindo Jakarta. The cross-sectional study was used in this research with the following independent variables, colonies of bacteria, temperature, relative humidity, age, gender, year of services, and history of allergies. From the data analysis showed a significant relationship between bacterial colonies, age, gender, year of services, and history of allergies to the occurrence of SBS. Multivariate analysis found that history of allergies becomes dominant variables that affect the occurrence of SBS. Furthermore, it is found that there is interaction between bacterial colonies and gender in making the incidence of SBS. It can be concluded that history of allergies may increase the risk of SBS and the interaction between bacterial colonies and gender can causing the incidence of SBS. It is advisable to control the indoor air quality, create a healthy space for workers and avoid allergic workers to work in bad indoor air quality."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S64644
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Rahman Aisyah
"Sick building syndrome (SBS) merupakan salah satu keluhan kesehatan akibat buruknya kualitas udara dalam ruang kerja. Sebanyak 20% pegawai negeri di Jakarta mengalami SBS. Kandungan bakteri udara menjadi salah satu penyebabnya karena mengeluarkan endotoksin dan menyebabkan alergi. Tujuan utama penelitian ini adalah mengetahui hubungan kejadian SBS dengan kandungan bakteri udara dalam ruang kerja. Penelitian ini menggunakan studi cross-sectional. Pengambilan sampel udara menggunakan metode volumetric air sampling, yaitu metode penghisapan bioaerosol. Keluhan gejala SBS diukur melalui kuesioner pada 228 pegawai negeri, lalu dihubungkan dengan jumlah koloni bakteri udara pada 40 titik ruang dari 5 gedung instansi pemerintahan di wilayah Jakarta. Hasil studi menunjukkan sebanyak 46,5% dari seluruh responden mengalami SBS. SBS juga ditemukan berhubungan dengan jenis kelamin (p= 0,00, OR= 0,22) dan riwayat migrain (p= 0,00, OR= 3,45). Hubungan signifikan SBS dengan jumlah koloni bakteri udara dalam ruang kerja ditemukan di gedung 2 (p < 0,05, OR 0,69). Studi ini menunjukkan jumlah koloni <700 koloni per m3 udara akan melindungi pegawai dari keluhan SBS. Menjaga kebersihan ruangan dan manajemen pengelolaan ventilasi, serta perlindungan kesehatan individu perlu dilakukan untuk mengurangi keluhan SBS pada pegawai negeri. riwayat migrain (0,00).

Sick building syndrome is one of health complaints due poor indoor air quality in office room. There was 20% of civil servant in Jakarta experienced sick building syndrome due their office room. Airborne bacteria is the causes of SBS because release endotoxins and cause allergies. This research used cross-sectional study. Volumetric air sampling measured airborne bacteria at 40 rooms from 5 buildings of government offices in Jakarta. Sick building syndrome from 228 respondents measured through questionnaire. The result of study, sick building syndrome happened to 46.5% from all respondents. Sick building syndrome and airborne bacteria do not have relationship, measure for whole respondens statistically. Also, SBS linked with sex (p= 0,00, OR= 0,22) and migraine (p= 0,00, OR= 3,45), statictically. However, this study found the relationship of sick building syndrome and airborne bacteria at building 2 (p <0.05, OR 0.69). The bacteria colonies under 700 per m3 will protect civil servants from sick building syndrome. Manage the ventilation and office room hygiene, also protect the personal health needs to be done to reduce sick building syndrome complaints within civil servants."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60557
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosa Jaya
"Kualitas udara dalam ruangan kelja yang tidak memenuhi persyaratan kesehatan dapat menyebabkan ruangan kerja tidak nyaman; dampak negatif terhadap karyawan berupa keluhan kesehatan yang dikenal dengan istilah sick building syndrome 6985). Keluhan SBS biasanya tidak terlalu parah dan tidak diketahui penyebabnya, tetapi mengurangi produktivitas kerja. Sejumlah penelitian pada lingkungan yang berbeda menunjukkan bahwa faktor-faktor intcmal dan ekstemal mempengaruhi kejadian SBS.
Informasi mengenai kualitas udara dalam mangan gedung perkantoran Departemen Kesehatan (Dcpkes) belum dikctahui, walaupun sudah banyak Iaporan tentang keluhan SBS. Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi mengenai kualitas udara di gcdung Depkes Jakarta, Serta kejadian SBS dan ihktor-faktor yang mempengaruhinya. Menggunakan studi cross-seczional hersifat deskriptif analitik; melibatkan 242 karyawan Depkes scbagai responden. Kriteria respondcn adalah orang sehat tidak menderita penyakit sesuai diagnosa dokter dan tidak sedang hamil. Untuk memperoleh data mengenai, karakteristik, psikologis dan posisi kelja yang ergonomik dari responden menggunakan kucsioner teramh dan terstruktur. Sedangkan pengukuran konsentrasi NO2, CO, C0;, SO2, H2S, NH; and PM|0 scbagai indikator kualitas udara dilakukan pada 10 ruangan.
Kualitas udara dalam ruangan masih memcnuhi persyaratan scsuai Keputusan Mentcri Kesehatan No. 1405/Menkes/SK/XI/2002. Kadar NO2, SO2, and NH; terdeteksi pada tiga ruangan. Konsenlrasi C0 pada setiap ruangan sama; C02, H2S, and PMN lerdetcksi pada setiap ruangan dengan konscntrasi berbeda-beda. Pencahayaan pada seluruh ruangan memenuhi pcrsyaratan (> |00 lux). Di Iain pihak, suhu dan kelembaban pada beberapa ruangan melebihi persyaratan, namun secara umum nilai rata-ratanya masih memenuhi persyaratan.
Prevalensi SBS sebesar 19%, dengan gejala tcrbanyak berupa kelelahan, rasa sakit dan kekakuan pada bahu dan Ieher (50%); flu, batuk dan bersin-bersin (49.6%); Serta pusing, sakit kepala dan kesulitan konsentrasi (38.4%). Suhu, posisi keqja yang ergonomik, jenis kelamin dan umur mempcngaruhi kejadian SBS secara bemmakna, dimana suhu merupakan variabel yang paling dominan.
Kualitas udara masih memenuhi persyaratan kesehatan, untuk Iingkungan fisik dalam ruangan kenja nilai rata-rata pengukuran masih memenuhi persyaratan, walaupun ada ruangan yang suhu atau kelembaban tidak memcnuhi persyaratan kesehatan, Suhu, posisi kerja yang ergonomik, jenis kelamin dan umur sangat mempengaruhi kejadian SBS. Pemeliharaan pendingin ruangan serta posisi kerja yang ergonomik merupakan upaya pencegahan yang harus mcndapat perhatian dalam program SBS.

Indoor air quality that does not meet the health standard requirement may lead to uncomfortable working environment and causes negative impacts to the workers in the fomm of health complaints known as sick building .syndrome (SBS). Usually the complaints are not very serious and the sources are unknown; however it could reduce work productivity. A number of studies in different settings have indicated that several internal and external factors influence the incidence of SBS.
Infomation on the indoor air quality of the Ministry of Health (MOH) building has not yet been known, in spite ofthe SBS complaints that have been reported. The purpose of this study is to obtain infomation on the indoor air quality ofthe MOH building Jakarta, as well as the incidence of SBS and its’ underlying thctors. Using cross-sectional study which is descriptive-analytic; the study involved 242 MOH employees as respondents. The criteria ofthe respondents were healthy individuals not suffering from diseases as diagnosed by a physician and not pregnant. To obtain data on the characteristics, psychological and ergonomic working position of the respondents, guided and structured questionnaire were used. Whereas measurements of NO;, CO, CO2, S02, I-I2S, NH, and PM10 concentrations as indicators of air quality were undertaken in ten rooms.
Indoor air quality still meets the standard requirement, in accordance to the Minister of Health Decree No. 1405/ivlenkes/SK/XI/2002. Concentrations of NO2, SO2, and Nl-I; were detected in three rooms. The concentration of CO in all rooms was the same; while CO2, l-l2S, and PM10 were detected in all rooms with different concentrations. Illuminations in all rooms were in compliance to the standard requirement (> 100 lux). On the other hand, the temperature and humidity in some rooms exceeded the standard requirement, however, in general the average value of these two variables still meet the requirements.
The prevalence of SBS was 19%, mostly in the fonn of fatigue, pain and stiff on the shoulder and neck (50%); common cold, coughing and sneezing (49.6%); as well as diuiness, headache and concentration problems (38.4%). Temperature, ergonomic working position, sex and age significantly influence the incidence of SBS, in which the room temperature was shown to be the predominant variable.
Indoor air quality was still in compliance to the health standard requirement. As for the physical environment, the measurement average values still meet the requirements although the temperature and humidity in some rooms did not. _ Temperature, ergonomic working position, sex and age significantly influence the incidence of SBS. Maintenance of the air conditioner and sustaining ergonomic working position are prevention actions that should acquire attention in the SBS program.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34265
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Christabel Caroline Franswijaya
"Sick Building Syndrome (SBS) merupakan masalah yang sering dialami oleh penghuni gedung namun penyebabnya tidak diketahui pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kualitas udara dalam ruang dengan kejadian SBS di gedung 4 BPS Jakarta Pusat. Digunakan disain studi cross- sectional, variabel independen adalah kualitas udara dalam ruang (kadar PM10, suhu, kelembaban) dan karakteristik individu (jenis kelamin, kelompok pekerjaan, durasi penggunaan komputer). Analisa statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS adalah 45,2%, dari enam variabel yang berhubungan signifikan secara statistik adalah jabatan sekretarial (p-value=0,022, OR=3,714). Lantai dengan kadar PM10, suhu, dan kelembaban tinggi memiliki kejadian SBS yang tinggi juga, dan sebaliknya.

Sick Building Syndrome (SBS) is a frequent problem experienced by residents of buildings but the causes are still unknown. This study aims to determine the relationship between the indoor air quality with SBS occurence in 4th building of BPS, Central Jakarta. We used cross-sectional study design, with the indoor air quality (PM10 levels, temperature, humidity) and individual characteristics (gender, occupation, duration of computer use) as independent variables. From the results of statistical analysis, SBS incidence proportion is 45.2%, from all six variables the one that is statistically significant is secretarial position (p value = 0.022, OR = 3.714). Floors with high PM10 levels, temperature, and high humidity have a high incidence of SBS as well, and vice versa."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S44631
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Ratih Prayudactuti
"Sick Building Syndrome (SBS) merupakan masalah yang sering dialami oleh penghuni gedung namun penyebabnya tidak diketahui pasti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsentrasi CO2 udara dalam ruang dengan kejadian SBS di gedung Rektorat Universitas Indonesia. Digunakan disain studi cross-sectional, variabel independen adalah konsentrasi CO2 dan variabel kovariat adalah konsentrasi formaldehida, suhu, kelembaban, usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok dan riwayat alergi. Analisa statistik memberikan hasil proporsi kejadian SBS adalah 58%, dari 8 variabel yang berhubungan signifikan secara statistik adalah konsentrasi CO2 (3,02; 1,32-6,89), formaldehida (0,3; 0,14-0,76), suhu (11,2; 2,35-53,4), kelembaban (8,01; 2,96-21,68), usia (3,67; 1,45-9,01), jenis kelamin (2,87; 1,23-6,66), dan kebiasaan merokok (3,41; 1,23-9,41). Disimpulkan bahwa kelompok yang berisiko (konsentrasi CO2 > 449 ppm) 1,14 kali berpeluang untuk mengalami kejadian SBS dibandingkan pada kelompok yang tidak berisiko (konsentrasi CO2 ≤ 449 ppm).

Sick Building Syndrome (SBS) is a commonly issue happened to residents of buildings but the causes are still unknown. This study aims to determine the relationship between indoor air of CO2 concentration with SBS occurence in Rektorat?s Building of Universitas Indonesia. We used cross-sectional study design, CO2 concentration as independent variable and formaldehyde concentration, temperature, humidity, age, gender, smoking habits, and history of allergy as covariate variables. From the results of statistical analysis, SBS incidence proportion is 58%, eight variables are statiscally significant those are CO2 concentration (3,02; 1,32-6,89), formaldehyde (0,3; 0,14-0,76), temperature (11,2; 2,35-53,4), humidity (8,01; 2,96-21,68), age (3,67; 1,45-9,01), gender (2,87; 1,23-6,66), and smoking habits (3,41; 1,23-9,41). Risk analysis shows that at-risk group (CO2 concentration > 449 ppm) are 1,14 times have the risk of experiencing SBS than the non-risk group (CO2 concentration ≤ 449 ppm)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60242
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahaditya Rizqi Putra
"Sick Building Syndrome SBS adalah keluhan atau ketidak nyamanan yang dirasakan oleh seseorang di dalam gedung seperti contohnya pusing, mual, mata kering, dan bersin-bersin. Penyebab SBS salah satunya adalah Kualitas Udara di Dalam Ruangan atau Indoor Air Quality IAQ yang kurang baik. IAQ merupakan salah satu poin dalam menjaga keselamatan serta kesehatan pekerja yang pada dasarnya merupakan hak pekerja dan dijamin oleh UU Republik Indonesia no.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Oleh karena itu skripsi ini membahas tentang IAQ Gedung Arsip UI dengan acuan kerangka konsep manajemen IAQ oleh BHSE HSG 173 yang diawali dari surveykeluhan karyawan terkait SBSpada bulan April tahun 2018, dengan tujuan mengevaluasi kualitas udara di dalam ruangan pada Gedung Arsip UI. Survey dilakukan dengan instrumen kuesioner yang diadaptasi dari World Health Organization WHO dan United States Environment Protection Agency US EPA dan dilanjutkan dengan pengukuran secara walkthrough survey untuk melihat faktor penyebab yang dari aktivitas karyawan dan layout gedung serta pengukuran secara direct reading dengan parameter NAB dari Peraturan Menteri Kesehatan no. 48 tahun 2016. Hasilnya, terdapat temuan di beberapa titik yang memiliki hasil pengukuran pada tingkat action level maupun melebihi batas NAB yang telah ditentukan.

Sick Building Syndrome SBS is a complaint or discomfort felt by someone inside of a building such as dizziness, nausea, dry eyes, and sneezing. One of SBS causes are poor Indoor Air Quality IAQ . IAQ is one of the points to maintain workers 39 safety and health which is basically the worker 39 s rights and guaranteed by the UU Republik Indonesia No.1 tahun 1970 concerning Work Safety. Therefore this thesis discusses about Gedung Arsip UI IAQ with reference from framework of IAQ management concept by BHSE HSG 173 starting from SBS related employee complaint survey in April 2018, with purpose to evaluate air quality indoors at UI Archives Building. The survey was carried out with questionnaire instruments adapted from the World Health Organization WHO and United States Environment Protection Agency US EPA and followed by walkthrough survey measurements to see the underlying factors of employee activity, building layout, and direct reading measurements with TLV parameters of Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 48 tahun 2016. As a result, there are findings at some measurement points that have the action level number or exceeding the specified TLV."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26834
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>