Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137424 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Trias Bintang Chatulistiwa
"Bias bias persepsi dan kognitif tidak bisa terhindari dan akan terus ada sepanjang perkembangan suatu organisasi. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis-jenis bias persepsi yang mempengaruhi efektivitas proses seleksi dan rekrutmen dari Paragon Pulp Paper Company, Ltd. Tingkah laku Bill Gilroy sebagai manajer perekrutan akan dianalisa dengan mengunakan Halo Effect, Stereotyping, dan Anchoring Bias. Walaupun teori-teori tersebut sangat terbatas dalam menjelaskan kejadian-kejadian yang ada di kasus, makalah ini bertujuan untuk menekankan kesalahan dalam proses pengambilan keputusan oleh Bill dan juga memberikan rekomendasi yang praktikal untuk bagaimana Bill bisa mengatasi bias bias yang ada. Salah satu rekomendasi yaitu perubahan proses dalam proses rekrutmen dengan cara menambahkan proses tambahan supaya proses tersebut bisa menjadi lebih efisien.
Perception and cognitive biases are inevitable, and exist throughout the development of an organization. This report aims to identify the different perception biases that are influencing the effectiveness of Paragon Pulp Paper recruitment and selection process. The behaviors of Bill Gilroy, the employment manager, will be analyzed using the Halo Effect, Stereotyping and Anchoring Bias. While these theories are limited in their ability to explain certain occurrences in the case, this report aims to emphasize the errors in Bill rsquo s decisions making, as well as providing practical recommendations on how he might overcome them. Recommendations include the alteration of the ways in which the recruitment process is conducted with some additional steps in the process to make it as efficient as possible."
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bajpai, Pratima
"This book provides the most up-to-date information available on various biotechnological processes useful in the pulp and paper industry. Each of the twenty chapters covers a specific biotechnological process or technique, discussing the advantages, limitations, and future prospects of the most important and popular processes used in the industry. Topics covered include tree improvement, pulping, bleaching, deinking, fiber modification, biosolids management, and biorefining."
New York: Springer, 2012
e20405814
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmah Mardliah
"Limbah pulp kertas dari proses daur ulang kertas diketahui memiliki potensi nilai kalor yang dapat dijadikan solid recovered fuel. Limbah pulp kertas pada penelitian ini diketahui memiliki kadar air yang tinggi (84,82%) dengan kadar volatile solid sebesar 79,60%, dan rasio C/N 33,58%. Komposisi limbah pulp kertas terdiri dari kertas sebanyak 69,40% dan komposisi plastik sebanyak 30,60%. Dalam upaya menurunkan kadar air dan meningkatan nilai kalor limbah pulp kertas, akan dilakukan pretreatment dengan metode biodrying.
Pada penelitian ini, dilakukan biodrying pada feedstock limbah pulp kertas dengan menggunakan campuran sampah daun. Rasio limbah pulp kertas pada tiap reaktor dibuat berbeda. Rasio antara limbah pulp kertas dengan sampah daun pada Reaktor 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 50:50; 60:40; 80:20. Suhu tertinggi pada biodrying dihasilkan pada Reaktor 3, tetapi Reaktor 3 mengalami penurunan kadar air akhir terkecil (9,13%) dengan penurunan volatile solid terbesar (13,12%). Namun hasil uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan (p<0,05) untuk suhu pada tiap reaktor. Performa biodrying yang paling baik dicapai oleh Reaktor 2 karena mengalami penurunan kadar air akhir terbesar (23,04%) dengan penurunan volatile solid terkecil (7,84%).
Nilai kalor (LHVwet) produk biodrying pada Reaktor 1, 2, dan 3 berturut-turut 5,95 MJ/kg; 4,68 MJ/kg; 2,86 MJ/kg. Berdasarkan nilai kalor, produk biodrying yang memenuhi standar SRF adalah Reaktor 1 dan Reaktor 2. Panas yang dihasilkan pada proses biodrying merupakan tanda terjadinya aktivitas mikroorganisme dalam mendegradasi senyawa organik. Jenis mikroorganisme yang terdapat pada feedstock biodrying berdasarkan fase suhu yang dihasilkan terdiri dari mikroorganisme mesofilik dan mikroorganisme termofilik.
Pada penelitian ini juga diteliti jumlah bakteri mesofilik dan bakteri termofilik selama proses biodrying. Dari pengujian jumlah bakteri dengan metode Total Plate Count (TPC) dihasilkan bakteri mesofilik terbanyak ada pada Reaktor 3 dengan rata-rata 17 x 109 CFU/gram, begitu pula dengan bakteri termofilik dengan rata-rata 13 x 106 CFU/gram. Uji ANOVA menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) untuk jumlah bakteri mesofilik antar reaktor. Jumlah bakteri termofilik juga menghasilkan perbedaan yang signifikan antar reaktor (p>0,05).

The waste of paper pulp from the paper recycling process is known to have potential heating values ​​that can be used as solid recovered fuel. The paper pulp waste in this study is known to have high water content (84.82%) with a volatile solid content of 79.60%, and C/N ratio of 33.58%. The composition of paper pulp waste consists of 69.40% paper and 30.60% plastic. In an effort to reduce water content and increase the calorific value of paper pulp waste, a pretreatment will be carried out using the biodrying method.
In this study, biodrying was carried out on paper pulp waste feedstock by using a mixture of leaf waste. The ratio of paper pulp waste to each reactor is made different. The ratio between paper pulp waste and leaf waste in Reactors 1, 2, and 3 respectively is 50:50; 60:40; 80:20 The highest temperature on biodrying was generated in Reactor 3, but Reactor 3 decreased the smallest final moisture content (9.13%) with the largest decrease in volatile solids (13.12%). However, the ANOVA test results showed no significant difference (p <0.05) for the temperature of each reactor. The best biodrying performance was achieved by Reactor 2 because it experienced the largest decrease in final moisture content (23.04%) with the smallest volatile solid decline (7.84%).
Calorific value (LHVwet) of biodrying products in Reactor 1, 2, and 3 respectively 5.95 MJ/kg; 4.68 MJ/kg; 2.86 MJ/kg. Based on the heating value, biodrying products that meet the SRF standard are Reactor 1 and Reactor 2. The heat generated in the biodrying process is a sign of the activity of microorganisms in degrading organic compounds. The types of microorganisms found in biodrying feedstock based on the resulting phase temperature consist of mesophilic microorganisms and thermophilic microorganisms.
In this study also examined the number of mesophilic bacteria and thermophilic bacteria during the biodrying process. From testing the number of bacteria using the Total Plate Count (TPC) method produced the most mesophilic bacteria in Reactor 3 with an average of 17 x 109 CFU/gram, as well as thermophilic bacteria with an average of 13 x 106 CFU/gram. ANOVA test showed that there were significant differences (p> 0.05) for the number of mesophilic bacteria between reactors. The number of thermophilic bacteria also produced a significant difference between reactors (p> 0.05).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ventin Ariandy
"Industri daur ulang pulp dan kertas Indonesia menghasilkan pembentukan limbah baru berupa limbah pulp kertas mencapai 300.000 ton/tahun dimana sebagian besar dibuang langsung ke TPA. Padahal potensi limbah pulp kertas dengan energi mencapai 20 MJ/kg dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan sampah yang lebih efektif yaitu Waste to Energy (WTE). Namun, prinsip mengubah limbah industri menjadi Refuse-Derived Fuel (RDF) menjadi tantangan baru dalam pengolahan limbah yang memiliki karakteristik yang lebih kompleks. Salah satunya adalah kadar air yang cukup tinggi dan bervariasi antara 40-85 persen yang menjadi tantangan dalam teknologi WTE khususnya unit pengolahan termal sehingga dibutuhkan pre-treatment seperti biodrying untuk mengubah karakteristik awal limbah pulp kertas menjadi RDF yang lebih mudah diaplikasikan.
Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki performa proses biodrying limbah pulp kertas dan sampah daun dalam berbagai rasio pencampuran dengan hasil menunjukkan bahwa degradasi sampah daun sangat berperan dalam menurunkan kadar air (6-15 persen), namun menghasilkan suhu yang cenderung lebih rendah (36-42 derajtC). Penurunan kadar air terhadap kadar VS (7-10 persen) menghasilkan performa dengan indeks biodrying 3,85. Terhadap hubungannya proses biodrying dengan bio-stabilitas sampah, rasio pencampuran yang hampir setara (50:50 atau 60:40) menghasilkan produk yang relatif stabil setelah proses biodrying 7-15 hari dengan kualitas RDF kelas 5 (>3 MJ/kg).

Indonesian pulp and paper recycling industry produces paper waste up to 300,000 tons/year, which is discharged directly into landfill while its potential of energy, which can reached up to 20 MJ/kg, can be used for more effective waste management, such as Waste to Energy (WTE). However, the principle of converting waste into Refuse-Derived Fuel (RDF) is a new challenge in waste management because of its complex characteristics, such as moisture content that is quite high (40-85%) which is another challenge in WTE technology, especially thermal treatment units. So, it has to be treated using pre-treatment such as biodrying to reach the initial characteristics of paper pulp waste into easier-applied RDF.
This study discusses the process performance of paper waste and waste biodrying mixing ratio which showing the degradation of leaf waste correlated to decreased water content (6-15 persen), but producing lower temperatures than normal biodrying (36-42 derajat C). The decrease in moisture content against the volatile solid degradation (7-10 persen) resulted in a performance with biodrying index up to 3.85. Regarding connection of biodrying processes with waste biostabilization, a higher mixing ratio (50:50 or 60:40) produces a relatively stable product after 7-15 days refining process with grade 5 RDF quality (>3 MJ/kg).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Roehyati Joedodibroto
Bandung: The Yudosubroto Foundation, 2002
333.715 ROE i
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amelya Jaasmiin Sulardi
"Skripsi ini membahas mengenai adanya dugaan praktik persaingan usaha tidak sehat dalam proses produksi kayu dan kertas Asia Pulp & Paper Sinar Mas Grup. Dugaan ini bermula dari adanya laporan dari Koalisi Anti Mafia Hutan yang mengindikasikan adanya hubungan afiliasi berbentuk jabatan rangkap antara perusahaan pemasok kayu dan Asia Pulp & Paper Sinar Mas Grup, yang dikatakan independen, namun ternyata didalamnya Direksi dan Komisaris banyak yang menjabat di beberapa perusahaan pemasok independen dan juga di Sinar Mas Grup pada saat yang bersamaan. Dan setelah diperhatikan, kegiatan produksi dari hulu ke hilir yang dilakukan oleh Asia Pulp & Paper Sinar Mas Grup terintegrasi secara vertikal.
Penelitian ini membuktikan bahwa jabatan rangkap yang dilakukan Asia Pulp & Paper Sinar Mas Grup berakibat pada terjalinnya suatu perjanjian distribusi eksklusif yang bersifat anti persaingan dimana perjanjian ini semakin memudahkan pelaku usaha ini melakukan proses produksi yang terintegrasi dari hulu ke hilir, sehingga membuat peluang masuk bagi pelaku usaha lain lebih sulit dan dapat dikatakan menimbulkan persaingan usaha tidak sehat.

This thesis discuss the allegation of unfair business competition in the production process by Asia Pulp & Paper Sinar Mas Group. The allegation towards the company started when there was a report from Koalisi Anti Mafia Hutan who said that the action in the production process that the company did has some afiliation in a form of interlocking directorates between the wood distributors and Asia Pulp & Paper Sinar Mas Group, which the company state that the wood distributors is an independent company, but in fact some of the Directors and Commissioners held the same position at the same time in more than one wood distributors company and Sinar Mas Group itself. And after being observed, the production activities that Asia Pulp & Paper Sinar Mas Group do from upstream until downstream process are vertically integrated.
The result of this study will prove that interlocking directorates that all the integrated companies do has cause an antitrust action in a form of exclusive distribution agreement which makes the integrated prouction process easier. And this action, cause a stronger barrier to entry which makes it harder for another company to be involved in this industry.
"
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
TA2269
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Aditama
"Ringkasan Eksekutif
Asia Pulp & Paper Co.Ltd (APP) adalah sebuah perusahaan yang memproduksi pulp dan kertas secara fully integrated, yaitu dari memproduksi pulp, bahan baku pembuat kertas sampai dengan memproduksi kertas : dari kertas tingkat komoditi sampai dengan kertas yang telah memiliki nilai tambah, kemasan, tissue dan stationery.
Salah satu negara yang telah dimasuki oleh perusahaan ini untuk memasarkan produk tissuenya adalah Australia. APP masuk ke negara ini dengan menggunakan brand Paseo. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan perusahaan ini dalam memasuki pasar Australia adalah : (1) besamya pasar tissue karena konsumsi tissue yang tinggi, (2) tingginya harga disertai dengan besarnya konsumsi tissue premium di negara tersebut, (3) kemampuan APP untuk menjual produknya dengan harga lebih rendah dari pesaing-pesaingnya, dan (4) pasar yang dianggap layak sebagai test market sebelum APP merambah ke pasar dengan harga tissue yang lebih baik di negara-negara lain.
Kelika APP mulai merintis untuk memasuki pasar tissue Australia, sudah terdapat enam produsen tissue lain yang telah lebih dulu beroperasi di negara ini. Dari keenam produsen tersebut, yang paling menonjol adalah Kimberley Clark Corporation (KCC) dengan brand 'Kleenex' yang menguasai 45% pangsa pasar dan Carter Holt Harvey (CHH) dengan brand 'Sorbent' yang telah menguasai pasar hingga 38%. Kedua perusahaan tersebut mendominasi pasar premium di negara ini dengan KCC sebagai market leader dalam facial tissue premium dan CHH sebagai market leader dalam premium bathroom rolls tissue.
Paseo memasuki pasar Australia untuk segmen premium. Kualitas produk ini sama dengan dua pesaingya, Kleenex dan Sorbent bahkan cenderung meniru produk dari kedua brand tersebut. Yang membedakan Paseo dengan kedua pesaingnya adalah harga jual Paseo yang relatif lebih rendah. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa perusahaan ini melakukan strategi Focus Low Cost. Paseo membidik target pasar wanita mapan berusia 25 hingga 45 tahun yang berorientasi kepada produk-produk berstandar tinggi, dan hi class. Target pasar ini dipandang APP sebagai niche dalam segmen premium. Selain itu APP juga membidik target pasar sebagai housebrand tissue. Data terakhir menunjukkan bahwa setelah memasuki pasar Australia, posisi Paseo dalam pasar tissue ternyata baru mencapai 3%, masih sangat jauh dari 2 pesaing utamanya yang bersama-sama menguasai sekitar 70% pasar tissue Australia.
Berdasarkan teori-teori mengenai Susiainable Competitive Advantage (SCA) dan strategi niche, menjadi lebih murah walaupun kualitas produk baik ternyata tidaklah cukup- SCA dan Niche menganjurkan keunikan, atau sesuatu yang spesial. Melihat hal ini teniyata Paseo belum cukup memenuhi kriteria tersebut. Apalagi ternyata konsumen di Australia termasuk yang sensitive, dan banyaknya pilihan menyebabkan mudahnya konsumen melakukan switching dari satu produk ke produk lain.
Masalah lain yang dihadapi oleh APP dalam memasarkan Paseo di Australia adalah kurangnya dukungan distributor sehingga APP harus menanggung biaya yang lebih besar serta ketiadaan gudang yang menyebabkan APP kurang fleksibel dalam memenuhi permintaan yang berubah-ubah.
"
2001
T324
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nainggolan, Juleoria
"Tanggung jawab sosial perusahaan sangat berkaitan dengan pelaporan public {public reporting). Saat ini, dorongan akan akuntabilitas perusahaan yang lebih besar seiring dengan permintaan untuk transparansi yang lebih tinggi, ditanggapi oleh beberapa perusahaan dengan mengeluarkan laporan yang memasukkan dampak sosial dan lingkungan dari aktivitas yang mereka lakukan. Pengungkapan {disclosure) merupakan tema dari sistem regulasi perusahaan modern dan melibatkan ketentuan informasi yang diberikan perusahaan kepada publik dalam berbagai cara. Berkaitan dengan pengungkapan ini, pertanyaan yang sering diajukan adalah mengapa perusahaan harus melaporkan hal-hal yang berkaitan dengan isu-isu sosial dan lingkungan (materi non-keuangan)? Hal apa yang mendorong bisnis melaporkan hal ini? Tujuannya adalah untuk meningkatkan transparansi dan membangun basis untuk berbagi informasi dengan stakeholder dimasa mendatang. Dijalankannya pelaporan tanggung jawab sosial perusahaan {corporate social reporting) adalah indikasi dari satu kenyataan bahwa pertanyaan lama ”apakah ini baik bagi pemegang saham?” yang dahulu menjadi satu-satunya motif perusahaan dalam melakukan suatu aktivitas kini tidak lagi dapat terjawab secara terpisah dari pertimbangan atas relevansi isu-isu kliusus yang berkaitan dengan stakeholder yang lebih luas.

Corporate social responsibility is closely related to public reporting. Currently, the push for greater corporate accountability along with the demand for greater transparency, some companies are responding to by issuing reports that include the social and environmental impacts of their activities. Disclosure is a theme of modern corporate regulatory systems and involves the provision of information that companies provide to the public in a variety of ways. In relation to this disclosure, the question that is often asked is why should companies report matters relating to social and environmental issues (non-financial material)? What prompted businesses to report this? The aim is to increase transparency and build a basis for sharing information with stakeholders in the future. The implementation of corporate social reporting is an indication of the fact that the old question “is this good for shareholders?” what used to be the company's sole motive for carrying out an activity can no longer be answered separately from consideration of the relevance of cliusal issues related to wider stakeholders."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
New York: John Wiley & Sons, 1980
676 PUL
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>