Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195089 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rakhmat Tri Putra
"ABSTRAK
Skripsi ini merupakan sebuah etnografi tentang komunitas sepeda motor di Jakarta yang melakukan pelanggaran hukum lewat kegiatan cornering di jalanan umum, tepatnya di sebuah rute jalan memutar di sekitar kawasan Tugu Monas yang disebut dengan Sirkuit Monasco. Terdapat dua komunitas sepeda motor yang dilibatkan, yaitu JUMPERS Jakarta dan Jakarta Cornering Lovers (CoVers). Masing-masing komunitas memiliki cara pandangnya tersendiri terhadap aturan hukum berlalu lintas lewat safety riding, serta mempunyai pemahamanya masing-masing dalam mempraktekan kegiatan cornering di dalam komunitasnya. Perbenturan antara nilai safety ridinglewat aturan hukum dan kegiatan cornering menjadi sorotan utama dalam tulisan ini. Terdapat konteks-konteks tertentu di dalam komunitas dalam melakukan kegiatan cornering.

ABSTRAK
This thesis is an ethnographic research about bikers community in Jakarta who have violated the law through the cornering activities on the public street especially in the route around Monas which called as Monasco circuit. There are two bikers community that involved in this research, the first is The Jumpers Jakarta and the second is The Jakarta Cornering Lovers (CoVers). Each communities have their own perspective in interpreting of the traffic rules throughout the safety riding, as well as their understanding about practicing their cornering activities in the communities. The contradictions of the value of the safety riding and the cornering activities become the main focus of the research. There are some principal contexts in the communities when they do the activities of cornering."
2016
S67071
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rakhmat Tri Putra
"Skripsi ini merupakan sebuah etnografi tentang komunitas sepeda motor di Jakarta yang melakukan pelanggaran hukum lewat kegiatan cornering di jalanan umum, tepatnya di sebuah rute jalan memutar di sekitar kawasan Tugu Monas yang disebut dengan Sirkuit Monasco. Terdapat dua komunitas sepeda motor yang dilibatkan, yaitu JUMPERS Jakarta dan Jakarta Cornering Lovers (CoVers). Masing-masing komunitas memiliki cara pandangnya tersendiri terhadap aturan hukum berlalu lintas lewat safety riding, serta mempunyai pemahamanya masing-masing dalam mempraktekan kegiatan cornering di dalam komunitasnya. Perbenturan antara nilai safety ridinglewat aturan hukum dan kegiatan cornering menjadi sorotan utama dalam tulisan ini. Terdapat konteks-konteks tertentu di dalam komunitas dalam melakukan kegiatan cornering.

This thesis is an ethnographic research about bikers community in Jakarta who have violated the law through the cornering activities on the public street especially in the route around  Monas which called as Monasco circuit. There are two bikers community that  involved in this research, the first is The Jumpers Jakarta and the second  is The Jakarta Cornering Lovers (CoVers). Each communities have their own perspective in interpreting of the traffic rules throughout the safety riding, as well as their understanding about practicing their cornering activities in the communities. The contradictions of the value of the safety riding and the cornering activities become the main focus of the research. There are some principal contexts in the communities when they do the activities of cornering."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2016
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nita Trismaya
"Disertasi ini mendiskusikan gejala sosial kembalinya kebaya sebagai busana nasional setelah mengalami masa ‘kehilangan’ seusai reformasi tahun 1998 akibat terjadinya perubahan struktur sosial politik bersamaan dengan keruntuhan Orde Baru. Struktur sosial politik berperan penting dalam perjalanan eksistensi kebaya sehingga ketika negara tidak hadir dalam pemosisian kebaya, maka para aktor yang berasal dari masyarakat mengambil alih peran ini. Salah satu aktor-aktor ini adalah perancang mode yang merancang kebaya berdasarkan selera pasar dan cenderung tidak mematuhi pakem. Di tengah kondisi ini, muncul para perempuan yang mendirikan komunitas kebaya dengan visi mengembalikan kebaya sebagai busana nasional dan mengenalkannya kembali ke masyarakat.  Penelitian ini dilakukan di Jakarta dan sekitarnya. Data penelitian ini dikumpulkan dengan metode observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan kajian pustaka. Penelitian ini menunjukkan bahwa kembalinya kebaya dalam masyarakat modern saat ini dilatarbelakangi perubahan sosial politik pasca reformasi di Indonesia dan peran para aktor yang mengubah bentuk dan fungsi kebaya. Aksi para perempuan dalam proses retradisionalisasi kebaya mengatasnamakan nasionalisme namun tidak semua memiliki visi yang sama karena kebaya juga menjadi media mengekspresikan diri para perempuan dari komunitas kebaya.  

This dissertation is discussing about social symptoms of the reappearance of kebaya as national dress, temporarily ‘disappeared’ after reformation era in 1998, due to social and politic structural changes, along with the collapse of the New Order era. The social and political structures play an important role in the journey of kebaya existence, when there is non-existence of government’s presence in positioning of kebaya, all artists that came from society, take over this role. These artists are fashion designers, they design kebaya based on market taste and they tend not to comply with the standard. In this condition, a group of women established a kebaya community with the vision to restore kebaya as a national dress and re-introduce it to the society.  This research is conducted in Jakarta and surrounding sites. The data is collected based on participated observation method, and literature review. This research shows that the re-appearance of kebaya in modern society this time is motivated by social and political changes post reformation in Indonesia, and the roles of the artists that transform the shape and function of kebaya. The action of women in the process of kebaya retraditionalization on behalf of nationalism, but not all of them have a same vision, because kebaya is also becomes a media to self expression to those women from kebaya community."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arifadi Budiardjo
"Fenornena penduduk miskin yang tinggal di pemukiman kumuh merupakan persoalan global yang terjadi di berbagai belahan dunia terutama di negara - negara dunia ketiga termasuk Indonesia. Menteri Perumahan Rakyat Yusuf Asy'ari menyatakan sampai pada tahun 2005 di Indonesia terdapat sekitar 4.750 hektar perumahan kumuh yang menjadi tempat tinggal 17,2 juta kepala keluarga (Tempo, 21/07/2005. Sebagai upaya dilakukan untuk mengatasi persoalan ini seperti program perbaikan kampung, pembuatan Rumah Sederhana/ Rumah Sangat Sederhana (RS/RSS), pendirian rumah susun dan sebagairtya. Namun hingga saat ini pemukiman kumuh masih menjadi salah satu persoalan krusial di perkotaan dan ironisnya praktek penggusuran tanah diikuti dengan solusi yang memadai masih sering dilakukan untuk mengatasi permasalahan Hasil studi Bandung Institute Governance Studies menyimpulkan terdapat tujuh faktor yang membuat pemukiman kumuh menjadi persoalan yang pelik di Indonesia, yaitu : sulitnya mewujudkan tingkat penyediaan rumah yang layak dan terjangkau; penurunan kualitas lingkungan pemukiman yang signifikan di perkotaan, rendahnya kemampuan -kelompok masyarakat miskin dalam memenuhi- kebutulian perumahan; kelompok masyaxakat miskin seringkali hanya mampu mengakses lingkungan kumuh atau pemukiman liar di kota; tingginya harga tanah di perkotaan; sistem pembiayaan perumahan belum memberikan ruang bagi kelompok miskin dan kualitas kelembagaan bidang perumahan yang belum tertata baik (http:/ /www.bigs.or.id).
Salah satu pemukiman kumuh yang bermasalah di Jakarta adalah pemukiman Penastanggul di bantaran kali Cipinang. Institut Sosial Jakarta (ISJ) sejak tahun 1989 mencoba melakukan pemberdayaan komunitas (community development) untuk meningkatkan kualitas kehidupan komunitas. Selain itu kegiatan ini juga berangkat dari pemikiran bahwa komunitas tersebut sangat rentan terhadap penggusuran
dan berpotensi kehilangan akses terhadap hak- hak dasarnya sebagai warga negara. Dari gambaran di atas, studi ini dilakukan untuk memahami bagaimana proses pemberdayaan komunitas yang dilakukan ISJ. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif ini untuk dapat menangkap berbagai fenomena yang terjadi kemudian dianalisis dengan menggunakan kerangka teori dan konsep yang relevan. Pada bagian akhir penulis mencoba mengelaborasi apa saja rencana tindak lanjut yang dapat dilakukan dalam kegiatan pemberdayaan komunitas tersebut.
Warga yang tinggal di Penastanggul sebagian besar merupakan pendatang dari luar Jakarta dengan pola migrasi bertingkat yang memanfaatkan hubungan kerabat atau rekan satu daerah yang telah tinggal di kawasan tersebut lebih dulu. Mereka umumnya bekerja pada sektor informal dan karena keterbatasan kempuan ekonomi mereka akhirnya mereka tinggal di kawasan tersebut. Akibat status tanah kawasan pemukiman mereka yang "ilegal" mereka dianggap oleh peraerintah sebagai pemukim liar sehingga tidak memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan publik seperti KTP, akses terhadap listrik, air bersih dan sebagainya. Metode yang dilakukan oleh ISJ dalam proses pemberdayaan di Penastanggul meliputi
melakukan integrasi sosial dengan komunitas; melakukan studi komunitas; pembentukan kelompok inti; melakukan pendidikan komunitas untuk mengembangkan kesadaran kritis masyarakat; pengorganisasian komunitas dengan melakukan pertemuan rutin warga untuk mendiskusikan masalah dan mencoba mencari solusinya serta membentuk forum warga; advokasi untuk mendapatkan pengakuan atas keberadaan pemukiman mereka.
Pala pemberdayaan komunitas yang dilakukan ISJ di Penastanggul menggunakan kombinasi model development of community yang menempatkan komunitas sebagai aktor utama dan menekankan pada pengembangan kekuatan warga melalui proses pendidikan dan pengorganisasian dan development with community yang menekankan kolaborasi warga dengan aktor luar melalui berbagai kegiatan. Secara umum proses pemberdayaan komunitas yang difasilitasi ISJ telah berhasil membawa capaian sesuai dengan rencana awal, kehidupan komunitas Penastanggul jauh lebih baik dibandingkan ketika ISJ pertama kali masuk. Hal ini tampak dalam berkembangnya kesadaran warga alas hak - hak dasar mereka, solidaritas dan aktivitas kolektif untuk memecahkan persoalan yang mereka hadapi seperti ketika melakukan advokasi rencana penggusuran pada tahun 1991 serta mengupayakan pengakuan keberadaan pemuidman mereka maupun dalam pembangunan sarana fisik komunitas. Selain itu capain ini juga tercermin dari peningkatan kualitas kondisi fisik pemukiman seperti tata letak bangunan yang lebih teratur dengan sarana dan prasarana publik yang lebih memadai seperti aliran listrik, saluran air bersih, jalan lingkungan beraspal, dan MCK."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T22086
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adela Natasya
"Artikel ini membahas mengenai keterlibatan komunitas sebagai salah satu cara berpartisipasi dalam perencanaan di perkotaan. Penulis berangkat dari studi-studi sebelumnya yang membahas keterlibatan komunitas dengan NGO dalam perencanaan partisipatif, namun kurang membahas proses yang terjadi padahal penting untuk diketahui. Studi-studi lain melihat berbagai motif keterlibatan komunitas, namun belum secara spesifik melihat tekanan dari pemegang kekuasaan ternyata dapat menghadirkan tokoh penggerak komunitas yang meningkatkan keterlibatan menjadi lebih aktif. Penelitian lain membahas adanya dampak bagi komunitas berupa peningkatan kapasitas komunitas, yang dalam artikel ini sejalan dengan pendapat penulis. Oleh karena itu, artikel ini ingin melengkapi penjelasan dari studi-studi sebelumnya tersebut. Artikel ini berargumen bahwa keterlibatan komunitas dalam perencanaan perkotaan dipicu oleh faktor yang berasal dari luar yaitu tekanan dari pemegang kekuasaan dan aktor penggerak yang kemudian membawa dampak peningkatan kapasitas komunitas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Data dikumpulkan dengan observasi dan wawancara mendalam dengan komunitas yang tinggal di Kampung Tongkol, Jakarta Utara.

This article discusses about community engagement as one of the ways to participating in urban planning. The author set out from previous studies that discuss participatory planning of community engagement and NGOs, but have not yet seen the process of engagement of both, while the process is important. Other studies have looked at the motives of community engagement, but have not specifically looked at the pressure put by the power-holders that in fact can bring a pioneer figure that increases the engagement to become more active. Other studies discussed the impact to the community on community capacity building, which has the same line of opinions with the authors. Therefore, this article would like to complete the explanation of the previous studies. This article argues that community engagement in urban planning is triggered by extrinsic factors such as pressure from power holders and pioneer figure that bring impacts on community capacity building. The writer applies qualitative method in this research. The data is collected by observing and conducting in-depth interviews with people living in Kampung Tongkol, Jakarta Utara.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Abyan
"This study explores how blue-green infrastructure, in this case Tebet Eco Park in Jakarta, can engender community identity. Specifically, study explores the relationship between physical environments of blue-green infrastructure such as Tebet Eco Park and any related social dynamics which contribute to community identity formation. This study employs a qualitative method approach, using observations, mapping, and interviews with park users as methods to gather in-depth data on park usage and impactful community engagement initiatives. These findings demonstrate how blue-green infrastructures can enhance social interactions, instill a sense of belongingness and strengthen community identity. This study contributes to urban design by underscoring the necessity of considering environmental and sociological considerations when creating public spaces. Key elements, including comfort and attractiveness of a park are explored with regard to their roles in creating strong community identity. This case study can inform future urban planning efforts aimed at creating public spaces which foster stronger bonds through sustainable and inclusive practices.

Studi ini mengeksplorasi bagaimana blue-green infrastructure, dalam kasus ini Tebet Eco Park di Jakarta, dapat membentuk community identity. Secara khusus, studi ini mengeksplorasi hubungan antara lingkungan fisik blue-green infrastructure seperti Tebet Eco Park dan dinamika sosial terkait yang berkontribusi pada pembentukan community identity. Studi ini menggunakan pendekatan metode kualitatif, menggunakan observasi, pemetaan, dan wawancara dengan pengguna taman sebagai metode untuk mengumpulkan data mendalam tentang penggunaan taman dan inisiatif keterlibatan masyarakat yang berdampak. Temuan ini menunjukkan bagaimana infrastruktur biru-hijau dapat meningkatkan interaksi sosial, menanamkan rasa memiliki, dan memperkuat community identity. Studi ini berkontribusi pada desain perkotaan dengan menggarisbawahi perlunya mempertimbangkan pertimbangan lingkungan dan sosiologis saat menciptakan ruang publik. Elemen-elemen utama, termasuk kenyamanan dan daya tarik taman dieksplorasi sehubungan dengan perannya dalam menciptakan community identity yang kuat. Studi kasus ini dapat menginformasikan upaya perencanaan perkotaan di masa mendatang yang bertujuan untuk menciptakan ruang publik yang menumbuhkan ikatan yang lebih kuat melalui praktik yang berkelanjutan dan inklusif."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batahan, Bharata Hot
"Tujuan penelitian ini adalah meneliti peran brand community dalam pembentukan brand relationship. Variabel yang diteliti adalah brand community identification, brand community commitment, brand identification, brand commitment, dan brand attachment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota komunitas yang memiliki brand community identification dan brand community commitment cenderung untuk memiliki hubungan dengan brand, yaitu brand identification, brand commitment, dan brand attachment. Responden adalah anggota komunitas motor yang berada di wilayah Jakarta dan Depok, dan data diolah menggunakan PLS-SEM.

The purpose of this study is to investigate the role of brand community in shaping brand relationship. The variables studied are brand community identification, brand community commitment, brand identification, brand commitment and brand attachment. The results showed that members of the community who have a brand community identification and brand community commitment tend to have a relationship with the brand, that is brand identification, brand commitment, and brand attachment. Respondents are members of motorcycle communities who are in Jakarta and Depok, and the data is processed using the PLS-SEM."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S60026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Susan Wandasari
"DKI Jakarta sudah mulai memperbanyak pembangunan ruang publik, terutama dengan munculnya program pembangunan Ruang Publik Terpadu Ramah Anak RPTRA. Menurut akademisi tujuan dibangunnya RPTRA adalah untuk membentuk pusat komunitas yang berbasis community based development CBD.
Studi-studi sebelumnya telah membahas tentang manfaat pusat komunitas dan keterlibatan komunitas dalam mencapai keberhasilan program CBD. Studi ini akan membahas mengenai pembangunan pusat komunitas yang tidak hanya melihat peran masyarakat tetapi juga peran pemerintah, bisnis, dan akademisi pada proses pra-pembangunan, pembangunan dan implementasi.
Argumentasi peneliti adalah untuk membangun pusat komunitas berbasis CBD perlukan peran dan keterlibatan keempat stakeholder yang dikenal dengan istilah quadruple helix pada tiga tahap pembangunan tersebut. Penelitian ini dilakukan di RPTRA Sungai Bambu, Jakarta Utara dengan pendekatan kualitatif.
Hasil dari studi menunjukkan bahwa keempat stakeholder ikut berperan dalam proses pra-pembangunan dan pembangunan. Namun pada tahap implementasi terdapat ketidakselarasan antara peran pemerintah dengan akademisi sehingga menimbulkan terbatasnya peran dan keterlibatan komunitas dan juga akademisi

DKI Jakarta has started to increase the development of public space, especially with the emergence of the Integrated Child Friendly Public Space RPTRA development program. According to academics, the purpose of RPTRA is to establish community center based on community based development CBD.
Previous studies have discussed the benefits of community centers and community involvement in achieving the success of the CBD program. This study will discuss the development of community centers that not only look at the role of society but also the role of government, business and academia in the process of pre development, development and implementation.
The researcher's argument is to build CBD based community centers for the roles and involvement of all four stakeholders known as quadruple helix at the three stages of development. This research was conducted at RPTRA Sungai Bambu, North Jakarta with qualitative approach.
The results of the study show that the four stakeholders participate in the pre development and development process. However, at the implementation stage there is a lack of synchronization between the role of government and academia, resulting in limited role and involvement of the community as well as academics.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sylvia Andriyani Kusumandari
"Krisis ekonomi, politik, dan keamanan di dunia telah menyebabkan peningkatan migrasi penduduk ke berbagai negara untuk menghindari konflik dan kekerasan. Sebagai upaya dalam penanganan dan pemberdayaan pengungsi dan pencari suaka, studi sebelumnya menjelaskan bahwa intervensi dari pemerintah dan lembaga LSM dilakukan dalam bentuk perlindungan legal formal seperti proteksi hukum, ekonomi, dan psikologi namun minim penjelasan mengenai dinamika proses interaksi dan adaptasi pengungsi dan pencari suaka di negara baru.
Penelitian ini berargumen bahwa intervensi dari internal komunitas melalui learning center menjadi hal yang diperlukan dalam pemberdayaan sebagai ruang untuk membangun jaringan, mengekspresikan keberagaman, serta kebebasan untuk melakukan aktivitas yang bernilai bagi pengungsi dan pencari suaka. Hal tersebut diperlukan untuk meningkatkan kapabilitas pengungsi dan pencari suaka agar dapat beradaptasi dan membangun kembali kehidupan di negara baru.
Penelitian ini merupakan studi mengenai pengembangan komunitas HELP Health, Education, and Learning Program bagi para pengungsi dan pencari suaka yang berlokasi di Jakarta. Penelitian dilakukan menggunakan metode kualitatif dengan pengumpulan data melalui wawancara mendalam pada pengurus komunitas, anggota komunitas, dan pemerintah setempat.

Economic, politic, and security cricis around the world have caused the increasing number of immigrant to seek protection in order to avoid the conflict and voilence. The previous studies explained the importance of government and non government organization rsquo s intervention in providing legal, economic, and psychological protections. However, there is less explanation about dynamics process of interaction and the refugee adaptation in the new country.
The thesis emphasized the importance of refugee community intervention through learning center. The community is a place to build social networks, express the diversity, and provide freedom of expression to do meaningful activity for refugee and asylum seekers in transit. This is important to increase their capability and re building life in the new country.
This study focus on the development of HELP Community Health, Education, and Learning Program for refugee located in Jakarta. Using the qualitative research method, datas are collected through focuss group discussion and in dept interview with the board of the community, member of community, local people, and local government.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yarra Regita
"Tesis ini menganalisis bagaimana konstruksi gender yang binari dalam budaya masyarakat yang heteronormativisme memarginalkan kelompok seksual minoritas, diantaranya adalah transgender. Di Indonesia, transgender dikenal dengan istilah waria, yaitu wanita-pria. Keberadaan mereka yang belum diakui oleh pemerintah secara formal dan stigma buruk yang dilekatkan kepada mereka secara sosial membuat waria kerap mendapat perlakuan tidak adil seperti diskriminasi, marginalisasi, sampai kekerasan. Waria yang dialienasikan oleh masyarakat karena dianggap menyimpang, menciptakan komunitas sendiri yang bisa memberikan rasa aman dan eksistensi. Meskipun demikian, komunitas yang terdiri dari keberagaman individu terpolitisasi dalam relasi kuasa yang patron-klien dan membuat identitas waria sebagai individu terstereotipe dalam identitas sosial versi komunitas.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan perspektif gender yang menggunakan teknik pengumpulan data, wawancara dan observasi. Terdapat total enam responden yang diwawancara, dengan fokus pada empat responden untuk melihat bagaimana pergulatan identitas waria dalam diri dan komunitas. Identitas sosial dalam komunitas membatasi pencarian identitas diri yang mandiri. Terlebih, pola relasi kuasa yang hierarkis dalam hubungan antara senior dan junior yang patron-klien membuat waria mengedepankan eksistensi identitas kelompok dibandingkan esensi identitas dirinya. Visi akan identitas yang beragam menjadikan komunitas waria terkotak-kotak dan berjarak, hal ini dapat menjadi pemicu konflik sosial yang mengancam kesatuan dan solidaritas kelompok waria.

This thesis analyze how the binary gender contruction within heteronormative society marginalizing sexual minority groups, among them the transgender. In Indonesia, transgender is known as waria, wanita-pria (shemale). Their exsistence are not formally recognize by the government and an attached stigma socially made the waria often receive gender injustice such as discrimination, marginalization, and violence. Waria is alienated by the society because they are considered a deviation, thus they create their own community that can provide safety and sense of belonging. However, a community that comprises of diversed individuals that is politically influenced in power-related, patron-client, and stereotyping into social identity ? community version.
This is a qualitative research with gender perspective that uses data gathering, observation and deep interview. There a total of six respondents that were interviewed, focusing on four respondents how they coped with identity struggle within themselves and community. Social identity within the community constraints the search of their own identity. Moreover, the hierarchy of power related pattern between the senior and junior in patron-client mode, cause waria to prioritize more their group identity existence than their own identity. The vision of diverst identity caused waria?s community to be segregated and distanced, which can trigger social conflict that threatened their unity and solidarity as a group."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>