Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180185 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Claudea Ryandini
"Skripsi ini membahas mengenai Kaesong Industrial Complex KIC yang berada di Kota Kaesong, Korea Utara. Kompleks industri ini merupakan salah satu proyek kerjasama ekonomi Pemerintah Korea Selatan dan Korea Utara. Dalam pelaksanaannya, KIC membawa banyak dampak bagi kedua Korea di berbagai bidang seperti ekonomi, politik, keamanan, dan kemasyarakatan. Dampak yang dihasilkan KIC tersebut dapat membawa perdamaian dan membuka jalan untuk mencapai proses reunifikasi di Semenanjung Korea. Akan tetapi, KIC juga mengalami banyak rintangan yang menghambat pengoperasian kompleks industri tersebut. Skripsi ini menjabarkan perwujudan KIC sebagai simbol perdamaian dan reunifikasi di Semenanjung Korea beserta kontroversi dan penutupan kompleks tersebut dengan menggunakan metode sejarah.

This study's main focus is Kaesong Industrial Complex KIC that is located in Kaesong City, North Korea. The industrial complex is one of the joint economic cooperation projects between South Korea and North Korea. In the operation, KIC brings many effects to both countries in various fields such as economic, politic, security, and humanities. The effects of the complex could bring peace and opening the path for reunification process in the Korean Peninsula. However, KIC faces many obstacles that hinders the operation of the industrial complex. This study explains the depiction of KIC as a peace and reunification symbol in Korean Peninsula, along with the controversies and the closing of the complex based on historical methods.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S69969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gyunggi-Do, Republic of Korea: Institute of South and North Korea Studies, 2005
338.951 95 ROA
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Myland, Kim
"Para bajak laut Jepang atau yang dikenal sebagai Wakō, mulai aktif sejak abad ke-13 hingga abad ke-16 di sepanjang semenanjung Korea dan pantai selatan Cina. Aktifitas mereka menimbulkan keresahan dan kekacauan dalam bidang ekonomi, baik di Korea maupun di Cina. Kondisi ini menyebabkan Korea dan Cina beberapa kali mengirim utusan ke Jepang untuk mengatasi keberadaan Wakō, namun baru mendapat perhatian serius setelah Istana Utara dan Istana Selatan di Jepang berhasil disatukan, khususnya setelah Ashikaga Yoshimitsu memutuskan untuk berdagang secara resmi dengan pemerintah Ming di Cina pada tahun 1401. Tindakan kriminal para bajak laut ini dipicu oleh masalah ekonomi. Musim panas pada tahun 1222 menyebabkan kekeringan melanda daerah asal mereka di Tsushima, Iki, Goto dan Matsura. Di saat yang sama, kondisi politik Korea dan Cina pun sedang mengalami kekacauan akibat serangan bangsa Mongol di utara Korea dan usaha pemberontakan rakyat Cina untuk menjatuhkan dinasti Yuan, pemerintahan bangsa Mongol di Cina. Akibatnya, para bajak laut ini memanfaatkan situasi politik Korea dan Cina untuk menjarah wilayah selatan mereka yang lemah.

The Japanese pirates, known as Wakō, active since the 13th century until the 16th century along the Korean peninsula and the southern China coast. Their activities cause unrest and chaos in the economic field, both in Korea and in China. This condition led to Korea and China several times to send their envoys to Japan to overcome Wako existence, but they got serious attention after the North Castle and South Castle in Japan managed to put together, especially after Ashikaga Yoshimitsu officially decided to trade with the Ming government in China in 1401 . Criminal action of these pirates was triggered by economic problems. The summer in 1222 caused drought. This led to their home areas in Tsushima, Iki, Goto and Matsura. At the same time, political conditions of Korea and China are also mess due to Mongol attacks in northern Korea and China business a popular uprising to overthrow the Yuan Dynasty, the Mongol rule in China. As a result, these pirates take advantage of the political situation of Korea and China to plunder the weak southern region.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2013
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Irawadi
"Gaeseong Industrial Complex (GIC) merupakan bentuk kerjasama ekonomi antara Korea Selatan dan Korea Utara yang disepakati pada masa Pemerintahan Kim-Daejung. Setelah naiknya Pemerintahan Lee Myung-Bak yang konservatif, pada nyatanya keberadaan GIC tetap dipertahankan. Dengan kemunculan berbagai konflik politik di Semenanjung Korea yang kian memperburuk hubungan kedua Korea, keputusan Korea Selatan tersebut menjadi sebuah hal yang dapat dipertanyakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Korea Selatan memiliki dua kepentingan utama dalam GIC, yaitu kepentingan ekonomi dan kepentingan politik, yang menunjukkan pemahaman pendekatan fungsionalisme dalam persepsi Pemerintahan Lee Myung-Bak terhadap GIC.

Gaeseong Industrial Complex (GIC) is a form of economic cooperation between South Korea and North Korea, agreed during Kim Dae-Jung’s administration. After Lee Myung-Bak’s administration which is conservative has inaugurated, in fact the existence of GIC was still being endured. With the political tensions risen up in Korean Peninsula which are worsening the Inter-Korean relations, these South Korea’s decision is questionable. The results of this research shows that South Korea has two major interests in GIC, which are economic interest and political interest, showing the understanding of functionalism approach on the perception of Lee Myung-Bak’s administration towards GIC."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
S60390
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
KAJ 7(1-4) 2002
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Zainab Ummu Hasanah
"Makanan memiliki keterkaitan yang erat dengan komunikasi dan kebudayaan. Melalui sebuah makanan tradisional kita dapat mengetahui berbagai hal seperti cita rasa khas serta kondisi geografi daerah asal makanan tersebut. Namun, melalui makanan kita juga dapat mengetahui budaya, nilai, tradisi, serta kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dari daerah makanan itu berasal. Tteok sebagai makanan khas Korea Selatan merupakan salah satu jenis makanan yang dapat memberikan informasi tentang kebudayaan serta nilai-nilai dalam masyarakat Korea. Tteok sebagai jenis makanan mengandung berbagai makna dan pesan tentang perasaan seseorang. Kebahagiaan, kesedihan, amarah, dan kepuasan merupakan ungkapan dari nilai yang ada dalam masyarakat Korea, yakni jeong. Penelitian ini disusun untuk menjelaskan nilai dan budaya dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Korea dalam sebuah Tteok. Penelitian ini ditulis dengan metode studi pustaka dan membahas peran tteok dalam komunikasi, serta keterkaitannya dengan nilai jeong dalam masyarakat Korea. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa tteok dapat menjadi simbol jeong dalam komunikasi masyarakat Korea.
Food has a close relation with culture and communication. Through a traditional food, we can know the unique taste and geographic condition of the area where the food came from. However, through a food we can also get the information about culture, value, tradition, and customs of the society.Tteokis a type of Korean traditional food which can tell us the information about Korean culture and values in their society.Tteokas type of foodhasmeaning and message about one`s feelings.Happiness, sadness, anger, and pleasure in Korean traditional value are known as jeong. This paper aims to know the culture and value within Korean sociocultural society through atteok. This paper is written with a literature study method and discuss the role of tteokin communication, as well as its relevance to the value of jeong in Korean society. Based on the result of this analysis, it was found tha ttteok can be seen as a symbol of jeong in Korean`s communication."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Boca Raton, Florida: CRC Press, 2017
363.11 SAF
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This book describes a systematic approach to risk assessment for complex socio-technical systems like industrial processes, especially innovative ones. It provides an overview of applications of system dynamics theory and methodologies on industrial systems in order to demonstrate the relevance of such an approach in helping to assess risks in such complex systems.
An important feature of this approach is that it takes into account the dynamic of the interactions of the components (technical, human and organizational ones) in order to study and simulate the behavior of the system. This methodology helps to define the failures and/or accident scenarios and to implement and test the prevention and protection barriers."
Switzerland: Springer Nature, 2019
e20509844
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Hesti Wulandari
"ABSTRAK
Religion Industrial Complex terkait dengan komodifikasi agama yang dipasarkan dalam bentuk modal, politik, dan hegemoni. Meskipun demikian, dibutuhkan pula perangkat atau media untuk membentuknya; disinilah Religious Opportunist Group hadir sebagai alat yang sempurna untuk mencapai tujuan tersebut.
Dalam meneliti dan mengkonseptualisasikan fenomena Religion Industrial Complex ini digunakan metode analisis diskursus dengan paradigma kriminologi posmodern yang kritis. Hasil dari studi ini adalah pendefinisian dari Religion Industrial Complex, Religious Opportunist Group, serta penjabaran fenomenanya secara kritis.

Abstract
Religion Industrial Complex is related to the use of religion as a commodity, and sold in a variety of forms: capital, political, and hegemony. Nonetheless, a device or media is needed in order to shape those forms. And this thesis is using the example of how Religious Opportunist Group could become one of the perfect tools for that purpose.
In researching and conceptualizing this Religion Industrial Complex phenomenon, researcher use dirscourse analysis from critical approach of postmodern criminology paradigm. The result of this study is the definition Religion Industrial Complex, Religious Opportunist Group, and also the elaboration of this whole phenomenon critically."
2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Badrul Jamal
"Tesis ini membahas mengenai terjadinya KTT antar Korea Juni 2000 dari sudut Korea Utara serta dampaknya terhadap proses dialog antar Korea dan stabilitas keamanan di Semenanjung Korea. Dalam kaitan ini penulis ingin melihat faktor apa yang mendasari Korea Utara sehingga mau mengadakan KTT tersebut di Pyongyang tahun 2000. Dialog reunifikasi telah lama dilakukan yang membahas proposal-proposal masing-masing. Namun karena dialog tersebut harus selalu mengakomodasi kepentingan negara~negara besar AS, Rus, Cina, dan Jepang, maka hasil yang diinginlcan selalu menemui kegagalan.
Kemajuan penting yang dicapai dalam dialog tersebut adalah penandatanganan Joint Communique tahun 1972 dan Basic Agreement tahun 1992 yang didalamnya :nemuat upaya-upaya penyelesaian konilik antar Korea dengan prinsip independen, cara-cara damai dan co-eksistensi bersama Apa yang telah dicapai tersebut akhirnya mentah lagi oleh politik provokasi Korea Utara melalui program pengembangan nuklir dan senjata pemusnah massalnya (WMD). Tahun 1994, dengan melalui engagement policy-nya presiden Clinton, isu nuklir Korea alchimya bisa diatasi. Dengan naiknya Presiden Kim Jong Il, kita melihat perkembangan positif dalam dialog antar Korea yang dicapai melalui kebijakan sunshine policy-nya, KTI' antar Korea yang pertama akhimya dapat dilaksanakan pada 13-15 Juni 2000 di Pyongyang.
Pembahasan permasalahan di atas dilakukan secara deskriptif analitis dengan menggunakan teori Morrison yang melihat kebijakan luar negeri suatu negara pada dasamya dilandasi oleh kepentingan ekonomi. Selanjutnya lima variabel yang mempengaruhi pembuatan politik luar negeri, dalam tesis hanya tiga variabel yaitu ideosinkretik, nasional, dan sistemik, digunakan untuk mengalisis kebijakan luar negeri Korea Utara. Ketiga variabel tersebut dipilih karena dapat menggambarkan situasi di Korea Utara dan semenanjung Korea.
Hasil dari penelitian ini adalah bahwa kebijakan luar negeri Korea utara untuk mengadakan KTT dengan Korea Selatan adalah dipengaruhi oleh krisis ekonomi dan upaya-upaya Korea Utara menormalisasi hubungannya dengan AS supaya sanksi ekonorni dapat dicabut. Pencabutan sanksi ekonomi ini diharapkan mendatangkan bantuan ekcnomi dari negara-negara barat. Di samping itu, falctor Kim Jong Il sebagai pemimpiri tertinggi Korea Utara juga mempengaruhi keputusan Korea Utara untuk mengadakan KTT antar Korea tahun 2000. Menurunnya legitimasi Kim Jong Il menyebabkannya harus mengambii kebijakan yang lebih pragmatis, yaitu untuk mempertahankan kekuasaannya. KTT antar Korea juga berhasil memperkuat dialog reunifikasi dan stabilitas keamanan di Semenanjung Korea. Namun dialog antar Korea dan stabilitas keamanan di kawasan ini kembali terganggu dengan naiknya presiden Bush menggantikan Bill Clinton. Kebijakan AS terhadap Korea Utara berubah dari engagement menjadi hardline posture."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3296
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>