Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 160603 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Valencia Astri Yuwono
"Latar Belakang: Endometriosis dan infertilitas memiliki keterkaitan yang sangat erat. Namun etiopatogenesis terjadinya infertilitas pada kasus endometriosis sangat beragam. Teori yang berkembang akhir-akhir ini adalah buruknya reseptivitas endometrium. Gen HOXA 11 adalah salah satu gen yang berperan dalam reseptivitas endometrium karena berkorelasi dengan penanda lain seperti Leukemia Inhibitory Factor LIF, B3integrin, dan EMX2. Teori epigenetik yang berkembang adalah terjadi hipermetilasi pada gen HOXA 11 sehingga terjadi penurunan ekspresi gen tersebut.
Metode: Penelitian potong lintang ini dilakukan di RS Cipto Mangunkusumo pada Juli 2015 - Juni 2016. Subjek penelitian adalah pasien endometriosis yang terbukti secara histopatologi dengan infertilitas dan kelompok kontrol merupakan pasien non-endometriosis yang fertil. Status metilasi gen HOXA 11 dari sampel endometrium eutopik pada kedua kelompok ini diperiksa dan dibandingkan.
Hasil: Enam pasien endometriosis dan enam pasien kontrol diambil sebagai subjek. Perbedaan tingkat metilasi gen HOXA 11 pada kedua kelompok ini berbeda secara signifikan dengan nilai p 0.03 dengan perbedaan rerata peningkatan kadar metilasi pada kelompok pasien endometriosis sebesar 33.
Kesimpulan: Gen HOXA 11 yang berperan dalam reseptivitas endometrium mengalami hipermetilasi pada pasien dengan endometriosis dan infertilitas.

Introduction: Endometriosis compromises infertility in some patients. They have close relationship and many etiologies have been proposed. HOXA11 has important role in window implantation because it is related to other endometrial receptivity markers such as Leukemia Inhibitory Factor LIF , B3integrin, and EMX2. Recently, many researchers found poor endometrial receptivity in endometriosis due to hyper methylation of HOXA11 gene. Therefore, this study aims to find out the HOXA11 gene profile on endometriosis patients with infertility in Indonesia.
Methods: This cross sectional study was conducted in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital from July 2015 June 2016. The subjects were endometriosis patients with infertility who have been confirmed histopathological. The control group was taken from non endometriosis and fertile patients. Eutopic endometrium samples were taken and examined for the methylation of HOXA11 gene.
Results: Both groups consist of six patients. The difference of methylation of HOXA 11 gene between those two groups is statistically significant p 0.03 . There was hyper methylation in endometriosis group.
Conclusion: There is a hyper methylation of HOXA 11 gene in eutopic endometrium of endometriosis patients with infertility. Thus, possibly can explain the poor endometrial receptivity in endometriosis patient and give a broad research area in epigenetic therapy of endometriosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Darmawi
"Latar belakang: Resistensi progesteron akibat gangguan ekspresi reseptor progesteron pada jaringan endometriosis telah diketahui menjadi faktor yang memperberat kondisi klinis pasien endometriosis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat metilasi DNA pada promoter gen PR-B pada berbagai jaringan endometriosis seperti eutopik endometrium, lesi ektopik peritoneum, endometrioma dan darah menstruasi serta pengaruhnya terhadap ekspresi mRNAnya dibandingkan dengan kontrol endometrium normal; untuk mengetahui patomekanisme endometriosis pada berbagai lokasi terkait dengan resistensi progesteron.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang melibatkan 20 sampel untuk masing-masing kelompok kasus dan kontrol. Tingkat metilasi DNA dari gen PR-B diukur menggunakan metode Methylated Specific PCR MSP lalu intensitas pita di dalam gel agarose dihitung dengan software ImageJ. Presentase intensitas pita pada sampel dibandingkan dengan kontrol positif disebut dengan tingkat metilasi DNA. Pengukuran ekspresi relatif mRNA PR-B menggunakan qRT-PCR dua tahap dan analisis dilakukan dengan metode Livak.
Hasil: Dari penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna antara tingkat metilasi DNA gen PR-B pada jaringan endometriosis ektopik peritoneum 72,4 termetilasi , endometrioma 85 termetilasi dan eutopik endometrium 72,21 termetilasi dibandingan dengan kontrol p

Background: Progesterone resistance, due to alteration of progesterone receptor PR expression in endometriosis, was known as a disrupt factor in response to progesterone. The aim of this study is to analyze DNA methylation level on PR B promoter in various tissues include eutopic endometrium, ectopic peritoneal, endometrioma and menstrual blood from endometriosis patient as well as the implication on it's mRNA relatif expression compare with normal endometrium control to know the patomechanisms of endometriosis in various lession in term of progesterone resistance.
Methods: It was a cross sectional study, involved 20 sample for both patient and control. DNA isolate from each sample were converted by bisulfite conversion. DNA methylation level of PR B gene was analysis by Methylated Specific PCR MSP method, then band intensity in gel agarose was measured by ImageJ software. Percentage of band intensity in sample compared with positive control was determined as DNA methylaton level. Quantitative real time PCR was conducted to assess expression of mRNA PR B for each sample and Livak method was used to analysis it's relatif expression compare with control.
Result: There were significant different of methylation level of PR B gene in ectopic peritoneal endometriosis 72,40 methylated , endometrioma 85 methylated and eutopic endometrium 72,21 methylated compared with control p
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Adya Firmansha Dilmy
"Tujuan: Menilai keberadaan reseptor PPARγ serta membandingkan tampilan reseptor PPARγ pada endometrium eutopik dan ektopik pada penderita endometriosis Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang (cross sectional). Sepuluh subjek penderita endometriosis yang menjalani laparoskopi atau laparotomi, yang masuk dalam kriteria penerimaan (consecutive sampling) diambil dua percontoh, yakni endometrium eutopik dan endometrium ektopik yang berasal dari dinding kista endometriosis saat dilakukan pembedahan kemudian dilihat tampilan reseptor PPARγ dengan two-step RT-qPCR. Tampilan masing-masing percontoh diuji statistik dengan uji tes-t berpasangan dan tes korelasi Pearson.
Hasil: Didapatkan tampilan reseptor PPARγ pada endometrium eutopik dan endometrium ektopik penderita endometriosis dengan metode RT-qPCR. Tampilan resptor PPARγ endometrium eutopik dan ektopik didapatkan secara statistik tidak berbeda bermakna (1.16 lipatan relatif vs 1.25 lipatan relatif; p=0.26). Pada uji korelasi Pesrson didapatkakan korelasi positif lemah antara tampilan PPARγ endometrium eutopik dan ektopik (r=0.16).
Kesimpulan: Tampilan reseptor PPARγ pada endometrium eutopik dan ektopik penderita endometriosis didapatkan dengan metode two-step RT-qPCR. Dengan semikuantifikasi tampilan reseptor PPARγ tidak didapatkan perbedaan antara tampilan reseptor PPARγ pada endometrium eutopik dan ektopik pada penderita endometriosis. Terdapat korelasi positif lemah antara tampilan reseptor PPARγ pada endometrium eutopik dan ektopik pada penderita endometriosis.

Objective: To evaluate the expression of the PPARγ receptor and to compare its expression in the eutopic and ectopic endometrium in women with endometriosis Method: This is a cross sectional study. Ten female subjects with endometriosis that underwent laparoscopy or laparotomy that fulfilled the inclusion criteria were recruited by consecutive sampling. Two samples were taken, eutopic endometrium and ectopic endometrium from endometriosis cyst wall during surgery of each subject, PPARγ expression was examined by two-step RT-qPCR. Each sample was statistically examined using the paired t-test and Pearson’s corelation test.
Result: PPARγ was found to be expressed in the eutopic and ectopic endometrium of women with endometriosis using the RT-qPCR method. The expression of PPARγ was not statistically different in eutopic and ectopic endometrium (1.16 relative fold vs 1.25 relative fold:p=0.26). By Pearson’s corelation there was a weak positive corelation between PPARγ expression of the eutopic and ectopic endometrium (r=0.16).
Conclusion: PPARγ was detected by two-step RT-qPCR in eutopic and ectopic endometrium of women with endometriosis. Semiquantification of PPARγ expression showed that there was no significant difference betweenits expression in the eutopic and ectopic endometrium of women with endometriosis. There was a weak postive corelation of PPARγ expression between the eutopic and ectopic endometrium of women with endometriosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Irwina Eka Deraya
"Latar belakang: Telah dilaporkan bahwa terdapat perubahan pada ekspresi dari ribuan gen di jaringan endometrium endometriosis, termasuk diantaranya adalah gen FN1 dan RAC1. Perubahan ekspresi gen tersebut dapat disebabkan oleh mekanisme epigenetik seperti perubahan tingkat metilasi DNA pada gen.
Tujuan: Mengetahui tingkat metilasi DNA pada gen FN1 dan RAC1 serta ekspresi mRNAnya pada jaringan endometrium subjek endometriosis dan nir-endometriosis.
Metode: Penelitian ini merupakan cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 40 dari jaringan endometrium subjek endometriosis dan subjek nir-endometriosis. Sampel diambil dengan teknik mikrokuretase di RSUPN Ciptomangunkusumo dan RS Fatmawati Jakarta. Pada jaringan kemudian dilakukan isolasi DNA dan RNA. Pada isolat DNA dilakukan konversi bisulfit, MSP, elektroforesis dan analisis intensitas pita menggunakan software ImageJ untuk mendapatkan data persentase tingkat metilasi DNA. Pada isolat RNA dilakukan qRT-PCR untuk mendapatkan ekspresi relatif mRNA gen FN1 dan RAC1.
Hasil: Analisis persentase tingkat metilasi DNA promotor menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p=0,022) pada gen FN1 pada pasien endometriosis (37,95%) dibandingkan nir-endometriosis (59,22 %), sedangkan pada gen RAC1 tidak terdapat perbedaan bermakna (p=0,63) dengan tingkat metilasi subjek endometriosis (28.45%) dan subjek nir-endometriosis (26.11%). Penelitian ini juga melaporkan terjadinya peningkatan ekspresi relatif mRNA gen FN1 dan RAC1 dibandingkan dengan subjek nir-endometriosis, namun secara statistik tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05). Tidak terdapat korelasi bermakna antara tingkat metilasi gen FN1 dan RAC1 dengan ekspresi mRNAnya.
Kesimpulan: Terjadi penurunan tingkat metilasi yang bermakna pada gen FN1 di jaringan endometrium endometriosis, namun tidak berkorelasi dengan peningkatan mRNA nya. Tidak terdapat perbedaan bermakna tingkat metilasi dan ekspresi mRNA pada gen RAC1 di jaringan endometrium subjek endometriosis dibandingkan dengan nir endometriosis.

It has been reported that there was a changes in the expression of thousands of genes in endometrial endometriosis tissues, including the FN1 and RAC1 genes. Changes in gene expression can be caused by epigenetic mechanisms such as DNA methylation in genes.
Objective: To determine the level of DNA methylation in FN1 and RAC1 genes and their mRNA expression in endometrial tissue of endometriosis and non-ndometriosis.
Method: This study was designed as cross sectional with a total sample of 40 of endometrial tissues in the subject of endometriosis and non-endometriosis. Samples were taken by microcuretase at Ciptomangunkusumo and Fatmawati Hospital, Jakarta. DNA and RNA was isolated. DNA isolates were converted by bisulfite procedure, MSP conversion, electrophoresis, analyzed intensity of the band which appeared on gel electrophoresis using ImageJ software to obtain the percentage data of DNA methylation level. In RNA isolates, it was analyzed using qRT-PCR methode to obtain the relative mRNA expression level.
Results: Analysis of percentage of DNA methylation level showed significant differences (p=0.022) in the FN1 gene (37.95%) compared to non-endometriosis (59.22%), whereas in the RAC1 gene there was no significant difference (p=0,63) with methylation level of endometriosis subjects (28.45%) and non-endometriosis subjects (26.11%). For relative mRNA expression of FN1 and RAC1 genes showed no significant differences (p> 0.05). For correlation in endometrial endometriosis showed no significant between the rate of methylation of the FN1 and RAC1 genes with their mRNA expression.
Conclusion: There was a significant decrease in DNA methylation level of FN1 gene in endometrial endometriosis tissues, but it did not correlate with the increasing in its mRNA expression. There was no significant difference in DNA methylation level and mRNA expression of RAC1 gene in endometrial tissues of endometriosis subjects compared to non-endometriosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T59143
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tutug Kinasih
"Endometriosis adalah pertumbuhan jaringan mirip endometrium di luar uterus. Jaringan ini memiliki kemampuan tertanam di berbagai tempat ektopik karena dipengaruhi sistem aktivator plasminogen yang berperan dalam proses fibrinolisis. Pada endometriosis terdapat ekspresi plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) berlebih yang menyebabkan kurangnya fibrinolisis sehingga menyebabkan terbentuknya produk fibrin terdegradasi yang dapat mempengaruhi penempelan dan perkembangannya. Faktor epigenetik perubahan tingkat metilasi DNA berperan pada patogenesis endometriosis.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai tingkat metilasi gen PAI-1 dan hubungannya dengan perkembangan jaringan endometriosis ovarium dan peritoneum. Studi potong lintang ini menggunakan 13 sampel wanita endometriosis ovarium, 5 wanita endometriosis peritoneum, dan 8 wanita tanpa endometriosis. DNA dari sampel diisolasi, dilakukan konversi bisulfit, kemudian diamati tingkat metilasi DNAnya dengan metode methylation specific polymerase chain reaction (MSP). Hasilnya dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney. Terdapat perbedaan yang signifikan tingkat metilasi DNA gen PAI-1 pada ketiga kelompok sampel (p<0,05).
Penelitian ini menemukan perbedaan signifikan antara endometriosis ovarium dan peritoneum dibandingkan dengan kontrol (p=0,006 dan p = 0,003); namun tidak ada perbedaan yang signifikan pada endometriosis peritoneum dibandingkan dengan ovarium (p>0,05). Penelitian kami menunjukkan rendahnya tingkat metilasi gen PAI-1 yang dapat meningkatkan ekspresi gen PAI-1 dan hal ini disugestikan dapat berkontribusi sebagai faktor risiko endometriosis pada ovarium dan peritoneum."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nagita Gianty Annisa
"Endometriosis adalah sebuah penyakit yang dicirikan dengan implantasi jaringan endometrium di luar uterus. Endometriosis disebut sebagai penyakit hormonal. Salah satu hormon yang mempengaruhi patogenesis penyakit ini adalah hormon estrogen. Estrogen diduga dapat memicu proliferasi dan pertumbuhan jaringan endometrium ektopik. Sintesis estrogen dipengaruhi oleh faktor transkripsi SF-1 (Steroidogenic Factor-1). SF-1 berperan penting dalam sintesis aromatase, enzim kunci dalam biosintesis estrogen. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan kemungkinan peran epigenetik dalam endometriosis, salah satunya adalah metilasi DNA pada gen SF-1. Promoter gen SF-1 pada jaringan endometriosis telah ditemukan mengalami hipometilasi yang menyebabkan SF-1 lebih banyak disintesis pada jaringan endometriosis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat metilasi dari promoter gen SF-1 pada endometriosis ovarium dan peritoneum. Penelitian ini menggunakan 11 sampel jaringan endometriosis ovarium, 11 sampel jaringan endometriosis peritoneum, dan 11 kontrol. Jaringan endometriosis didapatkan dari pasien yang melakukan laparoskopi, sedangkan kontrol didapatkan dari pasien yang melakukan mikrokuretase. DNA dari sampel kemudian diisolasi dan dilakukan konversi bisulfit, kemudian dianalisis dengan methylation-specific polymerase chain reaction (MSP). Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah tes Kruskal-Wallis, yang dilanjutkan dengan analisis post-hoc menggunakan tes Mann-Whitney U. P-value kurang dari 0,05 dianggap signifikan. Terdapat perbedaan signifikan tingkat metilasi promoter gen SF-1 antara sampel endometriosis ovarium, endometriosis peritoneum, dan kontrol (p=0,001).
Peneliti kemudian menemukan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara kontrol dan endometriosis peritoneum (p=0,028), serta antara endometriosis ovarium dan peritoneum (p=0,028). Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kontrol dan endometriosis ovarium (p=1,00). Hasil ini menunjukkan bahwa perbedaan dalam tingkat metilasi promoter gen SF-1 dapat diasosiasikan dengan perkembangan endometriosis peritoneum. Sementara itu, perbedaan pada tingkat metilasi promoter gen SF-1 antara endometriosis ovarium dan peritoneum dapat menunjukkan perbedaan patogenesis antara kedua tipe endometriosis.

Endometriosis is a disease characterized by implantation of endometrial-like tissues outside of uterus. Endometriosis is a hormonal disease. One of the hormones involved in its pathogenesis is estrogen. Estrogen is thought to induce proliferation and growth of ectopic endometrium tissues. Estrogen biosynthesis involved a transcription factor, SF-1 (Steroidogenic Factor-1) for synthesis of aromatase, a key enzyme in estrogen biosynthesis. Previous studies have shown the possibility of epigenetic role in endometriosis, one of them is in the DNA methylation of SF-1 gene. Promoter of SF-1 gene has found to be hypomethylated, causing an increase in the syntehsis of SF-1 in endometriotic tissues.
The purpose of this study was to analyze the methylation profile of SF-1 gene in peritoneal and ovarian endometriosis. This study used 11 samples of ovarian endometrial tissues, 11 samples of peritoneal endometrial tissues, and 11 controls. Endometrial tissues were obtained from patients underwent laparoscopy, while controls were obtained from patients underwent microcurretage. DNA from the samples were isolated, sodium bisulfite converted and then analyzed by methylation-specific polymerase chain reaction (MSP). Statistical analysis used was Kruskal Wallis and continued with post hoc analysis using Mann-Whitney U test. A two-tailed p value less than 0.05 was considered to be significant. There was a significant difference between ovarian endometriosis, peritoneal endometriosis, and control with p = 0.001.
We further discovered that there was a significant difference between control and peritoneal endometriosis (p=0.028) and between ovarian and peritoneal endometriosis (p=0.028). Meanwhile, there was no significant difference between control and ovarian endometriosis (p=1.00). Our result suggested that the difference in methylathion profile of SF-1 gene may be associated with the development of peritoneal endometriosis. The difference in methylation profile between ovarian and peritoneal endometriosis might suggest different pathogenesis of both type of endometriosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Wirdiani Fathiah
"Faktor transkripsi Hoxa 10 dan gen targetnya integrin αvβ3, keduanya adalah marka penting yang meregulasi kondisi endometrium reseptif. Stimulasi ovarium telah dilaporkan dapat mengganggu reseptifitas endometrium yang berkaitan dengan kegagalan implantasi. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh stimulasi rFSH terhadap tingkat ekspresi Hoxa 10 dan integrin αvβ3 pada endometrium selama fase sekresi, serta menilai hubungan korelasi keduanya. Metode, dipilih 27 tikus betina dengan siklus estrus normal dibagi dalam kelompok siklus alamiah dan dua kelompok dengan siklus terstimulasi, dilakukan penyuntikan rFSH dosis 12,5 IU dan 25 IU dan 48 jam kemudian dilanjutkan penyuntikan hCG dosis 10 IU. Pengambilan sampel uterus dilakukan pada hari pertama, kedua dan ketiga setelah penyuntikan hCG. Ekspresi kedua marka dinilai menggunakan teknik imunohistokimia dan Western Immunoblotting. Hasil, Ekspresi Hoxa 10 di stroma tidak berbeda antara kelompok kontrol dan distimulasi dosis 12,5 UI (P > 0,05). Ekspresi integrin αvβ3 di epitel luminal tidak menurun secara bermakna akibat distimulasi dosis 25 UI (P > 0,05) dan perubahan ekspresi integrin αvβ3 di epitel kelenjar juga tidak berbeda bermakna setelah pemberian stimulasi (P > 0,05). Kedua marka berkorelasi positif pada hari kesatu (r = 0,607) dan hari ketiga ditemukan korelasi negatif (r = -0,616). Dari data tersebut disimpulkan bahwa stimulasi rFSH tidak menurunkan ekspresi Hoxa 10 dan integrin αvβ3 pada fase sekresi.
The transcription factor Hoxa 10 and its target gene the αvβ3 integrin, are both essential molecules that regulate receptivite endometrial condition. Giving ovarian stimulation has been reported to impair endometrial receptivity in association with implantation failure. The aim of this study was to analyze the effect of rFSH administration on the expression level of Hoxa 10 and αvβ3 integrin in the endometrium during the secretory phase, as well as assess the correlation between the two. Methods, 27 Wistar female rats with normal estrus cycles were selected divided into natural cycle group and two groups were stimulated cycle of rFSH doses of 12.5 IU and 25 IU and 48 hours later followed by injection of hCG dose 10 IU. Uterine sampling was carried out on the first, second and third day after hCG injection. Hoxa 10 and αvβ3 integrin expression was assessed using immunohistochemistry and Western Immunobloting techniques. As a results, the expression of Hoxa 10 in the stromal cell did not differ between the control group and the group with stimulation dose 12,5 UI (P>0,05). The expression of αvβ3 integrin in the luminal epithelium did not decrease significantly due to stimulation dose 25 UI (P>0,05) and changes in αvβ3 integrin expression in the epithelial glands did not show a significant difference after stimulation (P>0,05). Both proved to be positively correlation on the first day (r = 0,607) and on the third day negatifly correlation (r = -0,616). From these data it was concluded that rFSH stimulation did not decrease Hoxa 10 and αvβ3 integrin expression in the secretory phase."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Duta Atur Tritama
"ABSTRAK
Latar Belakang: Saat ini WHO memperkirakan 60 ndash;80 juta pasangan menderita infertilitas atau diperkirakan 8 ndash;12 persen dari pasangan di seluruh dunia. Salah satu penyebab infertilitas pada wanita adalah endometriois.1,2 Sekitar 20 ndash; 40 wanita infertilitas menderita endometriosis, dengan prevalensi endometriosis pada wanita usia reproduksi adalah 3 ndash;10 .5 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase pasien endometriosis dengan infertilitas yang hamil dalam waktu satu tahun pasca prosedur laparoskopi dan factor-faktor yang mempengaruhinya.Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif, sumber data berasal dari rekam medis dengan pendekatan penelitian deskriptif-analitik kategorikal dengan menggunakan rekam medik pasien yang dilakukan laparoskopi di Rumah Sakit Fatmawati, kemudian di follow up untuk mengetahui kejadian kehamilannya. Data kemudian dianalisis untuk mengetahui hubungan antara usia, lama infertilitas, bilateralitas kista, patensi tuba, dan derajat r-AFS dengan kehamilan.Hasil: Terdapat 64 subjek yang dianalisis. Sebanyak 23 subjek 35,9 hamil dalam satu tahun pasca laparoskopi. Kelompok usia le; 35 tahun memiliki peluang untuk hamil lebih besar dengan OR 6,75 dan nilai p=0,01, lama infertilitas le; 3 tahun memiliki peluang untuk hamil lebih besar dengan OR 3,2 dan nilai p=0,032, derajat r-AFS II dan III juga memiliki peluang hamil yang besar dengan OR 3,25 dan 4,25 dengan nilai p=0,04.Kesimpulan: Pada penelitian ini didapatkan angka kehamilan dalam satu tahun pasca laparoskopi sebesar 35,9 . Terdapat hubungan antara usia, lama infertilitas dan derajat r-AFS dengan kehamilan.Kata Kunci: Endometriosis, infertilitas, laparoskopi, kehamilan

ABSTRACT
Background WHO estimate about 60 ndash 80 million infertile couple in the world or about 8 12 from the whole couple. Endometriosis is one of the condition that cause infertility. About 20 40 infertile women are having endometriosis, and endometriosis prevalence in reproductive women is 3 10 . This study purpose is to know about percentage of pregnancy rate in women post laparoskopi.Methods This study is retrospektif cohort, data is taken from medical record of patient in RSUP Fatmawati with categorical descriptive analitic approachment. Data then analyze to know is there any association between age, infertility duration, bilaterality of the cyst, tubal patensy, r AFS stage with pregnancy rate.Results From 64 subject, there are 23 subject 35,9 that pregnant within one year after laparoscopic procedure. Age le 35 years old have a greater chance to get pregnant with OR 6,75 and p value 0,01, duration of infertility le 3 years have a greater chance to get pregnant with OR 3,2 and p value 0,032, r AFS stage II and III are have a greater chance to get pregnant to with OR 3,25 and 4,25 and p value 0,04. Conclusion The pregnancy rate after laparoscopic cystectomy is 35,9 in this study. There are correlation between age, duration of infertility, and r AFS staging with pregnancy rate.Key Words Endometriosis, infertility, laparoscopy, pregnancy "
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febriyeni
"Latar Belakang: TNF-α dan CXCL16 terlibat dalam patofisiologi endometriosis melalui regulasi respon inflamasi dan pengkode nyeri endometriosis. Peningkatan TNF-α berperan dalam jalur pensinyalan P53 untuk apoptosis. Darah menstruasi sebagai pelepasan jaringan endometrium dapat digunakan dalam mengidentifikasi biomarker untuk diagnosis penyakit endometriosis tanpa memerlukan biopsi. Metode: Sampel darah menstruasi subjek dikumpulkan dengan menggunakan pembalut kertas saring dan jaringan endometrium dikumpulkan dengan melakukan biopsi, yang kemudian diekstraksi DNA dan RNA-nya. Tingkat metilasi DNA diukur dengan menggunakan metode pyrosequencing. Tingkat ekspresi mRNA diukur dengan menggunakan metode qPCR dan dianalisis dengan metode Livak Hasil: Ekspresi mRNA gen TNF-α pada darah menstruasi pasien endometriosis meningkat signifikan 3,73 kali lipat dibandingkan ekspresi pada kontrol (p=0,005). Gen TNF-α mengalami hipermetilasi dan berbeda bermakna dalam darah menstruasi pasien endometriosis dibandingkan kontrol (p=0,008). Sedangkan ekspresi mRNA gen CXCL16 pada darah menstruasi pasien endometriosis meningkat 2,42 kali (p=0,030) dibandingkan ekspresi mRNA darah menstruasi pada kontrol. Gen CXCL16 mengalami hipometilasi (p=0,004). Pada P53 terjadi terjadi peningkatan ekspresi gen P53 1,52 kali. Ekspresi mRNA gen TNF-α dan CXCL16 pada subjek nyeri berat lebih tinggi dibandingkan subjek nyeri sedang, dan terdapat korelasi positive. Kesimpulan: Penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan ekspresi mRNA TNF-α dan CXCL16 dalam darah menstruasi pasien endometriosis dapat menjadi penanda langsung untuk mendiagnosis endometriosis. Namun, untuk memvalidasi lebih lanjut temuan ini dan mengeksplorasi potensi sebagai alat diagnostik, penelitian tambahan yang melibatkan kelompok pasien yang lebih besar diperlukan

Background: TNF-α and CXCL16 are implicated in the pathophysiology of endometriosis through the regulation of inflammatory response and the coding of endometriosis pain. Elevated TNF-α is implicated in the P53 signaling pathway for apoptosis. Menstrual blood, as a discharge of endometrial tissue, presents an opportunity for identifying biomarkers for the diagnosis of endometriosis without resorting to biopsy. Method: Menstrual blood samples were collected using filter paper pads, and endometrial tissues were obtained via biopsy, from which DNA and RNA were extracted. DNA methylation levels were assessed using the pyrosequencing method after bisulfite conversion treatment. Meanwhile, mRNA expression levels were measured using the quantitative polymerase chain reaction (qPCR) method and analyzed using the Livak method. Results: The mRNA expression of the TNF-α gene in menstrual blood of endometriosis patients increased significantly by 3.73 times compared to controls (p=0.005). The TNF-α gene exhibited hypermethylation, significantly differing in menstrual blood of endometriosis patients compared to controls (p=0.008). The mRNA expression of the CXCL16 gene in menstrual blood of endometriosis patients increased by 2.42 times (p=0.030) compared to controls, although there was no significant difference in expression between menstrual blood and endometrial tissue in endometriosis patients (p=0.173). The CXCL16 gene displayed hypomethylation (p=0.004). There was an increase in P53 gene expression, which was 1.52 times higher than in control menstrual blood. The mRNA expression of TNF-α and CXCL16 genes in subjects experiencing severe pain was higher than in those with moderate pain, and there was a positive correlation. Conclusion: This study suggests that increased mRNA expression of TNF-α and CXCL16 in menstrual blood of endometriosis patients may serve as direct markers for diagnosing endometriosis. However, further validation of these findings and exploration of their potential as diagnostic tools requires additional studies involving larger patient cohorts."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidabutar, Merry Amelya Puspita
"Tesis ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara ekspresi reseptor leptin
endometrium dengan ekspresi reseptor αvβ3 integrin endometrium pada fase luteal
madya pasien infertilitas, untuk mencari tahu salah satu penyebab kegagalan
implantasi. Nilai leptin lokal endometrium dinilai melalui ekspresi leptin endometrium
dan daya terima endometrium dinilai melalui ekspresi reseptor αvβ3 integrin
endometrium. Penelitian ini dengan desain potong lintang di RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo. Ekspresi reseptor dinilai dari H-score pada pewarnaan
imunohistokimia yang diambil dengan cara biopsi endometrium sebagai baku emas.
Dari 30 sampel didapatkan ekspresi reseptor leptin endometrium baik pada 23 sampel
(76,7%), ekspresi reseptor leptin endometrium buruk pada 7 sampel (23,3%),
sedangkan hasil daya terima endometrium baik pada 24 sampel (80%), dan daya
terima endometrium buruk pada 6 sampel (20%). Uji analisis membuktikkan kadar
leptin serum berkorelasi kuat dengan ekspresi leptin endometrium (r=0,67;p<0,01)
dengan ekspresi leptin endometrium, dan ekspresi leptin endometrium berkorelasi
dengan daya terima endometrium (r=0,72;p<0,01). Analisis multivariat menyebutkan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap daya terima endometrium secara berurutan
adalah progesteron, ekspresi leptin endometrium, dan kadar leptin serum. ;The aim of this study is to correlate between endometrial leptin receptor expression
with endometrial integrin αvβ3 expression on mid luteal phase of infertility patients to
know one of the cause of implantation failure. Leptin played important role in female
neuroendocrine and endometrial implantation. Local leptin value were assessed
through the expression of leptin endometrial receptor and endometrial receptivity
assessed through the expression of integrin αvβ3 endometrial. This study was crosssectional
design
in
RSUPN
Dr.
Cipto
Mangunkusumo.
The
expression
of
the
receptor
rated
of
H-score
on immunohistochemical staining were taken by endometrial biopsy
as the gold standard. From 30 samples obtained, good endometrial leptin receptor
expression were found in 23 samples (76.7%), poor endometrial leptin receptor
expression in were found 7 samples (23.3% ), good endometrial receptivity were
found in 24 samples (80%) and poor endometrial receptivity in 6 samples (20%).
Result of this study show leptin serum was strongly correlated (r=0,67;p<0,01) with
leptin endometrial receptor expression and endometrial leptin receptor expression was
strongly correlated with endometrial integrin αvβ3 expression (r=0,72;p<0,01).
Multivariate analysis show factors that correlate to endometrial receptivity
sequentially are progesterone, endometrial leptin receptor, and leptin serum. "
2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>