Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12929 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mpu Monaguna
Jakarta: Ecole Francaise d'Extreme-Orient, 2014
899.222 MPU k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mpu Monaguna
""Mpu Monaguṇa's early thirteenth century epic poem Sumanasāntaka is a vernacular rendering of Kālidāsa's story of Prince Aja and Princess Indumatī told in the Raghuvaṃśa. In it the poet exploits his source narrative to describe and comment on the Javanese world of his times. In Mpu Monaguṇa's Sumanasāntaka the authors offer an edited text and translation of Mpu Monaguṇa's epic kakawin and extensive commentary on the editing of the manuscripts and history of the poem and its story, the relationship between the Old Javanese poem and Kālidāsa's Raghuvaṃśa, the way in which the poem imagines the lived environment of ancient Java in the early thirteenth century and Balinese painted representations of the story of Prince Aja and Princess Indumatī"-- Publisher's Web site."
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2014
899.222 MPU k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Leiden: Hague, 1977
899.222 ARJ
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Tokyo: Tokyo University of Foreign Studies, 2016
929.43 KAK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mpu Sedah
"Lontar asal Lombok ini berisi teks Kakawin Bhadratayuddha, karangan Mpu Sedah dan Mpu Panuluh semasa Prabu Jayabaya di Kediri, bertarikh 1157. Teks lengkap, genap 52 pupuh. Untuk daftar pupuhnya lihat Brandes I: 165-167; lihat juga edisi Gunning (1903), terjemahan Hooykaas dan Poerbatjaraka (1934), dan uraian dalam Zoetmulder 1983: 323-332. Naskah disalin pada tahun 1909, oleh Wiprawuruju Waksa, di pura I Gusti Putu Griya, Cakranagara, Lombok. Naskah ini diperoleh I Gusti Jlantik pada tahun 1910 di Singaraja, Bali. Untuk keterangan tentang naskah-naskah yang berisi teks Bhadratayuddha, lihat LOr 1880, 9479. 3627 (2), 3881 (13), 3919 (2,4), 4118; Kirtya 826 di Singaraja; KBG 110, 123, 124, 149, 167, 233-235, 244, 272, 290, 292, 533, 601; Juynboll 11:6, 501; MSB/L.65-66, 68-71, 74-77, 167, Pr.52, T.3, W.9, 49, 58; SMP/ KS.430, MN.470-473, Rp.97."
[Place of publication not identified]: [publisher not identified], [date of publication not identified]
CP.8-LT 232
Naskah  Universitas Indonesia Library
cover
Mpu Sedah
Djakarta: Sari Pers, 1953
899.222 SED b (2)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Mahendra Putra
"Kakawin, sebagai karya penyair (pengarang), dalam penyusunannya memiliki konvensi yang sangat ketat. Konvensi dalam kakawin disebut dengan istilah prosodi metrum (tembang). Bahasa yang digunakan dalam kakawin ialah bahasa Jawa Kuna. Kakawin Bali Sabha Langö merupakan dua karya dengan judul yang sama, tetapi dihasilkan oleh dua orang pengarang dengan latar belakang yang berbeda. Kakawin Bali Sabha Langö karya I Nyoman Adiputra (Bangli); dan Kakawin Bali Sabha Langö karya Ida Bagus Ketut Rai (Karangasem). Kakawin Bali Sabha Langö tergolong ke dalam periode pembaharuan yang memposisikan diri sebagai karya yang berada antara ketegangan konvensi dan inovasi (kreasi). Kakawin Bali Sabha Langö tetap mempertahankan konvensi kakawin berupa pola metrum sebagai ciri khas suatu karya dapat digolongkan ke dalam genre kakawin, namun dari segi isi terlihat pengarang melakukan inovasi yakni dengan cara menguraikan peristiwa Pesta Kesenian Bali mencakup 5 (lima) kegiatan penting, antara lain: pawai, pameran, pagelaran, perlombaan, dan sarasehan."
Jakarta: Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, 2018
090 JMN 9:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tantri Yuliandini
"Dalam agama Hindu dewa-dewa seringkali divisualisasikan dalam bentuk arca, demikian pula yang terjadi di Jawa. Penggambaran dewa-dewa tersebut ada yang dalam bentuk tenang atau saumya dan ada juga yang dalam bentuk bengis atau ugra. Penggambaran dewa yang berbeda-beda ini bertujuan untuk memperoleh hasil yang berbeda-beda pula, saumya untuk tujuan-tujuan yang bersifat damai seperti banyak anak, banyak rejeki, sedangkan bentuk ugra untuk hal-hal yang berhubungan dengan peperangan atau balas dendam. Selain dalam bentuk arca, dewa-dewa juga digambarkan dalam kakawin sebagai bagian dari alur cerita. Di sini pun dewa digambarkan dalam dua bentuk, saumya dan ugra. Dewa-dewa yang berbentuk ugra dalam kakawin sering diindikasikan dengan kata-kata krura, krodha, rodra, dan triwikrama. Berbeda dengan arca yang dengan sendirinya merupakan pemyataan ikonografis secara lengkap, penggambaran dewa dalam kakawin tampil sepotong-_sepotong, seringkali ciri-ciri dewa yang dianggap umum tidak lagi disebutkan. Adanya perbedaan penggambaran pada arca dan kakawin ini menjadi titik tolak penelitian yang bertujuan untuk (1) mengenali keberadaan arca-arca dewa Hindu yang berbentuk ugra yang berasal dan Jawa Timur abad 11-15 Masehi, (2) melihat bagaimana dewa- lewa ugra ditampilkan dalam bentuk arca dan dalam kakawin, dan (3) melihat persamaan dan perbedaan antara penggambaran dewa-dewi berbentuk ugra pada arca dan dalam kakawin. Data penelitian terdiri atas dua yaitu data arca dan kakawin. Data arca berupa arca dewa-dewa utama agama Hindu yang berasal dari abad 11-15 Masehi. Dewa-dewa utama yang dimaksudkan adalah dewa-dewa yang termasuk dalam keluarga Siwa, yaitu Siwa -dan manifestasinya, Parwati dan manifestasinya serta Ganesa. Dipilihnya dewa-dewa dari keluarga Siwa adalah karena pada masa Jawa Kuno agama Hindu yang dianut cenderung pada aliran Saiwa. Batasan abad 11-15M di Jawa Timur adalah atas dasar pertimbangan bahwa banyak diperoleh arca-arca berbentuk ugra pada pasa tersebut di Jawa Timur dan banyaknya karya-karya sastra terutama kakawin yang digubah pada masa ini. Data penelitian kedua berbentuk data kakawin. Kakawin-kakawin yang digunakan adalah yang memuat deskripsi mengenai dewa-dewa dalam bentuknya yang ugra, yaitu: Kakawin Arjunawiwaha, Bharatayuddha, Ghatotkacatraya, Krsnayana, Smaradahana, Munawijaya, Sutasoma, Parthayajna, dan Kunjarakarna. Penelitian dilakukan melalui tiga tahap penelitian. Tahap pertama dilakukan pendeskripsian terhadap data berupa arca-berdasarkan _Model Deskripsi Arca Tipe Tokoh' Edi Sedyawati, dengan tujuan untuk memperoleh data ikonografis secara utuh. Kemudian dilakukan pemerian terhadap data kakawin dengan jalan mengumpulkan pupuh-pupuh yang memuat deskripsi dewa yang berbentuk ultra. Tahap kedua data arca dan kakawin dikelompokkan berdasarkan jenis dewa dan diamati ciri-ciri umumnya, terutama pada komponen ciri-ciri fisik, hiasan dan laksana. Tahap ketiga dilakukan perbandingan antara data arca dan kakawin sehingga diperoleh perrsamaan dan perbedaan penggambaran dewa-dewa ugra pada arca dan kakawin. Setelah dilakukan penelitian dapatlah ditarik beberapa kesimpulan, yaitu (1) penggambaran dewa-dewa dalam bentuk ugra tampaknya tidak lepas dari ketentuan_ketentuan baku yang menjadi panutan bagi pembuatan arca-arca dewa saumya, (2) terdapat tingkat keleluasaan yang berbeda dalam penggambaran dewa melalui arca dan kakawin. Pada arca dewa secara detail dapat digambarkan termasuk juga komponen-komponen hiasannya sedangkan kedinamisan dewa tidak dapat divisualisasikan dengan bebas karena hanya dapat digambarkan dalam satu pose saja. Penggambaran dewa dalam kakawin gerak-_gerik dewa, tingkah laku, variasi senjatanya dapat dieksploitasi secara maksimum oleh Sang Kawi namun unsur-unsur hiasan yang mendetail cenderung diabaikan karena mungkin akan mengganggu jalan cerita, (3) Keberadaan arcs-arca dewa dalam bentuknya yang ugra pada abad 11-15 Masehi kemungkinan besar berkaitan dengan berkembangnya aliran Tantra pada masa itu, namun hal ini perlu penelitian yang lebih mendalam lagi.dilakukan pemerian terhadap data kakawin dengan jalan mengumpulkan pupuh-pupuh yang memuat deskripsi dewa yang berbentuk ultra. Tahap kedua data arca dan kakawin dikelompokkan berdasarkan jenis dewa dan diamati ciri-ciri umumnya, terutama pada komponen ciri-ciri fisik, hiasan dan laksana. Tahap ketiga dilakukan perbandingan antara data arca dan kakawin sehingga diperoleh perrsamaan dan perbedaan penggambaran dewa-dewa ugra pada arca dan kakawin. Setelah dilakukan penelitian dapatlah ditarik beberapa kesimpulan, yaitu (1) penggambaran dewa-dewa dalam bentuk ugra tampaknya tidak lepas dari ketentuan_ketentuan baku yang menjadi panutan bagi pembuatan arca-arca dewa saumya, (2) terdapat tingkat keleluasaan yang berbeda dalam penggambaran dewa melalui arca dan kakawin. Pada arca dewa secara detail dapat digambarkan termasuk juga komponen-komponen hiasannya sedangkan kedinamisan dewa tidak dapat divisualisasikan dengan bebas karena hanya dapat digambarkan dalam satu pose saja. Penggambaran dewa dalam kakawin gerak-_gerik dewa, tingkah laku, variasi senjatanya dapat dieksploitasi secara maksimum oleh Sang Kawi namun unsur-unsur hiasan yang mendetail cenderung diabaikan karena mungkin akan mengganggu jalan cerita, (3) Keberadaan arcs-arca dewa dalam bentuknya yang ugra pada abad 11-15 Masehi kemungkinan besar berkaitan dengan berkembangnya aliran Tantra pada masa itu, namun hal ini perlu penelitian yang lebih mendalam lagi."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1999
S11076
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mpu Panuluh
Tokyo: ILCAA Tokyo University of Foreign Studies, 2016
899.222 PAN k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Partini Sardjono Pradotokusumo
"ABSTRAK
Dalam khasanah kesusaatraan Jawa (Kuna), jenis sastra kakawin adalah salah satu jenis sastra yang tertua yang berbentuk puisi. Yerhatian pada kakawin ini belum memadai jika dibandingkan dengan basil karya sas;tranya yang ditu_lis dalam bentuk ini. Yang diterbitkan secara kritis atau diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sangat sedikit dan dalam bahasa a sing (terbatas pada bahasa Belanda dan Inggris) belum banyak."
1984
D1808
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>