Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8734 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohammad Gumyar Paramaputra
"ABSTRAK
Iron oxides, namely hematite, is one of the main impurities in both low grade bauxite ores and red mud. Studies found that hematite can be leached effectively using oxalic acid and the removal of iron oxides from low grade bauxite or red mud will increase the feasibility of processing by means of Bayer Process. Several leaching parameters were tested, namely initial solution pH, leaching temperature, oxalate concentration, all with the use of catalyst. The tests concluded that hematite can be leached effectively from bauxite waste residue by using oxalic acid, however selectivity is still an issue as the amount aluminium leached is still high. The leached iron could then be recovered as goethite through the goethite precipitation method that yielded high recovery value.

ABSTRAK
Mineral oksida besi merupakan salah satu komponen utama impurities pada bauksit dan limbah bauksit. Menghilangkan kandungan besi oksida dari bauksit dan limbah bauksit dapat menghasilkan produk yang bisa diproses kembali dengan Proses Bayer. Dilakukan pengujian beberapa parameter leaching, antara lain pH awal larutan asam, temperatur leaching, konsentrasi asam oksalat, serta penggunaan ion fero (Fe2+) sebagai katalis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hematit dapat dilarutkan dari residu limbah bauksit dengan efektif, namun selektivitas terhadap pelarutan aluminium masih rendah. Kandungan besi yang terdapat di dalam larutan asam dapat kembali diambil dengan menggunakan metode presipitasi goetit yang menunjukkan hasil recovery tinggi."
2017
S69415
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Gumyar Paramaputra
"Mineral oksida besi merupakan salah satu komponen utama impurities pada bauksit dan limbah bauksit. Menghilangkan kandungan besi oksida dari bauksit dan limbah bauksit dapat menghasilkan produk yang bisa diproses kembali dengan Proses Bayer. Dilakukan pengujian beberapa parameter leaching, antara lain pH awal larutan asam, temperatur leaching, konsentrasi asam oksalat, serta penggunaan ion fero (Fe2+) sebagai katalis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hematit dapat dilarutkan dari residu limbah bauksit dengan efektif, namun selektivitas terhadap pelarutan aluminium masih rendah. Kandungan besi yang terdapat di dalam larutan asam dapat kembali diambil dengan menggunakan metode presipitasi goetit yang menunjukkan hasil recovery tinggi.

Iron oxides, namely hematite, is one of the main impurities in both low grade bauxite ores and red mud. Studies found that hematite can be leached effectively using oxalic acid and the removal of iron oxides from low grade bauxite or red mud will increase the feasibility of processing by means of Bayer Process. Several leaching parameters were tested, namely initial solution pH, leaching temperature, oxalate concentration, all with the use of catalyst. The tests concluded that hematite can be leached effectively from bauxite waste residue by using oxalic acid, however selectivity is still an issue as the amount aluminium leached is still high. The leached iron could then be recovered as goethite through the goethite precipitation method that yielded high recovery value."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Falah Herdino
"Tailing (residu) bauksit hasil pencucian pada pengolahan bijih bauksit telah menumpuk sebanyak 3 ton di Indonesia salah satunya di Dareah Wacopek, Pulau Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Penimbunan residu tersebut menyebabkan pencemaran lingkungan sehingga perlu pemanfaatan dari residu tersebut yaitu dengan ekstraksi logam tanah jarang (LTJ). Peningkatan logam tanah jarang ini dengan proses mekanokimia dengan penambahan NaOH sebanyak 0%, 33.33%, dan 50%. Kemudian diberi proses pemanggangan pada temperatur 400°C, 500°C, 1000°C dan 1100°C. Diperoleh hasil nilai recovery yang variatif terhadap yttrium, cerium, neodymium, lanthanum dan samarium. Morfologi dari residu bauksit sebelum dan setelah proses mekanokimia juga diamati pada studi ini.

Bauxite residue as the result of ore dressing of bauxite mining has stickpiled as much as three tons in Indonesia one of them in the Wacopek, Bintan Island, Riau Province. The residue causes environmental pollution that needs to utilization of the residue. One of them is the extraction of rare earth metals (REEs). Rare earth metal was increased with mechanochemical process with the addition of NaOH as much as 0%, 33.33% and 50%. Then given a roasting process at a temperature of 400°C, 500°C, 1000°C and 1100°C. The results varied recovery value of the yttrium, cerium, neodymium, lanthanum and samarium. Morphology of the bauxite residue before and after mechanochemical process was also observed in this study.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S61585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Merisa Aulia
"Ekstraksi padat cair logam tanah jarang dari limbah tailing bauksit dengan menggunakan asam sulfat telah diteliti. Dalam studi ini, limbah tailing bauksit digunakan karena kandungan logam tanah jarang yang terdapat didalamnya tinggi dan ketersediaanya yang melimpah di Indonesia. Limbah tailing bauksit didalamnya masih terdapat pengotor sehingga perlu dilakukan pre-treatment berupa pencucian, pengeringan dan grinding untuk memperkecil ukuran partikel, sehingga luas kontak antara asam sulfat dengan logam tanah jarang meningkat. Ekstraksi padat cair dengan asam sulfat dilakukan setelah pre-treatment dengan pemberian panas untuk mempercepat reaksi dan pengadukan untuk menghindari terjadinya penggumpalan. Untuk mendapatkan logam tanah jarang hidroksida dilakukan pengendapan dengan reagen garam natrium sulfat dan natrium posfat dengan penyesuaian pH dari leachate. Feed awal tailing bauksit dan hasil leachate pada tahap ekstraksi diuji dengan ICP-OES untuk mengetahui nilai konversi dari logam tanah jarang yang didapatkan dan juga analisis energi aktivasi reaksi kimia dan difusi pada proses ekstraksi. Logam tanah jarang hidroksida terbentuk dalam bentuk endapan sebanyak 9,8 gram dengan yield 90,75 melalui kondisi optimum sebagai berikut: pelarut asam sulfat 3M, suhu ekstraksi 60oC dan waktu ekstraksi 30 menit.

The rare earth liquid element solid extraction of bauxite tailing waste using sulfuric acid has been investigated. In this study, bauxite tailing waste is used because of the rare earth element content contained in it 39 s high and abundant availability in Indonesia. The bauxite tailings waste therein still contains impurities which require pre treatment in the form of washing, drying and grinding to minimize particle size, so the contact area between sulfuric acid and rare earth metals increases. The liquid solid extraction with sulfuric acid is carried out after pre treatment with heat to accelerate the reaction and stirring to avoid precipitation. To obtain a rare earth element hydroxide was carried out a precipitation with a sodium sulfate salt reagent and sodium phosphate with a pH adjustment of the leachate. Initial feed of bauxite tailings and leachate at the extraction stage was tested with ICP OES to determine the conversion value of the rare earth elements obtained and also the energy activation analysis of chemical reaction and diffusion in the extraction process. The rare earth metal hydroxide formed in the form of sediment as much as 9.8 gram with 90.75 yield through the following optimum conditions 3M sulfuric acid solvent, 60oC extraction temperature and 30 minutes extraction time.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Hanna Pramitha
"Salah satu aspek yang perlu diperhatikan ketika melakukan operasi pertambangan adalah kelerengan. Kondisi lereng yang tidak stabil dapat menghambat proses produksi, sehingga diperlukannya infrastruktur yang tepat dan aman untuk mengoptimalkan kegiatan penambangan. Fasilitas Penampungan Residu (FPR) digunakan sebagai sarana infrastruktur untuk menampung limbah hasil proses pencucian material bauksit. Air dari kolam pengendapan perlu dijaga agar tetap ditempat yang disediakan dan dapat dikendalikan, sehingga perlu dibuat tanggul di sekitar kolam. Penelitian ini dilakukan di lokasi kolam pengendapan PT. Cita Mineral Investindo Tbk site Air Upas, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat. Kondisi lereng yang tidak stabil dapat menghambat proses produksi dan mengakibatkan target produksi tidak tercapai dan membahayakan keselamatan pekerja. Dengan demikian, penelitian ini dilakukan dengan tujuan analisis lebih lanjut terkait kestabilan tanggul tersebut. Parameter atau data yang digunakan adalah tinggi air kolam, geometri lereng, dan sifat fisik serta mekanik tanah seperti unit weight, kohesi, dan sudut geser dalam. Pengujian sifat fisik dan mekanik pada penelitian ini dilakukan pada tiga titik, yaitu UP-01, UP-02, dan UP-03. Metode kesetimbangan batas digunakan dalam mendapatkan nilai faktor keamanan sehingga dapat direkomendasikan rencana desain dan spesifikasi tertentu pendukung faktor keamanan yang tidak stabil. Garis penampang pada area ini dibagi menjadi 4 penampang, yaitu A-A’, B-B’, C-C’, dan D-D’. Berdasarkan hasil analisis kestabilan lereng, lereng A-A’ memiliki faktor keamanan yang tidak stabil, sedangkan lereng B-B’, C-C’, dan D-D’ memiliki faktor keamanan yang stabil. Rekomendasi geometri lereng stabil diberikan untuk lereng A-A’ hingga faktor keamanannya menjadi stabil. Pada kolam 4 (D-D’), kapasitas air maksimum yang ditampung adalah sebesar 110,593 m3, kolam 6 (C-C’) sebesar 1,129,613 m3, kolam 15C (A-A’) sebesar 239,027 m3, dan kolam 16 (B-B’) sebesar 103,271 m3 berdasarkan peraturan dari Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018, di mana kapasitas maksimum air kolam 80% dari volume kolam tersebut.

One crucial aspect to consider in mining operations is slope stability. Unstable slope conditions can impede the production process, necessitating the implementation of appropriate and secure infrastructure to optimize mining activities. Sedimentation ponds are employed as infrastructure facilities to contain waste from the bauxite washing process. The water in the sediment pond must be contained in the designated area and controlled, requiring the construction of embankments around the pond. This research was conducted at sedimentation ponds site of PT. Cita Mineral Investindo Tbk in Air Upas, Ketapang Regency, West Kalimantan. Unstable slope conditions can impede the production process, leading to unmet production targets and posing a danger to workers’ safety. Thus, this research aims to conduct further analysis regarding the stability of the embankment. Parameters or data used include groundwater levels, slope geometry, and the physical and mechanical properties of the soil, such as unit weight, cohesion, and internal friction angle. The limit equilibrium method is employed to obtain the safety factor values, allowing for the recommendation of a redesign plans and specifications to support unstable safety factors. The cross sectional area are divided into 4 sections, namely A-A’, B-B’, C-C’, and D-D’. Based on the results of the slope stability analysis, slope A-A’ has an unstable safety factor, while slopes B-B’, C-C’, and D-D’ have a stable safety factor. Recommendations for stable slope geometry are given for slope A-A’ by trial and error until the safety factor becomes stable. In D-D’, the maximum water capacity stored is 110,593 m3, 1,129,613 m3 for C-C’, 239,027 m3 for A-A’, and 103,271 m3 for B-B’ based on regulations from the Decree of the Minister of Energy and Mineral Resource, Number 1827 K/30/MEM/2018, where the maximum capacity of RSF water is 80% of the RSF volume."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky
"Permintaan terhadap logam tanah jarang meningkat sangat cepat akibat pertumbuhan yang tajam pada bidang teknologi terkini. Penelitian mengenai teknik pengambilan senyawa logam tanah jarang dari limbah pertambangan telah banyak berkembang, salah satunya adalah menggunakan limbah tailing bauksit yang dilakukan oleh Aulia 2018. Salah satu tahapan pengambilan kembali dari penelitian tersebut adalah ekstraksi padat-cair. Ekstraksi padat cair ini dilakukan dengan menggunakan asam sulfat. Melihat betapa tingginya permintaan terhadap logam tanah jarang, peningkatan skala ekstraksi logam tanah jarang dari skala penelitian menjadi skala industri sangatlah penting. Untuk dapat meningkatkan skala ekstraksi, maka perlu didesain alat ekstraktor dengan skala yang lebih besar pula. Dalam mendesain ekstraktor, pemodelan terhadap bagaimana ekstraksi logam tanah jarang ini harus dilakukan. Dengan adanya model ekstraksi, memprediksi ukuran ekstraktor yang diperlukan lebih mudah dengan biaya dan waktu yang lebih sedikit.
Pada penelitian ini dilakukan pengembangan pemodelan ekstraksi logam tanah jarang dari limbah tailing bauksit di dalam ekstraktor unggun diam. Tujuannya adalah untuk mengetahui yield ekstraksi tertinggi dan mendapatkan model yang dijadikan dasar landasan terhadap perancangan ekstraktor dengan aplikasi. Pada penelitian ini model matematik dan simulasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh kondisi operasi yaitu: ukuran partikel, laju alir fluida, dan konsentrasi asam terhadap yield yang didapatkan. Ekstraktor unggun diam dengan ukuran tinggi unggun 30 cm dan diameter unggun 3 cm menghasilkan total ekstrak logam tanah jarang sebesar 0,0065761 gram selama waktu ekstraksi 300 menit. Hasil ekstraksi meningkat apabila ukuran jari-jari partikel tailing bauksit yang digunakan semakin kecil, laju alir asam sulfat semakin kecil dan konsentrasi asam sulfat yang digunakan semakin besar. Berdasarkan studi kelayakan ekonomi maka ekstraksi menggunakan ekstraktor unggun diam pada penelitian ini dinilai tidak layak secara ekonomi karena mendapatkan nilai net present value yang negatif sebesar Rp465.094.967. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan dengan melakukan pemodelan untuk ukuran ekstraktor yang lebih besar dimana perlu memperhatikan koefisien dispersi secara angular dan tangensial. Ukuran ekstraktor yang lebih besar juga diharapkan memberikan hasil yang lebih optimum sehingga dapat lebih ekonomis.

Demand of rare earth elements is growing rapidly due to significant growth in advance information technology industry and other electronic appliances. Research about rare earth elements recovery from mining waste has been developed widely, one of them from bauxite tailing is done by Aulia 2018. Leaching is one of these recovery technology step. This leaching method uses sulfuric acid as solvent. Due to the high demand of rare earth element, scaling up extraction of rare earth element from laboratorium scale to industry scale has become very important. In order to scale extraction up, a larger extractor scale need to be designed. In designing extractor, model of how rare earth element extraction phenomeno happen has to be made. With this model, it will help to predict extractor size needed with less cost and time.
In this research, rare earth element extraction from bauxite tailing waste inside fixed bed extractor model is developed. Aim of this research are to know highest extraction yield and to obtain a model to be used in extractor designing. In this research, mathematics modelling and simulation are done to understand effect of operation condition such as particle size, fluid velocity, and acid concentration to yield obtained. Fixed bed extractor with size of 30 cm in height and 3 cm in diameter extracts 0.0065761 gram of rare earth element for 300 minutes of extraction. Extraction yield will increase if particle size is decreased, sulfuric acid flow rate is decreased and concentration of sulfuric acid is increased. Usage of this fixed bed extractor is not economically feasible with a negative net present value of Rp465.094.967. Research advancement could be done by creating model for bigger extractor size which consider angular and tangensial dispersion coefficient. Bigger extractor output is expected to have higher yield so that it will be more economic.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Isa
"Vakum residu merupakan produk bawah dari unit distilasi vakum yang banyak mengandung kandungan asphaltene, resin dan logam pengotor. Salah satu proses untuk meningkatkan kualitasnya adalah dengan proses deasphalting. Proses ini bertujuan untuk mengendapkan kandungan asphaltene serta logam pengotor menggunakan pelarut n-alkana dengan rasio pelarut:bahan baku tertentu. Pada penelitian ini, pelarut n-pentana memiliki performa terbaik dalam pengendapan asphaltene sebesar 13,65% dengan rasio 30:1 dan 1 tahapan ekstraksi. Variasi rasio pelarut:bahan baku dilakukan pada 20:1, 10:1 dan 5:1. Rasio 5:1 menghasilkan pengendapan asphaltene terbaik sebesar 22,58% pada tekanan 1 bar. Tekanan ditingkatkan menjadi 10 bar dan pengendapan asphaltene meningkat menjadi 27,03% pada rasio yang sama. Produk DAO yang dihasilkan diuji kualitasnya dan dibandingkan dengan spesifikasi bahan baku unit fluid catalytic cracking (FCC) dan minyak bakar jenis marine fuel oil (MFO). Produk DAO lebih berpotensi dijadikan sebagai MFO namun memiliki nilai titik nyala 38oC. Nilai ini berada dibawah spesifikasi yang dipersyaratkan karena produk DAO yang dihasilkan masih mengandung fraksi ringan pelarut yang ditunjukkan dengan jatuhnya nilai initial boiling point (IBP) dari 204oC menjadi 41,4oC yang diuji dengan gas kromatografi simulasi distilasi.

Vacuum residue is the bottom product produced from the vacuum distillation unit which is containing impurities such as asphaltene, resins and metals. One of the processes to improve its quality is the deasphalting process. This process aims to precipitate the content of asphaltene and impurities using n-alkane solvent with a certain solvent/feed ratio. In this study, n-pentane has the best performance by precipitating asphaltene at 13.65% with 30:1 solvent/feed ratio and 1 stage of extraction. The solvent/feed ratio is varied from 20:1, 10:1 and 5:1. The deasphalting process with 5:1 ratio resulted in the best asphaltene precipitation, which is 22.58% at 1 bar pressure. The pressure was increased to 10 bar and the asphaltene precipitation increased to 27.03%. The DAO products are then tested for quality compared to the specifications of the feed of fluid catalytic cracking (FCC) unit and marine fuel oil (MFO). The DAO has a great potency to use as MFO, but the flash point value is 38oC. This is below the specification of MFO cause by the light fraction which is trapped in product. It shows by decreasing the value of initial boiling point (IBP) from 204oC to 41.4oC which is tested by gas chromatography."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yukti Nurani
"Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum pengangkatan lantanida dari limbah tailing bauksit dengan adsorben terbaik yang dibuat. Seperti yang telah diketahui bahwa limbah tailing bauksit merupakan salah satu sumber lantanida. Kulit pisang mempunyai kandungan pektin dan lignoselulosik sebagai sumber karbon, karboksil, dan hidroksil. Kulit pisang dimodifikasi menjadi 3 jenis adsorben terdiri dari adsorben natural yang dibuat dengan perlakuan fisik yaitu grinding and sieving, adsorben pektin dibuat dengan esterifikasi adsorben natural, dan adsorben karbon aktif dibuat dengan aktivasi kimia - panas. Pemilihan adsorben terbaik berdasarkan uji daya serap iodin, dengan hasil bahwa adsorben karbon aktif mempunyai daya serap iodin tertinggi yaitu 572,17 mg/g. Kemudian, adsorben karbon aktif diujikan ke lantanida komersial dengan hasil kesetimbangan pada waktu kontak 2,5 jam, pH 4, dengan dosis adsorben tetap 100 mg. Dilanjutkan dengan adsorpsi lantanida dari limbah tailing bauksit menghasilkan R untuk Y, La, Ce, Nd, dan Sm yaitu 67.60, 71.00, 65.03, 62.93, dan 56.59.

The objective of this research was to determine the optimum condition of lanthanides removal from bauxite tailings waste with the best adsorbent made. As known, tailing bauxite waste is one of lanthanide source. Banana peels were modified into 3 types of adsorbent, that were natural adsorbent which is made by physical treatment i.e. grinding and sieving, pectin which was made by natural adsorbent esterification, and activated carbon adsorbent which was made by chemical activation. Selected the best adsorbent was done by iodine number method with the results was activated carbon has the highest iodine absorbance of 572.17 mg g. Then, the activated carbon adsorbent was tested onto a commercial lanthanides, producing optimum results at 2.5 hours contact time, pH 4 with adsorben dose of 100 mg. Followed by adsorption of lanthanides from bauxite tailing waste yield R for Y, La, Ce, Nd, and Sm were respectively 67.60, 71.00, 65.03, 62.93, dan 56.59.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68916
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rivan Kurniawan Lie
"Bauksit adalah material untuk memproduksi aluminium. Aluminium sendiri sudah dikenal sejak lama sebagai bahan campuran untuk pembuatan kerangka pesawat terbang, pesawat jet, pesawat ulang alik dan juga satelit yang merupakan objekobjek yang sangat vital dalam peradaban manusia kedepan. Sebagai bagian dari inisiatif pemerintah untuk berperan aktif dan mempunyai kendali lebih besar atas sumber daya alam yang sifatnya strategis, pemerintah mengeluarkan peraturan untuk melarang ekspor bahan mineral mentah (ore) secara langsung ke luar negeri. Perusahaan diwajibkan untuk melakukan proses peningkatan sumber daya alam yang sifatnya mentah (ore) menjadi barang setengah sehingga dapat memberikan nilai tambah. Keberadaan peraturan tersebut mendorong perusahaan untuk melakukan evaluasi ulang atas strategi bisnisnya selama ini. Dari sisi strategi manajemen, studi ini akan menganalisa proses pembentukan usaha patungan dalam sebagai salah satu strategi untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan yang mendadak akibat adanya perubahan peraturan pemerintah. Selain itu, dari sesi keuangan juga akan dilakukan analisa kelayakan investasi pembangunan pabrik pengolahan biji bauksit dengan melihat NPV, IRR, Profitability Index dan Payback Period dari investasi ini.

Bauxite is a material for producing aluminum. Aluminum itself has been known since long as an ingredient for the manufacture of aircraft frame, jet planes, space shuttle and satellites which are the objects that are vital to the future of human civilization. As part of a government initiative to play an active role and have greater control over natural resources that are strategic, the government passed a law to ban the export of raw mineral material (ore) directly out of the country. Company is required to perform the process of improving the natural resources that are raw (ore) into intermediate goods that can provide added value. The existence of these regulations encourages companies to conduct re-evaluation of its business strategy over the years. In terms of management strategies, this study will analyze the process of formation of the joint venture as a strategy to adapt to sudden environmental changes due to changes in government regulations. In addition, from the financial point of view, this study will conduct feasibility analysis of investment processing plant by using NPV, IRR, Profitability Index and Payback Period as critical parameter to make decision.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Edwina Dea Hasianda
"Salah satu limbah elektronik dalam jumlah yang besar adalah printed circuit board (PCB). Daur ulang PCB dilakukan menggunakan metode pirolisis dengan tujuan mendekomposisi material organik yang dapat digunakan sebagai reduktor berbasis karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampureduksian dua jenis PCB dan batubara serta konsentrasi optimalnya sebagai agen pereduksi bijih nikel. Penelitian ini menggunakan serbuk PCB, arang PCB, batubara (pembanding) sebagai reduktor dengan variasi konsentrasi 5, 10, dan 15 wt%. Proses karbotermik dilakukan pada atmosfer nitrogen hingga temperatur 1100 °C dengan laju pemanasan 10 °C/menit. Karakterisasi produk karbotermik dilakukan menggunakan TG-DSC, XRD, dan SEM-EDS.
Berdasarkan hasil pengujian, senyawa yang umumnya terdapat pada masing-masing sampel dengan reduktor PCB antara lain magnetite, wustite, fayalite, trevorite, ferro nickel, dan nickel oxide. Pada produk karbotermik dengan reduktor serbuk PCB ditemukan elemen tembaga dan timah. Tembaga berada dalam produk karena terbawa dari PCB melalui proses separasi yang tidak optimal. Adanya tembaga pada produk karbotermik dapat disebut juga sebagai pengotor. Untuk mengurangi pengotor pada produk karbotermik, digunakanlah reduktor arang PCB yang menunjukkan hasil separasi tembaga lebih optimal. Di samping itu, penambahan reduktor 5 wt.% arang PCB mengindikasikan hasil yang optimal karena kecenderungannya membuat proses reduksi menjadi lebih sempurna dibandingkan serbuk PCB.

One of the largest number of electronic waste is printed circuit boards (PCB). PCB recycling is carried out using the pyrolysis method with the aim of decomposing organic material that can be used as a carbon-based reducing agent. This research aims to determine the ability of two types of PCBs and coal also their optimal concentrations as agents for reducing nickel ore in Indonesia. This research uses PCB powder, PCB charcoal, coal (comparator) as a reducing agent with variations in the concentration of 5, 10, and 15 wt.%. The carbothermic process is carried out in a nitrogen atmosphere up to a temperature of 1100 ° C with a heating rate of 10 ° C / minute. The characterization of carbothermic products was carried out using TG-DSC, XRD, and SEM-EDS. Based on the test results, compounds that are generally present in each sample with a PCB reducing agent include magnetite, wustite, fayalite, trevorite, ferro nickel, and nickel oxide. In addition, found the presence of copper and tin elements in carbothermic products with a PCB powder reductor. The presence of copper in carbothermic products is caused by the carrying of copper from the PCB due to the suboptimal separation process. The presence of copper in carbothermic products can also be called impurity. To reduce impurities in the carbothermic product, a charcoal PCB reductor is used which shows more optimal copper separation results. In addition, the addition of a 5 wt.% PCB char reducing agent indicates optimal results because of its tendency to make the reduction process more perfect than PCB powder.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>