Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3987 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Pambudi Rahardjo
"Isi dalam buku ini merupakan barang langka dan jarang diterbitkan di Indonesia. terbitnya buku ini merupakan berkah bagi dunia pendidikan kedokteran gigi di Indonesia. Ortodonti adalah salah satu ilmu di bidang kedokteran gigi yang pesat perkembangannya. Maka, dalam buku ini memuat bab-bab terkait hal-hal dasar dalam bidang ilmu kedokteran gigi"
Surabaya: Airlangga University Press (AUP), 2016
617.643 PAM o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Krisnawati
"ABSTRAK
Pencabutan gigi untuk keperluan perawatan ortodonti telah menjadi perdebatan selama bertahun-tahun. Berkaitan dengan hal tersebut, maka telah dilakukan studi pendahuluan untuk melihat "Kecenderungan perawatan ortodonti dengan pencabutan gigi ditinjau dari faktor usia, jenis kelamin dan maloklusi " pada pasien ortodonti di Jakarta periode tahun 1993 - 1995.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan ortodonti dengan pencabutan cenderung meningkat pada periode tersebut, meskipun prosentasenya masih dalam rentangan 25 % - 85 % . Pasien perempuan jumlahnya lebih banyak daripada laki-laki. Pada penelitian ini terlihat bahwa kelompok umur 13-17 tahun adalah yang terbanyak mendapat perawatan ortodonti dan maloklusi yang terbanyak dijumpai adalah maloklusi klas I .
Angka prevalensi dan data-data yang diperoleh memperlihatkan bahwa pencabutan cukup sering menjadi pilihan dalam melakukan perawatan ortodonti, meskipun pasien masih berusia muda dan maloklusi bersifat dental."
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saskia Paramita
"Latar Belakang: Kooperasi pasien merupakan faktor yang penting dalam perawatan ortodonti. Tujuan: Mengetahui gambaran tingkat kooperasi pasien ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGMP FKG UI.
Metode: Penelitian dilakukan pada 94 pasien ortodonti cekat di klinik spesialis ortodonti RSGMP FKG UI yang sudah dirawat selama paling sedikit 12 bulan. Pasien diminta mengisi kuesioner tentang tingkat kooperasi yang digambarkan melalui frekuensi kontrol rutin.
Hasil: 43,6% pasien tergolong kooperatif, 43,6% pasien tergolong cukup kooperatif, 7,4% pasien tergolong tidak kooperatif, dan 5,3% pasien tergolong sangat tidak kooperatif.
Kesimpulan: Sebagian besar pasien ortodonti cekat di RSGMP FKG UI tergolong kooperatif dan cukup kooperatif.

Background: Patient's cooperation is important in determining the result of orthodontic treatment.
Objective: To understand the cooperation level of patients with fixed orthodontic treatment in Postgraduate Orthodontic Clinic at RSGM-P FKG UI.
Methods: A descriptive study of 94 patients with fixed orthodontic treatment treated for at least 12 months. They're asked to fill a questionnaire about cooperation predicted by frequency of miss-appointment.
Results: 43.6% patients are cooperative, 43.6% patients are cooperative-enough, 7.4% patients are non-cooperative, and 5.3% patients are very non-cooperative.
Conclusion: Majority of patients with fixed orthodontic treatment in Postgraduate Orthodontic Clinic at RSGM-P FKG UI are cooperative and cooperative-enough."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S43926
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cinta Nurindah Sari
"ABSTRAK
Latar Belakang: Psikososial merupakan kondisi yang meliputi aspek psikis dan sosial. Estetika wajah dapat menentukan perlakuan sosial yang diterima seorang individu dari lingkungannya. Gigi-geligi merupakan komponen penting dalam estetika wajah. Susunan gigi-geligi buruk dapat mengakibatkan berbagai masalah terkait fungsi maupun psikososial, namun dapat diatasi oleh perawatan ortodonti. Meskipun demikian, seringkali individu belum sadar akan kebutuhan perawatan ortodontinya. Ditemukan kontradiksi pada berbagai hasil penelitian sebelumnya mengenai hubungan status psikososial dan kebutuhan perawatan ortodonti, terutama pada usia remaja. Tujuan: Mengetahui hubungan status psikososial dengan kebutuhan perawatan ortodonti menggunakan PIDAQ dan IOTN pada siswa SMAN 27 Jakarta Pusat. Metode: Dilakukan penelitian potong lintang pada 95 remaja. Diberikan kuesioner PIDAQ untuk mengetahui status psikososial dan IOTN-AC untuk mengetahui kebutuhan perawatan ortodonti secara subjektif, serta digunakan IOTN-DHC untuk mengetahui kebutuhan perawatan ortodonti secara objektif. Hasil: Nilai signifikansi uji chi-square antara status psikososial dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-AC yaitu p = 0,001 dan nilai signifikansi uji chi-square antara status psikososial dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-DHC yaitup = 0,140. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara status psikososial berdasarkan PIDAQ dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-AC dan tidak terdapat hubungan antara status psikososial berdasarkan PIDAQ dengan kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan IOTN-DHC pada siswa SMAN 27 Jakarta Pusat.

ABSTRACT
Background: Psychosocial is a condition involves psychological and social aspects. Facial aesthetics affects how someone is treated by their surrounding. Teeth arrangement is an important component in facial aesthetics. Misaligned teeth often cause various problems, but can be overcome by orthodontic treatment. However, individuals are often not aware of their orthodontic treatment needs. Previous studies show contradictory results on association of psychosocial status and orthodontic treatment need. Objective: To determine whether psychosocial status associated with orthodontic treatment need using PIDAQ and IOTN in students of SMAN 27 Jakarta.Methods: This cross-sectional study comprised 95 adolescents. PIDAQ was given to assess psychosocial status and IOTN-AC was given to assess subjective treatment need. IOTN-DHC was used to assess objective treatment need. Results: The significance value of chi-square test between psychosocial status and orthodontic treatment need based on IOTN-AC is p = 0.001 and the significance value of chi-square test between psychosocial status and orthodontic treatment need based on IOTN-DHC is p = 0.140. Conclusion: There is an association between psychosocial status based on PIDAQ and orthodontic treatment need based on IOTN-AC and no between psychosocial status based on PIDAQ and orthodontic treatment need based on IOTN-DHC in students of SMAN 27 Jakarta."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bramantio
"ABSTRAK
Banyak kasus maloklusi yang memerlukan bantuan elastik karet. Elastik karet digunakan untuk membantu menghasilkan gaya yang diperlukan untuk menggerakkan gigi. Pada penggunaan nya, elastik karet akan mengalami penurunan gaya seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu perlu dilakukan penggantian pada saat tertentu, sehingga efektifitas perawatan tidak terganggu. Disamping itu, gaya elastik karet dipengaruhi juga oleh jarak peregangan. Selama pemakaian, akan terjadi perubahan jarak yang tentu saja akan mengubah gaya elastik karet.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif laboratorik yang meneliti pengaruh lama dan jarak peregangan terhadap gaya elastik karet . Dilakukan uji laboratorium beberapa diameter elastik karet yang direndam dalam saliva buatan dan dilakukan pengukuran gaya dengan alat ukur tegangan Correxmeter dalam berbagai lama dan jarak peregangan.
Hasil penelitian dianalisis dengan uji F (Anova) menunjukkan bahwa lama dan jarak peregangan berpengaruh terhadap gaya berbagai diameter elastik karet secara bermakna (P < 0.05). Elastik karet yang diregang pada jarak yang seharusnya (3 kali diameternya) mempunyai gaya yang efektif untuk menggerakkan gigi hanya sampai 4 jam. Elastik karet yang diregang melebihi jarak yang seharusnya mempunyai gaya yang efektif untuk menggerakkan gigi dapat bertahan sampai 48 jam.

ABSTRACT
Many malocclusion cases need the use of rubber elastics to produce the force required for tooth movement. While a rubber elastic is used, it dissipate in force accordance with the length of time. Therefore, at a certain time, it is necessary to replace it to maintain the effectiveness of the treatment. Besides, the rubber elastic force is also influenced by the stretching distance. During its use, distance changes may occur and it will certainly effect the rubber elastic force too.
This descriptive laboratory study examines the influence of stretching duration and distance on the orthodontic rubber elastics force. Several diameter of rubber elastics are soaked in the artificial saliva. The force is measured with a correxmeter tension gauge in various stretching duration and distance.
The result of this study, analyzed with the F (Anova) test, shows that the stretching duration and distance give a significant influence (P < 0,05) on the force of various rubber elastics diameters. The rubber elastic which is stretched at a certain distance (3 times the diameter size) has the effective force to move a tooth for 4 hours only. The rubber elastic which is stretched beyond that distance has the force effectiveness up until 48 hours.
"
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anggraeni Nastiti
"Beberapa ahli masih meragukan kestabilan titik subspinal atau titik A sebagai referensi pada tulang maksila. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah titik A dapat berubah karena perawaran orthodonti dan seberapa banyak perubahannya. Untuk itu, dilakukan analisa gambaran sefalometri pasien di klinik Pasca Sarjana Fakultas Kedokteran Gigi Uniuersilas Indonesia sebelum dan sesudah perawatan retraksi gigi insisif atas. Jarak terpendek titik A terdapat bidang PTV sebelum dan sesudah retraksi diukur, kemudian dihitung selisih rata-ratanya dan di uji statistik dengan t-test paired. Dari 33 sampel, menunjukkan titik A berubah karena perawatan. Titik A berubah ke arah dorsal setelah retraksi insisif atas dengan torque yaitu pada rata-rata lebih besar dari 5 mm. Dari 6 sampel maloklusi kelas I retraksi dengan torque, titik A mundur ke dorsal sebanyak 30 %, sedang dari 14 sampel maloklusi kelas II retraksi dengan torque titik A mundur ke dorsal sebanyak 64 %."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Almas Edita Ramadhanti
"

Latar belakang: Maloklusi merupakan masalah gigi dan mulut dengan prevalensi terbayak ke-3 di dunia, menurut WHO. Keadaan ini tidak diimbangi dengan adanya kesadaran mengenai maloklusi dan efek buruknya. Masih banyak anak-anak dan remaja yang belum mengetahui mengenai maloklusi dan menganggap hal tersebut normal. Kesadaran terhadap maloklusi ini dapat memengaruhi kebutuhan perawatan ortodonti. Tujuan: Mengetahui hubungan antara tingkat kesadaran maloklusi dengan kebutuhan perawatan ortodonti pada remaja, korelasi komponen ICON dengan kebutuhan perawatan, dan korelasi komponen kuesioner dengan kesadaran maloklusi Metode: dilakukan penelitian potong lintang pada 56 remaja berusia 12-15 tahun. Subjek diberikan kuesioner mengenai kesadaran maloklusi dan kemudian dilakukan pencetakan rahang dan pembuatan model studi untuk dinilai kebutuhan perawatan ortodontinya berdasarkan ICON. Hasil: Berdasarkan uji Chi-square, tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik antara kesadaran maloklusi dengan kebutuhan perawatan ortodonti (P>0,05). Berdasarkan uji Kendall’s tau-b, komponen estetika dental dan pertanyaan mengenai masalah pada gusi mempunyai korelasi paling besar terhadap kebutuhan perawatan dan kesadaran maloklusi. Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara kesadaran mengenai maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada remaja, kompnen estetika dental dan pertanyaan mengenai masalah pada gusi mempunyai korelasi paling besar.

 


Background: Malocclusion is the third most common oral problem in the world. This situation is not supported with an adequate awareness of malocclusion. There are still children and adolescents who are not aware about malocclusion and consider the situation is normal. Awareness of malocclusion can influence the need for orthodontic treatment. Objectives: Discover the relationship between malocclusion awareness and orthodontic treatment needs among adloescent, correlation between ICON components and treatment needs, and correlation between questionaire component with awareness of malocclusion Methods: A cross-sectional study was done towards adolescents aged 12-15. They were given questionaire about awareness of malocclusion and jaws impressing were also done which were used to make study models in order to determine the treatment needs according to ICON. Result: According to Chi-square test, there is no statistically significant difference between awareness of malocclusion and orthodontic treatment needs (P>0,05).  Based on Kendall’s tau-b test dental aesthetic and question about gum problems have the greatest correlation toward treatment needs and malocclusion awareness. Conclusion: There is no relationship between malocclusion awarenes and orthodontic treatment needs among adolescent. Dental aesthetic and question about gum problems have the greatest correlation toward treatment needs and malocclusion awareness.

"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Maulida
"Tujuan: Menganalisis perbedaan Indeks Gingiva antara penggunaan sikat gigi ortodonti dan sikat gigi non-ortodonti pada pasien yang dirawat dengan piranti ortodonti cekat.
Metode: Penelitian eksperimental klinis, blinded-examiner dengan 32 (tiga puluh dua) subjek yang dibagi secara acak menjadi dua kelompok sikat gigi. Dilakukan pemeriksaan Indeks Gingiva Löe dan Silness pada gigi 16, 21, 25, 36, 41, dan 45 sebelum perlakuan dan tiga minggu setelah perlakuan.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan Indeks Gingiva yang bermakna antara penggunaan sikat gigi ortodonti dan sikat gigi non-ortodonti pada pasien perawatan ortodonti cekat (uji Mann-Whitney; p>0,05).
Kesimpulan: Penggunaan sikat gigi ortodonti maupun sikat gigi non-ortodonti, keduanya dapat menurunkan Indeks Gingiva pada pasien perawatan ortodonti cekat.

Objective: To analyze the differences of Gingival Index between usage of orthodontic toothbrushes and non-orthodontic toothbrushes in fixed orthodontic patients.
Method: The study is clinical experimental with blinded examiner. Thirty-two subjects were randomly divided into two groups of toothbrushes. Examinations were done using Gingival Index Löe and Silness on teeth 16, 21, 25, 36, 41, 45 before experiment and three weeks after experiment.
Result: There was no significant difference in Gingival Index between usage of orthodontic toothbrushes and non-orthodontic toothbrushes in fixed orthodontic patients (Mann-Whitney test; p>0,05).
Conclusion: Usage of orthodontic toothbrush and non-orthodontic toothbrush both can reduce Gingival Index in fixed orthodontic patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jannatul Firdaus
"Latar Belakang: Dental Aesthetic Index DAI merupakan indeks untuk melihat kebutuhan perawatan ortodonti dengan menilai komponen klinis dan estetik. Indeks ini memberikan penjelasan secara objektif mengenai kebutuhan perawatan ortodonti melalui 10 komponen penilaian.
Tujuan: Mengetahui gambaran kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DAI pada pasien di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI tahun 2010 ndash; 2014.
Bahan dan Metode: Digunakan 52 pasang model studi awal pasien ortodonti. Dilakukan penilaian DAI dengan melibatkan 10 komponen. Hasil penilaian berupa skor dibagi menjadi 4 kategori. Kategori 1 yaitu tidak/sedikit dibutuhkan perawatan, kategori 2 yaitu dapat dilakukan perawatan sesuai pilihan pasien, kategori 3 yaitu sangat membutuhkan perawatan, dan kategori 4 yaitu harus dilakukan perawatan.
Hasil: Diperoleh gambaran kebutuhan perawatan ortodonti yaitu kategori 3 36,5 , kategori 4 32,7 , kategori 2 25 , dan dan kategori 1 5,8 . Gambaran permasalahan yang banyak ditemukan yaitu ketidakteraturan gigi anterior RB 96,2 dan RA 94,2 , overjet tidak normal 81 , dan hubungan molar tidak normal 76,9.
Kesimpulan: Gambaran kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan DAI pada pasien di Klinik Spesialis Ortodonti RSKGM FKG UI tahun 2010-2014 sebagian besar sangat membutuhkan perawatan 36,5 . Hal ini menunjukkan bahwa pasien yang datang sebagian besar adalah membutuhkan perawatan dan sesuai dengan hasil penilaian DAI pada penelitian ini.

Background: Dental Aesthetic Index is an index to see the orthodontic treatment need by assessing clinical and aesthetic component. This index objectively explains the orthodontic treatment needs based on 10 components of assessment.
Purpose: To identify the description of orthodontic treatment need based on DAI on patients from orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI in 2010 2014.
Materials and Method: 52 pairs of pre treatment orthodontic study models were used. The assessment was based on DAI by involving 10 components. Assessment results in scores and categorized into 4 category. Category 1 is no slight treatment need, category 2 is elective treatment need, category 3 is highly desirable of treatment need, and category 4 is mandatory treatment need.
Result: The description of orthodontic treatment need are, category 3 36,5 , category 4 32,7 , category 2 25 , and category 1 5,8 . The description of problems that were found are mandibular anterior irregularity 96,2 , maxillary anterior irregularity 94,2 , abnormal anterior overjet 81 , and abnormal molar relationship 76,9.
Conclusion: The orthodontic treatment need based on DAI on patients from orthodontic specialist clinic of RSKGM FKG UI are mostly patients who need treatment as highly desirable 36,5 . This result shows that the patients who came were mostly patients who need the treatment, and in accordance with the result of DAI assessment in this study.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasytha Vikarina Siregar
"Objectives: (1) To assess the masticatory muscles activity in patients with Temporomandibular Disorder (TMD) before orthodontic treatment, (2) to determine the correlation between TMD and the masticatory muscles activity (masseter muscles and anterior temporalis muscles). Methods: Twenty-two patients with malocclusion before undergoing orthodontic treatment (8 males, 14 females; mean age of 26,78 ± 4.34 years) were enrolled in the study and were divided into two groups: 11 patients with TMD and 11 patients without TMD (Non- TMD). The masticatory muscles were evaluated using standardized electromyography during 5 seconds of maximum voluntary contraction (MVC) through cotton-roll biting. For statistical analysis, the root mean square (RMS) valueof masticatory muscles was calculated and compared between the two groups. Results: The TMD groups showed alower electromyographic activity than the non- TMD group during MVC, with no significant differences in the right and left masticatory muscles between these groups. A weak negative correlation and no statistically significant differences were found between TMD and the electromyography activity of masseter muscles. Conclusions: Patients with TMD had a lower electromyographic activity in the masticatory muscles than those without TMD. Thus, electromyography can be an objective parameter to assess muscles activity for TMDdiagnosis.

Objectives: (1) To assess the masticatory muscles activity in patients with Temporomandibular Disorder (TMD) before orthodontic treatment, (2) to determine the correlation between TMD and the masticatory muscles activity (masseter muscles and anterior temporalis muscles). Methods: Twenty-two patients with malocclusion before undergoing orthodontic treatment (8 males, 14 females; mean age of 26,78 ± 4.34 years) were enrolled in the study and were divided into two groups: 11 patients with TMD and 11 patients without TMD (Non- TMD). The masticatory muscles were evaluated using standardized electromyography during 5 seconds of maximum voluntary contraction (MVC) through cotton-roll biting. For statistical analysis, the root mean square (RMS) valueof masticatory muscles was calculated and compared between the two groups. Results: The TMD groups showed alower electromyographic activity than the non- TMD group during MVC, with no significant differences in the right and left masticatory muscles between these groups. A weak negative correlation and no statistically significant differences were found between TMD and the electromyography activity of masseter muscles. Conclusions: Patients with TMD had a lower electromyographic activity in the masticatory muscles than those without TMD. Thus, electromyography can be an objective parameter to assess muscles activity for TMDdiagnosis."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>