Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 191651 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Caroline Jessica Gedalya
"ABSTRAK
Prevalensi Karies Gigi pada anak di DKI Jakarta sebesar 81,2% merupakan penyakit gigi dan mulut nomor satu pada anak, sehingga diperlukan informasi mengenai faktor-faktor yang berkontribusi terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak . Tujuan: Mengetahui hubungan berbagai faktor- faktor terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak. Metode: Desain cross-sectional dengan pengambilan sampel secara convenience sampling. Pengambilan data diambil melalui pengisian kuesioner oleh 250 responden Ibu , dan dilakukan pemeriksaan gigi pada 250 responden anak menggunakan alat standard untuk melakukan pengukuran kepenyakitan karies gigi menggunakan indeks deft. Hubungan antara utilisasi dengan faktor-faktor usia anak, pendidikan Ibu, jarak, sosial ekonomi, pengetahuan, dan sikap dianalisis dengan uji korelasi eta. Sedangkan hubungan antara utilisasi dengan pekerjaan Ibu, jaminan pemeliharaan kesehatan, perceived need , dan normative need dianalisis dengan uji koefisien kontingensi. Hasil: Terdapat hubungan bermakna antara utilisasi dengan faktor-faktor pekerjaan ibu (p) = 0,025, faktor jarak (r) = 0,287, faktor jaminan pemeliharaan kesehatan (p) = 0,000, dan faktor sosial ekonomi (r) = 0,241. Kesimpulan: Terdapat hubungan antara faktor-faktor pekerjaan Ibu, jarak, jaminan pemeliharaan kesehatan, dan penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak. Tidak terdapat hubungan atara faktor-faktor usia anak, pendidikan Ibu, perceived need, normative need, pengetahuan, dan sikap dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak.

ABSTRACT
Caries Prevalence of Children in DKI Jakarta, of 81.2%, become the number one dental and mouth disease in children, for that information about factors that contribute to dental and oral health services utilization of children is needed. Objective: Knowing the relationship between various factors to the utilization of children dental and oral health services. Methods: Cross sectional design with convenient sampling. Data retrieval by filling out questionnaires to 250 mother respondent, and performing dental examination to 250 child respondent, using standard dental appliance, to measure level of caries using deft index. Relationship between the utilization with child age, mother education level, distance, social economic, knowledge, and behavior factors are analyzed by using eta correlation test. While relationship between the utilization with maternal job, health care insurance, perceived need and normative need are analyzed with contingency coefficient test. Results: There is significant relationship between the utilization with maternal job factor (p) = 0,025, distance factor (r) = 0,287, health care insurance (p) = 0,000, and social economic factor (r) = 0,241. Conclusion: There is a relationship between maternal job, distance, health care insurance, and income level with the utilization of children dental and oral health services. There is no relationship between child age, mother education level, perceived need, normative need, knowledge, and behavior with the utilization of children dental and oral health services. "
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reni Jayantini
"Dokter gigi memiliki risiko yang cukup tinggi untuk mengalami gangguan otot dan tulang rangka dikarenakan aktivitas pekerjaan yang dilakukan sehari-hari. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor risiko yang berhubungan dengan gangguan otot dan tulang rangka akibat kerja pada dokter gigi. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari – November 2022 yang melibatkan 111 dokter gigi yang bekerja di Puskesmas Wilayah Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data antara lain form Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF), Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III) dan Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara; kebiasaan olahraga, faktor fisik pada tangan dan siku, serta tuntutan pekerjaan terhadap gejala gotrak akut dan kronis. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengendalian dan intervensi lebih lanjut untuk mengurangi risiko keluhan gangguan otot dan tulang rangka pada dokter gigi.

Dentists are at risk for musculoskeletal disorders due to daily work activities. The purpose of this study was to analyze risk factors of work-related musculoskeletal disorder in dentist. This research was conducted in January to November 2022 involved 111 dentists working at the South Jakarta primary health care. This study used a cross sectional study design. The instruments used for data collection included the Baseline Risk Identification of Ergonomic Factor (BRIEF) form, the Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ III) and the Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ). The results of this study indicated that there is a significant relationship among exercise habits, physical factors on the hands and elbows, as well as work demands on acute and chronic symptoms of musculoskeletal disorder. Therefore, it is necessary to carry out further control and intervention to reduce the risk of musculoskeletal disorders in dentist."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas ndonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Laura Gabriella
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi rawat inap cardiovascular disease di FKRTL oleh Peserta JKN di Wilayah Provinsi Sumatera Utara Tahun 2018-2020. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional menggunakan Data Sampel BPJS Kesehatan Tahun 2018-2020. Uji hubungan dianalisis dengan menggunakan Chi-square. Hasil penelitian didapatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan rawat inap di Sumatera Utara pada tahun 2018-2020 yaitu sebesar 876.636 kunjungan yang meningkat pada tahun 2019 dan mengalami penurunan kunjungan pada tahun 2020 dengan otal kunjungan rawat inap cardiovascular disease sebanyak 96.366 kunjungan. Utilisasi rawat inap cardiovascular disease banyak diakses oleh usia lansia (22,4%), jenis kelamin perempuan (11,1%), status kepemilikan FKRTL milik pemerintah (10,1%), segmen Bukan Pekerja (23,6%), hak kelas rawat I (16,3%), lama hari rawat 4 hari, lokasi FKRTL di Kabupaten (10,1%), lokasi tempat tinggal peserta di kabupaten (10%), tempat tinggal peserta berada di wilayah II (10.9%), kunjungan berada di wilayah dengan jumlah Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah lebih dari satu orang (9,8%), serta berada di wilayah dengan jumlah rumah sakit lebih dari tiga rumah sakit (9,9%). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan rawat inap cardiovascuular disease adalah umur peserta.

This study aims to determine the factors associated with cardiovascular disease inpatient utilization at FKRTL by JKN Participants in the Province of North Sumatra in 2018-2020. This research is a quantitative study with a cross-sectional design using BPJS Health Sample Data for 2018-2020. Relationship test was analyzed using Chi-square. The results showed that the utilization of inpatient health services in North Sumatra in 2018-2020 amounted to 876,636 visits, which increased in 2019 and decreased visits in 2020 with a total of 96,366 visits to inpatient cardiovascular disease. Cardiovascular disease inpatient utilization is mostly accessed by the elderly (22.4%), female (11.1%), ownership status of government-owned FKRTL (10.1%), non-employee segment (23.6%), rights class I treatment (16.3%), length of stay 4 days, location of FKRTL in the district (10.1%), location of the participant's residence in the district (10%), participant's residence in region II (10.9%), visits were in areas with more than one Cardiovascular Specialist (9.8%), and in areas with more than three hospitals (9.9%). The most dominant variable related to cardiovascular disease hospitalization is the age of the participants"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ratna Laksmiastuti
"Karies gigi bersama penyakit periodontal merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling banyak dijumpai pada anak. Prevalensi karies pada anak di Indonesia tetap tinggi, meskipun banyak upaya telah dilakukan. Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial, dalam arti melibatkan banyak faktor yaitu faktor etiologi dan faktor risiko.
Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor risiko karies dari ibu dan anak sebagai alat penilaian risiko karies dan pedoman penyusunan manajemen karies gigi pada anak melalui penggunaan suatu perangkat lunak. Identifikasi 8 delapan faktor risiko karies dari ibu dan 10 faktor risiko karies dari anak ditentukan berdasarkan kajian literatur, pengalaman klinis dan keadaan masyarakat setempat.
Penelitian diagnostik dilakukan pada 248 pasangan ibu dan anak. Melalui analisis regresi logistik dihasilkan model penilaian risiko terjadinya karies pada anak dengan sensitivitas 84,06. Penentuan titik potong dilakukan untuk mengelompokkan anak dengan risiko karies rendah dan risiko karies tinggi, supaya dapat dilakukan manajemen yang tepat dan spesifik. Penilaian risiko karies selanjutnya diaplikasikan sebagai suatu animasi penilaian tingkat risiko karies dan upaya manajemennya pada program perangkat lunak komputer.

Dental caries and periodontal diseases are the most common oral diseases impacting to the children. Caries prevalence of children in Indonesia is still high, despite a lot of efforts have been taken. Dental caries is a multifactorial disease which comprise etiologic factor and risk factor.
The research aim is to analyze maternal and children caries risk factor as a prediction instrument for children rsquo s caries risk and a guidance to determine caries management for the children by a software application. The identification 8 eight maternal caries risk factor and 10 children caries risk factor are designated based on literature study, clinical experience and local people condition.
The diagnostic study was conduct on 248 pairs of mothers and children. Using logistic regression analysis it is possible to formulate assessment model of caries risk in children, with 84.06 sensitivity. Cut off point was determined to classify the children into low risk and high risk, for proper and specific management. Hence, caries risk assessment is applied as a level animation and management by a software application program.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulistyo Rini Utami
"Latar Belakang : Gangguan muskuloskeletal akibat faktor risiko ergonomi sering ditemukan pada tempat kerja. Berbagai penelitian dilakukan namun penelitian menggunakan NMQ self administered versi Indonesia belum dilakukan pada pekerja di RS. Tujuan penelitian ini mendapatkan prevalensi gangguan muskuloskeletal dan faktor-faktor yang berhubungan pada pegawai di RSUD melalui skrining menggunakan NMQ self administered versi Indonesia.
Metode : Penelitian cross sectional menggunakan Skor Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Self Administered versi Indonesia, di RSUD pada Desember 2013 dengan 360 responden.
Hasil : Prevalensi gangguan muskuloskeletal sebesar 244 responden (67,8%). Hubungan faktor individu terhadap gangguan muskuloskeletal bermakna pada usia, IMT Obese I serta tidak bermakna pada jenis kelamin,sisi tangan dominan.Hubungan faktor pekerjaan terhadap gangguan muskuloskeletal bermakna pada posisi kerja dan pekerjaan medis serta tidak bermakna pada masa kerja, lama kerja dan shift kerja.Faktor dominan gangguan muskuloskeletal adalah jenis pekerjaan (ORsuaian=3,798;95%CI=1,008-14,310),posisi kerja (ORsuaian=2,948; 95% CI=1,740-4,997) serta usia (ORsuaian=0,495; 95% CI=0,269-0,911)
Kesimpulan : Dari hasil penelitian disarankan untuk pekerja melaksanakan olah raga, mini break, peregangan ringan,berobat bila gangguan otot. Untuk manajemen RS melakukan follow up dan promosi kesehatan, pendidikan internal mengenai ergonomi, untuk pekerja dengan gangguan muskuloskeletal ditempatkan yang tidak berisiko, menyediakan alat kerja yang ergonomis dilengkapi Standar dan Instruksi Kerja. Untuk penelitian selanjutnya menggunakan metode dan alat penelitian lain.

ABSTRACT Name : Sulistyo Rini Utami Study Program : Magister Occupational Medicine Title : The prevalence of musculoskeletal disorders and related factors to the employee in Public Hospital. Skrining using Self Administered Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) Indonesian version. Background :Musculoskeletal Disorders due to ergonomics risk factor is often found in the workplace.Various studies conducted, but studies using self-administered NMQ Indonesian version has not been carried out on workers in the hospital.The purpose of this study getting the prevalence of musculoskeletal disorders and related factors to the employee at the hospital through screening using self-administered NMQ Indonesian version. Methods : a cross sectional study using Score of self Administered Nordic Musculoskeletal Quessionaire Indonesian version, a public hospital in December 2013 with 360 respondents. Results: The prevalence of musculoskeletal disorders 244 respondents (67.8%).The relationship of individual factors on musculoskeletal disorders significantly in age, BMI Obese I and not significant for gender,the dominant hand. Relationship factors work against musculoskeletal disorders significant at the working position and medical work.Not significantly on years of service, duration of employment, shift work. The dominant factor is the type of work musculoskeletal disorders (OR=3.798;95%CI=1.008-14.310),working position (OR=2.948; 95% CI=1.740-4.997), age (OR=0.495; 95% CI=0,269-0,911). Conclusion: From these results it is advisable to carry workers for sports, mini-break, stretching and treatment.For hospital management with health promotion, for hospital worker with musculoskeletal disorders were not placed at risk, provide ergonomic work tools include Standards and Work Instructions.For further research using other research methods and tools. Keywords: hospital worker;musculoskeletal disorders;NMQ "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deryana Marshadhianti
"ABSTRAK Pendahuluan: Meningkatnya jumlah pasien dewasa dengan restorasi sewarna gigi, seperti resin komposit, menyebabkan perekatan braket pada permukaan artifisial gigi menjadi suatu tantangan tersendiri karena sering terjadi kegagalan rekat. Saat ini, belum ada riset yang dilakukan untuk melihat perbedaan nilai kekuatan rekat braket (baik nilai kuat geser maupun nilai kuat tarik braket) antara pada permukaan email gigi dan resin komposit nanohibrid. Metode: 32 gigi premolar bawah dibagi menjadi 4 kelompok: kelompok A1) spesimen email gigi (uji kuat rekat geser); kelompok A2) spesimen resin komposit nanohibrid (uji kuat rekat geser); kelompok B1) spesimen email gigi (uji kuat rekat tarik); kelompok B2) spesimen resin komposit nanohibrid (uji kuat rekat tarik). Braket direkatkan pada spesimen lalu diuji dengan menggunakan Universal Testing Machine Shimazu AG-5000 dalam waktu 24 jam setelah braket direkatkan. Hasil: Rerata nilai kuat rekat geser pada kelompok A1 sebesar 10.78 ± 0.13 MPa dan pada kelompok A2 sebesar 10.63 ± 0.18 MPa. Rerata nilai kuat rekat tarik pada kelompok B1 sebesar 10.74 ± 0.15 MPa dan pada kelompok B2 sebesar 10.65 ± 0.14 MPa. Pada uji statistik tidak terdapat perbedaan bermakna secara pada nilai kuat rekat geser maupun nilai kuat rekat tarik braket metal antara pada permukaan email gigi dan resin komposit nanohibrid. Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna secara statistik pada nilai kuat rekat geser maupun nilai kuat rekat tarik braket metal antara pada permukaan email gigi dan resin komposit nanohibrid. Seluruh kelompok memiliki nilai rerata kuat rekat geser dan nilai rerata kuat rekat tarik yang memadai untuk keperluan klinis perawatan ortodontik.

ABSTRACT
Introduction: The increasing number of adult patients with tooth-colored restorations, such as composite resins, causes the attachment of brackets on artificial surfaces of teeth to be a challenge because of frequent adhesive failures. At present, no research has been carried out to see the difference in bracket adhesive strength values (both shear bond strength and tensile bond strength) between the enamel surface and nanohybrid composite resins surface. Methods: 32 lower premolar were divided into 4 groups: group A1) dental enamel specimens for shear bond strength test; group A2) nanohybrid composite resins specimens for shear bond strength test; group B1) dental enamel specimens for tensile bond strength test; group B2) nanohybrid composite resins specimens for tensile bond strength test. The bracket was bonded to the specimens and tested using Universal Testing Machine Shimazu AG-5000 within 24 hours after the bracket was bonded to the specimens. Results: The mean value of shear bond strength in group A1 was 10.78 ± 0.13 MPa and in group A2 was 10.63 ± 0.18 MPa. The mean value of tensile bond strength in group B1 was 10.74 ± 0.15 MPa and in group B2 was 10.65 ± 0.14 MPa. In the statistical test there was no significant difference in the shear bond strength value or the tensile bond strength value between the metal bracket bonded to the enamel surfaces and to the nanohybrid composite resin surfaces. Conclusion: There was no significant difference in the shear bond strength and the tensile bonding strength value of the metal bracket bonded to the enamel surface and the nanohybrid composite resin surfaces. All groups have an adequate bond strength value for the clinical needs of orthodontic treatment.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Frida Avianing Isnanda
"Latar Belakang: Self-perceived pada penyakit periodontal yang sering ditemui pada anak-anak umur 12-15 tahun masih rendah dan masih memiliki disparitas yang signifikan dengan diagnosis klinis.
Tujuan: Menganalisis self-perceived dan diagnosis klinis status gingiva pada anak usia 12-15 tahun di Jakarta.
Metode: Penelitian dengan desain cross sectional menggunakan kuesioner untuk mendapatkan informasi self-perceived dan pemeriksaan indeks plak dan gingiva dilakukan pada 494 anak di enam SMP Negeri di Jakarta.
Hasil: Persentase plak dan prevalensi gingivitis masing-masing adalah 99,6 dan 95,7 . Sensitivitas dan spesifisitas pada diagnosis klinis plak dengan cut-off point= 0,74 yang paling baik masing-masing adalah 86 yaitu kebutuhan perawatan gigi dan mulut dan 89 yaitu gusi bengkak sedangkan pada diagnosis klinis indeks gingiva dengan cut-off point= 0,51 yang paling baik masing-masing adalah 85 yaitu kebutuhan perawatan gigi dan mulut dan 88 yaitu gusi bengkak, namun, kedua variabel self-perceived tersebut tidak menunjukkan keseimbangan antara nilai spesifisitas dan sensitivitasnya.
Kesimpulan: Gingivitis masih lazim. Penggunaan kuesioner untuk menilai self-perceived terhadap status gingiva rendah.

Background: Self perceived of periodontal diseases which is commonly found among 12 15 year old children is still low and has significant disparity with clinical diagnosis.
Objective: The study aims to analyze self perceived and clinically diagnosed of gingival status among 12 15 year old children in Jakarta.
Methods: A cross sectional study using questionnaire to obtain self perceived information and clinical examination using plaque and gingival index was performed on 494 children in six junior high school in Jakarta.
Results: Plaque percentage and gingivitis prevalence respectively were 99,6 and 95,7. The highest sensitivity and specificity of clinically diagnosed plaque with 0,74 cut off points were respectively 86 for dental treatment need and 89 for swelling gums, meanwhile for gingival index with 0,51 cut off points were respectively 85 for dental treatment need and 88 for swelling gums, nevertheless both self perceived variables didn rsquo t show balanced values.
Conclusions: Gingivitis is still prevalent, however the use of questionnaire as a self perceived assessment has low value to gingival status among 12 15 year old children.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Asri Lestari
"Latar Belakang: Salah satu tujuan dalam keikutsertaan Indonesia pada program pembangunan global berkelanjutan (SDGS) yaitu meningkatkan status kesehatan. Upaya tersebut tidak terlepas dari berbagai faktor pendukung seperti ketersediaan sumber daya tenaga medis, kemudahan akses manusia terhadap fasilitas kesehatan, sehingga manusia dengan mudah berkunjung dan mendapatkan perawatan di fasilitas kesehatan.
Tujuan : Mengetahui hubungan antara faktor sosiodemografi dan pelayanan kesehatan tooth decay dan filling di Indonesia. Metode: Penelitian cross sectional menggunakan data sekunder Riskesdas 2018 yang diklasifikasikan berdasarkan umur WHO sebanyak 14.031 mengenai variabel karakteristik sosidemografi (umur, jenis kelamin, tempat tinggal, status pekerjaan, dan tingkat pendidikan), utilisasi frekuensi kunjungan dan total decay serta filling. Pada Rifaskes 2019 menggunakan data sebanyak 17.741 fasilitas kesehatan. Jumlah dokter gigi menggunakan data Konsil Kedokteran Indonesia hingga bulan Desember 2021 sebanyak 22.926 dokter gigi. Variabel-variabel tersebut di uji secara statistik kemudian dipetakan menggunakan QGIS.
Hasil: Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok jenis kelamin, lokasi tempat tinggal dan pencarian pengobatan terhadap tooth decay dan filling. Uji Kruskal-Wallis menunjukkan terdapat perbedaan bermakna (p<0,05) antara kelompok status pekerjaan, tingkat pendidikan, dan utilisasi frekuensi kunjungan. Sedangkan Uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat korelasi antara jumlah dan rasio fasilitas kesehatan serta dokter gigi terhadap tooth decay dan filling.
Kesimpulan: Pada penelitian ini terdapat hubungan antara faktor sosidemografi dan pelayanan kesehatan yang memengaruhi tooth decay dan filling. Upaya pemerataan distribusi fasilitas kesehatan dan dokter gigi, serta intervensi dalam meningkatkan utilisasi dengan melihat aspek karakteristik sosiodemografi.

Backgorund: One of the goals of Indonesia's participation on sustainable development goals is improving health state. Efforts made to achieve health improvement is increasing availability of health care facilities so people can easily access and get treatment for dental and oral health.
Objective: This study aimed to determine relationship between sociodemographic and health services factors that affect tooth decay and filling in Indonesia.
Methods: A cross sectional study using secondary data from Riskesdas 2018 as classified based WHO age as much 14.031 subject are sociodemography factors, utilization dental visit, total decay and filling. Rifaskes 2019 data’s using 17.741 healthcare facilities. Number of dentist as much 22.926 using data Indonesia Medical Council on December 2021. These variabels were tested statistically then mapping using QGIS.
Results: Mann-Whitney test showed a significant difference (p<0,05) between groups of gender, place of residence towards tooth decay and filling. Kruskal-Wallis test showed a significant difference (p<0,05) between groups of occupational status, education level, and frequency utilization towards tooth decay and filling. Spearman test showed a correlation statistically (p<0,05) between amount and ratio of healthcare facilities and dentist towards tooth decay and filling.
Conclusion: In this study there are relationship between sociodemographic factors and healthcare services that affect tooth decay and filling. Efforts to equitable distribution of healthcare facilities and dentist, as well as intervention to increase utilization by looking all aspect of sociodemographic characteristics.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Widia Sari
"Ketidakseimbangan asupan dan pengeluaran energi dapat menyebabkan terjadinya obesitas yang merupakan faktor risiko utama terjadinya noncommunicable disease (NCD). Latihan fisik dapat menurunkan berat badan penderita overweight dan obesitas melalui penekanan terhadap asupan makanan. HIIT merupakan salah satu bentuk latihan fisik yang dapat mempengaruhi regulasi asupan makanan melalui efek yang dikenal dengan exercise induced anorexia. Efek ini dapat dimediasi oleh IL-6 dan laktat yang meningkat setelah melakukan HIIT. IL-6 dan laktat bekerja secara langsung di hipotalamus untuk menurunkan sekresi AgRP yang merupakan neuropeptida oreksigenik. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh HIIT terhadap asupan makanan yang dilihat dari perubahan kadar IL-6, laktat, dan AgRP. Penelitian menggunakan bahan baku tersimpan (serum darah) dari penelitian payung yang dilakukan sebelumnya pada subjek laki-laki overweight yang diberikan HIIT selama 12 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan kadar IL-6 serum yang signifikan segera setelah HIIT di minggu ke-12 (p<0,05), peningkatan signifikan kadar laktat segera setelah HIIT di minggu ke-1 dan minggu ke-12 (p<0,05) serta ditemukan tidak ada perubahan kadar AgRP (p>0,05). Selain itu, juga tidak ditemukan korelasi antara IL-6 dan AgRP serta laktat dan AgRP. Dapat disimpulkan pelaksanaan HIIT selama 12 minggu belum dapat menekan asupan makanan jika ditinjau dari kadar IL-6, laktat, dan AgRP.

Imbalance of energy intake and expenditure can induce obesity, a main risk factor of noncommunicable disease. Physical exercise can aid weight loss in overweight and obese patients by decreasing food intake. HIIT is a form of physical exercise that causes exercise-induced anorexia, which reduces food intake. This effect may be mediated by the increase of IL-6 and lactate following HIIT. IL-6 and lactate directly regulate the expression of AgRP, an orexigenic neuropeptide, in the hypothalamus. This study aims to investigate the effect of HIIT on food intake as seen from changes in IL-6, lactate, and AgRP. This study used blood serum from previous study conducted on overweight males who participated in HIIT for 12 weeks. This study showed a significant increased in serum IL-6 concentration immediately after HIIT at 12th week (p<0,05), a significant increased in serum lactate concentration immediately after HIIT at 1st and 12th week (p<0,05), and no change in AgRP concentration (p>0,05). In addition, no correlation was found between IL-6 and AgRP as well as lactate and AgRP. It can be concluded that the implementation of HIIT for 12 weeks has not been able to suppress food intake based on the concentration of IL-6, lactate, and AgRP"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nelmi Silvia, auhtor
"Latar Belakang : Industri pemotongan batu memiliki potensi bahaya berupa debu batu yang dihasilkan dari proses pemotongan batu. Debu batu berpotensi besar masuk dan mengendap di saluran napas pekerja yang terpajan debu batu tersebut. Dalam penelitian ini ingin diketahui hubungan pajanan debu batu dan faktor lainnya dengan gangguan fungsi paru.
Metode Penelitian : Desain penelitian cross sectional dengan analisis regresi logistik. Subjek penelitian diambil secara cluster sampling. Tingkat pajanan debu batu ditentukan dengan metode semikuantitatif dan faktor-faktor lainnya dengan kuesioner. Pemeriksaan fungsi paru dilakukan dengan menggunakan alat spirometer.
Hasil : Subjek penelitian adalah 70 pekerja laki-laki industri pemotongan batu informal dengan masa kerja lebih dari 5 tahun. Sebanyak 21,4% subjek mengalami gangguan fungsi paru, dengan gangguan fungsi paru restriksi sebanyak 14,3% dan gangguan fungsi paru obstruksi sebanyak 7,1%. Faktor risiko yang berhubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru adalah tingkat pajanan debu batu. Faktor umur, pendidikan, status gizi, kebiasaan olahraga, kebiasaan merokok, masa kerja, kebiasaan menggunakan alat pelindung diri (APD) dan penyediaan APD tidak memperlihatkan hubungan bermakna dengan gangguan fungsi paru. Subjek dengan tingkat pajanan debu batu tinggi mempunyai risiko 5,889 kali mengalami gangguan fungsi paru dibandingkan subjek dengan tingkat pajanan debu batu rendah [ odds rasio suaian (ORa) = 5,889; interval kepercayaan (CI) 95% = 1,436-24,153)].
Kesimpulan : Didapatkan hubungan bermakna antara tingkat pajanan debu batu dengan gangguan fungsi paru. Perlu dilakukan pengendalian terhadap pajanan debu batu untuk mencegah risiko gangguan fungsi paru pada pekerja industri pemotongan batu.

Background : Stone cutting industry have a potential hazard in stone dust resulted from stone cutting process. Stone dust has a significant potential to enter and settle inside exposed worker’s respiratory tract. This study aims to identify the relationship between stone dust exposure and other factors with lung function disorder.
Method : This study was a cross-sectional study with logistic regression analysis. Study’s subjects were taken with cluster sampling method. Level of stone dust exposure was determined by semi-quantitative method and the other factors were identified by a questionnaire. Lung function was tested with a spirometer.
Results : Study’s subject was 70 male informal stone cutting industry workers with more than 5 years of service. In this study, it was found that lung function disorders was 21.4%, which restrictive lung function disorder was 14.3% and the obstructive lung function disorder was 7.1%. Risk factor significantly related to lung function disorder was stone dust level of exposure. Age, education, nutritional status, exercise habit, smoking habit, length of employment, habit of using personal protective equipment (PPE) and provision of PPE showed no significant relationship with lung function disorder. Subjects with high level of stone dust exposure had 5.889 times the risk of lung function disorder compared to subjects with low level of stone dust exposure [adjusted odds ratio(ORa) = 5.889; 95% confidence interval (CI) = 1.436 - 24.153)].
Conclusion : The level of stone dust exposure significantly related to lung function disorder. Control measures are needed for stone dust exposure to prevent the risk of lung function disorder in stone cutting industry workers.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>