Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 154722 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wina Widiarti
"Sepsis merupakan suatu disfungsi organ yang bersifat mengancam jiwa yang disebabkan oleh infeksi, sedangkan syok septik adalah sekumpulan tanda-tanda sepsis dengan resiko mortalitas yang lebih tinggi. Penatalaksanaan pasien bergantung pada pemberian antibiotik empiris yang sesuai untuk mencegah resistensi bakteri terhadap antibiotik yang diberikan.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat pola antibiotik yang diberikan kepada pasien sepsis dan menilai kesesuaian penggunaan antibiotik pada pasien sepsis di Instalasi Gawat Darurat RSUP Fatmawati periode Oktober-Desember 2016.
Penelitian ini dilakukan dengan desain cross sectional dan bersifat deskriptif secara retrospektif dengan mengevaluasi catatan rekam medis dari 99 pasien sepsis. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling.
Hasil analisis pada 99 pasien sepsis, didapatkan jumlah penderita laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, yaitu sebesar 56.57 dan paling banyak diderita oleh pasien lansia akhir >55-65 tahun sebesar 34.34.
Kriteria pasien sepsis didapatkan bahwa pasien sepsis sebesar 73.74 dan syok septik sebesar 26.26. Antibiotik tunggal yang paling sering digunakan adalah seftriakson, sedangkan antibiotik yang paling sering dikombinasi adalah levofloksasin seftriakson. Penggunaan antibiotik yang memenuhi kriteria tepat pasien sebanyak 49.49 , tepat indikasi sebanyak 70.71 , dan tepat dosis sebanyak 34.34.

Sepsis is defined as life threatening organ dysfunction caused by infection, whereas septic shock is a subset of sepsis in which substantially increase mortality. The management of the patient depends on treating septic patient especially with appropriate empirical antibiotics to prevent bacterial resistance.
The purpose of this study was to perceive of the antibiotic prescription patterns given to sepsis patients and assess the accuracy of antibiotic usage in sepsis patients in the Emergency Department of Fatmawati Central General Hospital October to December 2016 period.
The design of this study was cross sectional and this sudy was descriptive with retrospective data collection by evaluated medical records from 99 patients. This sudy used the total sampling technique.
Based on analysis of 99 sepsis patients, the number of men was higher than women, which was 56.57 and the most suffered by the elderly 55 65 years old patients was 34.34.
This study showed that sepsis patients were 73.74 and septic shock were 26.26. The single most antibiotic commonly used was ceftriaxone and the most combined antibiotic was levofloxacin ceftriaxone. The administration of antibiotics which patient 39 s properly criteria was 49.49 , appropriate indication was 70.71 , and appropriate dosage was 34.34.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68062
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ignatia Novianta Wulandari
"Infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab utama kematian pada bayi. Akibat gejala klinis dari infeksi bakteri pada bayi yang beragam, maka bayi biasanya diberikan pengobatan berupa terapi antibiotik dengan diagnosis yang samar. Pemberian antibiotik tanpa justifikasi yang tepat menyebabkan tidak efektifnya kemampuan antibiotik tersebut.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas penggunaan antibiotik pada pasien bayi di ruang perinatologi Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati periode Oktober-Desember 2016. Penelitian ini dilakukan dengan desain cross-sectional dan metode retrospektif yaitu mengumpulkan data sekunder berupa data rekam medis dan catatan peresepan antibiotik. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan teknik total sampling. Penilaian kualitas penggunaan antibiotik dilakukan dengan menggunakan metode Gyssens.
Berdasarkan hasil penilaian kualitas penggunaan antibiotik, didapatkan hasil yaitu 17 peresepan antibiotik 36,95 memenuhi kategori 0 penggunaan antibiotik tepat/bijak, 1 peresepan antibiotik 2,18 termasuk dalam kategori IIa penggunaan antibiotik tidak tepat dosis, 3 peresepan antibiotik 6,52 termasuk dalam kategori IIb penggunaan antibiotik tidak tepat interval, 9 peresepan antibiotik 19,57 termasuk dalam kategori IIIa penggunaan antibiotik terlalu lama, 4 peresepan antibiotik 8,70 termasuk dalam kategori IIIb penggunaan antibiotik terlalu singkat, 4 peresepan antibiotik 8,70 termasuk dalam kategori IVa ada antibiotik lain yang lebih efektif, dan 8 peresepan antibiotik 17,39 termasuk dalam kategori V tidak ada indikasi penggunaan antibiotik.

Bacterial infection is one of the leading causes of death in neonates. As a result of clinical symptoms of bacterial infection in neonates are diverse, neonates are usually given antibiotic therapy with a vague diagnosis. Prescribing of antibiotics without appropiate justification cause ineffective antibiotic ability.
The aim of this study was to determine the quality usage of antibiotic on neonates in perinatology ward Fatmawati General Hospital October December 2016. The study was conducted by cross sectional design and retrospective method by collecting secondary data in the form of medical records and antibiotic prescription records. The sampling was done by total sampling technique. Assessment quality usage of antibiotic was done using Gyssens method.
Based on the results of the assessment quality usage of antibiotic, from 46 antibiotic prescribing obtained 17 antibiotic prescribing 36.95 include in category 0 appropiate use of antibiotic ,1 antibiotic prescribing 2.18 include in category IIa inappropiate dosage, 3 antibiotic prescribing 6.52 include in category IIb inappropiate interval, 9 antibiotic prescribing 19.57 include in category IIIa the usage of antibiotic was too long, 4 antibiotic prescribing 8.70 include in category IIIb the usage of antibiotic was too short, 4 antibiotic prescribing 8.70 include in category IVa there were other more effective antibiotics, and 8 antibiotic prescribing 17.39 include in category V there was no indication of antibiotic usage."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68061
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nariyah Azzahra
"Antibiotik menjadi pilihan obat yang paling sering digunakan di seluruh dunia untuk menangani penyakit infeksi bakteri. Meluasnya penggunaan antibiotik akan meningkatkan risiko terjadinya resistensi dan efek obat yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu, penggunaan antibiotik harus mengikuti strategi peresepan antibiotik (Gunawardhana., 2015). Evaluasi antibiotik dapat dilakukan secara kuantitatif menggunakan ATC/DDD. Penelitian ini menggunakan studi observasional dengan pengambilan data dilakukan secara retrospektif. Data yang diperoleh adalah data pasien rawat inap di RSUP Fatmawati periode Oktober – Desember 2022. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien rawat inap kecuali pasien rawat inap anak dan kriteria eksklusi yaitu antibiotik yang tidak memiliki kode DDD di website WHO. Data di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan metode ATC/DDD dan mengklasifikasikan antibiotik yang termasuk ke dalam segmen DU 90%. Berdasarkan hasil evaluasi, levofloxacin merupakan antibiotik yang paling banyak digunakan di RSUP Fatmawati yaitu 22,003 DDD/100 hari rawat inap. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam 100 hari rawat inap, terdapat 22 pasien yang mendapatkan antibiotik berupa levofloxacin baik secara oral maupun parenteral yang sudah sesuai dengan standar WHO dengan dosis sebesar 500 mg. Antibiotik yang termasuk kedalam segmen DU90% adalah levofloxacin, ampisilin-sulbaktam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbaktam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime dan cefixime.

Antibiotics are the most frequently used drug choice throughout the world to treat bacterial infections. Widespread use of antibiotics will increase the risk of resistance and undesirable drug effects. Therefore, the use of antibiotics must follow the antibiotic prescribing strategy (Gunawardhana., 2015). Antibiotic evaluation can be carried out quantitatively using ATC/DDD. This research used an observational study with data collection carried out retrospectively. The data obtained is data from inpatients at RSUP Fatmawati for the period October – December 2022. The inclusion criteria in this study were all inpatients except pediatric inpatients and the exclusion criteria were antibiotics that did not have a DDD code on the WHO website. Data were analyzed quantitatively using the ATC/DDD method and classifying antibiotics into the 90% DU segment. Based on the evaluation results, levofloxacin is the most widely used antibiotic at RSUP Fatmawati, namely 22,003 DDD/100 inpatient days. These results show that within 100 days of hospitalization, there were 22 patients who received antibiotics in the form of levofloxacin, both orally and parenterally, which complies with WHO standards at a dose of 500 mg. Antibiotics included in the DU90% segment are levofloxacin, ampicillin-sulbactam, cefoperazone, ciprofloxacin, amoxicillinsulbactam, meropenem, tamicil, cefadroxil, clindamicin, cefotaxime and cefixime.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bonita Effendi
"Penegakkan diagnosis sepsis lebih dini perlu dilakukan agar tepat dalam inisiasi penatalaksanaan sepsis, terutama saat di instalasi gawat darurat. Insidens sepsis cenderung meningkat, di Indonesia mortalitas pada tahun 2000 mencapai 84,5%. Penyebab dari sepsis bersifat multifaktorial. Tujuan penelitian untuk mengetahui faktor yang memengaruhi peningkatan risiko mortalitas berdasarkan jumlah sumber infeksi, asal infeksi (komunitas atau nosokomial), jumlah komorbid, sistem skor, albumin, kalium, dan kreatinin darah pada pasien terdiagnosis sepsis. Desain studi adalah kohort retrospektif dengan data rekam medis RSCM dan penelitian sepsis Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RSCM. Kriteria inklusi meliputi pasien dewasa berusia > 18 tahun terdiagnosis sepsis sesuai kriteria Surviving Sepsis Campaign 2012 (SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS) tahun 2012 dan dirawat inap di RSCM dari Januari 2014?Desember 2015. Studi dianalisis dengan SPSS ver 12.0. Dari 286 pasien, 75,9% memiliki jumlah sumber infeksi tunggal dan 53,5% berasal dari infeksi nosokomial. Selain itu, 80,8% dilaporkan dengan jumlah komorbid multipel. Dari pemantauan selama 28 hari, peningkatan kalium, skor qSOFA > 2, dan skor MSOFA > 11 meningkatkan risiko terjadinya mortalitas akibat sepsis dengan HR kalium > 5,0 mEq/l 1,91 (IK 95% 1,32?1,78, p 0,001) ; HR qSOFA > 2 1,19 (IK 95% 0,92-1,54, p 0,17) dan HR MSOFA > 11 1,38 (IK 95% 0,96?1,98, p 0,07). Median lama rawat inap dari pasien dengan sepsis hari ke-3 (IK 95% 2,53?3,47). Semakin lama pemantauan, maka probabilitas kesintasan akan semakin menurun. Kalium darah, skor qSOFA, dan skor MSOFA merupakan faktor yang memengaruhi mortalitas pasien sepsis di IGD dan dirawat di RSCM selama pemantauan 28 hari.

Early diagnosis of sepsis is essential to initiate sepsis management especially in emergency room. Sepsis incidence rate tends to increase, in Indonesia the mortality rate year 2000 reached 84.5%. The cause of sepsis is multifactorial. The objectives are to determine factors associated with increased mortality risk based on single/multiple infection sources and comorbidity, community/nosocomial infection, scoring system, albumin/potassium/creatinine concentration in patients with sepsis. This is a cohort retrospective study based on medical records and research tree of sepsis from Division of Tropic and Infection, Internal Medicine Department, FMUI-RSCM. Inclusion criteria includes patients aged > 18 years diagnosed with sepsis based on Surviving Sepsis Campaign 2012 (SCCM/ESICM/ACCP/ATS/SIS), hospitalized in RSCM within January 2014- December 2015. Analysis is based on SPSS ver 12.0. From 286 patients, there were 75.9% suffered from single source of infection and 53.5% due to nosocomial infection. There were 80.8% of septic patients had > 1 comorbidities. Within 28 days, increased potassium, qSOFA score > 2, and MSOFA score > 11 tended to increase mortality risk due to sepsis with HR of potassium > 5,0 mEq/l 1.91 (95% CI 1.32?1.78, p .001) ; HR qSOFA > 2 1.19 (95% CI 0.92?1.54, p .17) dan HR MSOFA > 11 1.38 (95% CI 0.96?1.98, p .07). Median lifetime within 28 days was 3 days (95% CI 2.53?3.47). The longer the duration of survival analysis, the lower the probability of survival. Potassium, qSOFA and MSOFA scoring system were factors associated with increased risk of mortality in patients with sepsis admitted in emergency room and hospitalized in RSCM within 28 days of survival analysis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T46259
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mas Masyrifah
"Sepsis masih menjadi masalah kesehatan dunia dengan angka kematian yang cukup tinggi berkisar 20 – 50%. Penggunaan terapi antibiotik yang rasional dengan segera dapat menurunkan angka kematian. Sebaliknya, penggunaan terapi antibiotik tidak rasional akan meningkatkan terjadinya resistensi yang berdampak pada tingginya morbiditas, mortalitas dan biaya kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas penggunaan antibiotik dengan metode gyssens pada pasien sepsis. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan metode cross-sectional yang dilakukan di RSUP Fatmawati Jakarta. Subyek penelitian adalah 110 pasien sepsis pada periode Januari hingga Desember 2020 yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien usia > 18 tahun dan mendapatkan terapi antibiotik. Pasien sepsis umumnya berusia ≤ 65 tahun (66,4%) dengan rerata usia 60,60±13,88, berjenis kelamin perempuan (52,7%), termasuk dalam kategori sepsis (53,6%), memiliki > 1 penyakit penyerta (86,4%), mengalami infeksi paru (66,4%), dan lama rawat ≤ 14 hari (85,5%). Berdasarkan distribusi penggunaan antibiotik, sebagian besar (93,66%) pasien menggunakan antibiotik empiris. Antibiotik tunggal digunakan pada 46,37% pasien dengan presentase terbanyak adalah meropenem (14,55%). Sedangkan 53,63% pasien menggunakan antibiotik kombinasi dengan presentase terbanyak adalah kombinasi ceftriaxon+levofloxacin (19,09%). Sejumlah 92,73% pasien menggunakan antibiotik selama ≤ 14 hari. Berdasarkan evaluasi kualitas antibiotik menggunakan metode gyssens diperoleh hasil 49,09% pasien menggunakan antibiotik yang rasional dan 50,91% pasien menggunakan antibiotik yang tidak rasional dan tersebar dalam kategori VI (0,91%), V (17,28%), IV a (3,63%), IV b (0,91%), IV c (0,91%), III a (3,63%), III b (20%), II a (0,91%) dan II b (2,73%).

Sepsis is still a global health problem with a fairly high mortality rate ranging from 20-50%.
Rational use of antibiotic therapy immediately can reduce mortality. Conversely, irrational use of
antibiotic therapy will increase the occurrence of resistance which has an impact on high morbidity,
mortality and health costs. This study aims to evaluate the quality of antibiotics use with the Gyssens
method in sepsis patients. This study was an observational study with a cross-sectional method conducted
at Fatmawati Hospital, Jakarta. The subjects were 110 septic patients from January to December 2020 who
met the inclusion criteria, namely aged > 18 years and received antibiotic therapy. Sepsis patients were
generally aged 65 years (66.4%) with a mean age of 60.60 ± 13.88, female (52.7%), included in the category
of sepsis (53.6%), had >1 comorbidities (86,4%), had lung infection (66.4%), and length of stay ≤ 14 days
(85.5%). Based on the pattern of antibiotic use, most (93.66%) patients used empiric antibiotics. A single
antibiotic used in 46.37% of patients with the highest percentage was meropenem (14.55%). Meanwhile,
53.63% of patients used combination antibiotics with the highest percentage were combination of
ceftriaxone+levofloxacin (19.09%). A total of 92.73% of patients used antibiotics for ≤ 14 days. Based on
the evaluation of the quality of antibiotics using the Gyssens method, the study found the result that
49.09% of patients using rational antibiotics and 50.91% of patients using irrational antibiotics and
were spread in category VI (0.91%), V (17.28%), IV a (3.63%), IV b (0.91%), IV c (0.91%), III a (3.63%),
III b (20%) , II a (0.91%) and II b (2.73%).
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Rizal Baihaqi
"Penelitian ini membahas pengaruh tiga dimensi dari Spiritualitas di Tempat Kerja, yaitu Inner Life, Meaningful Work dan Sense of Community terhadap Stres Kerja di komunitas perawat bagian Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan analisis deskriptif. Penelitian ini melibatkan 60 perawat bagian Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta.
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh negatif dari ketiga dimensi Spiritualitas di Tempat Kerja terhadap tingkat Stres Kerja di dalam komunitas perawat bagian Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta sekaligus memberikan saran bagi manajemen Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta dalam menurunkan tingkat Stres Kerja perawat dengan memperhatikan aspek-aspek penting dari ketiga dimensi Spiritualitas tersebut.

This study discusses the influence of three dimensions of Workplace Spirituality, there are Inner Life, Meaningful Work and Sense of Community to Work Stress in community of Emergency nurse section, Fatmawati Jakarta Central General Hospital. Data collection method in this research is quantitative with descriptive analysis. This study involved 60 nurses of Emergency Room of Fatmawati Jakarta Central General Hospital.
The results of this study indicate the negative influence of the three dimensions of Workplace Spirituality to the level of Work Stress in the nurse community of Emergency Room of Fatmawati Jakarta Central General Hospital as well as providing advice for the management of Fatmawati Jakarta Hospital in reducing the level of nurses Working Stress by paying attention to important aspects of the three dimensions of spirituality.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2017
S67562
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinda Puteri Wihardi
"Rujuk Balik merupakan program yang diselenggarakan oleh BPJS untuk meningkatkan kualitas dan kemudahan akses pelayanan bagi peserta JKN, khsuusnya penderita penyakit kronis. RSUP Fatmawati sebagai rumah sakit yang 90 pasiennya adalah peserta JKN tentunya juga melaksanakan pelayanan rujuk balik. RSUP Fatmawati telah mencantumkan ketepatan rujuk balik ke dalam Key Performance Indicator IRJ RSUP Fatmawati. Pada pelaksanaannya rujuk balik di RSUP Fatmawati belum berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan capaian rujuk balik pada bulan Mei sampai dengan September 2016 yang hanya pada kisaran 0,08 sampai 1,62. Hipertensi termasuk 10 besar penyakit di IRJ RSUP Fatmawati yang sebenarnya pasiennya dapat dilakukan rujuk balik.
Rujuk balik pada pasien hipertensi masih jarang dilakukan. Pasien hipertensi yang dirujuk balik hanya pada kisaran 3 sampai 8 orang tiap bulan. Penelitian ini merupakan operasional research yang berfungsi untuk menghasilkan strategi, sehingga dapat memperbaiki sistem rujuk balik di RSUP Fatmawati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak terdapat faktor penghambat dalam implementasi rujuk balik pada pasien hipertensi, baik dari supply RSUP Fatmawati dan FKTP maupun demand pasien. Semua pihak yang berkaitan dengan pelayanan rujuk balik ini, yakni RSUP Fatmawati dan FKTP harus bekerja sama dan berkomitmen untuk mengatasi faktor penghambat tersebut.

Counter Referral is a program organized by BPJS to improve the quality and easiness of services access for JKN participants, particularly patient with chronic diseases. Fatmawati General Hospital, 90 of patients are JKN participants, carry out counter referral services. Fatmawati General Hospital has included percentage of counter referral accuracy to Outpatient rsquo s Key Performance Indicator. In the implementation, counter referral in Fatmawati Hospital has not run well. This is proven by realization of counter referral in May up to September 2016 were only in the range of 0.08 to 1.62. Hypertension is included as 10 major diseases in Fatmawati rsquo s Outpatient Installation which patients actually can be referred back.
Counter referral in hypertension patients still rarely performed. Hypertension patients are referred back only in the range of 3 to 8 people each month. This study is an operational research that serves to produce a strategy to improve counter referral system at Fatmawati Hospital. The results showed that there are many factors inhibiting the implementation of counter referral in hypertension patients, both from the supply Fatmawati General Hospital and FKTP and demand the patient. All participants associated with the service of counter referral, such as Fatmawati General Hospital and FKTP, should work together and commit to address these inhibiting factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S66397
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marulita Isadora
"Praktek Kerja Profesi (PKP) bertujuan agar mahasiswa mampu memahami peran, tugas dan tanggung jawab apoteker di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi khususnya dan pelayanan farmasi khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya; memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di Rumah Sakit; serta memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian di Rumah Sakit. PKP ini bertempat di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan yang berlangsung selama 6 minggu. Selama PKP berlangsung mahasiswa apoteker telah memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian dengan penuh tanggung jawab di Rumah Sakit. Berdasarkan pengamatan selama PKP berlangsung terdapat permasalahan dalam kegiatan farmasi klinik di RSUP Fatmawati yaitu adanya keterbatasan alat untuk melakukan kegiatan pemantauan kadar Obat dalam Darah (PKOD) sehingga kegiatan tersebut masih belum bisa berjalan dengan baik.

Profession Internship at hospital was intended to make apothecary student understands the duties and responsibilities in accordance with povisions and ethics of pharmaceutical care; provide apothecary student with knowledge, skill, and practical experience to carry out their profession with full responsibility in hospital; and apothecary student have a real picture of the problems of pharmaceutical care in hospital. Professional internship at hospital was held at Fatmawati central general hospital South Jakarta for six weeks. Based on observation, there is the problem in clinical pharmacy activities because of limited equipment to monitor drug level in the blood
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Luthfiah Septiana
"Ketoasidosis diabetes melitus tipe 2 dan sepsis merupakan kondisi medis yang kompleks dan seringkali memerlukan perawatan yang intensif dan terapi obat yang tepat. Pasien dengan riwayat stroke juga memerlukan perhatian khusus dalam manajemen kesehatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pentingnya pemantauan terapi obat pada pasien dengan diagnosa ketoasidosis diabetes melitus tipe 2 dan sepsis yang memiliki riwayat stroke. Manfaat dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan wawasan mengenai pemantauan terapi obat dan penerapannya serta memberikan gambaran terkait terapi obat yang telah diberikan pada pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu pengambil keputusan medis dalam menentukan rencana terapi yang tepat, mengoptimalkan penggunaan obat, dan mengurangi risiko komplikasi yang mungkin timbul. Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data dari catatan medis pasien yang dirawat di ruang rawat Teratai lantai 6 Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati. Data yang dikumpulkan mencakup informasi tentang diagnosis medis, riwayat stroke, terapi dan jumlah obat yang diberikan, dosis obat, hasil pengujian laboratorium, dan respons terhadap terapi. Hasil pemantauan terapi obat akan dievaluasi untuk melihat keefektifan pengobatan, kemungkinan interaksi obat, dan efek samping yang mungkin terjadi. Pada pemantauan obat ini, diketahui pasien memiliki 15 permasalahan terkait obat. Permasalahan tersebut meliputi dosis obat yang tidak tepat, rejimen dosis obat yang terlalu sering, durasi pemberian obat terlalu lama, waktu pemberian dosis tidak tepat, instruksi waktu dosis yang salah, dan adanya interaksi antara obat yang digunakan. Pada pemberian antibiotik diketahui terdapat penggunaan dengan dosis yang tidak tepat untuk penggunaan cefotaxime dan durasi pemberian terlalu lama untuk penggunaan meropenem. Untuk itu, diharapkan tenaga kesehatan dapat merancang terapi obat yang lebih efektif dan aman untuk pasien dengan kondisi kesehatan yang kompleks ini. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong penerapan pemantauan terapi obat secara rutin dan terintegrasi dalam perawatan pasien dengan ketoasidosis diabetes melitus tipe 2 dan sepsis serta riwayat stroke, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan prognosis pasien secara keseluruhan.

Type 2 diabetes mellitus ketoacidosis and sepsis are complex medical conditions and often require intensive care and appropriate drug therapy. Patients with a history of stroke also require special attention in their health management. This study aims to assess the importance of monitoring drug therapy in patients with a diagnosis of type 2 diabetes mellitus ketoacidosis and sepsis who have a history of stroke. The benefit of this research is to increase insight into monitoring drug therapy and its application and to provide an overview of drug therapy that has been given to patients at Fatmawati General Hospital. The results of this study are expected to assist medical decision makers in determining the right therapeutic plan, optimizing drug use, and reducing the risk of complications that may arise. This research was conducted by collecting data from the medical records of patients treated at the Teratai ward on the 6th floor of Fatmawati General Hospital. The data collected includes information about medical diagnosis, history of stroke, therapy and the amount of drug administered, drug dosage, laboratory test results, and response to therapy. The results of drug therapy monitoring will be evaluated to see the effectiveness of treatment, possible drug interactions, and possible side effects. In monitoring this drug, it was found that the patient had 15 drug-related problems. These problems include inappropriate drug dosing, drug dosing regimens that are too frequent, too long duration of drug administration, inappropriate dosing times, wrong dosing time instructions, and interactions between the drugs used. In the administration of antibiotics, it is known that there is the use of inappropriate doses for the use of cefotaxime and the duration of administration is too long for the use of meropenem. For this reason, it is hoped that health workers can design drug therapies that are more effective and safe for patients with this complex health condition. In addition, this research is also expected to encourage the implementation of routine and integrated monitoring of drug therapy in the care of patients with type 2 diabetes mellitus ketoacidosis and sepsis and history of stroke, so as to improve the patient's overall quality of life and prognosis."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Avelia Devina Calista
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat RSUP Fatmawati Jakarta Selatan bertujuan untuk memahami peranan; tugas dan tanggung jawab apoteker di rumah sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya. Apoteker RSUP Fatmawati sudah melakukan pelayanan farmasi klinik dan pengelolaan perbekalan farmasi sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pelayanan farmasi klinik yang belum dilakukan adalah pemantauan kadar obat dalam darah. Tugas khusus yang dilakukan berjudul Evaluasi Penggunaan Albumin pada Seorang Pasien di Intensive Care Unit ICU Bulan Agustus Tahun 2016. Tujuan dilakukannya tugas khusus ini adalah mengevaluasi penggunaan albumin pada seorang pasien ICU di RSUP Fatmawati Jakarta Selatan. Pemberian albumin pada pasien dengan diagnosa kerja sepsis berat dan Acute Respiratory Distress sudah sesuai berdasarkan indikasinya; tetapi dosis yang diberikan kurang sesuai.

Pharmacist Professional Internship at Fatmawati Central General Hospital South Jakarta aims to understand role; task; and responsibility of Pharmacist at hospital especially in accordance with applicable regulatory and ethical pharmaceutical and generally in health service. Pharmacist Fatmawati Central General Hospital has done pharmacy clinic service and management of pharmaceutical supplies according to applicable regulatory. Monitoring of drug levels in the blood hasn rsquo t done in this hospital. Title of special assignment is Evaluation of Albumin Used at a Patient in Intensive Care Unit ICU August 2016. The aim of special assignment is evaluate the albumin used at a patient in Fatmawati Central General Hospital ICU. Administration of albumin in patient with diagnosis of severe sepsis and acute respiratory distress is appropriate based on the indication; but the dose was given less appropriate.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>