Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 161248 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ferry Arwansyah
"ABSTRAK
Dampak hipoksia penerbangan, bergantung tempat dan lama di ketinggian, telah dialami saat ketinggian 5000 kaki, mulai dari yang ringan sampai yang berat. Waktu Sadar Efektif WSE adalah rentang waktu seseorang mampu melakukan tindakan korektif pada kondisi sadar sebelum mengalami inkapasitasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dan viskositas darah serta faktor usia dan massa tubuh terhadap risiko hipoksia pada awak dan nonawak pesawat di simulasi Ruang Udara Bertekanan Rendah RUBR . Para awak pesawat dan nonawak pesawat yang telah melaksanakan pemeriksaan kesehatan dan kesamaptaan jasmani, menjalani simulasi hipoksia di RUBR Lakespra Saryanto. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan purposive sampling, uji regresi logistik berganda, untuk menganalisis faktor dominan yang mempengaruhi WSE. Didapatkan 79 dari 87 subyek yang bersedia berpartisipasi. Persentase awak dan nonawak pesawat yang mengalami WSE memendek sebanyak 32,9 . Faktor kebiasaan merokok kategori sedang indeks brinkman cenderung meningkatkan risiko hipoksia [ORa=3,08; p=0,201]. Kadar hematokrit tinggi cenderung mengurangi risiko hipoksia[ORa=0,21; p=0,070]. Kategori usia >40 tahun [OR=0,57; p=0,694] dan usia 30-39 tahun [OR=0,74; p=0,561] serta massa tubuh [OR=0,89; p=0,821] tidak terbukti meningkatkan risiko terjadinya hipoksia. Dapat disimpulkan kebiasaan merokok kategori sedang cenderung meningkatkan risiko hipoksia. Viskositas darah cenderung mengurangi risiko hipoksia, sedangkan usia dan massa tubuh tidak mempengaruhi terjadinya hipoksia.
ABSTRACT The impact of flight hypoxia, ranging from mild to severe, depends on place and duration in altitude and will be experienced at 5000 feet. Time of Useful Consciousness TUC is range of time someone able to perform corrective actions on conscious state before experiencing incapacitation. The purpose of this research is to know relationship between smoking habit, blood viscosity, body mass and age as factors related to risk of hypoxia in aircrew and non aircrew through simulation in hypobaric chamber. Subjects who had undergone general medical examinations and physical fitness test, underwent a simulated hypoxia in hypobaric chamber at Lakespra Saryanto. This study used cross sectional design and multiple logistic regression test to analyze the dominant factors which affects TUC. 79 subjects were willing to participate. Percentage subjects with TUC shortened by 32,9 . Moderate smoking habit tends to increase the risk of hypoxia Ora 3.08 p 0.201 while high hematocrit levels tend to reduce Ora 0.21 p 0.070 . Age category 40 years OR 0.57 p 0.694 , age 30 39 years OR 0.74 p 0.561 and body mass OR 0.89 p 0.821 does not appear to increase the risk. In conclusion moderate smoking habit tends to increase the risk of hypoxia. Blood viscosity tends to reduce the risk of hypoxia, whereas age and body mass do not affect the occurance of hypoxia."
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syifa Amalia Hanif
"Rokok dan stroke memiliki keterikatan erat yang diduga berkorelasi dengan peningkatan viskositas darah yang menjadi faktor terjadinya stroke. Pemeriksaan viskositas darah yang sekarang tersedia harus dilakukan pada laboratorium besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur hubungan merokok dengan viskositas darah yang diukur menggunakan Mikrokapiler Digital, suatu alat baru yang mudah dibawa, sederhana dan terjangkau. Penelitian adalah merupakan penelitian cross-sectional. Subjek penelitian terdiri atas dua kelompok, yaitu kelompok perokok dan non perokok. Data penelitian didapatkan dari data sekunder Pos Binaan Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang diambil pada bulan Januari dan Maret 2015 dengan jumlah sampel 197 orang terdiri dari kelompok perokok dan kelompok non perokok. Hasil uji korelasi yang dilakukan dengan data sekunder Posbindu menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara merokok dengan viskositas darah. Perbedaan hasil ini diduga diakibatkan pada data Posbindu pasien yang merokok tenyata memiliki faktor risiko lain yang dapat meningkatkan viskositas darah.

Cigarette smoking will increase blood viscosity which raises the risk of stroke. Newer and handier tool to check blood viscosity with Digital Microcapillary tool can be used in primary care. This research is done to find correlation between cigarette smoking and blood viscosity parameter checked by Digital Microcapillary tool. This was cross sectional study with two subject group consists of, cigarette smoker and non cigarette smoker. Research database was obtained from secondary data in Pos Binaan Terpadu Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (Posbindu) taken between January and March 2015 with total sample 197 patients. However, there was no significant correlation between cigarette smoker and non cigarette smoker patients from Posbindu. This results perhaps due to confounding factors in non cigarette smoker patients which will increase blood viscosity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dony
"Latar belakang: Sleep bruxism merupakan aktifitas parafungsi yang berhubungan dengan keadaan tidur. Salah satu penyebabnya adalah stres (?home stress? dan ?pengaruh home stress terhadap pekerjaan?) pada lingkungan kerja dengan tanggung jawab dan resiko tinggi seperti profesi aircrew pada lingkungan penerbangan. Namun penelitian mengenai stres dan sleep bruxism pada aircrew di Indonesia belum pernah dilakukan.
Tujuan: Menganalisis hubungan antara stres dengan sleep bruxism pada aircrew.
Metode: Subjek terdiri dari 214 aircrew maskapai penerbangan nasional Indonesia. Subjek melakukan pengisian 2 kuesioner yaitu modifikasi Sloan and Cooper?s questionnaire dan kuesioner sleep bruxism. Penelitian ini melalui 2 tahap yaitu pada tahap pertama dilakukan uji validasi dan reliabilitas modifikasi Sloan and Cooper?s questionnaire, kemudian tahap kedua dilakukan uji potong lintang.
Hasil: Uji Mann-Whitney menunjukkan tidak terdapat hubungan bermakna antara ?home stress? dan umur dengan sleep bruxism (p > 0.05). Uji t tidak berpasangan menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara ?pengaruh home stress terhadap pekerjaan? dengan sleep bruxism (p < 0.05). Uji Chi-Square tidak menunjukkan hubungan bermakna antara jenis kelamin dan jabatan dengan sleep bruxism (p>0.05).
Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara ?home stress? dan sleep bruxism, namun terdapat hubungan yang bermakna antara ?pengaruh home stress terhadap pekerjaan? dan sleep bruxism pada aircrew.

Background: Sleep bruxism is parafunctional activities that related to sleep condition. One of the etiology is stress (?home stress? and ?effect home stress at work?) at working environment with high risk and responsibility such as aircrew in aviation. However research about stress and sleep bruxism among aircrew inIndonesia has not yet been done.
Objective: To analyze the relationship between stress and sleep bruxism among aircrew.
Methods: 214 subjects are aircrew at national Indonesia airline. Subjects were ask to fill 2 questionnaires i.e. modification of Sloan and Cooper?s questionnaire and sleep bruxism questionnaire. This study was analyzed in 2 steps, the first was to test the validity and reliability of modification Sloan and Cooper's questionnaire, and the second step was cross-sectional design.
Result: Mann-Whitney test showed that there was no significantly difference between ?home stress? and age with sleep bruxism (p > 0.05). Unpaired-t test showed that there was significantly difference between ?effect home stress at work? with sleep bruxism (p < 0.05). Chi-Square test showed that there was no significantly difference between gender and job position with sleep bruxism (p> 0.05).
Conclusion: There was no correlation found between ?home stress? and sleep bruxism, however a correlation found between ?effect home stress at work? with sleep bruxism among aircrew.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Veronica Galih Gunarsih
"Latar belakang : Hipoksia merupakan bahaya potensial dalam penerbangan. Waktu sadar efektif (WSE) merupakan waktu ketika seorang penerbang atau awak pesawat mulai terpajan hipoksia sampai sebelum mengalami inkapasitansi. Selama rentang waktu tersebut seorang penerbang dapat membuat keputusan atau tindakan yang tepat. Hemoglobin sangat berpengaruh terhadap saturasi O2 yang menentukan oksigenasi jaringan tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi WSE yaitu pada calon dan awak pesawat militer di Indonesia.
Metode: Desain penelitian dengan potong lintang, pengambilan sampel secara purposif. Data diambil dari hasil pelaksanaan Indoktrinasi Latihan Aerofisiologi (ILA) di Lakespra Saryanto selama Januari-Mei 2014. Subyek penelitian adalah calon dan awak pesawat militer. Lama WSE diperoleh dengan demonstrasi hipoksia dalam ruang udara bertekanan rendah (RUBR) pada simulasi ketinggian 25000 kaki. Nilai kesamaptaan jasmani ditentukan dengan VO2maks. Analisis regresi linier digunakan untuk mengidentifikasi faktor risiko WSE.
Hasil: Calon dan awak pesawat militer yang melaksanakan ILA sebanyak 183 orang. Duapuluh lima subyek dikeluarkan karena tidak melaksanakan demonstrasi hipoksia di RUBR atau uji latih jantung, 158 subyek memenuhi kriteria inklusi. Faktor dominan yang memperpanjang WSE adalah Hb, sedangkan yang mempersingkat adalah IMT dan umur. Setiap 1 g/dL Hb menambah WSE 14,7 detik [koefisien regresi (β) = 14,677 ; p = 0,010].
Simpulan: Kenaikan IMT 1 kg/m2 mengurangi WSE 3,3 detik [β = -3,274; 95% interval kepercayaan (CI) = -8,287;1,738 ; p = 0,199]. Penambahan umur 1 tahun mengurangi WSE 3,9 detik (β = -3,917; p = 0,000).

Background: Hypoxia is potential hazard in aviation. Time of useful consciousness (TUC) is time during when a pilot or aircrew exposed hypoxia before experiencing incapacitation. During the span of time, a pilot can make the right decision or action. Haemoglobin (Hb) influences the oxygen saturation that determines oxygenation of the body tissue. This study aims to identify the factors affect WSE on candidates and military aircrew in Indonesia.
Methods: Study designed was cross sectional with purposive sampling. Data taken from the result of Indoktrinasi Latihan Aerofisiologi (ILA) in Lakespra Saryanto Jakarta during January to May 2014. Research subjects were candidates and military aircrews. Time of useful consciousness was obtained from hypoxia demonstration in hypobaric Chambers at 25000 feet altitude simulation. The value of physical fitness was determined by VO2max. Linear regression analysis was used to identify risk factors of TUC.
Results: Candidates and military aircrew carried out the ILA were 183 persons. Twenty-five subjects were excluded because of not carried out hypoxia demonstration in hypobaric chamber or treadmill test. The dominant factors that extend TUC were Hb. while shortening were BMI and age. Each 1 g/dL Hb extend TUC 14.7 seconds [regression coefficient (β) = 14.677 ; p = 0.010]. Increasing BMI of 1 kg/m2 shorten TUC 3.3 seconds [(β) = -3.274; 95% confidence interval (CI) = -8.287;1.738 ; p = 0.199]. Addition of age 1 year shorten TUC 3.3 seconds (β= -3.917 ; p = 0.000).
Conclusion: Increasing Hb extends TUC, while gain BMI and addition age shorten TUC.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Imam Pratana
"ABSTRACT
Latar Belakang. Kavitas merupakan salah satu penampakan lesi paru yang paling umum ditemukan pada pasien TB. Namun demikian, tidak banyak penelitian yang memelajari mengenai prevalensi dan risiko pembentukan kavitas pada pasien TB terkait dengan kebiasaan merokoknya. Metode Penelitian. Pengambilan data dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan dengan metode potong lintang. Populasi target adalah pasien yang terdiagnosis TB pada tahun 2016-2018 yang memeriksakan diri ke RSUP Persahabatan. Hasil. Didapatkan 148 subjek penelitian. Sebagian besar pasien adalah laki-laki dengan jumlah 96 orang dan perempuan sebanyak 52 orang. Dari segi usia, didapatkan mayoritas responden adalah berusaia 17 hingga 45 tahun. Sebanyak 65 pasien teramati memiliki kavitas pada paru dan 83 pasien tidak memiliki kavitas pada paru. Berdasarkan indeks brinkmannya, didapati bahwa 65 (43,9%) orang bukan perokok, 19(12,8%) orang perokok berat, 25 (16,9%) perokok sedang, dan 39(26,4%) orang perokok ringan. Dari hasil analisis, terdapat hubungan yang signifikan secara statistik p<0,05 antara kebiasaan merokok dengan keberadaan lesi paru pada pasien TB. Pasien yang termasuk kedalam indeks brinkman sedang-berat memiliki PR=2,41 IK95% 1,578-3,683 sedangkan pasien dengan indeks brinkman ringan memiliki PR=1,316 IK95% 0,760-2,277 (tidak bermakna secara statistik. Kesimpulan : ada hubungan antara kelas merokok brinkman sedang-berat dengan lesi kavitas pada paru pasien dengan TB.

ABSTRACT
Background. Cavity is one of pulmonary lesion that is most common in tuberculosis patients. But, studies about prevalence and cavity-forming risk in TB patients related to their smoking habit is not much known. Methods. Data are collected at Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan with cross-sectional method. Target population are patients at Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan that are diagnosed with TB in 2016-2018. Result. As much as 148 research subject are recorded. Most patient are men (96 persons), while 52 are women. Respondents age are between 17 and 45 years old. As much as 65 patients have lung cavity while the other 83 patients do not have lung cavity. Based on Brinkmans Index, 65 persons (43.9%) are not smoker, 19 persons (12.8%) are heavy smoker, 25 persons (16.9%) are moderate smoker, and 39 persons (26.4%) are light smoker. Data analysis showed that there is a statistically significant assosication ( p<0,005 ) between smoking habits and prevalence of cavitary lesion in patients with TB. Patients that are included into moderate-heavy smokers group have PR = 2,41 CI95% 1,578-3,683 while patients that are included into light smokers have PR=1,316 CI 95% 0,760-2,277 (statistically insignificant). Conclusion : There is an association between moderate-heavy smoking and the appearance of cavitary lesion in TB patients."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Desyanti
"Latar Belakang : Telah diketahui bahwa stres merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya Temporomandibular Disorder ( TMD ), dan "Home Stress", yang merupakan bagian dari stres psikososial perlu diperhatikan. Selama ini, fenomena tersebut belum pernah diteliti sebelumnya pada aircrew di Indonesia.
Tujuan : Menganalisis korelasi stres dengan TMD pada aircrew.
Metode : Cross Sectional pada 318 aircrew maskapai komersial nasional di Jakarta. Subjek mengisi dua jenis kuesioner, yaitu Indeks Diagnostik TMD untuk mendiagnosis TMD dan Modifikasi Sloan and Cooper’s Questionnaire untuk mendiagnosis stres, yang terdiri dari "Home Stress" dan "pengaruh Home Stress pada pekerjaan", kemudian dilakukan uji hipotesis korelatif numerik distribusi data tidak normal.
Hasil Penelitian : Hasil uji Spearman menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara "Home Stress" dan "pengaruh Home Stress pada pekerjaan" dengan TMD pada aircrew (p=0.000). Korelasi tersebut juga didapatkan pada cockpit crew (p=0.000) maupun cabin crew (p = 0.000). Nilai korelasi (r) yang didapat berturut-turut adalah 0.363,0.387, 0.345, 0.341, 0.393 dan 0.346.
Kesimpulan : Terdapat korelasi yang sedang antara stres dengan TMD pada aircrew.

Background : It is known that stress is one of the risk factor for Temporomandibular Disorder (TMD), and "Home Stress" as part of a psychological stress should get more attention. Until so far, this phenomenon in Indonesian aircrew had never been studied yet.
Objectives : The aim of this study was to analyze the correlation between stress and Temporomandibular Disorder in aircrew.
Methods : A cross sectional study was performed towards 318 commercial aircrew of national company in Jakarta. The subjects were asked to fill two kinds of questionnaire, first was TMD Diagnostic Index to assess the TMD and the other was Modification of Sloan and Cooper’s Questionnaire to examine the stress which was consisted of two sections, "Home Stress" and "Effect Home Stress at Work". Then the correlative numerical hypothetic analysis was done.
Results : Spearman test showed that there was a correlation between "Home Stress" , "Effect Home Stress at Work" and TMD in aircrew (p=0.000). This correlation was also found in cockpit crew (p=0.000) and cabin crew (p = 0.000). The Spearman rank correlation coefficients (r) were 0.363, 0.387, 0.345, 0.341, 0.393 and 0.346.
Conclusion : There is a fair degree of correlation between stress and TMD in aircrew.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Al Munawara A.
"Latar belakang: Jumlah perokok di dunia yaitu 1,1 miliar orang dari total jumlah populasi dunia. Kebiasaan merokok berdampak buruk terhadap kesehatan umum dan merupakan faktor risiko penyakit periodontal.
Tujuan: Mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa rumpun ilmu kesehatan mengenai hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal.
Metode: Studi analisis potong lintang pada mahasiswa rumpun ilmu kesehatan. Penelitian menggunakan kuesioner yang disebar melalui melalui situs internet yaitu google form, disebar ke semua fakultas dan tingkat semester yang tergabung dalam rumpun ilmu kesehatan.
Hasil: Sebanyak 388 responden yang mengisi kuesioner. Asal fakultas berhubungan secara signifikan bahwa merokok merugikan kesehatan umum (0,000), kesehatan mulut (0,000), menyebabkan terjadinya penyakit periodontal (0.001), dan peningkatan penyakit periodontal (0,024). Tingkat semester berhubungan secara signifikan bahwa merokok merugikan kesehatan umum (0,005), namun tidak berhubungan secara signifikan pada merokok memengaruhi kesehatan mulut (0,075), menyebabkan terjadinya penyakit periodontal (0,996), dan peningkatan penyakit periodontal (0,600).
Kesimpulan: Mahasiswa FKG memiliki pengetahuan yang lebih baik mengenai hubungan antara kebiasaan merokok dengan penyakit periodontal.

Background: The number of smokers in the world is 1.1 billion people from the total world population. Smoking habits adversely affect general health and risk factors for periodontal disease.
Objective: To determine the knowledge of health science students about the relationship between smoking habits and periodontal disease.
Method: Cross-sectional analysis study on health science students. The research used a questionnaire distributed through the internet site, namely google form, distributed to all faculties and semester levels who are members of the health science clusters.
Results: A total of 388 respondents filled out the questionnaire. The faculty origin associations were significantly detrimental to general health (0.000), oral health (0.000), causing the incidence of periodontal disease (0.001), and an increase in periodontal disease (0.024). The level of association was significantly detrimental to health (0.005), but not significantly associated with smoking affecting oral health (0.075), causing the incidence of periodontal disease (0.996), and an increase in periodontal disease (0.600).
Conclusion: FKG students have better knowledge about the relationship between smoking and periodontal disease.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Valerie Andrea
"Pada diabetes melitus terjadi hiperglikemia kronik yang dapat menyebabkan komplikasi penyakit kardiovaskular, salah satunya adalah stroke. Pada stroke terjadi peningkatan nilai viskositas darah. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari hubungan antara DM dengan viskositas darah. Penelitian ini adalah penelitian cross-sectional yang melibatkan tiga kelompok subjek penelitian, yaitu pasien DM dan kontrol non DM yang berkunjung ke Posbindu Kelurahan Pisangan Timur pada bulan Januari dan Maret 2015, serta kontrol sehat dari hasil penelitian Rasyid tahun 2014. Data yang digunakan adalah data sekunder hasil pemeriksaan viskositas darah dengan Mikrokapiler Digital® dan pemeriksaan glukosa darah sewaktu. Mikrokapiler Digital® merupakan alat baru pengukur nilai viskositas darah yang mudah digunakan. Apabila dibandingkan dengan kontrol sehat, didapatkan perbedaan yang bermakna antara viskositas darah pasien DM dan kontrol sehat (p = 0,000). Berdasarkan data Posbindu didapatkan korelasi yang tidak bermakna antara kadar glukosa darah dan nilai viskositas darah (p = 0,221), demikian pula antara DM dengan viskositas darah (p = 0,566). Hal tersebut kemungkinan disebabkan adanya faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi hasil viskositas darah pada kontrol non DM. Penelitian lanjutan diperlukan dengan memperhitungkan faktor perancu.

Chronic hyperglycemia in diabetes mellitus can lead cardiovascular disorder complications, which one of them is stroke. There is increased blood viscosity level in stroke. The aim of this study is to find the relationship between diabetes mellitus and blood viscosity. This is a cross sectional study involving three groups: diabetes patients and non-diabetes controls visiting Posbindu Pisangan Timur in January and March 2015, also healthy controls from Rasyid study in 2014. The data used is secondary data of blood viscosity examined by Digital Microcapillary® and level of non-fasting blood sugar. Digital Microcapillary® is a new tool to measure blood viscosity value that is easy to use. Compare to healthy controls, there is a significant difference between blood viscosity of diabetes patients and healthy controls (p = 0,000). Posbindu data showed no significant correlation between blood glucose level and blood viscosity (p = 0,221), also between diabetes mellitus and blood viscosity (p = 0,566). It may be caused by the presence of other risk factors that may influence the results of blood viscosity in non-diabetes controls. Further study is needed and should consider all confounding conditions."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andini Wulandari
"[Jumlah perokok di Indonesia meningkat selama beberapa tahun terakhir dan
perokok usia dewasa awal menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pola merokok yang meliputi lama
merokok, jumlah batang rokok yang dihisap per hari, dan jenis rokok yang biasa
dihisap dengan tekanan darah pada mahasiswa/i Universitas Indonesia usia
dewasa awal. Studi ini menggunakan desain cross sectional dan melibatkan 99
responden melalui quota sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada
hubungan antara pola merokok dengan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik. Hasil penelitian ini merekomendasikan penelitian selanjutnya untuk
melakukan penelitian serupa dengan jumlah sampel yang lebih besar;The number of smokers in Indonesia have been increased for the last few years
and early adulthood smokers showed a fairly high prevalence. This study aimed to
determine the relationship between smoking patterns that include duration of
smoking, the number of cigarettes smoked per day, the usual type of cigarette
smoked and blood pressure on early adulthood among Universitas Indonesia
students. The study used a cross-sectional design and involved 99 respondents
through quota sampling. The results showed there is no relationship between
smoking patterns and systolic blood pressure and diastolic blood pressure. These
findings recommend to re-examine with enlarging the number of samples., The number of smokers in Indonesia have been increased for the last few years
and early adulthood smokers showed a fairly high prevalence. This study aimed to
determine the relationship between smoking patterns that include duration of
smoking, the number of cigarettes smoked per day, the usual type of cigarette
smoked and blood pressure on early adulthood among Universitas Indonesia
students. The study used a cross-sectional design and involved 99 respondents
through quota sampling. The results showed there is no relationship between
smoking patterns and systolic blood pressure and diastolic blood pressure. These
findings recommend to re-examine with enlarging the number of samples.]"
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2015
S59413
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rezky Ananda Rianto
"Berbagai penelitian menemukan adanya hubungan antara kebiasaan merokok dengan adanya gangguan jiwa. Hal ini cukup mengkhawatirkan karena efek buruk yang ada dari kedua hal tersebut. Untuk mencoba mencegah hal ini, peneliti meneliti hubungan antara tingkat kebiasaan merokok dengan gejala psikopatologi. Populasi mahasiswa Universitas Indonesia dipilih untuk menyamakan latarbelakang subjek dan peran mahasiswa sebagai masa depan bangsa. Penelitian cross-sectional dilakukan dengan memberi kuesioner tentang tingkat kebiasaan merokok dan munculnya gangguan psikopatologi dengan menggunakan SCL90 kepada 100 subjek penelitian dengan convenience sampling. Kemudian dibandingkan nilai total SCL 90 antara perokok ringan dan sedang dengan perokok berat. Jumlah perokok ringan adalah 30 (30%), perokok sedang 52 (52%),dan perokok berat 18 (18%). Dari seluruh responden didapatkan 62 orang memilki psikopatologi yang bermakna. Hasil uji chi-square antara tingkat kebiasaan merokok ringan-sedang dengan gejala psikopatologi yang didapatkan hasil tidak bermakna dengan p > 0,05 (p 0,534). Tidak didapatkan hubungan signifikan antara tingkat kebiasaan merokok dengan gejala psikopatologi yang ada saat ini. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian lain yang serupa dan yang dilakukan di masyarakat. Pada penelitian juga didapatkan dimensi psikopatologi terbanyak adalah dimensi tambahan diikuti obsesif-kompulsif. Masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendalami hubungan yang ada pada variabel.

Many researches show that there is a relationship between smoking and mental illness. This is a bad thing, because both of it can give bad effect to people's life. That is why to prevent this, researcher want to know whether there is correlation between the rate of smoking and psychopathology symptom. Student of University of Indonesia is chosen so the subject will have same background and the fact that university student have an integral role for the future of this country. Cross-sectional research does with giving questionnaire address the rate of smoking and psychopathology symptom using SCL90 to 100 subject with convenience sampling. Then researcher compares SCL90 total score between light-medium smoker and heavy smoker. Amount of light smoker is 30 (30%), medium smoker is 52 (52%), and heavy smoker is 18 (18%). From the respondent, there 62 student who have significant psychopathology symptoms. From chi-square test shown correlation between rate of smoking and psychopathology symptom is not significant with p > 0.05 (p: 0.534). There is no significant relation between rate of smoking and psychopathology symptom in this research. This result is not same with other similar researches. The most common psychopathology dimension found is additional and obsessive-compulsive dimension. There still needed further research to know the relation between variables.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>