Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 143440 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhamad Arief Rahadinata
"Karya Akhir ini membahas mengenai pencegahan illegal fishing melalui vessel monitoring system yang di fokuskan di Kepulauan Natuna. Kasus illegal fishing di wilayah Kepulauan Natuna merupakan salah satu yang tertinggi di indonesia dan berdampak pada rusaknya sumber daya perikanan dan kelautan. Studi ini akan menjelaskan illegal fishing sebagai bagian dari kejahatan lingkungan yang dicegah dengan menggunakan vessel monitoring system yang termasuk ke dalam bentuk pendekatan regulasi sosial yang merupakan bagian dari pencegahan kejahatan lingkungan. Pencegahan kejahatan illegal fishing melalui vessel monitoring system akan dianalisis dengan menggunakan konsep situational crime prevention dan teori pilihan rasional.

This Thesis is about crime prevention against illegal fishing through Vessel Monitoring System which focused on Natuna Islands. The case of illegal fishing in the Natuna Islands region is one of the highest in Indonesia and has an impact on the destruction of fishery and marine resources. This study will explain illegal fishing as part of environmental crime that is prevented by using vessel monitoring system that is included in the form of social regulation approach is part of a neighborhood crime prevention. Crime prevention against illegal fishing through vessel monitoring system will be analyzed by using concept of the situational of crime prevention and theory of rational choice."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sahroni
"ABSTRAK
Tindak pidana perikanan (illegal fishing) merupakan permasalahan serius untuk Indonesia. Kerugian yang dialami Indonesia akibat illegal fishing mencapai Rp. 300 triliun pertahun. Pemulihan aset (asset recovery) merupakan sarana yang dapat digunakan untuk memulihkan kerugian ekonomi yang terjadi akibat illegal fishing. Permasalahan penelitian ini adalah: bagaimana penegakan hukum perkara illegal fishing dihubungkan dengan kebijakan pemerintah yang ingin mengoptimalkan ganti rugi dari tindak pidana perikanan dan apa upaya-upaya yang pemerintah dapat lakukan dalam melakukan pemulihan aset akibat illegal fishing bersama dengan aparat penegak hukum. Dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif yang bersifat Preskriptif, peneliti menganalisa penegakan hukum terhadap perkara illegal fishing (dengan studi kasus kapal MV. Hai Fa) dan kemudian memberikan masukan (rekomendasi) cara pemulihan aset (asset recovery) yang dapat dilakukan. Hasil penelitian menyarankan perlunya diambil langkah-langkah upaya pemulihan aset dengan menggunakan pendekatan multi-door, mengajukan tuntutan pidana kepada korporasi dan mengajukan gugatan perdata dalam penanganan dan penyelesaian perkara illegal fishing, serta memanfaatkan Pusat Pemulihan Aset pada Kejaksaan Repubik Indonesia dengan melakukan penguatan struktur pemulihan aset dan hukum substantif terkait penanganan dan penyelesaian tindak pidana dibidang perikanan.

ABSTRACT
Fisheries crime (illegal fishing) is a serious problem for Indonesia. Indonesia?s losses due to illegal fishing reached IDR 300 trillion per year. Asset recovery is a tool that can be used to recover economical damages caused by illegal fishing. The research problem is: how does the law enforcement of illegal fishing cases link to government policies to optimize the compensation of fisheries crime and what efforts can the government do in conducting asset recovery due to illegal fishing together with law enforcement officers. By using the method of normative and prescriptive legal research, researcher analyzed law enforcement against illegal fishing (with a case study of MV. Hai Fa vessel) and then provides feedback (recommendation) on ways of asset recovery that can be done. The results of the study suggest the need to take necessary steps of asset recovery by using multi-door approach, file criminal charges against the corporation and file a lawsuit in the handling and settlement of illegal fishing cases, as well as utilize Asset Recovery Centre on the Attorney General Office of the Republic Indonesia by strengthening the structure of asset recovery and the substantive law related to the handling and settlement of fisheries crime"
2016
T45880
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jilan Farah
"Digitalisasi pelabuhan perlu dilakukan untuk dapat menghadapi persaingan industri yang pesat, terutama dalam hal bongkar-muat dan pengiriman barang. Terminal operating system (TOS) merupakan salah satu bentuk digitalisasi pelabuhan yang digunakan dengan tujuan untuk memberikan kemudahan layanan operasional melalui sistem integrasi infomasi kepelabuhanan. Dalam menghadapi pengaruh digitalisasi, Krakatau International Port (KIP) menerapkan teknologi tersebut dan dikenal dengan nama Krakatau International Port Solutions (KIPoS). Penelitian ini akan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan TOS di KIP ditinjau dari indikator administrasi, application, dan sistem penunjang. Selain itu, penelitian juga dilakukan untuk memperoleh gambaran analisis untuk meninjau efektivitas penerapan TOS dan memberikan rekomendasi untuk pengembangan pelabuhan kedepannya, sehingga efektivitas yang didapatkan dapat lebih ditingkatkan. Metode penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis efektivitas penerapan TOS ini adalah metode Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy AHP/FAHP) yang memberikan keunggulan dengan dapat diperolehnya pengambilan keputusan pada banyak kriteria yang bersifat subjektif. Melalui penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa efektivitas penerapan TOS yang dirasakan berdasarkan model hierarki penelitian yang digunakan memiliki urutan bobot prioritas untuk kriteria, yaitu administrasi 0.45, sistem penunjang 0.33, dan application 0.21, serta urutan bobot prioritas untuk alternatif, yaitu sosialisasi kepada pengguna 1.16, meningkatkan aspek konektivitas 0.98, dan maintenance system secara rutin 0.85.

Port digitalization needs to be done to be able to face rapid industrial competition, especially in terms of loading and unloading and shipping goods. Terminal Operating System (TOS) is one form of port digitalization that is used with the aim of providing ease of operational services through an integrated port information system. In facing the influence of digitalization, Krakatau International Port (KIP) implements this technology and is known as Krakatau International Port Solutions (KIPoS). This research will be conducted with the aim of knowing the effect of TOS implementation at KIP in terms of administrative indicators, applications, and supporting systems. In addition, the research is also conducted to obtain an analytical overview to review the effectiveness of TOS implementation and provide recommendations for future port development, so that the effectiveness obtained can be further improved. The research method that will be used to analyze the effectiveness of TOS implementation is the Fuzzy Analytical Hierarchy Process (Fuzzy AHP/FAHP) method which provides advantages by being able to obtain decision making on many subjective criteria. Through the research conducted, it is known that the perceived effectiveness of TOS implementation based on the research hierarchy model used has a priority weight order for criteria, namely administration 0.45, supporting system 0.33, and application 0.21, as well as a priority weight order for alternatives, namely socialization to users 1.16, improving connectivity aspects 0.98, and regular maintenance of the system 0.85."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arvin Naufal Afrianto
"ABSTRAK
Praktik illegal fishing di dunia semakin masif dan berkembang melibatkan teknik-teknik yang digunakan untuk mengeksploitasi kelemahan dalam regulasi perikanan dunia. Berbagai kejahatan serius dan bersifat lintas batas negara atau transnational organized crime dilakukan demi melancarkan operasinya. Sejumlah laporan kasus menemukan adanya hubungan erat antara transnational organized crime dengan illegal fishing memunculkan gagasan perubahan paradigma illegal fishing dari permasalahan pengelolaan dan konservasi perikanan atau administratif menjadi kejahatan dan diatur dalam United Nations Convention Againts Transnational Organized Crime UNTOC sebagai transnational organized crime. Skripsi ini menggunakan metode penelitian yuridis-normatif yang akan menganalisis berbagai kasus illegal fishing skala besar yang disertai praktik transnational organized crime berdasarkan kriteria transnational organized crime dalam UNTOC. Berdasarkan analisis kasus menggunakan sumber data dari kepustakaan dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa illegal fishing dalam skala besar sudah memenuhi kriteria sebagai transnational organized crime. Oleh karena itu illegal fishing tidak dapat dianggap hanya sebagai sekadar isu administratif, namun sebagai kejahatan serius. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsepsi fisheries crime dapat menjembatani illegal fishing untuk dapat dikategorikan sebagai transnational organized fisheries crime. Namun, konsepsi ini masih prematur mengingat luasnya cakupan dari fisheries crime dan belum adanya dokumen hukum yang secara eksplisit mengatur definisi jelas dari illegal fishing selain dari IPOA-IUU dibawah naungan FAO. Diperlukan pendekatan multi-door approach untuk mengatasi permasalahan ini, sebab, illegal fishing merupakan kejahatan yang dapat memiliki berbagai modus dan bentuk, sehingga pendekatan multidisipliner dapat membantu untuk dapat mengatasi permasalahan ini bagaimanapun bentuknya.

ABSTRACT
The practice of illegal fishing in the world is massively increasing and growing in which it involves different techniques used to exploit the weaknesses in the world 39 s existing fisheries regulations. A variety of serious crimes that coincidingly crosses between state borders, or what is commonly referred to as a transnational organized crime, takes place in order to ease this operation. A number of case reports indicate a very close link between transnational organized crime and illegal fishing and therefore it brings about the idea for a change in the paradigm of illegal fishing from a fish management and conservation or administrative issue into a crime paradigm to be regarded as a transnational organized crime and to be regulated within the United Nations Convention Against Transnational Organized Crime UNTOC itself. This thesis makes use of a juridical normative research method that will analyze various cases of large scale illegal fishing associated with transnational organized crime practices based on the criteria of a transnational organized crime as stipulated in the UNTOC. Based on a case analysis utilizing several data sources from literatures and interviews, it can be concluded that illegal fishing on a large scale evidently meets the criteria of a transnational organized crime. Therefore, illegal fishing cannot be regarded as merely an administrative issue, but has to also be viewed as a serious crime. The results of this study indicate that the concept of fisheries crime can become a bridge for illegal fishing to be categorized as a transnational organized fisheries crime. However, this conception is premature given the broad scope of fisheries crime itself and the absence of legal documents explicitly regulating a clear definition of illegal fishing aside from the IPOA IUU under the authority of the FAO. A multi door approach is needed to address this problem, because illegal fishing is a crime that can arise from multiple methods and forms, hence a multidisciplinary approach can help to overcome this problem no matter what form it comes in."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Gianova
"Penangkapan ikan secara ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur (IUU) adalah fenomena global yang secara terus-menerus menimbulkan ancaman besar terhadap keberlanjutan sumber daya perikanan, dan itu terjadi tidak hanya di dalam yurisdiksi nasional tetapi juga di laut lepas. Skala penangkapan ikan IUU di laut lepas semakin kuat, mengingat fakta bahwa laut lepas adalah daerah yang sangat luas yang tidak tertutup, dengan pengawasan, pemantauan, dan penegakan yang lemah. Situasi ini memfasilitasi praktik penangkapan ikan ilegal untuk terus terjadi tanpa intervensi. RFMO sebagai organisasi regional yang menangani isu-isu mengenai konservasi dan pengelolaan perikanan laut lepas menjadi salah satu platform terkuat dalam menegakkan langkah-langkah untuk mencegah, menghalangi, dan menghilangkan IUU fishing. Namun, konservasi dan pengelolaan RFMO harus diikuti oleh kemauan dan komitmen serius dari anggota dan non-anggota untuk mematuhi dan menerapkan langkah-langkah yang diadopsi oleh RFMO tertentu. Jika instrumen dan langkah-langkah hukum internasional yang diadopsi oleh RFMO dilaksanakan secara konsisten dan efektif, masalah IUU memancing di laut lepas dapat diselesaikan.

Illegal, unreported and unregulated fishing (IUU) is a global phenomenon that continually poses a major threat to the sustainability of fisheries resources, and it occurs not only in national jurisdictions but also in the high seas. The scale of IUU fishing in the high seas is getting stronger, given the fact that the high seas is a vast area that is not covered, with weak supervision, monitoring and enforcement. This situation facilitates illegal fishing practices to continue to occur without intervention. RFMO as a regional organization that handles issues concerning the conservation and management of open sea fisheries is one of the strongest platforms in enforcing measures to prevent, hinder, and eliminate IUU fishing. However, conservation and management of RFMO must be followed by a serious willingness and commitment from members and non-members to comply with and implement the steps adopted by certain RFMO. If the instruments and international legal measures adopted by RFMO are implemented consistently and effectively, the problem of IUU fishing in the high seas can be resolved."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tossy Adhahir Rukmana Rauf
"ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji ulang tentang otoritas publik milik pemerintah
Indonesia yang mulai ditantang oleh otoritas privat aktor non-negara. Untuk
mengkaji ulang mengenai hal tersebut, penulis akan melihat contoh kasus
keterlibatan P.T. Pusaka Benjina Resources (P.T. PBR) dalam jejaring
penangkapan ikan ilegal yang ada di Indonesia, melalui framework dari konsep
otoritas privat, khususnya konsep illicit authority, serta konsep network analysis
(analisis jejaring). Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah teknik
process-tracing. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan penelaahan tentang
bagaimana aktor-aktor yang terlibat dalam jejaring penangkapan ikan ilegal ini
dapat memanfaatkan jejaring yang mereka miliki untuk melanggengkan otoritas
privat dan illicit authority mereka, dan pada akhirnya dapat menentang otoritas
publik milik pemerintah Indonesia.
Penelitian ini sendiri berkesimpulan bahwa P.T. PBR dapat bersaing dengan
otoritas publik pemerintah Indonesia, khususnya bersaing dalam sektor perikanan,
karena P.T. PBR dapat memanfaatkan social capital serta material goods yang
diperoleh dari keterlibatannya dalam jejaring penangkapan ikan ilegal. Lebih dari
itu, P.T. PBR, sebagai aktor privat, dapat bersaing dengan otoritas publik
pemerintah Indonesia, sebab pemerintah Indonesia itu sendiri kurang turut
berperan menyediakan public goods, sehingga dapat menimbulkan capacity gaps
dan functional holes, kemudian memunculkan suatu power-vacuum, yang dapat
dimanfaatkan oleh aktor non-negara untuk meningkatkan otoritas privat miliknya.

ABSTRACT
This research reanalyze on the issue of the public authority of Indonesian
governnment that is begin to be challenged by the private authority of non-state
actors. To reanalyze on that issue, this research will and observe the case study of
the involvement of P.T. Pusaka Benjina Resources (P.T. PBR) in the existing
illegal fishing networks, through the framework of the concept of private authority,
especially the concept of illicit authority, and also the concept of network analysis.
The method that is used in this research is the process-tracing technique. This
research aims to undertand how the actors that are involved in the illegal fishing
networks could use the networks to preserve their private and illicit authority, and
in the end could challenge the public authority of the Indonesian government
The research itself concludes that P.T. PBR could compete with the public
authority of the Indonesian government, especially to compete in the sector of
fisheries, because P.T PBR could use the social capitals and the material goods that
is acquired from its involvement in the illegal fishing networks. Moreover, P.T.
PBR, as a non-state actor, could compete with the public authority of the
Indonesian government, because the Indonesian government itself is lack in its role
to provide the public goods, so it could rises up the capacity gaps and functional
holes, and turns up a power-vacuum, which the non-state actors could benefit from
to improve their private authorities."
2016
S63365
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muthia Lazuardi
"Perusahaan penyedia teknologi telekomunikasi XYZ memiliki sistem informasi yang dibangun secara in-house, outsource, dan subscription untuk menjalankan aktivitas bisnis sehari-hari. Digital Project Management (DPM) merupakan salah satu sistem informasi yang dikembangkan secara in-house. DPM terbagi atas 3 sub-modul, salah satunya adalah Bill of Quantity and Material (BAM). BAM merupakan sistem supply chain management yang mencakup perencanaan sumber daya hingga logistik. Unit BAM mengharapkan bisnisnya untuk terus berkembang, memperluas pangsa pasar, dan menjaga kepercayaan pemangku kepentingan yang dimilikinya saat ini. Namun dalam mencapai harapan tersebut, unit BAM menghadapi kendala tidak dapat mencapai target waktu pengembangan yang telah ditetapkan. Salah satu penyebab dari kendala ini adalah tidak adanya kolaborasi antar tim pengembang dan tim operasional dalam BAM. Dalam menjawab permasalahan tersebut, dilakukan penelitian untuk menyusun rekomendasi yang dapat membantu menjawab permasalahan yang dihadapi oleh BAM dengan mengadopsi konsep DevOps. Penelitian ini berjenis applied research serta metode analisis data yang digunakan adalah explanatory sequential mixed-methods. Berdasarkan hasil penelitian, dari 28 konsep adopsi DevOps, 21 konsep dapat diaplikasikan di unit BAM. Rekomendasi untuk menjawab permasalahan yang dihadapi oleh unit BAM disusun berdasarkan konsep-konsep tersebut. Rekomendasi ini terdiri atas lima kategori, yaitu perubahan pola pikir (mindset change), perubahan proses pengembangan (development process change), peningkatan proses berbagi (sharing enhancement), perubahan keorganisasian (organizational change), serta pembuatan DevOps pipeline. Rancangan DevOps pipeline ini telah melewati proses validasi oleh project manager dan Global ICT DevOps Engineer.

Telecommunication technology provider company XYZ has an information system which was built by in-house, outsourced, or subscription to carry out daily business activities. Digital Project Management (DPM) system is one of the information systems developed in-house. DPM is divided into 3 sub-modules, one of which is the Bill of Quantity and Material (BAM). BAM is a supply chain management system that includes resource planning up to logistics. BAM unit expects its business to grow, expand market share, and maintain the trust of current stakeholders. But in achieving these expectations, BAM unit faces problem of not being able to achieve the development time targets that had been set. One of the causes of this problem is the absence of collaboration between developer teams and operation team in BAM unit. In answering these problems, research was conducted to develop recommendations that can help answer the problems faced by BAM unit by adopting the concept of DevOps. This research is characterized as applied research and the data analysis method is explanatory sequential mixed-methods. Based on the results of the study, from 28 concepts of DevOps adoption, BAM unit can apply 21 concepts. Recommendation to answer the problems faced by BAM unit were built based on these concepts. The recommendation is categorized into 5 categories, which are mindset change, development process change, sharing enhancement, organizational change, and creating a DevOps pipeline. The DevOps pipeline design has passed the validation process by the project manager and the Global ICT DevOps Engineer."
Jakarta: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
R Agung Gunawan
"ABSTRAK Penegakan hukum di laut memegang peranan dan fungsi yang sangat penting sebagai bagian dalam mewujudkan kewibawaan dan kedaulatan Negara di laut. Tindak Pidana illegal fishing sampai saat ini belum masuk dalam golongan kejahatan transnasional sebaimana tertuang dalam UNTOC. Namun, pelaku dari tindak pidana illegal fishing tidak menutup kemungkinan dilakukan oleh korporasi yang berada di luar Indonesia, dan selama ini belum pernah bisa dijerat dengan hukum Indonesia. Adanya perbedaan pandangan dari setiap penegak hukum untuk memidanakan korporasi menjadi isu penting, karena penegak hukum hanya berpegang pada KUHAP dimana pemidanaannya ditujukan kepada pelaku perorangan/pengurus dari korporasi tersebut.

ABSTRACT
Law enforcement at the sea plays a very important role and function as part in realizing the authority and Sovereignty of the State at sea. Illegal act of illegal fishing has not been included in transnational crime as stated in UNTOC. But the perpetrators of illegal fishing crime is not possible to be done by corporations outside Indonesia, and so far has never been snared with Indonesian law. The existence of different views of every law enforcer to criminalize the corporation becomes an important issue, because law enforcement only holds KUHAP where its punishment is addressed to individual perpetrators/administrators of the corporation.

"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
T52475
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chrisilla
"ABSTRAK
Industri Perikanan telah lama menghubungkan keterkaitan kejahatan perikanan Fisheries Crime dengan penggunaan kapal ikan dalam prosesnya. Banyak kejahatan TOC dilautan terjadi dengan berbagai faktor pendorong bagi pelaku kejahatan untukmenggunakan kapal ikan dalam melaksanakan kejahatan. Tidak ada rantai industri perikanan yang berasal dari satu sumber saja, sektor perikanan berlangsung secara kompleks dan melibatkan banyak aktor lintas negara memudahkan para penjahat melaksanakan kejahatan serius di lautan. Dari transaksi sampai kepada pengolahan dan sampai kepada konsumen dapat menyembabkan delimitasi hukum dari negarayang berbeda-beda hal ini menimbulkan resiko terjadinya penyimpangan hukum dan kegiatan illegal dengan dalih penggunaan kapal ikan. Kegiatan kejahatan yang dilaksanakan melibatkan kejahatan serius seperti: Penyelundupan Narkoba, Penyelundupan Manusia, Perdagangan Manusia dan Kejahatan Perompakan. Hal ini tak sejalan dengan fungsi Kapal ikan yang seharusnya yaitu digunakan dalam penangkapan ikan dan kegiatan industri perikanan, namun pada prakteknya kapal ikan juga digunakan untuk melaksanakan berbagai kejahatan serius lintas batas di lautan.

ABSTRACT
For a long time, Fishing Industry has linked The criminal practice of TransnationalOrganized Crime TOC with the use of Fishing Vessel in the process. Many of thisTransnational Organized Crime drived by some factors that being used by SyndicateOrganized Group to carry out crimes in the sea. The complex chain of fishingindustry and involven of many actors in many countries can be the driving factors ofthe use of fishing vessel by transnational criminal group. From transaction toindustrial maked to consumen all are comes by delimitation of regulation of manycountries, which will wider the risk of crime acts and illegal activities. Crimes thatbeing execute by those criminals are all serious crimes such as Human Trafficking,People Smuggling, Piracy and Drug trafficking. The use of fishing vessel has beendiverted from the real purpose to caught marine resource or"
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2018
T50392
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emely Kurmilawati
"ABSTRAK
ini mencoba untuk menjelaskan tentang implementasi program penanggulangan kasus penangkapan ikan secara ilegal di wilayah perairan Indonesia yang dilakukan oleh Satgas Pemberantasan Penangkapan Ikan secara Ilegal Satgas Illegal Fishing . Dalam Satgas tersebut KKP, TNI AL, Polri, BAKAMLA, dan Kejaksaan Agung bekerja sama untuk memberantas penangkapan ikan secara ilegal yang terjadi di wilayah perairan Indonesia. Pada implementasinya, berbagai upaya telah dilakukan, mulai dari kerjasama dengan lembaga dalam negeri, organisasi internasional dan negara lain. Kekurangan dalam implementasi terjadi pada pertukaran informasi dan komunikasi yang kurang intens sehingga terjadi kecolongan, dan juga BAKAMLA yang partisipasinya tidak begitu terlihat dalam penanggulangan illegal fishing ini.
ABSTRAK
paper attempts to explain the implementation of illegal fishing cases control program in Indonesian waters conducted by the Illegal Fishing Task Force. Previous systems failed to handle the case of illegal fishing, so, through Presidential Decree No. 115 2015, a Task Force was formed to combat illegal fishing. Inside the Task Force, the Ministry of Marine and Fisheries, Navy, Police, BAKAMLA, and the Attorney General are working together to combat illegal fishing that occurred in Indonesian waters. In its implementation, various attempts have been made, ranging from cooperation with domestic institutions, international organizations and other countries. Shortcoming in the implementation occurs in the exchange of information and communication, and also BAKAMLA whose participation is not so visible in response to illegal fishing problem."
2017
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>