Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37087 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Isna Aulia Fajarini
"Obesitas pada diabetisi penderita DM Tipe 2 berdampak pada peningkatan risiko terjadinya komplikasi berupa nefropati diabetis dan penyakit kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan obesitas pada diabetisi dewasa. Desain penelitian yang digunakan adalah cross-sectional dengan melibatkan 133 responden yang merupakan perserta PROLANIS. Pengukuran asupan dilakukan menggunakan food recall 1x24 jam, kebiasaan makan menggunakan FFQ, dan aktivitas fisik menggunakan GPAQ.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 63,9 diabetisi mengalami obesitas IMT ge;25 kg/m2. Obesitas pada diabetisi berhubungan signifikan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan terkait gizi, dan lama menderita DM tipe 2. Edukasi kepada diabetisi tekait diet bagi penderita DM tipe 2 penting untuk mengurangi obesitas pada diabetisi.

Obesity among adult with type 2 diabetes heightens the risk of other comorbid diseases such as diabetic nephropathy and cardiovascular disease. The aim of this study was to determine factors associated with obesity among adult with type 2 diabetes. This study used cross sectional design and data were collected from 133 member of PROLANIS. Food intake was assessed with 1x24 H food recall, food habit with FFQ, and physical activity with GPAQ.
The result showed 63,9 of adult with type 2 diabetes were obese BMI ge 25 kg m2. Obesity is significantly associated with level of education, nutrition knowledge, and duration of diabetes. Health education about diet for diabetic patient is important to decrease obesity among adult with type 2 diabetes.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S69033
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Destri Andari
"First-degree relatives (FDR) adalah generasi pertama (anak) dari orangtua yang memiliki riwayat diabetes melitus tipe 2. Kejadian DM tipe 2 pada FDR secara genetik berisiko 2 kali lipat dibandingkan Non FDR. Penyakit ini didasari adanya inflamasi derajat rendah kronik berhubungan dengan menurunnya aktivitas anti-inflamasi. Diperlukan upaya pencegahan diantaranya dengan memberikan probiotik yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan anti-inflamasinya. Bakteri Lactococcus lactis ssp lactis YPD 01 adalah bakteri yang dominan ditemukan pada makanan dadih yang berasal dari Sumatera Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 terhadap perkembangan monosit menjadi sel dendritik dengan mengkaji peran CD11C,CD80 dan CD40 pada kultur darah PBMC subjek FDR dan NFDR DMT2. CD40 dan CD80 berperan dalam penanda perubahan karakter sel-sel dendritik sebagai sel penyaji antigen dan penting dalam mengaktivasi sel T helper.  Sebanyak 22 sampel darah masing-masing subjek FDR dan NFDR DMT2 dikultur dengan menambahkan Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 pada hari ke-0 dan diinkubasi selama 3 hari, 6 hari dan 9 hari. Pada kondisi awal H-0 tanpa stimulasi diketahui bahwa pada subjek FDR DMT2 didapatkan ekspresi CD40 tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan dengan ekspresi CD80 pada sel dendritik. Pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 dapat menyebabkan perkembangan  ekspresi CD40 pada subjek FDR DMT2 menurun dibanding tanpa pemberian Lactococcus lactis ssp lactis YPD01.

First-degree relatives (FDR) are the first generation (children) of parents who have a history of type 2 diabetes mellitus. Occurrence of type 2 DM in FDR genetically at risk 2 times compared to Non FDR. This disease is based on chronic low-grade inflammation associated with decreased anti-inflammatory activity. Prevention efforts are needed, including by giving probiotics which are expected to increase their anti-inflammatory abilities.bacteria Lactococcus lactis ssp lactis is the dominant bacteria found in dadih food originating from West Sumatra. This study aims to analyze the effect of administration of Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 on the development of monocytes into dendritic cells by examining the role of CD11C, CD80 and CD40 in PBMC subjects FDR and NFDR DMT2. CD40 and CD80 play a role in markers of changes in the character of dendritic cells as antigen-presenting cells and are important in activating T helper.  A total of 22 blood samples from each of the FDR and NFDR groups DMT2 was cultured by adding Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 on day 0 and incubated for 3 days, 6 days and 9 days. In the H-0 initial condition without stimulation it was known that in FDR DMT2 subjects the expression of CD40 was three times higher than the expression of CD80 in dendritic cells. Giving Lactococcus lactis ssp lactis YPD01 can cause the development of CD40 expression in FDR DMT2 subjects to decrease compared to without administration of actococcus lactis ssp lactis YPD01."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indana Ayu Soraya
"Sejumlah penelitian telah mengaitkan penurunan fungsi kognitif dengan kepatuhan minum obat. Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan salah satu faktor resiko dari penurunan fungsi kognitif yang jarang disadari pasien. Oleh karena itu, penulis mencoba menilai pengaruh penurunan fungsi kognitif terhadap kepatuhan minum obat pada pasien DMT2. Penelitian ini menggunakan desain potong lintang yang dilakukan di Puskesmas Pasar Minggu Jakarta. Fungsi kognitif dinilai dengan kuesioner Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia (MoCA-Ina) yang telah divalidasi. Penilaian kepatuhan dilakukan menggunakan kuesioner Adherence to Refills and Medications Scale (ARMS) versi bahasa Indonesia yang tervalidasi dan Pharmacy refill adherence yaitu dengan menghitung Proportion of Days Covered (PDC). Pasien dikatakan patuh jika skor ARMS <12 dan hasil perhitungan PDC ≥80%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penurunan fungsi kognitif berhubungan dengan kepatuhan minum obat yang buruk (p=0,005). Berdasarkan analisis multivariat, pasien dengan fungsi kognitif menurun 3,7 kali menyebabkan ketidakpatuhan minum obat dibanding pasien dengan fungsi kognitif normal setelah dikontrol variabel usia, tingkat pendidikan, kadar HbA1c, dan komorbid dislipidemia.

Several studies have linked cognitive decline with lack of adherence to medication. Type 2 Diabetes mellitus (T2DM) is one of the risk factors for cognitive decline that patients are rarely aware of. Therefore, the aim of this study is to assess the effect of decreased cognitive function on medication adherence in T2DM patients. The study uses a cross-sectional design and was conducted at the Pasar Minggu Primary Health Center, Jakarta, Indonesia. Cognitive function was assessed using a validated Indonesian version of the Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) questionnaire. Adherence assessment was made using a validated Indonesian version of the Adherence to Refills and Medications Scale (ARMS) questionnaire and the proportion of days covered (PDC). A patient was considered to be adhere if the ARMS score was <12 and the PDC calculation result was ≥80%. The results of this study showed that cognitive decline was associated with poor medication adherence (p=0.005). Based on multivariate analysis, patients with cognitive decline had 3.7 times greater nonadherence to medication than patients with normal cognitive function after controlling for variables of age, education level, HbA1c levels, and comorbid dyslipidemia."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rahmat Masdin
"Prevalensi penderitas diabetes melitus (DM) di Indonesia mengalami peningkatan terutama di Jakarta mencapai 3,4% di tahun 2018, dan menjadi provinsi dengan prevalensi DM tertinggi di Indonesia. Salah satu penyebabnya adalah pasien tidak rutin meminum obat. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kepatuhan pengobatan diperlukan program intervensi oleh farmasis yaitu melalui program Phardiacare berupa konseling, buklet, logbook self-monitoring dan SMS reminder. Tujuan penelitian ini adalah menilai pemberian konseling dan buklet dari program Phardiacare terhadap kepatuhan pengobatan dan luaran klinis pasien DM tipe 2. Penelitian ini merupakan quasi eksperimental selama periode Agustus hingga Desember 2019 yang melibatkan 65 pasien DM tipe 2 di puskesmas Jakarta Timur yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Pasien dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok intervensi (KI, n=33) yang menerima konseling dan buklet, dan kelompok kontrol (KK, n=32) yang menerima buklet saja. Pada awal dan akhir penelitian pasien menerima kuesioner sosiodemografi dan MAQ serta dilakukan pengukuran luaran klinis. Hasil penelitian menunjukkan KI dan KK memiliki karakteristik yang tidak berbeda signifikan kecuali pada lama penggunaan obat dan konsumsi makanan berisiko DM (p<0,05). Konseling pada program Phardiacare mempengaruhi kepatuhan pengobatan dimana HbA1c pada KI mengalami penurunan hingga kadar terkontrol (p<0,05) dibandingkan KK yang tidak mengalami perubahan. Kepatuhan berdasarkan skor MAQ menunjukkan peningkatan kepatuhan (p<0,05) setelah intervensi. Konseling dari program Phardiacare memberikan pengaruh 7,5 kali lebih besar dalam menurunkan HbA1c (p=0,008). Terhadap luaran klinis sekunder, konseling memperbaiki gula darah puasa, kolesterol total dan LDL (p<0,05). Dengan demikian, konseling pada program Phardiacare dapat mempengaruhi kepatuhan pengobatan dan menurunkan kadar HbA1c pada pasien DM tipe 2.

According to the results of the 2018 Basic Health Research (Riskesdas), 50.4% of diabetes mellitus (DM) patients do not regularly take medication. This can worsen the patient’s condition, so interventions related to DM treatment by pharmacists are needed through counseling and booklets which are expected to increase medication adherence and improve clinical outcomes of the patient. The study was conducted in August-December 2019 involving 65 patients who met the inclusion and exclusion criteria. Patients were divided into 2 groups, namely the Pulogadung Health Center as the intervention group (KI, n=33) which received counseling and booklets, and the Duren Sawit Health Center as the control group (KK, n=32) which received only booklets. The results showed that counseling affected medication adherence with a significant decrease in HbA1c levels (p<0.05) to controlled levels in KI compared to KK. The MAQ score showed an increase in adherence with significant outcomes after counseling. Counseling has a 7.5 times greater effect in reducing HbA1c with a significant value (p=0.008). In addition, counseling gave significant results (p<0.05) in the improvement of fasting blood glucose, total cholesterol, and low-density lipoprotein cholesterol. Thus, counseling can improve medication adherence and reduce HbA1c levels in type 2 diabetes mellitus patients."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas ndonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Hasyim Wibisono
"Praktik residensi keperawatan medikal bedah merupakan salah satu bentuk pendidikan keperawatan berkelanjutan yang ditempuh setelah tercapainya gelar magister keperawatan. Tujuannya adalah mencetak ners spesialis keperawatan medikal bedah yang mampu berperan sebagai clinical leader bagi tim pelayanan keperawatan, dengan fokus pada pasien dewasa yang mengalami gangguan pememenuhan kebutuhan dasar manusia akibat gangguan struktur dan fungsi pada sistem organ tubuh, berikut dengan respon pasien yang ditimbulkan. Praktik klinik dilaksanakan di setting gawat darurat, perawatan intensif, rawat inap, dan rawat jalan di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta, dan RSUP Fatmawati Jakarta. Dengan fokus pada pasien dengan gangguan sistem endokrin, asuhan keperawatan diberikan dengan menggunakan pendekatan teori model adaptasi Roy pada pasien dengan masalah utama pada gangguan kelenjar tiroid dan pankreas. Contoh kasus yang telah dikelola antara lain pasien dengan komplikasi akut dan kronis dari diabetes, stroma tiroid, keganasan tiroid, serta gangguan multi sistem yang melibatkan diabetes. Asuhan keperawatan berbasis bukti diterapkan berupa latihan kaki Buerger Allen Exercise bagi pasien dengan PAD untuk meningkatkan perfusi kaki. Inovasi pelayanan keperawatan dilakukan dengan fokus pada pencegahan hipoglikemia berat pada pasien diabetes di rawat inap melalui bundle intervensi Hy-NEWSS.

 

Kata kunci: Perawat spesialis, asuhan keperawatan, teori model adaptasi, Buerger Allen Exercise, pencegahan hipoglikemia


The medical surgical nursing residency program is a continuous nursing education process following the master of nursing degree completion. The graduates are medical surgical nurse specialist, who will take role as clinical nursing leaders in providing care for adult patients with compromised human basic need fulfillment due to structural and functional dysfunctions of body systems along with the responses. The clinical education was conducted in RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta and RSUP Fatmawati Jakarta covering emergency unit, intensive care unit, inpatient, and outpatient care unit.  Using the Roy Adaptation Model as the framework, patient care was aimed to patients with pancreas and thyroid problems. The examples of the cases were, but not limited to, acute and chronic complications of diabetes, thyroid stroma and malignancy, and multisystem cases related to diabetes. The Buerger Allen Exercises was implemented as evidence based nursing, and the nursing innovation project was aimed towards severe hypoglycemia prevention for patients with diabetes in inpatient setting through the Hy-NEWSS intervention bundle.

 

 

Keywords: Nurse specialist, nursing care, adaptation model, Buerger Allen Exercise, hypoglycemia prevention

"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2020
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Atie Umnia Najikh
"Prevalensi Diabetes melitus meningkat pesat dalam tiga dekade terakhir, kelompok dewasa menjadi agregat dengan kasus diabetes cukup tinggi dan berdampak pada penurunan produktifitas. Tujuan penulisan adalah mengetahui hasil penerapan intervensi OPAD “Optimal Pantau dan Atasi Diabetes” pada kelompok dewasa dengan diabetes di Keluarahan Jatijajar. Intervensi dilakukan dengan pendekatan asuhan keperawatan dengan jumlah peserta sebanyak 89 orang. Hasil intervensi menunjukkan peingkatan pada pengetahuan (20.7%; p=0.000), sikap (43.86%; p=0.000), keterampilan (25.4%; p=0.000), pengobatan (15.3%; p=0.000), diet (25.3%; p=0.000), aktifitas fisik (35%; p=0.000) , pemeriksaan rutin (26.5%; p=0.000) dan dukungan sosial (16.4%; p=0.000). Terdapat penurunan tingkat stres (20.95%; p=0.000) dan kadar gula darah (94; p=0.000) . Inovasi OPAD dapat memberikan perubahan kadar gula darah, pengetahuan, sikap, keterampilan, pengobatan, diet, aktifitas fisik, pemeriksaan kesehatan, tingkat stres dan dukungan keluarga pada dewasa dengan diabetes melitus. Integrasi pelaksaan OPAD dengan program PTM, Prolanis dan Perkesmas di Puskesmas.

The prevalence of Diabetes Mellitus (DM) has risen sharply in the last three decades, disproportionately affecting adults and leading to decreased productivity. This study aimed to evaluate the effectiveness of the "Optimal Monitoring and Diabetes Management" (OPAD) intervention on knowledge, attitudes, skills, and DM management among 89 adults with DM in Jatijajar Village. The nursing care-based intervention significantly improved knowledge (20.7%; p=0.000), attitudes (43.86%; p=0.000), skills (25.4%; p=0.000), medication adherence (15.3%; p=0.000), dietary adherence (25.3%; p=0.000), physical activity (35%; p=0.000), regular check-ups (26.5%; p=0.000), and social support (16.4%; p=0.000). Additionally, there was a decrease in stress levels (20.95%; p=0.000) and blood glucose levels (94; p=0.000). The OPAD innovation proved effective in improving various aspects of DM management in adults. Integration of OPAD with Non-Communicable Disease (NCD) programs, Prolanis, and Perkesmas at Community Health Centers is recommended."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiskus Samuel Renaldi
"Ketidakpatuhan berobat dalam penyakit diabetes melitus tipe 2 menjadi masalah yang belum dapat dituntaskan sehingga dapat berkontribusi dalam penurunan kualitas hidup seorang pasien. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan suatu rancangan model sebagai solusi terhadap masalah ketidakpatuhan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini menggunakan desain studi kualitatif dengan metode fenomenologi. Penelitian dilakukan di Kecamatan Bogor Tengah selama bulan Maret-September 2020 dengan megikutsertakan tiga wilayah Puskesmas, yaitu Puskesmas Merdeka, Belong, dan Sempur. Penelitian ini melibatkan 46 pasien diabetes melitus tipe 2 sebagai informan yang tergabung dalam studi Kohort PTM Balitbangkes RI, 17 tenaga kesehatan, dan 30 kader kesehatan sebagai informan kunci dari Puskesmas setempat. Pengambilan data dilakukan dengan cara melakukan wawancara mendalam dan observasi dengan informan dan diskusi kelompok terarah dengan informan kunci. Hasil penelitian diinterpretasikan dalam bentuk pernyataan masalah teknis yang dianalisis dengan metode tematik dan jaringan sosial. Mayoritas informan yang terlibat dalam penelitian ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan rata-rata telah menderita diabetes selama 1-5 tahun. Sementara itu untuk informan kunci telah bekerja rata-rata selama 10 tahun. Dari hasi wawancara didapatkan hasil bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien yaitu intrapersonal, interpersonal, obat, dan lingkungan. Motivasi menjadi masalah utama pada faktor intrapersonal, dan memiliki korelasi dengan faktor-faktor lainnya. Dari sisi interpersonal, kualitas pelayanan kesehatan memberikan pengaruh pada kepatuhan. Efek samping dan penggunaan obat herbal di dalam faktor obat juga diketahui memiliki kontribusi untuk menentukan sikap kepatuhan pada pasien. Dari segi faktor lingkungan, sistem kesehatan akan memberikan pengaruh kepada kepatuhan pasien, terutama dalam penerapan sistem jaminan kesehatan nasional, sistem ekonomi, dan kebijakan kesehatan. Dari beragam hasil yang telah didapatkan, diperoleh suatu model penatalaksanaan ketidakpatuhan pengobatan pada pasien diabetes melitus tipe-2 yang dapat menggali secara personal berbagai permasalahan pada pasien.

Patient’s poor adherence to treatment in type 2 diabetes mellitus is a problem that has yet to be resolved. This phenomenon will contribute to a decrease in the quality of life of a patient. This study aims to obtain a model design to solve non-adherence in type 2 diabetes mellitus patients by using a qualitative study design with phenomenological methods. The research was conducted in Central Bogor District during March-September 2020 in three Puskesmas areas: Merdeka, Belong, and Sempur. This study involved 46 type 2 diabetes mellitus patients as informants who were members of the non-communicable disease cohort study, 17 health workers, and 30 health cadres as key informants from the local Puskesmas. Data were collected from in-depth interviews and observations with informants and focus group discussions with key informants. The study results were interpreted as a technical problem statement that was analyzed using thematic methods and social networks. The majority of informants involved in this study work as housewives and, on average, have had diabetes for 1-5 years. Meanwhile, key informants have worked for an average of 10 years. The interview results found four factors that influence patient compliance: intrapersonal, interpersonal, drug, and environment. Motivation is a significant problem in intrapersonal factors and correlates with other factors. From an interpersonal perspective, the quality of health services influences compliance. Side effects and the use of herbal medicines in the drug factors are also known to determine the patient's adherence attitude. In terms of environmental factors, the health system will influence patient compliance, especially in applying the national health insurance system, the economic system, and health policies. From the various results obtained, a management model of non-adherence treatment in type 2 diabetes mellitus patients can personally explore various problems in a personal manner.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Irawati
"Diabetes melitus banyak dikaitkan dengan risiko tinggi aterosklerosis dan komplikasinya. Makrofag merupakan kunci dalam semua tahap aterosklerosis dan sudah diketahui berperan penting dalam patomekanisme penyakit metabolik dan kardiovaskuler. Makrofag menginternalisasi LDL teroksidasi melalui scavenger receptor seperti CD36. Makrofag juga mempunyai sistem transpor aktif seperti ABCA1 untuk eliminasi kolesterol dari makrofag ke akseptor ekstraseluler. Keterlibatan protein CD36 dan ABCA1 dalam mekanisme masuk dan keluarnya kolesterol pada makrofag diduga berhubungan dengan risiko pembentukan sel busa  sehingga diperlukan penelitian pola ekspresi CD36 dan ABCA1 serta ekspresi sitokin pro-inflamasi  IL-1b dan anti inflamasi IL-10 makrofag pada subyek non T2DM dan T2DM. Pengamatan dilakukan pada 11 subyek non T2DM dan 13 subyek T2DM. Disain penelitian menggunakan studi obervasional dan intervensi invitro. Monosit distimulasi menjadi makrofag menggunakan M-CSF. Tahap selanjutnya, makrofag dibagi dalam tiga perlakuan yaitu tanpa stimulasi, stimulasi LPS dan stimulasi ox-LDL. Ekspresi makrofag CD36 dan ABCA1 diukur  secara flowcytometri menggunakan alat BD FACSCanto II Flow Cytometer sedangkan ekspresi IL-1b dan IL-10 makrofag diukur  dengan multiplex immunoassay pada alat LuminexTM 200. Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan negatif rasio Trigliserida/HDL dengan ekspresi makrofag CD36-ABCA1+. Makrofag yang distimulasi ox-LDL menunjukkan perbedaan ekspresi CD36+ABCA1- pada subyek non T2DM dan T2DM yang tidak signifikan (p=0,12) sedangkan  ekspresi CD36-ABCA1+ menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,04). Subyek non T2DM menunjukkan ekspresi CD36-ABCA1+ dominan tinggi (72.7%) sedangkan pada subyek T2DM dominan ekspresi rendah (59.2%). Makrofag yang distimulasi LPS dan ox-LDL menunjukkan perbedaan rasio IL-1b/IL-10  pada subyek non T2DM dan T2DM (p=0.05; p=0.02). Subyek T2DM menunjukkan rasio IL-1b/IL-10 lebih tinggi dibandingkan non T2DM. Analisa hubungan rasio IL-1b/IL-10 dengan ekspresi makrofag CD36-ABCA1+ menunjukkan kecenderungan subyek dengan rasio IL-1b/IL-10 tinggi mempunyai ekspresi makrofag CD36-ABCA1+ rendah. Analisis juga menunjukkan 62% subyek T2DM menunjukkan eskpresi makrofag CD36- & ABCA1+ rendah disertai rasio IL-1b/IL-10 tinggi  dan hsCRP diatas nilai median sedangkan subyek non T2DM 91% menunjukkan ekspresi CD36-ABCA1+ tinggi dengan rasio IL-1b/IL-10 rendah dan hsCRP rendah.  Pada penelitian ini ditemukan adanya hubungan ekspresi makrofag CD36-ABCA1+ dan  rasio IL-1b/IL-10 terhadap hs-CRP yang merupakan penanda risiko penyakit kardiovaskuler.

Diabetes mellitus is associated with a high risk of atherosclerosis and its complications. Macrophages are key in all stages of atherosclerosis and are known to play an important role in the pathomechanism of metabolic and cardiovascular disease. Macrophages internalize oxidized LDL via scavenger receptors such as CD36. Macrophages also have active transport systems such as ABCA1 for elimination of cholesterol from macrophages to extracellular acceptors. The involvement of CD36 and ABCA1 proteins in the mechanism of entry and exit of cholesterol in macrophages is thought to be associated with the risk of foam cell formation, so it is necessary to study the expression patterns of CD36 and ABCA1 as well as the expression of the pro-inflammatory cytokine IL-1b and anti-inflammatory IL-10 in macrophages in non-T2DM subjects and T2DM. Observations were made on 11 non-T2DM subjects and 13 T2DM subjects. The research design used observational studies and in vitro interventions. Monocytes were stimulated to become macrophages using M-CSF. In the next stage, macrophages were divided into three treatments: no stimulation, LPS stimulation and ox-LDL stimulation. The expression of CD36 and ABCA1 macrophages was measured by flowcytometry using the BD FACSCanto II Flow Cytometer while the expression of IL-1b and IL-10 macrophages was measured by multiplex immunoassay on the LuminexTM 200. This study found a negative relationship between triglyceride/HDL ratio and expression of CD36-ABCA1+ macrophages. Ox-LDL stimulated macrophages showed insignificant differences in CD36+ABCA1- expression in non-T2DM and T2DM subjects (p=0.12) while CD36-ABCA1+ expression showed significant differences (p=0.04). Non-T2DM subjects showed high dominant CD36-ABCA1+ expression (72.7%) while T2DM subjects had low dominant expression (59.2%). The LPS and ox-LDL-stimulated macrophages showed different ratios of IL-1b/IL-10 in non-T2DM and T2DM subjects (p=0.05; p=0.02). T2DM subjects showed a higher IL-1b/IL-10 ratio than non-T2DM subjects. Analysis of the relationship between the IL-1b/IL-10 ratio and CD36-ABCA1+ macrophage expression showed a tendency for subjects with a high IL-1b/IL-10 ratio to have low CD36-ABCA1+ macrophage expression. The analysis also showed that 62% of T2DM subjects showed low expression of CD36- ABCA1+ macrophages with high IL-1b/IL-10 ratio and hsCRP above the median value, while 91% of non-T2DM subjects showed high CD36-ABCA1+ expression with IL-1b/IL-10  low and low hsCRP. In this study, it was found that there was a relationship between the expression of CD36-ABCA1+ macrophages and the ratio of IL-1b/IL-10 to hs-CRP which is a marker of cardiovascular disease risk."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arinda Roosma
"Diabetes adalah penyakit kronis yang disebabkan karena kekurangan insulin akibat dari gangguan sekresi insulin. Diabetes banyak dialami oleh masyarakat khususnya pada masyarakat dengan pola hidup yang sudah berubah yaitu diabetes tipe 2. Sehingga kerasionalan resep untuk obat diabetes menjadi penting,. Metformin merupakan first line terapi untuk DM tipe 2, baik metformin generik maupun merek dagang. Analisa resep dilakukan dengan mengambil sampel resep yang mengandung metformin (baik generik dan merek yaitu glucophage XR). Lalu resep generik dan merek dibandingkan jumlah pengeluarannya dalam 1 bulan, setelah itu dilakukan analisis mengenai aspek administratif, aspek farmasetik dan aspek klinis serta dibandingkan dengan guideline terapi yang sudah ada. Hasilnya perbandingan pengeluaran metformin generik dan bermerek yaitu 27 : 1, dan dari resep yang dianalisis sudah sesuai dengan guideline terapi dan rasional.

Diabetes is a chronic disease caused by a lack of insulin as a result of impaired insulin secretion. Diabetes is experienced by many people, especially in people with a lifestyle that has changed, is called type 2 of diabetes. So that the rationality of prescribing diabetes drugs is important. Metformin is the first line therapy for DM type 2, both in generic or trademark metformin. Prescription analysis was carried out by taking prescription samples containing metformin (both generic and brand, that is glucophage XR). Then the generic and brand prescriptions were compared with the amount spent in 1 month, after that an analysis was carried out regarding administrative, pharmaceutical and clinical aspects and compared with the existing therapeutic guidelines. The result was a comparison of generic and branded metformin is 27:1, and the analyzed prescriptions is rational and already appropiate with guidelines therapeutic."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>