Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4293 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sitohang, R. Vensya
"Divide Query (Q) to primitive as much as we can do, and alocated sup-query (sQ) to every sQ on exact location where data found, as integrated Query Management System (Parallel Execution Control of Sub-Query of Database on Distributed System) based. In this paper will be explained the result of evaluation some Qs become sQ, and observe the rate of concurent excecution that may be done on IQMS, according to system configuration distribution data base used (3 computer: 1 system controlles and executionlocation, and 2 execution locations), by obsserving data location. "
Penelitian Akademik Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Teknik Komputer Surabaya, 2007
001 GJMI 9:1 (2007)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Reny Luhur Setyani
"Latar Belakang: Perlu untuk dilakukan uji kepekaan pengukuran sudut femorotibial
dengan foto polos dalam mendeteksi OA lutut dengan memanfaatkat MRI untuk
pemastian hasil pemeriksaan OA lutut dengan pengukuran sudut femorotibial maupun
dengan metoda Kellgren-Lawrence. Selain sebagai pemastian diagnosa OA lutut,
pemeriksaan MRI akan memberikan tambahan informasi mengenai pola kerusakan
dari lutut khususnya kartilago.
Bahan dan Cara: Penelitian ini merupakan studi diagnostik dengan disain potong
lintang, pada sebanyak 67 lutut dari 34 orang penderita OA lutut dimana dilakukan
pemeriksaan foto polos lutut AP berdiri dan lateral serta MRI lutut potongan koronal
dan sagital dengan teknik gradient echo (GEFl,Tl-7 ms).
Hasil: Terdapat derajat ringan dengan penilaian Kellgren-Lawrence lama pada 13
lutut (19,4%), 8 lutut (11,9%) dengan Kellgren-Lawrence baru, 5 lutut (7,5%) dengan
MRI derajat sedang didapatkan pada 28 lutut (41,8%) Kellgren-Lawrence lama, 21
lutut (31,1%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 25 lutut (37,3%) dengan MRI.
Derajat berat didapatkan pada 24 lutut (35,8%) dengan Kellgren-Lawrence lama, 29
lutut (43,3%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 27 lutut (40,3%) dengan MRI.
Derajat berat sekali didapatkan pada 2 lutut (3%) dengan Kellgren-Lawrence lama, 9
lutut (13,4%) dengan Kellgren-Lawrence baru dan 10 lutut (14,9%) dengan MRI.
Terdapat perbedaan bermakna antara metoda Kellgren-Lawrence konvensional dan Kellgren-Lawrence baru, serta antara metoda KeUgren-Lawience lama dengan gambaran pola kerusakan kartilago pada MRI (p<0.005).
Terdapat kesesuaian antara derajat OA lutut dengan metoda Kellgren-Lawrence yang ditambahkan komponen pengukuran sudut femorotibial dengan gambaran pola kerusakan kartilago pada MRI (p>0.005).
Kesimpulan: Penambahan komponen pengukuran sudut femorotibial pada Kellgren-Lawrence dapat meningkatkan kepekaan dalam menilai derajat osteoartritis lutut."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2004
T58791
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ackley, Gardner
Jakarta Yayasan Penerbit Universitas Indonesia 1973,
339 A 71 t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Alwin Tahid
"Pasen dan cara kerja : 30 pasen OA lutut (15 pria, 15 wanita) dengan peningkatan sudut Q (> 15°) yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi kemudian dicatat derajat nyeri (Nilai VAS; Visual Analogue Scale), derajat OA (Klasifikasi Kellgreen & Lawrence) dan IMT. Selanjuinya dilakukan pemeriksaan pola ajakan otot vastus medialis dan vastus lateralis dengan EMG. Ditentukan awal ajakan otot vastus lateralis dibandingkan dengan otot vastus medialis. Grafik EMG dinilai pada tugas berdiri berjinjit dan berdiri dengan tumit. Hasil pemeriksaan kemudian dianalisa secara stalistik lalu dilihat hubungan antar variabel secara statistik.
Hasil : Terjadi perubahan pola ajakan otot vastus lateralis dan vastus medialis pada seluruh naracoba penderita OA baik laki-laki dan perempuan dengan kenaikan sudut Q (>l5°). Terdapat hubungan signifikan berupa korelasi negatif (R = -0,663; p = 0,007) antara kenaikan sudut Q dan perubahan pola ajakan pada kelompok laki-laki dengan cara pemeriksaan berdiri berjinjit. Terdapat hubungan signifikan berupa korelasi negatif (R = -0,508; p = 0,002) antara pembahan pola ajakan dan derajat OA lutut pada nilai total (Gabungan kelompok pria dan wanita, n = 30) dengan cara pemeriksaan berdiri berjinjit. Terdapat hubungan signifikan berupa korelasi negatif (R = -0,692; p = 0,04) antara perubahan pola ajakan dan derajat OA lutut pada nilai kelompok Iaki-laki dengan cara pemeriksaan berdiri berjinjit.
Kesimpulan : Walaupun seluruh naracoba penderita OA lutut dengan peningkatan sudut Q mengalami perubahan pola ajakan, namun hubungan yang terjadi tidak sesuai dengan teori dasar. Terdapat hasil pemeriksaan perubahan pola ajakan yang tidak terdistribusi normal, baik berdiri berjiniit maupun berdiri dengan tumit. Hal ini, diduga sebagai penyebab timbulnya hasil-hasil yang tidak menunjang hipotesis. Penyebabnya mungkin akibat adanya faktor-faktor lain yang tidak termasuk dalam kriteria inklusi dan elslusi seperti kekakuan(rightness) jaringan lunak bagian lateral, kekendoran (laxity) jaringan lunak bagian medial, displasia tulang dan posisi abnormal patella.

Subject and Interventions : 30 pts knee OA (15 men, 15 women) with increased Q - angle (>15°) and passes exclusion and inclusion criteria, have been registered entering the EMG study on medial and lateral vastus recruitment pattern atter noted on the pain scale, knee OA grade, and BMI. The starting point of recruitment is determined using the EMG on muscle activity visualization Comparison of medial and lateral vastus recruitment starting point, concluded as the altered recruitment pattern. The EMG examination is conduct in the rock on toe and heel test. All of data was analyzed using statistic software, to determine the correlation between all variables.
Results : All of the patients with increased Q-angle shows altered recruitment pattern. There is a significant negative correlation between increased Q-angle and altered recruitment pattern in male group with rock on toe test (R = -0,663; p = 0,007). The significant negative correlation occurs between altered recruitment pattern and the knee OA grade in the total value (male+female group, n=30) with rock on toe test (R = -0,508; p = 0,002). Significant negative correlation also occurs between altered recruitment pattern and the knee OA grade in the male group with rock on toe test (R = -0,692; p = 0,04).
Conclusion : Even all of the knee OA patients with increased Q-angle shows altered recnritment pattern, the correlation occurs in different way with the theory. The results have not been support the hypothesis owing to the fact that the recruitment pattern data is not nomtally distributed and another factors which are not include in the exclusion criteria may affect the pain and knee OA grade. Those factors are lateral solt tissue tightness, medial soft tissue laxity, dysplastic bone and patella position abnomarlity."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21347
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Pribadi Arsyad
"Sistem penciuman elektronik dikembangkan untuk mengatasi ketergantungan terhadap penciuman manusia. Sistem penciuman elektronik ini dibangun dengan memanfaatkan algoritma fuzzy learning vector quantization (FLVQ) untuk proses klasifikasinya. Penelitian ini akan mencoba dua metode baru yang dikembangkan yaitu pemilihan bobot awal jaringan dari vektor rata-rata setiap kelas aroma dan melakukan pengenalan di ruang eigen. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, ternyata bahwa kedua metode baru tersebut mampu meningkatkan deraja pengenalan aroma. Pada pengenalan terhadap aroma yang terdiri dari campuran 2 zat (aroma 2 campuran) dengan sistem 8 maupun 16 sensor akurasinya mencapai lebih dari 98%. Sedangkan apda pengenalan aroma yang terdiri dari campuran 3 zat (aroma 3 campuran) akurasi sistem 8 sensor sekitar 80% dan sistem 16 sensor mencapai lebih dari 94%."
2004
JIKT-4-1-Mei2004-26
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ingkiriwang, Elly
"Latar Belakang: Karsinoma leher rahim (KLR) menduduki urutan pertama di antara semua penyakit kanker terbanyak di Indonesia. KLR menjadi penyebab mortalitas terbanyak akibat kanker pada wanita. Kemoradioterapi dalam pengobatan kanker, mempunyai efek samping yang bermakna. Penatalaksanaan yang efektif untuk kanker termasuk bertambahnya perhatian pada faktor psikologis dengan penilaian depresi yang tepat, dapat meningkatkan angka kesembuhan dan harapan hidup.
Obyektif: Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kemoradioterapi terhadap peningkatan frekuensi dan derajat gangguan depresi pada pasien KLR yang menjalani kemoradioterapi, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya gangguan depresi. Penelitian dilaksanakan di RS Dr. Ciptomangunkusumo, antara bulan Desember 2005 - Juli 2006.
Metode: Penelitian merupakan studi the one group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan SCID-1 (Structured Clinical Interview for DSM--IV Axis 1 disorders) versi bahasa Indonesia dan Hamilton Rating Scale for Depression (HRS-D). Analisis data statistik menggunakan program SPSS versi 11,5.
Hasil: Derajat depresi dari rerata HRS-D 18,68 sebelum kemoradioterapi, meningkat menjadi rerata HRS-D 22,69 sesudah kemoradioterapi. Subyek yang bekerja mempunyai peluang menderita depresi 0,17 kali dibandingkan yang tidak bekerja pada saat sebelum kemoradioterapi. Gangguan depresi sebelum kemoradioterapi ditemukan pada 26 subyek (65%). Sesudah kemoradioterapi, subyek yang menderita gangguan depresi ada 26 subyek terdiri dari 19 subyek yang sebelumnya depresi dan 7 orang yang sebelumnya tidak depresi sedangkan 7 orang yang sebelumnya depresi menjadi tidak ditemukan depresi lagi.
Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan peningkatan derajat gangguan depresi pada pasien karsinoma leher rahim yang sebelum kemoradioterapi telah menderita gangguan depresi. Hal menarik yang didapatkan dalam penelitian ini adalah ditemukannya 7 subyek yang menjadi tidak depresi setelah dilakukan kemoradioterapi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui respons tubuh subyek terhadap kemoradioterapi yang telah dilakukan. Diperlukan penelitian tentang dampak psikologis untuk pasien yang menjalani kemoradioterapi. Sampel yang lebih bervariasi dalam pendidikan dan penghasilan perlu dipertimbangkan.

Background: Cervical cancer is the most common cancer in Indonesia. Cervical cancer is the most frequent cause of cancer mortality in women. Chemo radiotherapy of cancer treatment has significant adverse effect. Effective cancer management, including enhanced attention on psychological factors through appropriate evaluation of depression, may increase patients' cure and survival rate.
Objectives: The objectives of this study are to know the effect of chemo radiotherapy on Increased depression frequency and severity in patients with cervical cancer who have been treated by chemo radiotherapy, and factors related to depression disorder. This study was conducted at Cipto Mangunkusumo Hospital in the period of December 2005 - July 2006.
Methods: This study used one group pretest posttest design. The samples were taken by consecutive sampling. Instrument utilized was SCID-1 (Structured Clinical Interview for DSM 1V Axis 1 disorders) in Indonesian language version and Hamilton Rating Scale for Depression (HRS-D). Analysis of statistic data was using SPSS program version 11.5.
Results: Depression severity of HRS-D mean value was 18.68 before chemo radiotherapy, increased to HAS-D 22.69 after chemo radiotherapy. The working subjects have 0.17 times possibility to have depression compared to the non-working subjects before chemo radiotherapy period. Depression disorders before chemo radiotherapy were found in 26 subjects (65%). After chemo radiotherapy, there were 26 subjects with depression disorder, i.e. 19 subjects who had previous depression, and 7 subjects without any previous depression. There were 7 subjects who had previous depression and turned to have no depression anymore.
Conclusions: Based on the result of this study, there is increased depression severity in patients with cervical cancer who already had depression disorder before chemo radiotherapy. It is interesting that in this study, there is 7 subjects who have not carried out depression after their chemo radiotherapy treatment. We need further study to recognize the subject's response to chemo radiotherapy and further study on psychological impact in patients who undertake chemo radiotherapy. Further sample with more variation in education and income should be considered.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T18182
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ingkiriwang, Elly
"Latar Belakang; Karsinoma leher rahim (KLR) menduduki urutan pertama di antara semua penyakit kanker terbanyak di Indonesia. KLR menjadi penyebab mortalitas terbanyak akibat kanker pada wanita. Kemoradioterapi dalam pengobatan kanker, mempunyai efek samping yang bermakna. Penatalaksanaan yang efektif untuk kanker termasuk bertambahnya perhatian pada faktor psikologis dengan penilaian depresi yang tepat, dapat meningkatkan angka kesembuhan dan harapan hidup.
Obyektif: Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kemoradioterapi terhadap peningkatan frekuensi dan derajat gangguan depresi pada pasien KLR yang menjalani kemoradioterapi, seta faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya gangguan depresi. Penelitian dilaksanakan di RS Dr. Ciptomangunkusumo, antara bulan Desember 2005 - Juli 2006.
Metode: Penelitian merupakan studi the one group pretest-posttest design. Pengambilan sampel dilakukan secara consecutive sampling. Instrumen yang digunakan SLID-1 (Structured Clinical Interview for DSM-IV Axis 1 disorders) versi bahasa Indonesia dan Hamilton Rating Scale for Depression (HRS-D). Analisis data statistik menggunakan program SPSS versi 11,5.
Hasil: Derajat depresi dari rerata HRS-D 18,68 sebelum kemoradioterapi, meningkat menjadi rerata HRS-D 22,69 sesudah kemoradioterapi. Subyek yang bekerja mempunyai peluang menderita depresi 0,17 kali dibandingkan yang tidak bekerja pada saat sebelum kemoradioterapi. Gangguan depresi sebelum kemoradioterapi ditemukan pada 26 subyek (65%). Sesudah kemoradioterapi, subyek yang menderita gangguan depresi ada 26 subyek terdiri dari 19 subyek yang sebelumnya depresi dan 7 orang yang sebelumnya tidak depresi, sedangkan 7 orang yang sebelumnya depresi menjadi tidak ditemukan depresi lagi.
Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan peningkatan derajat gangguan depresi pada pasien karsinoma leher rahim yang sebelum kemoradioterapi telah menderita gangguan depresi. Hal menarik yang didapatkan dalam penelitian ini adalah ditemukannya 7 subyek yang menjadi tidak depresi setelah dilakukan kemoradioterapi. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui respons tubuh subyek terhadap kemoradioterapi yang telah dilakukan. Diperlukan penelitian tentang dampak psikologis untuk pasien yang menjalani kemoradioterapi. Sampel yang lebih bervariasi dalam pendidikan dan penghasilan perlu dipertimbangkan

Background: Cervical cancer is the most common cancer In Indonesia. Cervical cancer is the most frequent cause of cancer mortality in women. Chemaradiotherapy of cancer treatment has significant adverse effect. Effective cancer management; including enhanced attention on psychological factors through appropriate evaluation of depression, may increase patient?s cure and survival rate.
Objectives: The objectives of this study are to know the effect of chemoradiotherapy on increased depression frequency and severity in patients with cervical cancer who have been treated by chemoradiotherapy, and factors related to depression disorder. This study was conducted at Ciptomangunkusumo Hospital in the period of December 2005 -- July 2006.
Methods: This study used one group pretest-posttest design. The samples were taken by consecutive sampling. Instrument utilized was SCID-1 (Structured Clinical Interview for DSM-IV Axis 1 disorders) in Indonesian language version and Hamilton Rating Scale for Depression (HRS-D), Analysis of statistic data was using SPSS program version 11, 5.
Results: Depression seventy of HRS-D mean value was 18.68 before chemoradiotherapy, increased to HRS-D 22.69 after chemoradiotherapy. The Working subjects have 0.17 times possibility to have depression compared to the Non-working subjects before chemoradiotherapy period. Depression disorders before chemoradiotherapy were found in 26 subjects (65%). After chemoradiotherapy, Mere were 26 subjects with depression disorder, i.e. 19 subjects who had previous depression, and 7 subjects without any previous depression. There were 7 subjects who had previous depression and turned to have no depression anymore.
Conclusions: Based on the result of this study, there is increased depression severity in patients with cervical cancer who already had depression disorder before chemoradiotherapy. It is interesting that in this study, there is 7 subjects who have not carried out depression after their chemoradiotherapy treatment. We need further study to recognize the subject's response to chemoradiotherapy and further study on psychological impact in patients who undertake chemoradiotherapy. Further sample with more variation in education and income should be considered.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21241
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sihotang, Jeeferson
"ABSTRAK
Tesis ini membahas kewenangan notaris dan kepastian hukum dari akta risalah
lelang notaris. Pasal 15 ayat 2 huruf g UU Notaris menetapkan bahwa notaris
berwenang membuat akta risalah lelang sementara Vendu Reglement (Peraturan Lelang) menyatakan bahwa kewenangan untuk menyusun suatu akta lelang dilakukan oleh pejabat lelang. Oleh karena itu, pokok permasalahan dari tesis ini adalah kewenangan hukum dari notaris dalam membuat akta risalah lelang berdasarkan Undang-Undang Jabatan Notaris dan bagaimana kepastian hukum dari akta risalah lelang yang dibuat oleh notaris. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis normatif dan dilengkapi dengan wawancara. Berdasarkan prinsip hukum lex specialis derogat legi generalis, penulis menyimpulkan bahwa notaris tidak secara otomatis berwenang untuk membuat akta risalah lelang. Hanya notaris yang ditunjuk sebagai pejabat lelang oleh pemerintah yang memiliki kewenangan untuk membuat akta risalah lelang. Oleh karena itu, akta risalah lelang yang dibuat oleh notaris yang tidak memenuhi syarat sebagai juru lelang akan membuat akta risalah lelang menjadi tidak otentik dan tidak memberikan kepastian hukum bagi para pihak

ABSTRACT
This thesis discussed the authority of a notary and the legal certainty of notary's auction deed. Article 15 paragraph 2 point g of the Notary Act stipulates that a public notary is authorized to draw up an auction deed while vendu reglement (the Auction Act) states that the authority to draw up an auction deed is held by an auctioneer. Therefore, the main issues of this thesis are the legal authority of notary in drawing up an auction deed based on the Notary Act and how the legal certainty of an auction deed drew up by a notary. The method used in this research is juridical normative and equipped by interviews. Based on the legal principle of lex specialis derogat legi generalis, the writer concluded that a notary is not automatically authorized to draw up an auction deed. Only a notary who is also appointed as an auctioneer by the government has the authority to draw up an auction deed. Therefore, an auction deed drew up by a notary who does not qualify as an auctioneer will make the deed not authentic and does not provide legal certainty for the parties."
2016
T46494
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rheidda Pramudhy
"Pemerintah telah melaksanakan kegiatan pembangunan Sarana air Bersih dan Sanitasi Lingkungan sejak Pelita I sampai sekarang. Menurut laporan dari Bank Dunia dengan mengunakan data SUSENAS 2004, baru 48% penduduk terlayani air bersih, di mana untuk daerah perkotaan 42% dari jumlah penduduk perkotaan dan daerah perdesaan 51% dari jumlah penduduk perdesaan. Dalam laporan tersebut disebutkan selama 8 tahun dari tahun 1994 sampai tahun 2002, peningkatan cakupan air bersih hanya 10% di pedesaan dan 9% di daerah perkotaan. Selain itu sebanyak 40% penduduk perdesaan buang air besar tidak pada tempatnya yaitu di kebon, kolam, danau, sungai dan laut. Hal menyebabkan angka penyakit diare yang masih cukup tinggi yaitu 280/1000 penduduk dan menempati urutan ke 3 penyebab kematian pada bayi, urutan ke 2 pada balita dan nomor 5 pada semua umur, dan sering timbul dalam bentuk kejadian luar biasa (KLB) dengan kematian cukup tinggi. Rendahnya cakupan sarana air bersih dan sanitasi lingkungan disebabkan karena prioritas pemerintah dalam pembangunan sarana air bersih dan sanitasi lingkungan bukan prioritas utama. Oleh sebab itu, Bank Dunia telah memberikan pinjaman untuk pembangunan sarana air bersih dan sanitasi lingkungan melalui proyek WSLIC-2.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuan keberhasilan proyek WSLIC-2 khususnya dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui penurunan kejadian diare pada balita dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian diare serta menentukan faktor-faktor yang paling dominan. Penelitian ini merupakan penelitian survei (non experimental). Teknik penelitian mengunakan kuesioner dengan responden ibu rumah tangga yang mempunyai anak balita. Desa yang disurvei adalah desa yang telah dibangun Sarana air bersih dan sanitasi lingkungan dan desa yang belum dibangun sebagai desa kontrol. Untuk menententukan desa kontrol dengan dicari desa yang hampir sama kondisinya yaitu dari segi geografinya, tingkat sosial ekonomi dan perilakunya masyarakat dengan desa yang telah dibangun. Penggunaan desa kontrol adalah untuk mengetahui kondisi awal sebelum desa dibangun. Analisis yang digunakan menggunakan analisa Statistik dengan mengunakan Program SPSS.
Hasil penelitian adalah: terdapat penurunan angka kejadian diare pada balita setelah pembangunan sarana air bersih dan sanitasi lingkungan di desa penelitian, hal ini ditunjukan dengan membandingkan antara desa kontrol (Desa Klampok) yang belum terbangun sarana sebanyak 28 kejadian kejadian diare dengan desa yang telah dibangun sarana yaitu Desa Jambearjo sebanyak 13 kejadian. Apabila dihidung secara rata-rata pada semua umur penduduk didaerah penelitian dapat menurunkan kejadian diare pada setiap 1000 penduduk dari 154 kejadian menurun menjadi 90 kejadian diare.Penurunan kejadian diare pada balita diduga oleh ketersediaan air bersih, sarana untuk membuang air besar, perilaku mencuci tangan setelah buang air besar, mencuci tangan setelah membersihkan balita buang air besar, buang tinja bayi, membuang sampah dan pengetahuan kesehatan lingkungan. Sedangkan varibel yang paling dominan yang berhubungan dengan kejadiaan diare yaitu sarana membuang air besar dan mencuci tangan setelah membersihkan balita dari buang air besar. Secara bersama-sama kedua varibel tersebut sating berinteraksi dengan nilai p = 0,028 dan OR = 7,11. Persamaan regresi logistik Y (kejadian diare pada balita) = -0,241 + 1,962 kondisi jamban x cuci tangan setelah membersihkan balita buang air besar.
Dalam penelitian penulis menyarankan agar pemerintah daerah untuk mengurangi kejadian diare pada desa lain yang tidak masuk dalam daftar yang akan dibangun dad proyek WSLIC-2 dapat mereplikasi pendekatan proyek WSL1C-2 dengan lebih memperhatikan pembangunan sarana membuang air besar berupa pembangunan jamban dan mendorong perubahan perilaku hidup bersih terutama dalam cuci tangan dengan membuang sampah dengan cara lebih mengentensifkan pelatihan dan penyuluhan dibidang kesehatan lingkungan.

The implementation of Water Supply and Environment Sanitation (WSES) from Pelita I to day is currently only 48 percent of the population has access to water That includes 42 percent of the urban and 51 percent of the rural population. In the 8 years from 1994 to 2002, this figure increase by only 10 percent in rural areas and 9 percent in the urban. However, more than 40 percent of rural households use unsanitary open pits or defecate in fields/beaches/water bodies. These caused the incident diarrhea is still height 280/1000 of population. Diarrhea has rank 3 to be caused baby die, and rank 2 of children under five finally rank 5 in all of age.
National development initiative prioritize infrastructure of WSES were lower in priority and remain limited, WSES service coverage therefore remained limited and WSES development was unable with population increase. Therefore, World Bank proposed loan to develop water supply and sanitation facilities in rural areas through WSLIC-2 project.
Research will explore the factors correlate with incident diarrhea for children under five and how the WSLIC-2 project can reduce number of incident diarrhea. The research method used questioner to housewife, They have children under five. The research was two villages, one village developed water supply and sanitation facilities under WSLIC-2 project and other village undeveloped as village control, The characteristic of geography, social-economic and health behavior of two villages are almost same with the other. The village control will be used to kwon characteristic condition without project WSLIC-2.
The conclusion of the research is decrease of number of incident diarrhea in the village with project WSLIC-2 from 28 to 13 incident diarrhea or if we use average of 1000 people, number of incident diarrhea decrease from I54 to 90 incident diarrhea. This figures come from number incident diarrhea in village (Jambearjo) under WSLIC-2 project and village (Klampok) without project WSLIC-2 project. There are multiple factors are suspected with incident diarrhea. These factors are lack of water supply, latrine facility, solid waste facility, hand washing (after defecate and after defecate children under five years, throw away excreta of children under five and knowledge of environmental sanitation and the main factors are latrine facility and hand washing after defecate children under five years. Two variables are interaction, with p value is 0,028 and odd ratio = 7,11. Logistic Regression is Y (incident diarrhea of children under five years) - -0,241 + 1,962 latrine facility x hand washing after defecate children under five years.
Some recommendation to address this issue are: (a) local government can replicate WSLIC-2 project with local budged (b) encourage to communities build latrine by they self (c) Improving health behavior by improving hygiene sanitation training.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2006
T18278
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>