Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180869 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pondra Nala Permana
"Seiring dengan berkembangnya investasi di pasar modal khususnya di Bursa Efek Jakarta, informasi mengenai arah pergerakan harga-harga saham menjadi sesuatu yang sangat diminati oleh investor. Dengan mengetahui informasi tersebut investor dapat memutuskan kapan saat yang tepat dalam melakukan transaksi saham. Banyak ditemukan baik investor maupun manajer investasi mencoba melakukan peramalan arah pergerakan harga-harga saham dengan beberapa metode seperti analisis fundamental maupun teknikal. Namun menurut konsep Efficient Market Hypothesis (EMH) apabila pasar efisien maka sulit bagi investor dalam menentukan arah pergerakan harga saham karena harga saham berjalan acak (random walk). Walaupun hipotesis tersebut masih menjadi salah satu acuan bagi pelaku pasar, namun hingga kini pertentangan akan konsep tersebut masih ramai diperdebatkan oleh para peneliti yang menemukan adanya anomali-anomali di pasar modal.
Salah satu anomali atau geja!a yang cukup populer ialah anomali overreaction yang ditemukan oleh penelitian De Bondt dan Thaler (1985). Berdasarkan penelitian yang menggunakan data pasar modal Amerika Serikat (NYSE), mereka menemukan suatu anomali baru yang bertentangan dengan teori pasar efisiensi yang dikenal fenomena reaksi yang berlebihan (overreaction phenomenon). De Bondt dan Thaler menemukan bahwa saham-saham yang menunjukkan tingkat pengembalian ekstrim positif (winner) atau negatif (loser) selama suatu periode akan mengalami pembalikan tingkat pengembalian (return) pada periode berikutnya atau return dari saham loser akan mengungguli saham winner.
Berdasarkan hal tersebut, penulis akan mencoba mengamati apakah keberadaan anomali overreaction terdapat di Bursa Efek Jakarta khususnya pada saham-saham yang tergabung dalam perhitungan indeks LQ 45 selama tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 serta melihat apakah anomali overreaction yang terdapat di BEJ memiliki ciri-ciri yang sama dengan anomali overreaction yang ditemukan dalam penelitian sebelumnya oleh De Bandt-Thaler.
Penelitian ini menggunakan data return saham yang terdapat pada indeks LQ 45 sesuai dengan periode penelitian yang dilakukan dengan menggunakan perhitungan saham-saham winner dan loser yaitu dengan menggunakan metode market adjusted excess returns dimana Ujt - Rjt - Rmt, dimana winner dan loser portofolio dibentuk berdasarkan penerimaan return yang berlebihan dimasa lampau. Penulis membagi periode penelitian menjadi tiga yaitu periode tiga bulanan, enam bulanan dan periode tahunan untuk setiap periode pembentukan portofolio dan periode observasi portofolio. Kemudian untuk membuktikan apakah teijadi gejala overreaction, penulis, penguji tingkat pengembalian yang diamati dengan uji signifaksi t-student.
Berdasarkan perhitungan yang diperoleh, dalam penelitian yang dilakukan dengan menggunakan periode tiga bulanan menunjukan beberapa kali teijadi gejala overreaction. Berdasarkan pengamatan penulis gejala overreaction tersebut terjadi pada observasi periode bulan ke tiga. Walaupun faktanya demikian, uji signifikansi gejala overreaction pada ACAR winner< 0, ACAR loser> 0 dan selisih ACAR loser winner > 0 tidak terbukti secara statistik dan tingkat konsistensi anomali overreaction sangat rendah.
Pengamatan pada replikasi periode enam bulanan pun mendapatkan hasil yang relatif sama dengan periode replikasi 3 bulanan dimana terdapat beberapa kali gejala overreaction namun dengan tingkat konsistensi yang rendah. Beberapa gejala overreaction yang terjadi kemudian dilakukan uji statistik pada seluruh ACAR winner, ACAR loser dan nilai selisih ACAR loser winner yang menunjukan nilai dihitung 0.553 (bulan 1), 0,07723 (bulan 3) dan 0.338 (bulan 4) tidak masuk dalam area penerimaan altematif hipotesis sehingga overreaction tidak terjadi pada penelitian periode replikasi enam bulanan.
Observasi dilanjutkan pada replikasi tahunan yang juga ditemukan beberapa gejala overreaction. Pada periode observasi ini terbukti apa yang dikemukakan De Bondt dan Thaler bahwa efek dari overreaction sangat berpengaruh pada portofolio loser. Hal ini tergambar dalam grafik pergerakan ACAR periode tahunan yang menunjukan lonjakan pembalikan arah yang ekstrim pada ACAR loser. Observasi ini pun memiliki tingkat konsistensi gejala overreaction yang relatif tinggi. Namun hasil pengujian statistik pada nilai ACAR winner, ACAR loser dan ACAR loser winner pada periode obseryasi ini masih memiliki t-hitung yang tidak masuk ke dalam tingkat signifikansi uji statistik sehingga gejala overreaction tidak terbukti.
Dengan tidak terjadinya anomali overreaction pada penelitian ini khususnya pada saham-saham LQ 45, maka dapat disimpulkan bahwa pasar modal di Indonesia memiliki bentuk pasar yang efisien.
Walaupun ditemukan beberapa kali gejala overreaction dalam penelitian ini, strategi kontrarian belum dapat sepenuhnya dilakukan untuk mendapatkan abnormal return. Hal ini disebabkan tingkat konsistensi gejala overreaction pada penelitian ini sangat rendah sehingga sulit bagi investor dalam memprediksi kapan saat yang tepat menentukan pembelian atau penjualan portofolio winner-loser."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Utami Ambarwati
"Dengan adanya gejolak ekonomi yang terjadi beberapa tahun belakangan ini membuat kondisi perekonomian Indonesia terpuruk. Tetapi saat ini sudah mulai menunjukkan adanya tanda-tanda pemulihan ekonomi. Hal ini dapat dilihat perkembangan pasar modal Indonesia menunjukkan suatu perkembangan yang baik dan mulai kembali aktif. Selain itu banyak cara berinvestasi untuk meningkatkan nilai uang yang dimiliki. Banyak para ahli yang menuliskan hasil pemikirannya ke dalam buku-buku untuk mengajarkan bagaimana cara berinvestasi. Ada deposito, saham, obligasi, kurs, bahkan asuransi dan instrumen lainnya yang menawarkan banyak keuntungan.
Sebagaian masyarakat sadar bahwa dana yang mereka miliki dari waktu ke waktu nilainya akan berkurang apabila tidak dimanfaatkan atau dibiarkan menganggur. Menentukan tingkat harapan atau expected return dari sebuah sekuritas dapat dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya yang cukup populer dengan menggunakan CAPM. Penggunaannya dapat membantu dalam menentukan tingkat pengembalian dari suatu saham. Metode ini memperhitungkan aspek tingkat suku bunga bebas risiko (Suku Bunga SBI) yang berlaku, dimana tingkat pengembalian yang diperoleh sesuai dengan tingkat risiko (diwakilkan dengan beta). Return market yang diwakilkan dengan Indeks LQ45.
Sampel yang digunakan adalah diambil secara acak dari 45 saham perusahaan yang sahamnya masuk dalam perhitungan Indeks LQ 45 periode Januari 2000-Desember 2002, dipilih hanya 10 saham sebagai sampel. Penelitian menggunakan SPSS dalam melakukan regresi terhadap data-data itu, untuk melihat pengaruh risk terhadap return pada saham-saham sampel.
Hasil penelitian terhadap I 0 sampel menunjukkan hasil bahwa ada pengaruh positif linear antara risk dengan return, dimana terdapat tanda positif pada tabel correlations. Hampir sebagian saham tingkat signifikan levelnya diatas 5%, hanya dua saham yang memiliki tingkat signiflkan dibawah 5%. Memang berdasarkan hasil pengujian ada beberapa yang memiliki tingkat signifikan diatas 5% yang berati tidak ada pengaruh positif antara risk dengan return, tetapi secara teori hal itu menunjukkan jelas bahwa antara return dengan risk memiliki pengaruh yang positif linear dimana jika return naik maka risk juga akan naik. Walaupun demikian sulit untuk memprediksi nilai return tahun 2003 karena begitu banyak faktor yang mempengaruhi tingkat return suatu saham dan risiko saham. Faktor perekonomian Indonesia yang sulit diprediksi dan banyak kejadian-kejadian yang mempengaruhi perubahan harga saham secara cepat. Metode CAPM sendiri telah diuji bertahun-tahun dengan menggunakan sampel yang cukup banyak oleh para ahli sehingga hasil pengujian itulah yang dapat diterima sampai saat ini."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Adrie Kafa Adinus
"Overreaction merupakan fenomena menarik yang terjadi di pasar modal, khususnya pasar saham. Pembuktian terjadinya overreaction ini menjadi tantangan bagi hipotesis efisiensi pasar modal (efficient market hypothesis) atau EMH yang diperkenalkan oleh Eugene Fama pada tahun 1970. Efisiensi bentuk lemah (weak-form efficiency) mengatakan bahwa data historis seperti harga saham masa lalu tidak dapat digunakan untuk menghasilkan profit yang signifikan. Hasil empiris penelitian overraction membantah hipotesis ini. Penelitian overreaction di pasar modal pertama kali dipelopori oleh Werner F. M. DeBondt dan Richard Thaler pada tahun 1985 yang meneliti perilaku pasar modal Amerika. Penelitian ini membuktikan bahwa harga saham historis dapat digunakan untuk menghasilkan profit dalam berinvestasi saham di pasar modal. Penelitian pada pasar modal Amerika memberikan bukti bahwa saham-saham yang memiliki tingkat pengembalian rendah (saham-saham loser) memiliki kinerja yang lebih tinggi di masa depan bila dibandingkan dengan saham-saham yang memiliki tingkat pengembalian tinggi (sahamsaham winner). Akibatnya, investor dapat memanfaatkan anomali ini dengan membeli saham-saham loser dan menjual saham-saham winner untuk memperoleh profit yang maksimal. Strategi investasi ini dikenal dengan sebutan strategi kontrarian.
Beberapa penelitian mengenai overreaction kemudian berkembang di negaranegara lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah gejala overreaction juga terjadi pada pasar modal di Indonesia, khusunya di Bursa Efek Jakarta. Sebab, kalau fenomena ini terjadi, maka berarti para investor yang 'bermain' saham di BEJ dapat melakukan strategi kontrarian untuk meraih profit yang sebesar-besarnya, sekaligus memperbesar kritik kepada teori EMH.
Penelitian ini rnenggunakan rnetode yang digunakan oleh DeBondt dan Thaler. Bedanya, data yang digunakan merupakan data harian, bukan data bulanan seperti yang digunakan DeBondt dan Thaler. Periode replikasi yang digunakan juga lebih singkat, yaitu tiga bulanan dan satu tahunan. Selain itu, saham yang diteliti hanya terbatas pada saham-saham perusahaan yang bergerak di industri barang konsumsi, khususnya industri makanan dan minuman, rokok dan farmasi. Diharapkan, dengan menggunakan data harian dalam rentang waktu pendek (short horizon), dan pembatasan pada saham industri tertentu, fenomena overreaction dapat dilihat secara mikro.
Hasil akhir dari penelitian ini rnenunjukkan bahwa pada kurun waktu 2001 sampai 2003, belum terlihat adanya gejala overreaction di BEJ, khususnya di sektor barang konsurnsi. Kondisi yang mendekati hipotesis overreaction hanya terjadi pada sebagian kecil replikasi sehingga tidak menunjukkan adanya konsistensi di sepanjang periode penelitian dan memiliki tingkat signifikansi yang rendah. Hal lain yang dapat diamati adalah bahwa hasil penelitian dengan replikasi satu tahunan cenderung lebih mendekati hipotesis overreaction dibandingkan dengan penelitian yang menggunakan replikasi tiga bulanan. Berarti untuk sementara dapat disimpulkan bahwa gejala overreaction dapat diperjelas dengan rnemperpanjang periode replikasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat dikatakan bahwa para investor belum dapat melakukan strategi kontrarian, khususnya pada saham-saham industri barang konsumsi di BEJ. Hasil ini kemungkinan dapat disempurnakan dengan menggunakan metode lain, seperti yang dipakai oleh Conrad-Kaul, Boebel-Carson, ataupun Agus Sartono."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Annida
"Penelitian ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh kinerja perusahaan terhadap imbal hasil saham di pasar modal Indonesia. Sampel yang digunakan yaitu saham ? saham LQ 45 (45 saham yang termasuk 60 saham berkapitalisasi pasar dan memiliki nilai dan frekuensi transaksi terbesar, memiliki kinerja keuangan dan prospek pertumbuhan yang bagus, yang dirilis oleh divisi riset dan engembangan bursa efek Indonesia) yang terdaftar di bursa efek Indonesia dari tahun 2005 sampai tahun 2007 dalam terminologi imbal hasil saham tahunan. Dengan menggunakan beberapa ukuran sebagai proxy untuk kinerja perusahaan, regresi sederhana dan berganda digunakan untuk menentukan, pada tingkat perusahaan, analisis pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap imbal hasil saham. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa beberapa ukuran kinerja perusahaan memiliki sebagian kemampuan untuk menjelaskan imbal hasil saham selama periode pengujian. Disamping imbal hasil saham tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor selain kinerja nya.

This study attempts to analyze relationship between firms performance with stocks return in the Indonesia stock market. Sample that used is LQ 45 stocks (top 45 stocks that include top 60 biggest market capitalization and highest transaction value and frequency, have a good financial performance and growth prospect that released by research and development division of Indonesia stock exchange) listed in the Indonesia Stock Exchange from 2005 to 2007 in terms of annual stock returns. Using several measures to proxy for the firms performance. Simple and multiple regressions are performed to determine, at the firm level, analysis of relationship these variables with stock return. The results indicate that some firm performance measures had some explanatory power of the stock return during our testing period. Instead, they were driven by several non-performance factors."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
6582
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Prakoso
"Penelitian ini ingin menguji apakah fenomena market overreaction terjadi pada saham-saham yang mengalami perubahan persentase harga tertinggi, baik positif (terjadi pada saham winners) maupun negatif (terjadi pada saham losers), yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia selama periode Januari 2007 hingga Desember 2007. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk menguji apakah pergerakan harga saham dapat diprediksi setelah mengalami perubahan ekstrem harga. Secara spesifik, apakah terjadi pembalikan harga setelah perubahan ekstrem harga pada sampel yang terdiri dari 246 saham winners dan 246 saham losers. Hasil pengujiannya menunjukkan bukti bahwa telah terjadi overreaction, baik pada saham winners maupun losers. Pembalikan harga ditemukan satu hari setelah peningkatan harga ekstrem dan efeknya bertahan hingga 5 hari untuk saham winners. Dan untuk saham losers, pembalikan harga ditemukan selama 3 hari berturut-turut dan di hari kelima serta efeknya bertahan hingga 10 hari. Analisis regresi menunjukkan bahwa pembalikan harga mempunyai hubungan negatif dengan perubahan harga untuk kedua sampel, dan juga dengan ukuran perusahaan hanya untuk saham losers.

This paper empirically investigates the market overreaction effect of the stocks with the largest daily percentage increases or decreases in price occurred in Indonesia Stock Exchange between January 2007 and December 2007. The primary objective of this paper is to test whether stock price behavior is predictable following extreme returns. Specifically to test the occurance of price reversals after daily gains or losses in stock returns on samples consist of 246 winners and losers. The results show evidence of stock price overreaction effect for both winners and losers samples. The price reversal effect is found in one day after extreme increase in returns and lasting for 5 days for winners. And for losers, reversal is found within first three days and at fifth day after extreme decrease in returns and lasting for 10 days. Regression analysis shows that the stock price reversal is inversely related to the price gains or losses, and also with firm size but only for losers."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2009
S6632
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Simamora, Lontung
"Risiko adalah salah satu unsur penting dalam berinvestasi pada dunia usaha di era modern ini. Ungkapan "No pain, no gain" dalam dunia investasi merupakan aksioma-kebenaran yang tidak perlu dibuktikan. Setiap investor selalu berusaha untuk meminimumkan risiko bahkan selalu mencoba untuk menghindarinya.
Dalam berinvestasi di pasar modal, salah satu cara untuk meminimumkan risiko adalah dengan melakukan kombinasi atas aset-aset investasi-portofolio. Fokus meminimumkan risiko dilakukan dengan cara seleksi sekuritas dan pengalokasian dana investasi sehingga menghasilkan komposisi tiap-tiap asset yang menghasilkan risiko paling kecil.
Karya akhir ini bertujuan untuk meneliti komposisi pembentuk portofolio optimal dari 20 (duapuluh) saharn yang selalu turut serta-bertahan-dalam membentuk indeks LQ45, periode 1 Januari 2001 - 31 Desember 2005, dengan menggunakan model opthnasi Markowitz dengan pendekatan Single Index Model dari William Sharpe. Model Markowitz-dibantu dengan program optimasi Solver, akan dipergunakan sebagai tool dalam menentukan komposisi optimal dari saham-saham dalam portofolio sedangkan Sharpe's Measure akan menyeleksi ekuitas saham yang layak dijadikan sebagai pembentuk portofolio optimal.
Dari 20 (duapuluh) ekuitas saham bertahan dalam indeks LQ45, dengan seleksi dengan Sharpe's Measure, hanya 8 (delapan) yang memenuhi kriteria dan diikutseitakan dalam optimasi portofolio, yaitu: saham TLKM, TKIM, TINS, UNTR, GJTL, GGRM, PNBN, dan saham INTP. Dalam penelitian iebih lanjut, komposisi saham INTP adalah 0% dalam portofolio optimal.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh 8 (delapan) saham yang membentuk portofolio optimal. Dengan asumsi bahwa semua dana yang tersedia akan diinvestasikan semuanya dalam portofolio ekuitas saham maka berikut persentase dana yang hat-us dialokasikan untuk membeli masing-masing saham, yaitu:
Kode Nama Emiten Persentase
TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 42.9225%
TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kiinia Tbk 14.5728%
TINS Timah Tbk 14.1161%
UNTR United Tractor Tbk 12.4491%
GJTL Gajah Tunggal Tbk 11.2972%
GGRM Gudang Garam Tbk 2.7328%
PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 1.9097%
Jumlah 100.0000%
Portofolio optimum yang terbentuk mampu menghasilkan expected return mingguan sebesar 0.3147% dengan risiko sebesar 3.5412%.

Risk is one of the most important element on investment in modern business activities. When investing, "No pain, no gain" is an axiom-no need to prove the truth. An investor is always trying to minimize the risk even trying to avoid it.
Investing in capital market, an investor could combine the assets in minimizing the risk---portfolio. Securities selection and allocation of investing fund are intended to minimize the risk therefore resulting minimum risk by assets composition.
This thesis will research the composition of element of optimal portfolio from 20 (twenty) stocks which are always existing in LQ45 index, for period 1 January 2001-31 December 2005, by using Markowitz optimizing model with Sharpe's Single Index Model approaches. Markowitz model-combined with solver optimizing program, will be used as tool to determine optimal composition of the stocks in the portfolio while Sharpe's Measure will select the feasible stocks equity become optimal portfolio builder.
From 20 (twenty) stocks existing in LQ45 index, Sharpe's Measure select only 8 (eight) stocks which are feasible and meet the criteria and selected become portfolio builder, i.e: stock of TLKM, TKIM, TINS, UNTR, GJTL, GGRM, PNBN, and INTP. Furthermore, INTP stock composition in optimal portfolio is 0%.
Research resulting 8 (eight) stocks formed optimum portfolio. Assume that an investor would spend the whole of the fund into stock equity portfolio, allocation into each stock equity are as follows:
Code Emitten Percentage
TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 42.9225%
TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk 14.5728%
TINS Timah Tbk 14.1161%
UNTR United Tractor Tbk 12.4491%
GJTL Gaj ah Tunggal Tbk 11.2972%
GGRM Gudang Garam Tbk 2.7328%
PNBN Bank Pan Indonesia Tbk 1.9097%
Total 100.0000%
Optimum portfolio configured resulting weekly expected return 0.3147% while the risk is 3.5412% per week."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2007
T19696
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
S9359
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Catur Hapsari
"Penelitian ini menyelidiki keberadaan contrarian profit pada Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan dekomposisi dari sumber-sumber profit tersebut. Hasil analisa menjelaskan tentang dekomposisi dari contrarian profit yang bersumber dari reaksi common factor dan firm specfc news dan mengacu pada penelitian yang pemah dilakukan oleh Jegadesh dan Titman (I995).
Dalam penelitian ini, yang akan diamati adalah: (i) karakteristik saham bedasarkan size and book to market (ii) sub-sampel yang diurutkan berdasarkan market capitalization yang telah disesuaikan setiap tahunnya, serta (iii) dekomposisi short term contrarian profit dan sumber-sumbernya yang mengacu pada penelitian Farna dan French (1996) dengan three factor model.
Sebagai pengujian empiris digunakan size perusahaan sebagai pernbagi sub sampel dan disesuaikan secara berkala dengan menggunakan data Bid-Closing prices.
Selain itu, basil penelitian ini jugs menemukan bahwa: (1) Contrarian strategies dapat menguntungkan di BEJ berdasarkan marker capitalization (quintile!-quintile 5), (2) Profit yang dihasilkan setelah disesuaikan dengan market friction seperti bid-ask bias, tidak tergantung dengan raw atau risk adjusted returns untuk mengkalkulasinya dan (3) kontribusi terpenting dari delayed reaction terhadap contrarian profits dapat dilihat pada sub sampel saham kecil (quintile I) dan yang merupakan kontribusi dari overreaction berkaitan dengan firm specific information diperoleh pada saham besar (quintile 5) seperti yang dilakukan Jegadeesh and Titman 1995.

This paper investigates the existence of contrarian profits for the Jakarta Stock Exchange (JSX), and decomposes them to sources due to common factors and to firm-specific news, building on the methodology of Jegadeesh and Titman (I 995).
Furthermore, in view of recent evidence that longer-term contrarian profits in JSE are explained by: (i) firm characteristics such as size and book-to-market equity, (ii) sub-samples that are rebalanced annually by market capitalization and (iii) the paper decomposes shorter-term contrarian profits to sources similar to the ones in the Fama and French (1996) three- factor model.
For the empirical testing, size-sorted sub-samples that are rebalanced annually are used, and in addition the Bid-Ask bias are made to the data.
The results indicate that (I) contrarian strategies are profitable for JSX stocks and more pronounced for extreme market capitalization stocks (quintilel-quintile 5), (2) the profits persist even after the sample is adjusted for market frictions, such as bid-ask bias and irrespective of whether raw or risk-adjusted returns are used to calculate them and (3) the tests indicate that the strong contribution of the delayed reactions to contrarian profits is quintilel, while the strong contribution of investor overreaction to firm-specific information to profits is quintile 5 (consistent with the findings of Jegadeesh and Titman 1995 for the US).
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
T20037
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Fachruddin
"Penelitian ini dilakukan dengan tujuan utama untuk menguji efisiensi pasar modal di Indonesia dalam hal ini adalah pasar saham-saham syariah. Pengujian efisiensi pasar dilakukan melalui pengamatan reaksi pasar terhadap pengumuman laporan keuangan tahunan yang dikeluarkan oleh emiten. Jadi akan dilihat apakah pengumuman laporan keuangan tahunan mengandung informasi yang dapat mempengaruhi harga saham di pasar syariah, kemudian dilanjutkan dengan melihat bagaimana reaksi pasar terhadap pengumuman tersebut.
Penelitian dilakukan menggunakan metode event study dan market model untuk melihat hasil abnormal return.Berdasarkan data-data yang sudah diolah, didapatkan hasil sebagai berikut, reaksi terhadap pengumuman laba naik tampak nilai AAR beraksi negatif sejak t -7. Pada t 0 (-0.00813) reaksi tetap negatif walaupun informasi yang dikeluarkan merupakan berita baik. Pada t 2 (0.00384) pasar bereaksi positif tapi tidak signifikan dan kembali negatif pada t 3 (-0.00899), t 4 (-0.00447) dan t 7. Reaksi terhadap pengumuman laba menurun tampak nilai AAR menunjukkan nilai neatif dari t -7 (-0.00095), t -6 (-0.01678), t -3 (-0.00142), t -2 (-0.01232), t 0 (-0.01470), t 1 (-0.01368), t 4 (-0.01597), t 5 (-0.0006) dan t 7 (-0.00160). Nilai positif terjadi pada t -5, t -4, t -1 (0.00631), t 2 (0.00154), t 3 (0.00422), t 6 (0.00193)
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah laporan keuangan kurang berhubungan dengan perkembangan harga saham, reaksi pasar terhadap informasi kenaikan laba ternyata bersifat negatif, sedangkan reaksi pasar terhadap informasi penurunan laba bersifat negatif.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20235
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>