Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 164854 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irwan
"ABSTRAK
Persaingan jasa telekomunikasi selular saat ini sangat ketat, seiring dengan kebutuhan konsumen pada sektor ini yang juga bertambah tinggi, berbagai sasaran pasar berusaha direbut produsen, juga berbagai pangsa pasar berusaha diduduki oleh produsen. Konsumen saat ini dihadapi oleh berbagai macam pilihan dari jasa pertelekomunikasian selular. Berbagai macam fasilitas dan kelebihan di tawarkan produsen kepada konsumen, namun pada dasamya kualitas produklah yang menentukan pilihan akhir dari konsumen, oleh sebab itu kualitas merupakan suatu kunci keberhasilan dari sebuah perusahaan jasa telekomunikasi selular untuk dapat memenangkan pesaingan.

Menghadapi persaingan tersebut PT. Telekomunikasi selular (Telkomsel) tidak mau ketinggalan dalam merebut pangsa pasar pada bisnis telekomunikasi seluler di Indonesia, tiga produk diluncurkan guna menguasai pasar, salah satunya adalah Kartu AS yang di luncurkan pada 24 Mei 2004 yang lalu, produk ini dilengkapi dengan berbagai macam fitur, fasilitas dan teknologi yang baik. Hal ini dimaksudkan untuk dapat meningkatkan pelayanan bagi pelanggannya yang salah satunya adalah mahasiswa. Dari sebagaian besar mahasiswa pelanggan kartu AS diantaranya adalah mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta yang sebagian besar telah menggunakan kartu AS sebagai sarana komunikasi andalannya. Seperti diketahui bahwa usia mahasiswa relatif muda, tentunya pada usia ini unsur coba-coba dan mencari sesuatu yang baru banyak mempengaruhi dalam memilih produk, salah satu dari keinginannya adalah produk yang berkualitas dengan harga yang murah

Penelitian ini membahas tentang bagaimana persepsi dan harapan mhasiswa IISIP Jakarta terhadap kualitas produ kartu prabayar Kartu AS. Sebagai landasan teori digunakan teori.teori tentang pemasaran, produk, perilaku konsumen serta persepsi dari Schifman and Kanuk, dan teori persepsi dari David Aaker dan Jhon G. Myer disamping itu pada penelitian ini juga menggunakan teori dimensi kualitas dari David Garvin. dan teori Performace Importance Analysis dari Darmadi Durianto serta teori Indeks Kualitas Kasar dari Prasetya Irawan. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan menyebarkan kuesioner kepada 100 orang responden mahasiswa. Selain itu untuk mendukung analisis data primer, digunakan juga data skunder atau studi kepustakaan dari berbagai referensi ilmiah yang relevan dengan topik penelitian ini

Dalam pengolahan data dipergunakan software SPSS 10.01, untuk memperoleh gambaran mengenai persepsi dan harapan mahasiswa terhadap kualitas produk kartu prabayar Kartu AS. Secara umum mayoritas responden memberikan tanggapan positif terhadap berbagai atribut, disaming itu harapan yang tinggi terhadap kualitas Kartu AS juga merupakan jawaban mayoritas dari responden. Disisi lain terjadi kesenjangan antara persepsi dengan harapan responden, khususnya pada atribut tarif sms, tarif percakapan, fasilitas bebas roaming dan masa aktif kartu AS. Namun pada intinya secara umum sudah tercipta kesesuaian antara persepsiresponden dengan harapan responden terhadap kualitas kartu AS.

"
2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arini
"CSCW (Computer Supported Cooperative Work) dan teknologi groupware mengizinkan individu-individu untuk berinteraksi satu sama lain yang terletak pada tempat yang sama maupun berbeda dengan menggunakan komputer (jaringan) melalui media suara, data dan gambar (video) yang dilakukan secara sinkron maupun asinkron. Cara ini dapat diimplementasikan untuk mendukung Cooperative learning dan working dalam bentuk komunikasi, sharing informasi dan diskusi antar pengajar/dosen dan pelajar/mahasiswa.
CSCW merupakan sebuah bentuk yang menggabungkan pemahaman bagaimana crang bekerjasama dalam grup menggunakan teknologi computer networking dalam kesatuan hardware, software, service dan teknik. Groupware adalah merupakan perancangan teknologi untuk memfasilitasi kerjasama grup.
Untuk mengimplementasikan CSCW dan teknologi groupware membutuhkan kebutuhan secara teknis dan non teknis guna mendukung kerja bersama tersebut, adapun kebutuhan secara teknis dipertimbangkan sebagai kebutuhan teknis untuk implementasi, sedangkan non teknis dipertimbangkan seperti faktor dan afek dari luar yang mempengaruhinya implementasi CSCW dan teknologi groupware itu sendiri.
Bentuk groupware secara sinkron yang mendukung sebuah coferecing dipilih dalam project ini guna mendukung Cooperative learning an working dengan 3 aspek aplikasinya yaitu untuk comnntnicatton, sharing information, dan decission support. Teknologi groupware tersebut adalah Openmeeting yaitu sebuah open source software yang mendukung conferencing system.
Melalui pengkajian yang mendalam pada too! ini, penulis menyimpulkan satu kelemahan Openmeeting dimana pengiriman informasi melalui email bersifat asinkron sehingga tidak diterima oleh user secara cepat. Untuk itu dikemukakan alternatif penyelesaian berupa tambahan service yaitu SMS Gateway dengan menggunakan Gammu. Perancangan dan implementasi Openmecting di tinjau dari 4 hal yaitu aspek aplikasi yang ingin diwujudkan. kebutuhan secara teknis, lapisan (layer) aplikasi dan korelasi groupware yang digunakan terhadap CSCW dan teknologi groupware. Evaluasi implementasi Openmecting dikaji menggunakan 3 penilaian yaitu evaluasi fitur, penggunaan dan manfaat yang diberikan pada 10 user.
Dari hasil evaluasi untuk penilaian secara fitur mendapatkan angka rata-Tara 4. penilaian terhadap penggunaan mendapatkan angka rata-ram 4, dan penilaian terhadap manfaat mendapat angka rata-rata 4,35. Angka-angkat tersebut menunjukkan bahwa implementasi Openmeeting memberikan hal positif dari segi fiturnya, penggunaannya dan manfaatnya.

The CSCW (Computer Supported Cooperative Work) and groupware technology allows people to interact each other through voice, data and video links in real time (as synchronously). Synchronous groupware brings together user which are geographically distributed or located at the same place via a network. This can be implemented for cooperative learning and working which can be used for communication, share information and decision support between lecturer and student.
Generally CSCW is a generic term which combines the understanding of how people work in groups using the enabling technologies of computer networking and associated hardware, software, services and techniques. Groupware is a technology designed to facilitate the work of groups.
The implementation of CSCW and groupware technology involves some technical and non-technical requirements to support the collaboration. Technical requirements consider the technical the implementation, whereas the non technical methods consider sonic external factors and impacts. Both of them influence the development of CSCW and groupware technology itself.
In this project, a synchronous groupware technology which support Conferencing has been chosen to support Cooperative learning and working by three application aspects, which are communication, sharing information and decision support. Groupware technology used in this thesis is Openmeeting, an opensource software which support conferencing system
Through depth evaluation on Openmeeting, it can be summarize that one weakness of this tool is the asynchronous information delivery through email. In order received to user. in this work an additional service using SM'.'IS Gateway used on Gammu has been added.
Considerable study on this tool, the writer has been acquired the weakness until constitute the writer to do the improvement in order to give the alternative solution about it. Additional service which the writer have done, that is SMS Gateway using Gammu.
Design and Openmeeting implementation considered from 4 aspects, those are the desirable application. technical requirement, layer application and groupware correlation used in CSCW and groupware technology. The evaluations of Openmeeting implementation has been studied using 3 assessment, which are features evaluation, utilizate evaluation and benefit evaluation by l4 users.
The evaluation result show an average values 4 for features evaluation, the average value:, 4 for utilization evaluation and the average values 4,35 for benefit evaluation. These value shows that openmecting implementation give positive effect to this project Front the features utilizing and useful aspects."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
T24418
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Endang Sulistiowati
"Salah satu bisnis telekommikasi yang menarik dan berkembang dengan pesat di Indonesia adalah bisnis seluler, yang pada dua tahun terakhir tumbuh dengan lebih dari 60 persen per tahun. Hal tersebut menjadi fenomena tersendiri karena perkembangan telepon seluler yang pesat akhir tahun 2004, setelah berkembang sekitar 10 tahun, jumlah nomor seluler GSM di Indonesia akan mencapai sekitar 24 juta. Jauh lebih tinggi dibanding nomor telepon tetap yang mayoritas dikelola PT Telkom sejak abad ke-19 yang baru berjumlah kurang dari 9 juta satuan sambungan telepon (SST).
Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan mencapai 220 juta pada tahun 2004, sedangkan jumlah pelanggan seluler GSM pada tahun tersebut diperkirakan mencapai 24 juta. Hal tersebut selain menunjukkan bahwa penetrasi ponsel di Indonesia baru sekitar 11 persen juga pasar seluler di Indonesia yang masih besar sebab penetrasi ponsel di negara maju saat ini berkisar 60 persen - 70 persen.
Pemimpin Pasar dalam bisnis operator seluler GSM di Indonesia adalah Telkomsel dengan pangsa pasar sebesar 52 persen pada akhir tahun 2003, diikuti oleh Indosat dengan pangsa pasar sebesar 31 persen dan Excelkom dengan pangsa pasar sebesar 16 persen.
Guna memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan dan sekaligus membuktikan komitmennya menjadi yang terdepan di pasar seluler di Indonesia, Telkomsel mengadakan berbagai survei dan acara temu pelanggan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan konsumen yang masih tersembunyi. Jawaban dari kebutuhan dan keinginan konsumen sebagian diterapkan dalam suatu program yang di sebut HALObebas.
Program HALObebas adalah program bagi pelanggan paska bayar I calon pelanggan paska bayar untuk mendapatkan produk yang memberikan keragaman pilihan cara berlangganan sesuai dengan perilaku komunikasinya.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai hierarchy of effects dari pelanggan simPATI di Jakarta terhadap program HALObebas dari Telkomsel.
Penelitian dengan metode survey dan bersifat deskriptif ini dilakukan pada populasi pria dan wanita yang bekerja dikawasan Sudirman, Thamrin dan Kuningan serta berusia antara 24 - 55 tahun. Sampling yang dilakukan dalam penelitian ini adalah multistage cluster sampling dengan total responden 212 orang.
Hasil pengolahan data dengan menggunakan statistik deskriptif ini menunjukkan rata-rata tingkat kesadaran responden yang sedang terhadap program HALObebas; rata-rata tingkat pengetahuan responden tentang HALObebas sudah cukup tinggi; rata rata tingkat afeksi responden terhadap promosi HALObebas sedang; afeksi terhadap program HALObebas SMS yang cukup tinggi; kecenderungan responden terhadap program HALObebas Abonemen; keyakinan responden terhadap program HALObebas yang sesuai dengan kebutuhan mereka; serta keputusan sebagian besar responden untuk berlangganan program HALObebas. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pelanggan simPATI yang menjadi responden pada penelitian ini melalui tahap-tahap yang dilakukan sebelum mereka mengambil keputusan untuk berlangganan maupun tidak berlangganan program HALObebas. Tahap-tahap yang mereka lakukan merupakan tahap-tahap dalam proses hierarchy of effects yang meliputi kesadaran, pengetahuan, afeksi, kecenderungan, keyakinan dan keputusan. Tahap-tahap tersebut dilalui oleh responder karena mereka menganggap bahwa keputusan untuk berlangganan program HALObebas adalah keputusan yang memerlukan keterlibatan tinggi dari konsumen sehingga ada proses dari mulai menyadari keberadaan program tersebut sampai dengan keputusan yang berdasarkan pengetahuan dan keyalflnan konsumen terhadap program tersebut.
Rekomendasi yang diberikan kepada Telkomsel adalah lebih menggencarkan program promosi iklan di televisi dan mengadakan pameran di pusat-pusat perkantoran. Edukasi pelanggan melalui publisitas dan hubungan masyarakat juga penting untuk memacu ward of mouth dari pelanggan mengenai program HALObebas. Menyediakan fasilitas yang memungkinkan pelanggan paska bayar untuk mengecek pulsa sehingga pemakaian pulsa bisa terkontrol sesuai dengan alasan mengapa pelanggan simPAT1 mempertahankan kartu pra bayarnya.

Cellular business is one of the interesting and fast growing telecommunication businesses in Indonesia. In the last two years, the cellular business' growth is more than 60% per year. At the end of 2004, after growing for 10 years, the amount of GSM cellular number will reach 24 million exceeding the amount of fixed phone number of 9 million which has been existed in Indonesia since the late of 19th century.
By 2004, Indonesia's population is predicted to reach 220 million people, It means that the market penetration for the cellular phone is only 11 percent. Compare with the market penetration for cellular phone that reach aroung 60 - 70 percent in some countries; Indonesia still has a large potential market.
Market leader for Indonesia's cellular operator is Telkomsel with 52 percent of market share at the end of 2001 Followed by Indonesia with 31 pecent market share and Excelkom with 16 percent market share.
In order to satisfy the needs and wants of the customers and to prove its commitment to be the leader in cellular market in Indonesia, Telkomsel had conducted several surveys and customer gathering to understand customers' hidden needs and wants. Some of the findings are used in a program called HALObebas.
HALObebas is a program for post paid subscribers to have a product with flexibility on subscribing methods which are approriate with the customers communications behaviour.
This research is aimed to get a descriptive on hierarchy of effects process of simPATI customers in Jakarta toward Telkomsel's HALObebas program.
Research using survey method with descriptive character is being implemented to population of men and women between age 24-55. The samples are chosen by multistage random sampling with total 212 respondents.
Result of date processing using descriptive statistic in the survey showing average level of respondents' awareness toward HALObebas program; high level of repondents' knowledge on HALObebas program; high level of respondents' affection, preference and conviction on HALObebas Abonemen program. The survey also shows a large number of respondents who have the intention on subscribing HALObebas program. In conclusion, the respondents passed through some stages before deciding on subscribing HALObebas program. Those stages is known as the hierarchy of effects which involved awareness, knowledge, affective, preference, conviction and purchase. Those stages were passed through by the respondents because they considered the decision was required a high level of involvement.
Recommendation given to Teikomsel is to increase promotion on television and to conduct roadshows at office buildings. Customers' education through publicity and public relation is also important to increase word of mouth around customers. And also providing a facility to enable post paid subscriber to check on their phone expenses.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T14262
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1983
R 378.19 BUK
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Nuhung Suleman
"Teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) yang diimplementasikan dengan brand ?TELKOMFIexi" oleh PT Telekomunikasi Indonesia berupa layanan mobilitas terbatas (limited mobility) yang merupakan layanan telepon bergerak dalam satu area terbatas dan layanan telepon tetap.
Dalam proses perencanaan penggelaran "TELKOMFIexi? di wilayah Jakarta, penentuan segmentasi pasar dilakukan dengan metode apriori yang berpatokan pada data pelanggan telekomunikasi selular dan calon pelanggan PSTN (Public Switched Telephone Network) sehingga segmennya sangat luas dan tidak fokus target marketnya, untuk itu pertu dilakukan re-segmentasi, targeting dan positioning ulang.
Tesis ini akan menganalisa segmentasi, targeting dan positioning produk ?TELKOMFlexi? di wilayah Jakarta Selatan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif distribusi frekuensi dan pengambilan data dilakukan melalui kuesioner dengan jumlah sampel 100 responden.
Hasil analisis berupa; Segmen "TELKOMFIexi" adalah konsumen yang berorientasi pada pulsa murah, jangkauan layanan luas, dan migrasi perpindahan pengguna telepon bergerak, sementara target market dari produk "TELKOMFlexi" adalah konsumen berusia 31 tahun keatas, dengan status karyawan, dan professional, dengan kebiasaan menggunakan ?TELKOMFIexi?untuk kebutuhan pribadi yang digunakan untuk percakapan,SMS (short massage service), dan internet, serta membutuhkan kenyamanan dalam berkomunikasi. Positioning "TELKOMFIexi" adalah layanan telekomunikasi dengan pulsa murah, dan positioning berdasarkan manfaat yaitu membantu konsumen untuk merasakan manfaat yang diperoleh dari produk ?TELKOMFlexi? sehingga image kemudahan menggunakan produk ini dapat tertanam di benak konsumen.

The CDMA (Code Division Multiple Access) technology as implemented with the Brand ?TELKOMFIexi" by PT Telekomunikasi Indonesia form a limited mobility services that is a mobility telephone service in a limited area and fixed telephone service.
In the process of planning the introduction of ?TELKOMFlexi" in the Jakarta area, the determination of the market segment is done through the apriori method based on the data of customers of cellular telecommunication and candidate customers of the PSTN (Public Switched Telephone Network) so that the segment is very wide and the target is not focused, therefore a re-segmentation, targeting, and positioning should be repeated.
This thesis will analyze the segmentation, targeting, and positioning of ?TELKOMFlexi" product in the South Jakarta area by applying the frequency distribution descriptive statistical analysis and collection of the data is done through questionnaires with a sample of 100 respondents.
The result of analysis is that the "TELKOMFIexi" segment are consumers oriented toward cheap pulses, wide service coverage, and migration of mobile telephone users, while the target market of the "TELKOMFIexi" product are customers age 31 years and older, with the status of employees with the habit to use ?TELKOMFIexi? for personal purposes for chatting, SMS (Short Massage Service), internet and needing convenience in communication. The positioning of "TELKOMFlexi? is telecommunication services with cheap pulses and the positioning is based on the benefits to help customers experience the benefits obtained from ?TELKOMFlexi? product so that the image of easy usage of this product can be planted in the mind of the consumers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T11693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
[Place of publication not identified]: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999/2000
378.12 PED
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yati Rohayati
"Fenomena perpindahan pelanggan jasa merupakan faktor kunci yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan jasa, karena berdampak langsung pada kinerja perusahaan, seperti peningkatan biaya operasi, penurunan pangsa pasar dan profitabilitas. Untuk mengatasi perpindahan pelanggan jasa, perusahaan perlu memahami faktor pengaruhnya. Umumnya studi perpindahan pelanggan jasa dikaitkan dengan masalah ketidakpuasan pelanggan (Bolton, l993). Tetapi penelitian lain menemukan bahwa tingkat kepuasan yang tinggi tidak menjamin pelanggan tidak berpindah (Reichheld, 1996). Penelitian ini mencoba mengungkapkan mengapa hal itu terjadi dan bagaimana mengatasinya, melalui pengujian empiris. Berbagai penelitian sebelumnya menyimpulkan kecenderungan yang berbeda; yaitu: (I) Faktor kepuasan saja tidak cukup untuk menjelaskan perpindahan pelanggan jasa, tetapi dibutuhkan faktor lain, seperti perhatian perusahaan pada hubungannya dengan pelanggan, atau investasi relational (Bansal & Taylor, 1999), dan kualitas alternatif jasa yang bersaing dipasar (Capraro et al.. 2003); (2) Selanjutnya, pengaruh kepuasan terhadap perpindahan pelanggan jasa bersifat dilematis alau non-linier, sehingga membutuhkan variabel moderator, seperti switching barrier (Jones, l998) dan karakteristik pelanggan (Homburg & Giering, ZOOI); (3) Sedangkan terhadap pengaruh tak langsung kepuasan pada perpindahan pelangggan jasa, penelitian ini menguji juga faktor intervensi dari variabel lain, yaitu komitmen relasional (Roberts, 1989). Pada intinya, penelitian ini mencoba mengatasi kekurangjelasan masalah perpindahan pelanggan jasa, dengan mengembangkan teori intensi berpindah pelanggan jasa yang dipengaruhi oleh lnvestasi relational, kepuasan, dan kualitas alternatif. Untuk menguji kelayakan model, dikumpulkan data kuantitatif dan kualitatif. terhadap pelanggan telpon seluler berbasis Global System for Mobile Communication (GSM), dengan menggunakan populasi mahasiswa Universitas Indonesia. Untuk menguji model dan data empiris, digunakan metoda analisis Structural Equation Modeling (SEM), dengan bantuan perangkat lunak LISREL 8.72. Hasil pengujian menyimpulkan bahwa ketiga pendekatan tentang kecenderungan terjadinya perpindahan pelanggan jasa, dapat dlterapkan secara bersama-sama. Penelitian ini memperlihatkan bahwa: (a) kepuasan, investasi relasional, dan kualitas alternatif terbukti berpengaruh terhadap intensi berpindah, (b) komitmen relasional memediasi hubungan kepuasan dengan intensi berpindah. (C) hubungan kepuasan dengan komitmen relasional bersifal non-linier, dimoderasi oleh switching barrier (investasi relasional dan kualitas alternatif) dan karakteristik pelanggan (variety seeking dan keterlibatan pelanggan). Penelitian ini membuktikan bahwa intensi berpindah pelanggan jasa dapat dicegah melalui pembentukan komitmen relasional pelanggan. Disamping itu, komitmen relasional tidak dipengaruhi langsung oleh kepuasan, melainkan oleh interaksi antara kepuasan dengan variabel moderator: switching barrier- dan karakteristik pelanggan. Implikasi manajerial adalah untuk mengatasi perpindahan pelanggan jasa. penyedia jasa perlu memperkuat komiitmen relasional pelanggan. Komitmen relasional yang kuat dibangun dengan meningkatkan investasi relasional, melalui pembentukan ikatan sosial dengan pelanggan, yaitu dengan membangung klub pelanggan. pembentukan klub pelanggan merupakan penerapan pemasaran relasional untuk menutupi kesenjangan hubungan penyedia jasa dengan pelanggan yang bersifat low contact dan low customization.

Customer-switching phenomenon is a factor which determines the success of a service corporation, inasmuch as it has direct impact on the productivity of the company such as operational costs, market decline, and profitability. To properly administer to this phenomenon, it is important that the corporation perceive the impacts. Traditionally, the study on customer switching phenomenon is identified with dissatisfaction on the part of the customers (Bolton, l998). However, other studies show that high satisfaction measure does not guarantee that customer-switching will not take place (Reichheld, 1996). This study attempts to reveal why this phenomenon occurs and, through empirical assessment, how to resolve the matter. Numerous studies in the past have provided different conclusions: (1) Satisfaction factor alone is insufiicient to explain customer-switching phenomenon. Other reasons are required, such as the corporation?s concem for customer relation, or relational investment (Bansal & Taylor, 1999), and the quality of alternative services in the market (Capraro et al., 2003); (2) Furthennore, the relation between customer satisfaction to customer-switching is dilemmatie or non-linier- Thus, as a consequence, a moderating variable is required, namely .switching barrier (Jones, 1998) and customer characteristics (Homburg & Giering, 2001); (3) On the indirect impact domain of customer-switching phenomenon, this study also attempts to examine the intervention factor from another variable, namely the relational commitment (Roberts, 1989). As the gist of the matter, this study intends to deal with the ambivalence regarding customer-switching phenomenon by elaborating thc intentional theory, influenced by relational investment, satisfaction factor. and the quality of alternative services. In assessing the feasibility of the model. quantitative and qualitative data are accrued from cellular telephone customers using Global ?System for Mobile Communication (GSM), the population being students of Universitas Indonesia. Model and empirical data are analyzed by employing Structural Equation Modeling (SEM) method. with the assistance of LISREL 8.72 software. The examination concludes that the three approaches pertaining the tendency of custotner-switching can be applied simultaneously. The investigation reveals that: (a) satisfaction, relational investment, and the quality of altemative services prove to he directly atifecting the customers? intention to switch. (b) relational commitment mediates customer satisfaction with the intention to switch. (c) customer satisfaction and relational commitment is characterized by non-linear interaction. moderated by switching barrier (relational investment and the quality of alternatives) and customer characteristics (variety seeking and customer involvement). This study proves that the intention to switch can be prevented by elaborating on the relational commitment to thc customers. Moreover. relational commitment is not directly influenced by customer satisfaction, but by the interaction between satisfaction and moderating variables: switching barrier and customer characteristics. The implication on the managerial domain to prevent customers from switching is by improving the corporation?s relational commitment. Strong relational commitment is established by promoting relational investment. which can be done by building strong social ties with customers. specifically by establishing a customer club. Customer club is an application of relationship marketing strategy to bridge the gap between service provider and customer, which is originally characterized by low contact and low customization."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
D658
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fony Carolina
"Pelanggan telepon seluler sendiri dengan CAGR 26,7% akan bertambah menjadi 122,1 juta pada 2010. Perusahaan penyewaan menara telekomunikasi mengambil bagian dalam pengembangan menara BTS (Base Transceiver Station) untuk para penyedia layanan telekomunikasi (operator seluler).
Metode SERVQUAL digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan konsumen dan kesuksesan layanan yang diberikan perusahaan. Metode Quality Function Deployment (QFD) digunakan untuk menyusun strategi baru untuk memberikan layanan yang terbaik bagi konsumen. Data diperoleh dari kuesioner yang diberikan kepada manajer seluruh operator seluler.
Dari penelitian ini didapatkan bahwa kinerja para perusahaan tower provider baru memenuhi 67.41% harapan operator seluler. Oleh karena itu prioritas service element (respon teknis) yang dapat dilakukan adalah meningkatkan koordinasi antara penyewa dengan tower providernya.

Telecommunication holds a significant role as an information provider. Cellular phone customer themselves, with the CAGR of 26.7% will gradually increase into 122.1 million in 2010. The telecommunication tower provider company will take part in developing BTS (Base Transceiver Station) tower to all telecommunication provider service (celluler operator).
SERVQUAL method is used to identification customer's need and service succeeded by the company. Quality Function Deployment (QFD) method is used to arrange a new strategy for giving the best service to the customer. Data which writer got is from the qustionairre of all celluler operator managers.
This research found that operator celluler's expectation only reached 67.41% with the effort that have been done by the tower provider company. Therefore, the service element priority (technical response) that ought to be done by the company is increasing coordination between celluler operator and tower provider.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50322
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Effendi
"Divisi regional II (Divre II) Jakarta dan sekitarnya, merupakan wilayah PT. Telkom yang mempunyai kontribusi produksi pulsa pelanggan yang terbesar, jika dibandingkan dengan divisi regional yang lainnya. Divre II Jakarta dan sekitarnya adalah meliputi wilayah, DKI Jakarta, Bogor, Tangerang, Bekasi, Serang, Karawang dan Purwakarta (Jabotabek - Sekapur) yang mempunyai penduduk sebesar 27.080.800 jiwa per Desember 1999, sehingga Divre II Jakarta dan sekitarnya mempunyai kepadatan telepon (teledensity) adalah : 8,5 sst per 100 penduduk, sedangkan untuk kepadatan telepon (teledensity) tingkat nasional adalah : 3 sst per 100 penduduk.
Pada akhir Pelita VI (199811999) Divisi Regional (Divre II) Jakarta dan sekitarnya mempunyai satuan sambungan telepon (sst) adalah 2.091.589 sst atau 36,32% dari 5.758.780 sst tingkat nasional. Dan fasilitas yang ada khususnya Divre II Jakarta dan sekitarnya, PT Telkom menghadapi permasalahan yang cukup kompleks, akibat adanya krisis ekonomi yang berkepanjangan sehingga terhambatnya pembangunan satuan sambungan telepon (sst). Akibat dari keterlambatan tersebut timbul permasalahan nasional, yang harus ditanggulangi oleh pemerintah (PT Telkom) dan KSO-nya. Adapun permasalahanya adalah sebagai berikut :
1. Adanya permintaan (demand} yang lebih besar dan pada penawaran (supply).
2. Adanya mekanisme penentuan tarif yang salah.
3. Terbatasnya sumber dana dalam negeri.
4. Dampak regulasi terhadap investasi dan peran swasta.
Dari permasalahan tersebut di atas, Penulis mencoba untuk menetukan metodologi penelitian, dalam hal ini ada 3 (tiga) bagian yang perlu diteliti / dianalisis yaitu:
1. Cara menentukan variabel X dan variabel Z yang optimal, agar didapatkan tingkat perubahan tarif (OP) yang efisien, efektif, dan adil (optimal).
2. Cara penggunaan sumber dana dalam negeri dengan sistem obligasi.
3. Cara pendekatan regulasi (peraturan) pemerintah yang ada terhadap usaha penyelenggara jasa telekomunikasi.
Dengan metodologi penelitian tersebut di atas, Penulis melakukan analisis/penelitian sebagai berikut :
1. Analisis penentuan tarif dengan menggunakan nilai variabel X dan variabel 1. yang optimal kedalam formula price cup ( ΔP < CPI - X + Z).
2. Analisis penggunaan sumber dana dalam negeri.
3. Analisis dampak regulasi (peraturan) pemerintah yang ada yaitu, UU no. 36 tahun 1999 dan PP no 8 tahun 1993 tentang telekomunikasi terhadap investasi dan peran swasta, di dalam pembangunan fasilitas jasa telekomunikasi.
Dari hasil ketiga analisis tersebut di atas didapatkan hasil yang optimal (efisien, efektif, dan adil) sesuai dengan konsep dasar penulis untuk memenuhi harapan masyarakat pelanggan (konsumen) maupun penyelenggara jasa telekomunikasi (PT Telkom) dan mitra KSO-nya. Dari hasil analisis tersebut diharapkan para investor atau pemodal dapat berperan serta/mengambil bagian di dalam pembangunan industri jasa telekomunikasi, khususnya di wilayah Divre II Jakarta dan sekitarnya."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T1714
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
August Bualazaro Hulu
"Penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia telah berlangsung sejak tahun 1882, yaitu saat didirikannya sebuah badan usaha swasta penyedia layanan pos dan telegrap pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Tetapi sampai saat ini, setelah lebih dari satu abad, sangat sulit mendapatkan hasil penelitian yang menunjukkan korelasi antara pembangunan infrastruktur telekomunikasi di Indonesia dengan pertumbuhan ekonominya.
Studi ini dirasa penting mengingat (1) Investasi pada sektor telekomunikasi adalah merupakan investasi yang cukup mahal mengingat umumnya barang modal yang digunakan di Indonesia masih diimpor dari Negara produsennya di luar negeri; (2) Penyelenggaraan telekomunikasi menggunakan beberapa sumber daya terbatas milik negara yang harus digunakan sebesar-besarnya untuk kesejahteraan masyarakat antara lain alokasi frekuensi, kode akses, orbit satelit dan penomoran pelanggan; (3) Teledensitas efektif telepon di Indonesia masih sangat rendah yaitu 5,52 yang secara sederhana dapat diartikan bahwa diantara 100 penduduk Indonesia hanya 5,52 orang yang memiliki sambungan telepon tetap atau bergerak. Posisi ini sangat rendah dibanding Philippines (19,36), Singapore (79,56), Thailand (26,04) atau Malaysia (41,30); (4) Selain teledensitas, penyebaran sambungan telepon di Indonesia juga memiliki ketimpangan yang sangat tajam yaitu 11-25% di wilayah metropolis dan hanya sebesar 0,2% di wilayah pedesaan. Sebanyak 43.022 desa di Indonesia, yaitu setara dengan 64,4% dari 66178 desa, sama sekali belum memiliki akses telepon. Sementara di sisi lain, sejak diberlakukannya Undang-undang tentang telekomunikasi nomor 36 tahun 1999 penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia telah memasuki era kompetisi, yang menyebabkan seluruh penyelenggara telekomunikasi lebih berorientasi pada keuntungan yang umumnya diperoleh dari masyarakat di wilayah perkotaan. Fenomena ini juga berlaku bagi Badan Usaha Milik Negara PT Telkom, terlebih lagi sejak tahun 1995 sebagian saham PT Telkom telah diperdagangkan di bursa efek dalarn dan Iuar negeri. Dengan memperhatikan kondisi-kondisi di atas maka diperlukan suatu penelitian yang dapat dijadikan salah satu acuan dalam menetapkan kebijakan disektor penyelenggaraan telekomunikasi, agar pembangunan sektor telekomunikasi dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya kepada seluruh masyarakat Indonesia.
Dibeberapa Negara penelitian tentang korelasi antara pembangunan infrastruktur telekomunikasi dengan pertumbuhan ekonomi telah lama dilakukan antara lain, Cronin, Colleran, Herbert and Lewitsky (1993) yang melakukan penelitian pasar telekomunikasi di USA menggunakan metode ekonomi Input-Output (1-0) mencakup periode tahun 1963-1991. Hasil penelitian menunjukkan bahwa investasi telekomunikasi mempunyai hubungan causal dengan total factor productivity nasional, dimana kontribusi sektor telekomunikasi pada pertumbuhan produktifitas sektoral maupun secara agregat dikuantifikasi sebesar 21,5% dari total produktifitas. Clarke and Laufenberg (1983) menunjukkan bahwa pertumbuhan densitas telepon juga memberikan berbagai manfaat sosial sebagai tambahan terhadap keuntungan ekonomi di wilayah pedesaan Sub-Sahara Afrika. Manfaat sosial antara lain menyangkut penyediaan layanan sosial dan kesehatan, pendidikan, proyek-proyek pembangunan, dan penanganan bencana sosial dan bencana alam. International Telecommunications Union (ITU) melaiui World Telecommunications Development Report - Access Indicators for the Information Society 2003, menyebutkan bahwa pada periode 1995 - 1999 kontribusi 1CT (Information and Communications Technologies) terhadap output ekonomi antara lain Negara Canada (12%), Australia (14%), Germany (20%) dan Japan sebesar 35%.
Pada studi ini, pendekatan atau model yang digunakan adalah Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) karena selain sebagai perangkat analisis ekonomi yang memadai SNSE juga merupakan suatu sistem pendataan. Berdasarkan model dan proses pembuatannya sistem ini memiliki kelebihan antara lain : {1) SNSE sebagai suatu sistem data yang menyeluruh, konsisten dan Iengkap sehingga dapat menangkap keterkaitan antar pelaku ekonomi dalam kurun waktu tertentu; (2) mampu mengkaji pengaruh suatu kebijakan pada suatu sektor ekonomi yang berkaitan dengan kesempatan kerja dan distribusi pendapatan; dan (3) SNSE sebagai suatu alat analisis yang sederhana, karena penerapannya relatif mudah.
Dengan menggunakan pendekatan SNSE dan dengan memperhatikan permasalahan-permasalahan di atas maka tesis ini disusun bertujuan untuk :
a. Menganalisis distribusi pendapatan institusi termasuk rumah tangga, distribusi pendapatan faktorial, dan keterkaitan sektor-sektor produksi lain dalam pembangunan satuan sambungan telepon tetap dan bergerak di Indonesia;
b. Memperkirakan pengaruh struktural pertumbuhan sambungan telepon di Indonesia terhadap kegiatan ekonomi.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan karena adanya shock atau injeksi pengeluaran pemerintah dan atau penyelenggara telekomunikasi dalam membangun satuan sambungan telepon baru baik itu sambungan telepon tetap maupun telepon bergerak, dan sektor ekonomi mana yang paling besar akan merasakan dampak pembangunan jaringan telekomunikasi tersebut. Bagaimana distribusi pendapatan dari sambungan telepon pada kelompok (rumah tangga, perusahaan dan pemerintah) dalam blok institusi ?. Bagaimana kinerja perekonomian nasional yang ditunjukkan oleh nilai tambah faktorial yang ditimbulkan oleh perribangunan sambungan telepon di Indonesia.
Studi ini telah dapat menyusun suatu klasifikasi SNSE Indonesia 2000 berukuran 64x64 yang menguraikan sektor sistem komunikasi tetap dan bergerak untuk dijadikan sebagai data dan model dalam melakukan analisis perkembangan sektor telekomunikasi di Indonesia.
Nilai peningkatan ekonomi yang ditimbulkan oleh pertumbuhan sektor komunikasi tetap dan bergerak, yaitu peningkatan 1 unit output atau 1 sambungan telepon tetap atau bergerak dengan pendapatan sebesar Rp. 1.942.501 per-tahun pada tahun 2000 akan berdampak pada peningkatan pendapatan sektor produksi sebesar 2,9579 unit atau Rp. 5,75 juta, serta bertambahnya pendapatan faktor produksi (factorial income) sebesar 1,5797 unit atau Rp. 3,07 dan pendapatan institusi sebesar 1,8628 unit atau Rp. 3,62 juta. Jika diasumsikan pada kondisi harga tetap, jumlah total sambungan telepon tetap dan bergerak pada tahun 2005 adalah 50 juta sambungan aktif, maka peningkatan pendapatan total adalah Rp. 621 triliun.
Jika ditinjau dari aspek distribusi pendapatan, peningkatan pendapatan pada rumah tangga di desa, buruh tani dan pengusaha pertanian hanya memperoleh 26,9% dari total pengaruh yang terjadi pada blok institusi. Selebihnya dinikmati oleh perusahaan, pemerintah dan rumah tangga di kota. Hal ini dirasakan relevan, mengingat kebutuhan modal yang besar dan tenaga kerja yang terdidik oleh sektor komunikasi tetap dan bergerak umumnya disediakan oleh rumah tangga di kota, perusahaan dan pemerintah. Disamping itu, densitas telepon tetap dan bergerak sampai saat ini masih terkonsentrasi di daerah perkotaan (11-25%) sementara di rural area sebesar 0,2%.
Sektor produksi yang memiliki keterkaitan erat dengan sektor komunikasi tetap dan bergerak adalah sektor pertambangan dan penggalian lainnya. Hal ini dapat dimaklumi mengingat pembangunan infrastruktur telekomunikasi khususnya yang terkait dengan sarana transmisi umumnya masih dilakukan dengan melakukan penggelaran jaringan kabel tembaga maupun fibre optic di bawah tanah.
Melalui analisa jalur struktural yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa jalur pengaruh pertumbuhan sektor komunikasi tetap dan bergerak secara dominan terkait dengan faktor modal, baik modal lain-lain di kota, modal swasta, modal pemerintah dan modal asing. Hal ini menunjukkan keterkaitan yang erat antara kegiatan di sektor komunikasi tetap dan bergerak dengan sektor-sektor yang berbasiskan finansial. Sebagaimana diketahui sesuai dengan barang modal yang digunakan, perangkat yang diinvestasikan dalam penyelenggaraan telekomunikasi berharga mahal sehingga membutuhkan modal yang besar, relatif terhadap kebutuhan faktor produksi lain berupa tenaga kerja."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T20411
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>