Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205389 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Katherina
"Berat badan merupakan salah satu komponen antropometri yang paling banyak digunakan untuk menentukan preskripsi diet dan preskripsi obat pasien. Namun terkadang pengukuran berat badan tidak dapat dilakukan secara langsung, seperti pada individu penyandang disabilitas dan kesadaran lemah. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rumus yang sederhana dalam memprediksi berat badan pada dewasa di Jakarta Selatan. Pengukuran berat badan BB , lingkar lengan atas LiLA dan tinggi lutut TL dilakukan pada 164 orang sampel dewasa 20 ndash; 59 tahun di Jakarta Selatan pada bulan Mei 2017. Model prediksi berat badan akhir yang diperoleh menggunakan analisis regresi linear ganda adalah: Berat Badan estimasi kg = 2,8 LiLA 1,2 TL ndash; 1,25 Z ndash; 75,1 R-square 0,841; p-value < 0,001 , dengan nilai Z = 1 untuk perempuan dan 2 untuk laki-laki. Persamaan dari penelitian ini mampu memprediksi berat badan dan dapat digunakan pada dewasa di Jakarta Selatan.

Body weight is one of the most common anthropometric component to determine prescription for diet and drugs. However, this way prove to be a challenge for individuals who are unconscious and or have disabilities. The present study aims to derive a simple equation to estimate the body weight of adults in South Jakarta. Measurements of Body Weight BW , the Middle Upper Arm Circumference MUAC , and the Knee Height KH were done in 164 adults in the respective city in May 2017. The resulting equation, which is derived by multiple linear regression, is BW 2.8 MUAC 1.2 KH ndash 1.25 Z ndash 75.1 R square 0,841 p value 0,001 , with Z value of 1 for female and 2 for male. The equation is able to approximate the body weight of adults in South Jakarta."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
S69888
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Antonius Henri
"Antropometri pada umumnya dilakukan pada bayi atau balita dengan tujuan untuk dijadikan sebagai parameter gizinya. Antropometri biasanya dilakukan dengan mengukur beberapa bagian tubuh dari bayi contohnya lingkar kepala, lingkar lengan atas, panjang badan dan berat badan bayi. Hasil pengukuran ini selanjutnya bisa dibandingkan dengan standar deviasi dari masing masing pengukuran. Pada umumnya pengukuran ini dilakukan secara manual dan tanpa adanya bantuan mesin atau komputer, pada skripsi ini penulis ingin mengajukan sebuah proyek yang memungkinkan untuk melakukan antropometri secara otomatis dengan menggunakan webcam. Pengukuran antropometri ini akan menggunakan 2 metode yaitu Camera Calibration yang menggunakan parameter intrinsik dari kamera untuk melakukan back projection dan metode lainnya adalah Reference Object yang sesuai namanya akan menggunakan bantuan objek sebagai referensi untuk membantu mengukur jarak dari satu titik ke titik lainnya. Dari Penilitian ini didapatkan hasil antropometri dengan Reference Object dengan rata-rata error = 7,261% dan Camera Calibration dengan rata-rata error = 7,6233%.

Anthropometry done to baby or toddler in purpose to used as its nutrition indicator. Anthropometry mostly done with measuring some body part of baby e.g. head circumference, upper arm circumference, body length, and body weight. Furthermore, these measurement could be compared to the respecting standard deviation. In general, anthropometry manually done without any help of machine or computer. Within this research, writer eagerly propose a project that allow us to do anthropometry automatically with webcam. Anthropometry in this research will use 2 methods. First method called Camera Calibration which using Camera’s Intrinsic Matrix to make back projection of the image. The other method is Reference Object which as the name suggest using some sort of object to refer when measuring one point to another one. This research yield 7.261% average error from Reference Object and 7.6233% average error from Camera Calibration."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Handika Putri
"ABSTRAK
Seribu Hari Pertama Kehidupan (1000 HPK) merupakan masa penting bagi tumbuh kembang seorang anak, dimana apabila terjadi masalah gizi pada saat ini dapat menimbulkan akibat baik jangka pendek maupun jangka panjang di masa yang akan datang bahkan kepada generasi selanjutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gagal tumbuh berdasarkan Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF), dan untuk mengetahui perbedaan proporsi gagal tumbuh pada anak balita berdasarkan karakteristik anak balita. lima, riwayat penyakit menular, karakteristik sosial ekonomi, ketahanan pangan rumah tangga, dan asupan makanan. . Penelitian dilaksanakan di Desa Jatinegara dan Pulo Gebang, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, pada bulan April sampai Juni 2019. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian ini adalah 163 anak usia 6-23 bulan yang datang ke 8 Posyandu terpilih. Data diperoleh melalui pengukuran berat badan dan panjang baduta, wawancara, dan recall 1x24 jam. Analisis univariat menunjukkan bahwa prevalensi gagal tumbuh pada anak balita adalah 31,9%. Prevalensi masing-masing kategori gagal tumbuh hanya wasting, wasting & underweight, wasting, stunting, & underweight, stunting & underweight, dan stunting saja, yaitu 13,5%; 8,0%; 3,1%; 3,1%, dan 4,3%. Analisis bivariat menunjukkan bahwa variabel yang memberikan perbedaan proporsi gagal tumbuh pada balita adalah variabel panjang lahir (p-value = 0,039; OR = 2,266), asupan energi (p-value = 0,000; OR = 9,979), dan asupan protein (p-value = 0,027; OR = 2,240).
ABSTRACT
The First Thousand Days of Life (1000 HPK) is an important period for the growth and development of a child, where if there is a nutritional problem at this time it can have both short-term and long-term consequences in the future, even to the next generation The purpose of this study was to determine the prevalence of failure to thrive based on the Composite Index of Anthropometric Failure (CIAF), and to determine differences in the proportion of failure to thrive in children under five based on the characteristics of children under five. five, history of infectious diseases, socio-economic characteristics, household food security, and food intake. . The research was conducted in Jatinegara and Pulo Gebang Villages, Cakung District, East Jakarta, from April to June 2019. The research design used was cross sectional. The sample of this study was 163 children aged 6-23 months who came to 8 selected Posyandu. Data were obtained through measurements of body weight and length of the baduta, interviews, and 1x24 hour recall. Univariate analysis showed that the prevalence of failure to thrive in children under five was 31.9%. The prevalence of each category of failure to thrive is only wasting, wasting & underweight, wasting, stunting, & underweight, stunting & underweight, and stunting only, which is 13.5%; 8.0%; 3.1%; 3.1%, and 4.3%. Bivariate analysis showed that the variables that provided differences in the proportion of failure to thrive in children under five were birth length (p-value = 0.039; OR = 2.266), energy intake (p-value = 0.000; OR = 9.979), and protein intake (p-value). = 0.027; OR = 2.240)."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Kamaluddin
"Berat badan merupakan ukuran antropometri yang penting digunakan untuk beberapa prosedur medis dan gizi, tetapi dalam beberapa kondisi seperti remaja dengan disabilitas atau pasien tirah baring menyebabkan pengukuran berat badan yang akurat sulit untuk dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan rumus yang sederhana dalam memprediksi berat badan pada remaja di Bogor. Pengukuran berat badan (BB), lingkar lengan atas (LiLA) dan tinggi lutut (TL) dilakukan pada 130 siswa di SMA Budi Mulia Kota Bogor (14-18 tahun) pada bulan April 2016. Analisis korelasi dilakukan antara prediktor dengan berat badan aktual, serta dilakukan analisis regresi linier ganda untuk mendapatkan hasil rumus prediksi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat korelasi yang sangat kuat antara BB dengan LiLA (r = 0,881) serta terdapat korelasi sedang antara BB dengan TL (r = 0,506). Model prediksi yang didapatkan pada remaja laki-laki adalah: berat badan estimasi (kg) = (LiLA (cm) x 2,6) + (TL (cm) x 1,2) ? 70,1 dan pada remaja perempuan: berat badan estimasi (kg) = (LiLA (cm) x 2,6) + (TL (cm) x 1,2) ? 72 (R-square 0,906, p < 0,001). Rumus yang didapatkan dalam penelitian berhasil memprediksi berat badan remaja secara akurat dan rumus ini direkomendasikan untuk digunakan dalam mengestimasi berat badan remaja.

Body weight is an important anthropometric measurement for many medical and nutritional procedures, but in some conditions like people with disability or bedridden patients, it is difficult to be weighed accurately. The aim of this study is to create a simple body weight predicting equations for Bogor adolescents. body weight (BW), mid-upper arm circumference (MUAC), and knee height (KH) measurements were taken from 130 SMA Budi Mulia students (14-18 years) on April 2016. A correlation analysis was performed between predictors and actual body weight, and a multiple linear regression was performed for analysis of the results. The result showed that there were a perfect correlation between BW and MUAC (r = 0,881), and a medium correlation between BW and KH (r = 0,506). The resulting equation for adolescent boys was: estimated weight (kg) = (MUAC (cm) x 2,6) + (KH (cm) x 1,2) ? 70,1 and for adolescent girls was: estimated weight (kg) = (MUAC (cm) x 2,6) + (KH (cm) x 1,2) ? 72 (R-square 0,906, p < 0,001). The developed equations predicted accurately Bogor adolescents? body weight and recommended to be used for estimating body weight in Bogor Adolescents."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S64830
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah
"Imobilitas sering dijumpai pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit, yang menyebabkan sulit dilakukan penimbangan. Kondisi lain seperti amputasi, organ tubuh tidak lengkap kongenital, tumor, pembesaran organ, kehamilan, edema atau asites, menyebabkan penimbangan berat badan tidak akurat. Berat badan diperlukan untuk menentukan kebutuhan energi, protein, cairan, serta pemantauan kecukupan tatalaksana nutrisi pada pasien, serta untuk perhitungan dosis obat dan fungsi ginjal. Formula berat badan estimasi telah dikembangkan dengan berbagai parameter antropometri, salah satunya Formula Cattermole yang menggunakan komponen lingkar lengan atas (LILA), dengan beberapa keuntungan yaitu mudah dan cepat dengan alat ukur yang efisien dan mudah dibawa. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui kesahihan rumus estimasi berat badan dengan berat badan (BB) aktual pada pasien rawat inap dewasa di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (n=96). Didapatkan hasil rerata BB aktual 58,98 ± 13,80 kg, rerata BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak 60.1±17.28 kg, median BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring 60.6 (21,2-114), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak -1.12 kg (p=0.16), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring -1.38 (p=0.17). Dilakukan analisis Bland Altman, didapatkan limit of agreement (LOA) minimal dan maksimal berada di luar batas LOA 5 kg. Pola sebaran titik banyak di luar batas garis LOA baik minimal maupun maksimal pada kurva scatter plot Bland Altman. Sebagai kesimpulan, terdapat selisih antara berat badan estimasi menggunakan formula Cattermole dengan berat badan aktual, serta penelitian masih terbatas dilakukan pada pada pasien rawat inap di Indonesia. Fomula Cattermole belum dapat digunakan pada populasi umum di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada populasi lain di Indonesia dengan kriteria subjek yang lebih beragam

Immobility is often found in patients undergoing hospital treatment, which makes weighing difficult. Other conditions such as amputation, congenital incomplete organs, tumors, organ enlargement, pregnancy, edema or ascites, cause inaccurate weight measurement. Body weight is needed to determine energy, protein, fluid requirements, as well as monitoring the adequacy of nutritional management in patients, as well as for calculating drug doses and kidney function. The estimated body weight formula has been developed with various anthropometric parameters, one of which is the Cattermole Formula which uses the upper arm circumference component, with several advantages, namely being easy and fast with efficient and easy-to-carry measuring instruments. This study was a cross-sectional study to determine the validity of the formula for weight estimation with actual body weight in adult inpatients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta (n = 96). The results obtained mean actual body weight was 58.98 ±13.80 kg, mean estimated body weight based on upright MUAC was 60.1±17.28 kg, median estimated body weight based on supine MUAC was 60.6 (21.2-114) kg, the average difference is -1.12 kg (p=0.16) between actual body weight and estimated body weight based on upright MUAC and -1.38 (p=0.17) between actual body weight and estimated body weight based on supine MUAC. Bland Altman analysis was performed, limit of agreement (LOA) minimum and maximum, all outside the LOA limit of 5 kg. The distribution pattern of many points outside the LOA line on the Bland Altman scatter plot curve. In conclusion, there is a difference between the estimated body weight using the Cattermole formula and the actual body weight, and the research is still limited to inpatients in Indonesia. Cattermole formula can not be used in the general population in Indonesia. Further research is needed on other populations in Indonesia with more various subject criteria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Hasnah Purwati
"Latar Belakang: Pasien anak ras Melayu dengan rencana pembiusan umum menggunakan sungkup laring, baik untuk tujuan diagnostik maupun terapeutik. Ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat sangat penting agar proses induksi dan insersi sungkup laring terhindar dari komplikasi. Rekomendasi ukuran yang digunakan untuk saat ini adalah berdasarkan berat badan sesuai kategori yang diberikan oleh manufaktur, namun berdasarkan penelitian Inamoto dkk pada tahun 2015, dengan menggunakan 3D images computed tomography, didapatkan volume laring dan hipofaring ditentukan oleh tinggi badan dan usia, dan panjang faring berhubungan dengan jenis kelamin dan usia. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan ketepatan prediksi ukuran sungkup laring UniqueTM pasien anak ras Melayu usia 1-10 tahun berdasarkan berat badan yang direkomendasikan oleh manufaktur.
Metode: Penelitian ini adalah uji observasional analitik dengan rancangan penelitian potong lintang. Sampel didapatkan secara konsekutif sebanyak 66 anak ras Melayu usia 1-10 tahun. Usia, berat badan, panjang badan, ukuran sungkup laring UniqueTM dan ukuran yang tepat dicatat. Data berat badan dilakukan uji bivariat korelasi spearman untuk mengetahui hubungannya dengan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat. Kemudian dilakukan regresi logistik antara berat badan dengan ukuran sungkup laring yang tepat untuk mendapatkan model prediksi ukuran sungkup laring.
Hasil : Ketepatan ukuran sungkup laring UniqueTM berdasarkan berat badan sesuai rekomendasi manufaktur adalah 66,67%. Berat badan tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan ketepatan ukuran sungkup laring UniqueTM namun memiliki korelasi yang kuat dengan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat. Untuk menentukan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat dapat menggunakan formula = 1,795 + ( 0,021 x berat badan (kg)).
Simpulan: Berat badan tidak berhubungan dengan ketepatan ukuran sungkup laring UniqueTM pada anak. Apabila dibandingkan dengan usia dan tinggi badan, berat badan memiliki korelasi yang paling kuat dengan ukuran sungkup laring UniqueTM yang tepat. Rekomendasi ukuran sungkup laring UniqueTM untuk anak berdasarkan berat badan yang tepat adalah nomor 2 untuk anak dengan berat badan 7-20 kg, nomoR 2,5 untuk anak dengan berat badan 21-44 kg dan nomor 3 untuk anak dengan berat badan di atas 45 kg.

Background: Pediatric patients with often required anesthesia using laryngeal mask as an airway management, either for diagnosis or therapy. Proper laryngeal mask size is essential to avoid any complications. The manufactur recommends Laryngeal Mask size based on body weight. Laryngeal mask is placed in hypopharynx. In 2005, Inamoto et all conduct a study of oropharyngeal and laryngeal structure using 3D images computed tomography. The results are volume of the larynx and hypopharynx was significantly affected by height and age, while length of the pharynx was associated with gender and age. This study is aimed to obtain the UniqueTM laryngeal mask size selection accuracy based on body weight which is recommended by the manufacture for Malay race children.
Methods: This study was an observational-analytic non interventional study, with 66 subjects enrolled. All subjects were Malay patients aged 1-10 year underwent general anesthesia in RSCM. Body weight, height, age and the precise LMA size are collected. Correlation of body weight and the precise size of LMA will be analyzed by Spearman test and then will be analyzed by linear regression to obtain the formula to predict the precise size of LMA based on body weight.
Results: Body weight,age and height are irrelevant with the accuracy of laryngeal mask size prediction (p>0.05). Manufacturs size recommendation accuracy in predicting laryngeal mask is 66,67 %. Body weight has the most powerful correlation in laryngeal mask size in compared to Age and height with R 0.797. Laryngeal mask size prediction formula Y = 1,795 + (0,021 x BW (kg)).
Conclusions: Body weight is not related with accuracy of LMA size prediction. Compared to Height and age, Body weight has the highest correlation with accuracy of laryngeal mask size prediction for pediatric patients. LMA UniqueTM size recommendation for Malay race children with body weight 7-20 kg is number 2, for children with 21-44 kg body weight is number 2.5 and number 3 for children with body weight more than 45 kg.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Indrayeti
"Pertumbuhan merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi beban. Pertumbuhan pada usia dini menyebabkan gangguan yang berkelanjutan. Kegagalan dalam pertumbuhan ini dapat disebabkan karena anak kurang gizi dan hal ini akan berkaitan dengan morbiditas dan mortalitas yang berdampak pada kualitas sumber daya manusia terutama kecerdasan pada usia selanjutnya di masa yang akan datang. Anak yang menderita gizi kurang disebabkan karena berat badan yang tidak naik dan merupakan akumulasi dari asupan akan kebutuhan zat gizi yang kurang sehingga pertumbuhannya kurang baik, untuk memantau pertumbuhan berat badan balita digunakan KMS.
Anak yang menderita gizi kurang rentan terhadap terjadinya penyakit infeksi, seperti diare, pneumonia dan campak. Penyakit campak dibandingkan dengan penyakit lain tidak begitu berat gejala klinisnya, tetapi pada balita kematian dapat terjadi akibat komplikasi penyakit lain yang terjadi karena replikasi virus atau superinfeksi bakteri.
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan disain kasus kontrol yang bertujuan mengetahui hubungan pertumbuhan berat badan dengan kejadian sakit campak pada balita di Kota Jambi tahun 2007-2008. Kasus adalah balita yang berkunjung ke Puskesmas/RS dan didiagnosa oleh dokter menderita sakit campak dan mempunyai KMS. Sedangkan kontrol adalah balita yang tidak sakit campak pada waktu yang sama berasal dari populasi kasus dan mempunyai KMS. Sebagai variabel utama dalam penelitian ini adalah pertumbuhan berat badan balita dan out come adalah balita sakit campak. Selain itu dilihat juga faktor risiko individu yang berhubungan dengan penyakit campak ; berat badan lahir (BBL), status imunisasi balita, penyakit yang menyertai waktu sakit campak (diare), Vitamin A, umur balita saat sakit campak. Sedangkan faktor risiko dari ibu balita adalah umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu,pengetahuan ibu tentang gizi dan sikap ibu terhadap pemenuhan gizi ba1ita_ Sedangkan faktor risiko lainnya adalah jumlah balita dalam keluarga, frekuensi makan balita serta pekerjaan kepala keluarga.
Hasil penelitian didapatkan hubungan yang bermakna antara pertumbuhan balita dengan kejadian sakit campak di Kota Jambi dengan OR akhir = 4,18 kali pada balita yang tidak naik berat badannya dibandingkan dengan balita yang naik berat badannya setelah dikontrol dengan variabel pengetahuan ibu tentang gizi dan sikap ibu dalam upaya pemenuhan gizi balitanya. Dalam penelitian diketahui adanya interaksi antara pertumbuhan berat badan dengan diare. Konfoundingnya yaitu berat lahir, diare, pcngetahuan ibu tentang gizi dan sikap ibu terhadap pemenuhan gizi balitanya, selisih nilai OR setelah dilakukan adjusted adalah <10%.
Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bahwa untuk menghindari sakit campak, berat badan anak harus sesuai dengan pertumbuhan umumya. Umur bertambah, berat badan naik. Dan untuk melihat pertumbuhan berat badan balita digunakan kartu menuju sehat (KMS). Pengetahuan ibu tentang gizi sangat diperlukan untuk meningkatkan derajat kesehatan untuk melindungi anak dari serangan penyakit dan hal ini dipantau bersama antara petugas kesehatan, kader dan ibu balita melalui KMS.
Pelaksanaan pemantauan pertumbuhan balita perlu dioptimalkan dengan melibatkan LS dan LP dalam bentuk melaksanakan revitalisasi Posyandu, meningkatkan konseling penyuluhan kepada ibu-ibu dengan peran bantu kader di Posyandu scbagai perpanjangan tangan petugas kesehatan di tengah masyarakat. Dalam pengambilan kebijakan, khususnya untuk pencegahan terhadap penyakit dan pertumbuhan balita dan kesehatan ibu secara umum perlu digunakan data dan pengkajian secara epidemiologis supaya sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan terkini.

Growth failure has been become one of the serious health problem and become a burden. Growth at early age has risk to get continuous disturbance. Growth failure can be due to malnutrition and it has been associated with morbidity and mortality that can affect human resource quality especially intelligence. Malnutrition caused by body weight that doesn't increase and as accumulation of impairment nutrition consumption. To asses infant body weight development, we use KMS Malnutrition children tends to suffering infection such as diarrhea, pneumonia, and measles. Measles has milder symptoms than other disease but it can be fatal in infant because other disease complication due to virus replication or bactery superinfection.
This observational case-control study want to find correlation between development of body weight and measles suspect-infant in Jambi city in years 2007-2008. Subjects are infant who admited in primary healt care (Puskesmas) or hospital and diagnosed measles. Controls are infant who doesn't suffering measles at the same time and same population (case population). All subjects and controls have "Kartu Menuju Sehat" (KMS).
The main variable is development of infant body weight and the outcome is measles suspect-infant. We also asses individual risk factor correlated with measles: birth body weight, infant immune status, other disease which accompanied at the time suffering measles(e.g. diarrhea), vitamin A, and age at the time suffering measles. Risk factors from mother are mother's age, mother's education, mother's occupation, mother's knowledge about nutrition, and mother's attitude toward child nutrition fulfillment. Other risk factors are numbers of infant in family, infant's eat hequency, and occupation of family leader.
The result of our study are body weight which doesn't increase has become risk factor for measles in infant at Jambi. There are signiiicant correlation between development of body weight and incidence of measles in infant at Jamby city as much as 4,18 times. In research known the existence of interaction among heavy growth of body with the diarrhoea. Confounding variable is mother-'s knowledge about nutrition, attitude to accomplishment about nutrition of children under five. After adjusted, Odd ratio (OR) difTerence is >10%.
From our study, we recommend to keep infant body weight tit with his/her age to prevent measles. Age, body weight, and development of body weight can be assesed and evaluated through "Kartu Menuju Sehat" (KMS). If age increase then body weight must be increase too.Mother's knowledge about nutrition needed to increase child health status especially to protect child from disease. It can be evaluated by health officer, kader (health volunteer), and mother.
Growth development surveillance must be optimized with include participation of LS and LP. This optimization manifested with Posyandu revitalization, training of kader (health volunteer), and counseling to mother with the help fiom kader posyandu (Posyandu's health volunteer) as extension from health ofiicer. In making decision and policy, especially for diseases prevention and infant growth, we recommend to use the result of this study as basic of future planning to decrease morbidity of measles and increase infant's development of body weight.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34397
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Danny Darmawan
"Minuman berenergi merupakan minuman yang banyak dikonsumsi masyarakat. Minuman berenergi mengandung kafein, sebuah zat yang menurunkan berat badan dan meningkatkan aktivitas fisik. Sebuah penelitian menunjukkan dari 496 mahasiswa, 51% mahasiswa meminum lebih dari satu minuman energi dalam setiap bulan. Selain itu, 30-50 % anak-anak, dan dewasa di Amerika Serikat mengonsumsi minuman berenergi. Sehubungan penelitian tersebut, kami ingin mengetahui pengaruh minuman Merk A terhadap berat badan dan aktivitas fisik.
Pengumpulan data berlangsung dari 14 Desember 2011-2 Januari 2012. Eksperimen diterapkan kepada 15 ekor tikus dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan tiap kelompok mendapatkan minuman Merk A, Kafein dan Akuades. Selanjutnya, tikus diberi bahan uji dalam dosis tertentu dan diamati aktivitas serta berat badannya.
Penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara kenaikan berat badan tikus yang meminum Merk A, Kafein dan Akuades ( p >0.05). Meskipun begitu, terdapat kenaikan aktivitas fisik yang bermakna ( p<0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa pengaruh minuman berenergi terhadap berat badan tidak ada, namun tidak terhadap aktivitas fisik.

Energy drink is beverage commonly consumed by people. It contains caffeine, a substance can reduce body weight and increase physical activity. A research in United States shows that from 496 students, 51% of them drink more than one bottle of energy drink per month. Also, 30%-50% children and adults in U.S consume them. From this research, we want to know the effect of Merk A to body weight and physical activity.
Data collected from December 14th , 2011 until January 2nd, 2012. Experiment was applied to 15 rats that are differentiated into three groups and each group got Merk A, Caffeine, and Aquadest. After they consume it, they were monitored in term of their weight and physical activity.
The research shows that there isn't significance increase in weight of rats that consume Merk A, Caffeine and Aquadest (p> 0.05). However, there is a significance increase to their physical activity (p<0.05). It can be concluded that energy drink gives no impact to body weight but it affects physical activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Albert Alvito
"Minuman berenergi merupakan minuman yang diproduksi secara besar-besaran Target penjualan utama adalah remaja. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2008 konsumsi minuman berenergi mencapai 35,8 juta dan mengalami pertumbuhan sebesar 14% setiap tahunnya. Minuman berenergi pada umumnya mengandung kafein, suatu zat yang dapat mempengaruhi berat badan dan Aktivitas fisik.Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh antara minuman berenergi terhadap berat badan dan aktivitas fisik.
Pengumpulan data berlangsung dari 14 Desember 2011 sampai 2 Januari 2012.Eksperimen dilakukan pada15 ekortikus yang dikelompokkan menjadi tiga dan setiapkelompok mendapatkan minuman berenergiMerek E, Kafein benzoat dan akuades. Tikus setiap hari diberi minuman tersebut sesuai dengan kelompok dan dosisnya.Setelah pemberian minuman tersebut dicatat aktivitas fisik dan berat badan dari tikus tersebut.
Penelitian menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara peningkatan berat badan tikus yang mengonsumsi minuman berenergiMerek E, Kafein dan Akuades (p<0.05). Terdapat kenaikan aktivitas fisik yang bermakna pada tikus yang mengonsumsi minuman berenergiMerek Edan Kafein terhadap Akuades ( p<0.05). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa minuman berenergi Merek E memiliki pengaruh terhadap berat badan dan aktivitas fisik.

Energy drink is beverage that is produced in large amounts. The main consumers of this beverage is teenager. A research shown that the consumption of enegy drink reached 35.8 millions in 2008, and growth until 14% per year. Commonly, Energy drink contains caffeine, a substance that can be used to reduce body weight and to increase physical activity. From this research, we want to know the effect of MerkE to body weight and physical activity.
Data collection started from December 14, 2011 till January 2, 2012. Experiment was applied to 15 rats that are differentiated into three groups and each group gets energy drinkMerk E, Caffeine, and Aquadest. After they consume energy drink with particular dosage, they will be monitored in term of their weight and physical activity.
From the research, it can be found there is significance increase in weight of rats that consume energy drinkMerk E, Caffeine and Aquadest (p< 0.05). And there is a significance increase to their physical activity to the rats that consume energy drinkMerk E, Caffeine and Aquadest (p<0.05). It can be concluded, through this research, that energy drink gives no impact to body weight but it affects physical activity.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utih Arupah
"ABSTRAK
Nama : Utih ArupahNPM : 1506787121Program : Magister Ilmu Kesehatan MasyarakatJudul : Model Prediksi Berat Badan Menggunakan Prediktor LingkarLengan Atas, Lingkar Pinggang, Lingkar Paha, Lingkar Betis,dan Panjang BadanPengukuran berat badan di rumah sakit merupakan parameter yang objektif,akan tetapi tidak semua pasien yang dirawat dapat dilakukan penimbanganberat badan dengan timbangan biasa, karena pasien tidak bisa berdiri tegak,ketidakmampuan pasien untuk berdiri,lemah tubuh, kesadaran menurun, karenapenyakit tertentu sehingga data yang dihasilkan memiliki reliabilitas yangkurang baik. Lingkar lengan, lingkar pinggang, lingkar paha, lingkar betis danpanjang badan merupakan salah satu ukuran antropometri yang kuat dapatdigunakan untuk memprediksi berat badan. Penelitian ini bertujuan untukmengembangkan model prediksi berat badan berdasarkan lingkar lengan atas,lingkar pinggang, lingkar paha, lingkar betis dan panjang badan. Penelitiandilakukan pada bulan nopember 2017. Disain yang digunakan adalah crosssectional jumlah sampel 160 orang pegawai yang diambil secara simplerandom sampling di RSCM. Variabel yang dikumpuli meliputi berat badan,lingkar lengan atas, lingkar pinggang, lingkar paha, lingkar betis, dan panjangbadan. Berat badan diukur dengan penimbangan dan lingkar lengan atas,lingkar pinggang, lingkar paha, lingkar betis dengan melingkari pita, panjangbadan dengan ukuran meteran. Hasil akhir dari penelitian menghasilkan modelprediksi berat badan untuk mendapatkan berat badan prediksi. Menghasilkan18 model prediksi berat badan memiliki nilai R square tinggi yaitu: 2 modelprediksi berat berat untuk laki-laki R2= 0,898, dan R2= 0,930, 9 model prediksiberat badan untuk perempuan R2=0,960, R2=0,952, R2=0,953, R2=0,956,R2=0,968, R2=0,949, R2=0,945, R2=0,963, R2= 0,944 dan 7 model prediksiuntuk gabungan laki-laki dan perempuan R2=0,949, R2=0,934, R2=0,893,R2=0,935, R2=0,914, R2=0,913, R2=0,929. Peneliti menyimpulkan bahwamodel prediksi berat badan yang dihasilkan akurat untuk memprediksi beratbadan dewasa. Namun perlu dilakukan penelitian kembali pada populasi yanglebih luas.Kata Kunci : Model Prediksi, Berat Badan, Lingkar Lengan Atas

ABSTRACT
Nama Utih ArupahNPM 1506787121Program Master of Public HealthJudul Weight Prediction Models Using Upper Arm CircumferencePredictor, Waist Circumference, Thigh Circumference, CalfCircumference and body LengthThe Weight measurement at Hospital is an objective parameter, however thereare only a few treated patients whose body weights can be measured withordinary scales. The reasons are mostly because of their inability to stand up bythemselves or because of certain disease so that the data results have lessreliability. Arm circumference, waist circumference, thigh circumference, calfcircumference and body length are one of the strongest anthropometry can beused to predict body weight. This research aims to develop a weight predictionmodel based on the upper arm circumference, waist circumference, thighcircumference, calf circumference and body length. This research wasconducted in November 2017. The design which used are cross sectional with160 samples of staffs which were taken by simple random in RSCM. Thecollected variables which consist of body weight, upper arm circumference,waist circumference, thigh circumference, calf circumference, and body length.Measurement of body weights can be done by weighing them. Measurement ofupper arm circumference, waist circumference, thigh circumference, calfcircumference can be done by using metering ribbon, and body length withstick meter. The final result of the research creates the formula of body weightprediction to get body weight rsquo s prediction. Producing 18 weight predictionmodels that have high lsquo R rsquo square value, that is 2 weight prediction models forman which are R2 0,898, and R2 0,930, 9 weight prediction models forwomen which are R2 0,960, R2 0,952, R2 0,953, R2 0,956, R2 0,968,R2 0,949, R2 0,945, R2 0,963, R2 0,944 and 7 weight prediction models ofmixed gender R2 0,949, R2 0,934, R2 0,893, R2 0,935, R2 0,914, R2 0,913,R2 0,929 . Scientists concluded that weight prediction models which wasdeveloped is accurate for predicting adult body weight. However, it needs to bere examined in the wider population.Keywords Prediction model, weight, upper arm circumference"
2018
T50922
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>