Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162989 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bintang Pertiwi Putri Rahayu
"Selenium merupakan mikronutien yang penting dibutuhkan tubuh bagi pertumbuhan dan perkembangan, dan banyak digunakan dalam bidang kesehatan. Selenium diperlukan untuk mencegah kerusakan sel dalam tubuh dengan cara melindungi sel-sel jaringan tubuh, menangkal radikal bebas dan bersama-sama dengan vitamin E sebagai antioksidan. Penelitian sebelumnya dilakukan di Laboratorim Biologi LIPI Cibinong, penambahan selenium pada media tanam P. ostreatus sebanyak 25 ppm menghasilkan peningkatan kandungan selenium pada tubuh buah tetapi masih jauh dari kebutuhan tubuh manusia 60 mdash;70 g/hari pada orang dewasa.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis penambahkan senyawa selenium ke dalam media tanam P. ostreatus sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan kandungan selenium dalam tubuh buah jamur, dan menganalisis apakah penambahan selenium dapat meningkatkan aktivitas antioksidan pada tubuh buah jamur. Penambahan konsentrasi selenium pada media tanam menggunakan beberapa konsentrasi berbeda yaitu 0, 50, 75, dan 100 ppm.
Metode yang digunakan pada penelitian untuk melihat hasil produktivitas yaitu dengan menganalisis berat basah, panjang tangkai, diameter tudung, dan untuk menganalisis kandungan selenium pada tubuh buah yaitu dengan menggunakan teknik spektrofotometer serapan atom AAS. Sedangkan untuk menganalisis aktivitas antioksidan yaitu dengan metode ?-carotene bleaching BCB.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa produktivitas P. ostreatus mengalami peningkatan setelah dilakukan penambahan konsentrasi berbeda pada media tanam, dianalisis pada hasil berat besar tertinggi tubuh buah diperoleh dengan berat 80,00 6,35 g, diameter tertinggi tubuh buah diperoleh sebesar 10,56 0,43 cm, kandungan selenium pada tubuh buah P. ostreatus mengalami peningkatan setiap penambahan konsentrasi selenium semakin tinggi 100 ppm yaitu sebesar 22,19 ppm, dan nilai aktivitas antioksidan tertinggi setelah penambahan Se pada media tanam yaitu pada perlakuan penambahan Se 50 ppm yaitu sebesar 2,13 0,77 p

Selenium is an essential micronutrient which is needed for the body growth and development, and is much used in the health care. Selenium prevents cells damage in the body by protecting the tissues work together with vitamin E as the antioxidant to counteract free radicals. The previous research was conducted in Biology Laboratory of LIPI Cibinong, showed an increase of selenium level in P. ostreatus fruit body after 25 ppm selenium addition in its cultivation medium, but it was still inadequate for human body needs, particularly in adults 60 mdash 70 mg day.
The aim of the study was analysis of selenium compound addition into the P. ostreatus culture medium could increase selenium levels, the productivity and antioxidant activity in mushrooms fruit bodies. The addition of selenium concentration in the growing media applied some different concentrations, namely 0, 50, 75 and 100 ppm.
The method applied in this research was finding out the productivity by analyzing wet weight, stem length, cup diameter, and selenium content in the fruit body by applying atomic absorption spectrophotometric technique AAS . To analyze antioxidant activity, however, was to apply carotene bleaching BCB.
The results showed that the productivity of pleurotus ostreatus increased after conducting some additions of different concentrations on the growing media, which was analyzed as a result of the highest heavy weight of fuit body which was obtained as much as 80,00 6,35 g, the highest diameter of fruit body was obtained as much as 10,56 0,43 cm, the content of selenium in the fruit body of pleurotus ostreatus increased more 100 ppm, namely as much as 22,19 ppm, and the highest value of antioxidant activity after adding selenium on the growing media, as well as additional treatment of 50 ppm selenium, namely as much as 2,13 0,77 p
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49385
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Febriansyah
"Jamur tiram putih Pleurotus ostreatus merupakan salah satu jenis jamur yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Nutrien yang tersedia di dalam media tanam merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap pertumbuhan jamur. Penelitian bertujuan untuk mengisolasi bakteri pemicu pertumbuhan jamur dan meneliti pengaruhnya dalam pertumbuhan miselia jamur dan mempelajari pengaruhnya terhadap pertumbuhan tubuh buah jamur pada konsentrasi berbeda 50 dan 75 . Sembilan belas bakteri diisolasi dari media tanam jamur tiram putih dan diamati pengaruhnya terhadap pertumbuhan miselia jamur tiram putih. Tiga isolat bakteri dengan hasil pertumbuhan miselia terbaik kemudian diidentifikasi berdasarkan sekuensing 16S rRNA dan konstruksi pohon filogenetik dilakukan dengan metode neighbor-joining menggunakan aplikasi MEGA versi 6.06 dengan 1000x bootstraps.
Berdasarkan pertumbuhan miselia pada media PDA, terlihat bahwa terdapat perbedaan antar perlakuan dalam jumlah hari yang dibutuhkan bagi miselia untuk tumbuh memenuhi cawan petri 3 hari lebih cepat dibanding kontrol dan diidentifikasi sebagai Bacillus cereus strain ATCC 14579, Bacillus aryabhattai strain B8W22 dan Acinetobacter pittii strain ATCC 19004. Terjadi peningkatan kecepatan tumbuh miselia, jumlah tubuh buah, panjang tangkai, dan berat basah tubuh buah jamur tiram putih terhadap penambahan ekstrak B. aryabhattai pada media tanam. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan ekstrak isolat bakteri memiliki efek menguntungkan bagi pertumbuhan jamur.

White oyster mushroom Pleurotus ostreatus is one of the most widely cultivated mushrooms in the world. Nutrients available in the growth medium are factors that affect the growth of fungi. The study aimed to isolate the bacteria that promote the growth of the mushroom and studied its effect in mycelial growth and studied its effect on the growth of mushroom fruit body at different concentrations 50 and 75 . Nineteen bacteria were isolated from the white oyster mushroom growth media and its effect on the growth of mycelia of white oyster mushrooms was observed. Three isolates of bacteria with the best results on mycelia growth then identified based on 16S rRNA sequencing and phylogenetic tree construction performed by neighbor joining method using MEGA version 6.06 application with 1000x bootstraps.
Based on mycelial growth on PDA media, it was seen that there was a difference between treatments in the number of days required for mycelia to grow to fill the petri dish 3 days earlier than control and identified as Bacillus cereus strain ATCC 14579, Bacillus aryabhattai strain B8W22 and Acinetobacter pittii strain ATCC 19004. There is an increase in the growth rate of mycelia, the number of fruit body, the length of the stalk, and the fresh weight of the fruit body of white oyster mushroom by the addition of B. aryabhattai extract on growth medium. The results of this study indicate that the addition of bacterial isolate extracts has a beneficial effect on the mushroom growth.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
T49380
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Nurfitri
"Pleurotus ostreatus merupakan jamur pangan yang menggunakan substrat lignoselulosa, sehingga jamur ini mampu mensekresi enzim lignoselulase. Produksi enzim lignoselulase pada P. ostreatus InaCC F209, F216, dan LIPI selama 70 hari pertumbuhan dan hubungan enzim tersebut dengan produksi tubuh buah selama 95 hari pengamatan diamati dan dibandingkan. Supernatan yang diekstrak dari media budidaya digunakan untuk memperkirakan gula reduksi, protein terlarut, dan aktivitas enzim. Hasil penelitian menunjukkan lakase, LiP, dan MnP lebih tinggi ketika ketiga galur P. ostreatus berada dalam fase vegetatif (masa pertumbuhan miselium), sedangkan produksi endoksilanase dan endoglukanase lebih tinggi ketika ketiga galur P. ostreatus berada dalam masa reproduktif. fase (periode pembentukan tubuh buah). Pola aktivitas β-glukosidase menunjukkan variasi antara ketiga strain P. ostreatus. Produktivitas hasil diukur dengan menggunakan parameter waktu panen, bobot basah, jumlah badan buah, diameter pileus dan panjang batang. Pleurotus ostreatus InaCC F209 membentuk badan buah sebanyak tiga kali selama pengamatan 95 hari, isolat P. ostreatus LIPI sebanyak dua kali, dan P. ostreatus InaCC F216 tidak membentuk badan buah.

Pleurotus ostreatus is a food fungus that uses a lignocellulose substrate, so that this fungus is able to secrete the lignocellulase enzyme. The production of lignocellulase enzymes in P. ostreatus InaCC F209, F216, and LIPI for 70 days of growth and the association of these enzymes with fruit body production for 95 days of observation were observed and compared. The supernatant extracted from the culture medium was used to estimate reducing sugars, dissolved protein, and enzyme activity. The results showed that lacase, LiP, and MnP were higher when the three P. ostreatus lines were in the vegetative phase (mycelium growth period), while the production of endoxylanase and endogilanase was higher when the three P. ostreatus lines were in the reproductive period. phase (the period of formation of the fruiting body). . The β-glucosidase activity pattern showed variations between the three P. ostreatus strains. Yield productivity was measured using the parameters of harvest time, wet weight, number of fruit bodies, pileus diameter and stem length. Pleurotus ostreatus InaCC F209 formed fruit bodies three times during 95 days of observation, P. ostreatus LIPI isolates twice, and P. ostreatus InaCC F216 did not form fruit bodies."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adli Muhammad Arisyi
"Pembuatan bibit F0 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan tahap tersulit dalam budidaya jamur karena membutuhkan ketelitian yang tinggi dan prosedur kerja yang aseptis untuk menghindari kontaminasi oleh mikroorganisme asing. Bibit F0 yang terkontaminasi mencapai 40—50% dari keseluruhan bibit F0 yang diproduksi dan merugikan petani jamur. Penelitian ini bertujuan untuk meminimalisir tingkat kontaminasi dengan mengaplikasikan 3 pengulangan sterilisasi menggunakan autoklaf selama 30 menit dengan suhu 121 °C dan tekanan 2 atm. Media yang digunakan adalah PDA sebagai kontrol yang dibandingkan dengan media alternatif tepung biji jewawut (Setaria italica) dengan konsentrasi 15% untuk meningkatkan kualitas pertumbuhan miselium pada bibit F0 jamur tiram putih. Penelitian dilakukan sebanyak 3 batch dengan sampel replikasi berjumlah 5 untuk setiap perlakuan (dua jenis media dan 3 pengulangan sterilisasi). Penelitian ini dilakukan di Kumbung Jamur Cugenang, Cianjur, Jawa Barat. Hasil yang didapatkan menunjukkan pengulangan sterilisasi tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap penurunan kontaminasi. Pengulangan sterilisasi diduga merusak nutrisi pada media sehingga menghambat pertumbuhan miselium. Adapun media tepung biji jewawut menunjukkan pertumbuhan miselium dan ketahanan panas yang lebih baik dibandingkan media PDA.

The production of F0 white oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) spawn is the most challenging stage in mushroom cultivation due to the high precision required and the need for aseptic procedures to prevent contamination by foreign microorganisms. Contaminated F0 spawn accounts for 40–50% of the total F0 spawn produced, causing significant losses for mushroom farmers. This study aims to minimize contamination levels by applying three repetitions of sterilization using an autoclave for 30 minutes at 121°C and 2 atm pressure. The media used include PDA as a control, compared with an alternative media made of millet flour (Setaria italica) at a 15% concentration to improve the quality of mycelium growth in F0 white oyster mushroom spawn. The study was conducted in three batches with five sample replications for each treatment (two types of media and three sterilization repetitions). The research was carried out at the Cugenang Mushroom Farm in Cianjur, West Java. The results indicated that repeated sterilization did not significantly reduce contamination levels. It is suspected that repeated sterilization damages the nutrients in the media, thus hindering mycelium growth. Moreover, the millet flour media showed better mycelium growth and heat resistance compared to PDA media."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adinda Rizki Putri
"Pleurotus ostreatus atau jamur tiram putih merupakan salah satu jamur tiram konsumsi dengan kandungan nutrisi dan senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan, salah satunya adalah kandungan enzim lakase yang berpotensi sebagai senyawa agen antikanker. Enzim lakase memiliki tingkat aktivitas yang tinggi dalam menghambat proliferasi sel kanker. Salah satu gen yang dapat mengkode enzim lakase pada P. ostreatus adalah gen POXA1b. Gen POXA1b dipilih karena memiliki tingkat ekspresi gen paling tinggi pada tiga fase hidup (miselia, primordia, dan tubuh buah). Saat ini belum pernah dilakukan desain primer, isolasi, dan optimasi primer dalam amplifikasi gen POXA1b dari P. ostreatus yang dibudidayakan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mendesain tiga pasang primer secara in silico, mengisolasi gen POXA1b dari tubuh buah P. ostreatus dan amplifikasi gen POXA1b dari P. ostreatus yang dibuktikan dengan analisis hasil sekuensing. Penelitian ini diawali dengan desain primer gen POXA1b yang dilakukan dengan bantuan laman NCBI, PrimerBLAST, dan perangkat lunak Snapgene, kemudian persiapan sampel dan isolasi DNA dari tubuh buah P. ostreatus. Hasil isolasi DNA diukur konsentrasi dan kemurniannya dengan spektrofotometer. Tahapan amplifikasi gen target dilakukan dengan teknik PCR. Hasil amplifikasi PCR divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarosa lalu dilakukan analisis data. Konsentrasi isolat DNA dari tubuh buah P. ostreatus yang dihasilkan senilai 10,5—40,5 ng/nL dengan kemurnian senilai 1,694—2,189. Amplifikasi gen POXA1b dengan pasangan primer poxa1b-3F-A dan poxa1b-3R-A pada suhu annealing 59°C dan 60°C menghasilkan amplikon 244 bp. Berdasarkan hasil tersebut, desain primer, isolasi, dan optimasi primer pada amplifikasi gen POXA1b dari P. ostreatus hasil budidaya di Indonesia berhasil dilakukan dengan persentase homologi terhadap gen POXA1b dari P. ostreatus sebesar 100%.

Pleurotus ostreatus or white oyster mushroom is an edible oyster mushroom containing nutrients and bioactive compounds that are beneficial to health, one of them is the laccase enzyme content which has the potential as an anti-cancer agent. Laccase enzyme has a high level of activity in inhibiting the proliferation of cancer cells. One of the genes that encode the laccase enzyme in P. ostreatus is the POXA1b gene. The POXA1b gene was chosen because it has the highest gene expression in three life phases (mycelia, primordia, and fruit body) compared to other phenol oxidase genes. Currently, there has never been primer design, isolation, and primer optimization in the amplification of the POXA1b gene from P. ostreatus cultivated in Indonesia. Therefore, this study aims to design three pairs of primers in silico, isolate the POXA1b gene from fruiting bodies of P. ostreatus, and amplify the POXA1b gene from P. ostreatus as proven by analysis of the sequencing results. This study began with the design of POXA1b gene primers which was carried out with the NCBI website, PrimerBLAST, and Snapgene software, then sample preparation of P. ostreatus samples and DNA isolation from P. ostreatus fruiting body. The results of DNA isolation were measured for concentration and purity with a spectrophotometer. The stages of target gene amplification were carried out by PCR technique. The results of amplification were visualized by agarose gel electrophoresis and then data analysis was performed. The concentration of the DNA isolates from P. ostreatus fruiting bodies produced an average range of 10,5—40,5 ng/nL with a purity value of 1,694—2,189. The POXA1b gene amplification with primer pairs poxa1b-3F-A dan poxa1b-3R-A at annealing temperature of 59°C dan 60°C produced amplicons in the range of 200—300 base pairs. Based on the results, primer design, isolation, and the primer optimization of the amplification of the POXA1b gene from the P. ostreatus cultivated in Indonesia were successfully with a homology percentage to the POXA1b gene from P. ostreatus of 100%."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriella Charlotte Verina
"Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus (Jacq.) Kumm 1871) diketahui mengandung senyawa bioaktif yang bermanfaat bagi kesehatan. Salah satunya adalah senyawa beta glukan (β-glukan) yang memiliki kemampuan imunomodulator dengan meningkatkan jumlah sel natural killer dan mendukung perkembangan respons imun. Senyawa β-glukan dikode oleh gen FKS, yaitu gen spesifik pada kompleks β-1,3-glukan sintase. Gen FKS terekspresi di fase miselia, primordia, bakal tubuh buah, dan tubuh buah dewasa P. ostreatus dan paling tinggi pada fase tubuh buah dewasa. Studi mengenai desain primer, isolasi, dan optimasi primer untuk amplifikasi gen FKS dari P. ostreatus yang dibudidayakan di Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mendesain dua pasang primer (FKS-A dan FKS-B) secara in silico, mengisolasi gen FKS dari tubuh buah P. ostreatus, dan optimasi primer untuk amplifikasi gen FKS. Penelitian diawali dengan desain primer yang dibantu oleh NCBI PrimerBlast dan Primer3Plus, kemudian DNA diisolasi dari tubuh buah P. osteatus. Konsentrasi dan kemurnian isolat DNA diukur menggunakan spektrofotometer. Gen target diamplifikasi dengan teknik PCR yang kemudian divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarosa. Isolat DNA dari tubuh buah P. ostreatus memiliki konsentrasi senilai 2,803—22,616 ng/μL dengan rerata 14,819 ng/μL dan kemurnian di rentang 1,815—2,083. Pasangan primer FKS-A dan primer FKS-B berhasil mengamplifikasi dan menghasilkan amplikon berukuran 100—200 bp dan 300—400 bp yang diduga sebagai gen FKS. Hasil tersebut menunjukkan bahwa desain primer, isolasi dan optimasi primer untuk amplifikasi yang diduga sebagai gen FKS dari P. ostreatus berhasil dilakukan.

White oyster mushroom (Pleurotus ostreatus (Jacq.) Kumm) is known to contain bioactive compounds that are beneficial to health. One of them is the beta glucan compound (β-glucan) which has immunomodulatory abilities by increasing the number of natural killer cells and supporting the development of the immune response. β-glucan compounds are encoded by the FKS gene, which is a specific gene in the β-1,3-glucan synthase complex. The FKS gene is expressed in the mycelia, primordia, young fruiting body, and mature fruiting body phases of P. ostreatus and is highest in the mature fruiting body phase. Studies on primer design, isolation, and primer optimization for FKS gene amplification of P. ostreatus cultivated in Indonesia have never been conducted. Therefore, this study was conducted to design two pairs of primers (FKS-A and FKS-B) in silico, isolate the FKS gene from the fruiting body of P. ostreatus, and optimize the primers for the amplification of the FKS gene. The research began with a primer design assisted by NCBI PrimerBlast and Primer3Plus, then DNA was isolated from the fruit body of P. osteatus. The concentration and purity of DNA isolates were measured using a spectrophotometer. The target gene was amplified by PCR technique which was then visualized by agarose gel electrophoresis. DNA isolates from the fruit body of P. ostreatus had concentrations of 2,803—22,616 ng/μL with an average of 14,819 ng/μL and purity in the range of 1,815—2,083 with an average of 1,978. Primer pairs of FKS-A and FKS-B successfully amplified and produced amplicons measuring 100-200 bp and 300-400 bp which are suspected to be FKS genes. The results showed that the primer design, isolation and primer optimization for the amplification of the suspected FKS gene from P. ostreatus were successfully carried out."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Audrey Aurellea Artato
"Pleurotus ostreatus atau jamur tiram putih merupakan jamur yang umum dibudidaya di Indonesia dan mengandung senyawa kitin. Kitin merupakan polisakarida struktural dari jamur yang berperan sebagai imunomodulator dengan memicu respons imun. Salah satu gen pengkode senyawa kitin pada P. ostreatus adalah gen chitin synthase class IV (CHS4). Gen CHS4 diketahui memiliki tingkat ekspresi gen yang tinggi pada ketiga fase pertumbuhan jamur, yaitu miselia, bakal tubuh buah, dan tubuh buah dewasa. Desain primer, isolasi, dan optimasi primer dalam amplifikasi gen CHS4 dari P. ostreatus yang dibudidayakan di Indonesia belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, penelitian dilakukan untuk mengisolasi gen CHS4 dari tubuh buah P. ostreatus. Penelitian diawali dengan desain primer gen CHS4 yang dilakukan dengan bantuan laman NCBI PrimerBLAST, Primer3Plus, Netprimer, dan FastPCR. Isolasi DNA dilakukan dari tubuh buah P. ostreatus menggunakan kit, kemudian hasil isolasi DNA diukur konsentrasi dan kemurniannya dengan spektrofotometer. Amplifikasi gen target selanjutnya dilakukan dengan teknik PCR lalu hasil amplifikasi divisualisasikan dengan elektroforesis gel agarosa dan dilakukan analisis data. Isolat DNA yang diperoleh memiliki rerata nilai konsentrasi sebesar 20,106 ng/μL dan rerata nilai kemurnian sebesar 2,007. Pasangan primer CHS4 B yang telah didesain berhasil mengamplifikasi pita DNA dari gen CHS4 dengan panjang ukuran diperkirakan 570 pb pada suhu annealing 54 °C.

Pleurotus ostreatus, or white oyster mushroom, is a commonly cultivated mushroom that contains high levels of nutrients and bioactive compounds with immunomodulating properties, one of which is chitin. Chitin, structural polysaccharide found in mushrooms, has immunomodulatory properties that can stimulate an immunological response. One of the genes that encodes chitin in P. ostreatus is chitin synthase class IV gene (CHS4). The CHS4 gene known to be highly expressed in the three life stages of P. ostreatus (mycelia, primordia, and fruiting body). Currently, there has never been primer design, DNA isolation, or primer optimization in the amplification of the CHS4 gene from P. ostreatus cultivated in Indonesia. Therefore, this study aims to isolate CHS4 gene from the fruiting body of P. ostreatus. This study began with designing CHS4 gene primers using websites and applications such as NCBI PrimerBLAST, Primer3Plus, Netprimer, and FastPCR. The DNA was isolated from P. ostreatus fruiting body. The results of DNA isolation were measured for concentration and purity with a spectrophotometer. The stages of target gene amplification were carried out by PCR technique then visualized using agarose gel electrophoresis and results were assessed. The DNA isolate has an average of 20,106 ng/μL in concentration and 2,007 in purity. Result of this study is CHS4 B primer pair was able to amplify CHS4 gene with an estimated sequence size of 570 bp in annealing temperature of 54 °C."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irna Rini Mutia Sari
"ABSTRAK
Pleurotus ostreatus adalah jenis jamur tiram yang banyak dikonsumsi dan hidup di Indonesia. Manfaat jamur tiram ini dapat juga digunakan sebagai antioksidan. Penelitian dilakukan untuk melakukan uji aktivitas antioksidan dari ekstrak jamur Pleorotus ostreatus dengan metode DPPH dan identifikasi golongan senyawa kimia dari fraksi
teraktif. Metode DPPH dengan cara mengukur daya peredaman ekstrak terhadap radikal stabil DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil) secara spektrofotometri dengan λ 517,5 nm. Untuk metode pemisahan digunakan kromatografi kolom dipercepat, dan pemeriksaan
senyawa dilakukan dengan mengukur titik leleh dan KLT. Hasil uji aktivitas antioksidan menunjukkan ekstrak etil asetat mempunyai nilai IC50 paling kecil 73,24 μg/ml antara ekstrak n-heksan dan ekstrak metanol. Hasil kromatografi ekstrak etil asetat diperoleh fraksi A-H. Fraksi F menunjukan aktivitas antioksidan terkuat dengan nilai IC50 54,08 μg/mL dan positif pada uji terpenoid dan saponin. Pada Fraksi B dilakukan rekristalisasi dan didapatkan senyawa murni yang disebutl sebagai senyawa PO. Hasil identifikasi senyawa diduga bahwa senyawa PO merupakan suatu steroid. Selanjutnya senyawa PO di lakukan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH dan menunjukkan aktivitas
antioksidan kurang kuat dengan nilai IC50 121,19 μg/mL.

ABSTRACT
Pleurotus ostreatus is a type of oyster mushroom which is widely consumed and living in Indonesia. Benefits of Oyster Mushrooms can also be used as an antioxidant. Research is done to perform a Test antioxidant activity of an extract fungi pleorotus ostreatus with the methods dpph and identification the chemical compounds of a
fraction strongest. a DPPH with measuring stable extract power to against radical DPPH ( 1,1-diphenyl-2 pikrilhidrazil ) by spektrofotometri with λ 517,5 nm. To a method of separation used column chromatography accelerated, and characterizing a compound of done by measuring the melting point and TLC. Test results show
antioxidant activity extract ethyl acetate has an IC50 value of most small 73,24 μg/mL between n-heksan extract and methanol extract. Fraction F shows the strongest antioxidant activity with IC50 values of 54,08 μg/mL and positive tests terpenoid and saponin. There is A-H fraction of the results column chromatography. On a fraction B
done a recrystallization and obtained a compound of pure known as a compound po. Results of identification compound is suspected that the PO is a steroid compound. next a compound of po in do a test of antioxidant activity with the methods of dpph and shows antioxidant activity less strong with the value IC50 121,19 μg/mL.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2012
S1683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Riani Hapsari Nawawi
"Beberapa penelitian yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa jamur tiram (Pleurotus ostreatus) berpotensi sebagai antioksidan dan anti tirosinase sehingga dapat menghambat pembentukan melanin.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh sediaan gel yang mengandung ekstrak jamur tiram yang mempunyai aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase, stabil dan aman. Metode yang digunakan adalah 1,1 difenil dipikrilhidrazil (DPPH) untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan dopakrom untuk mengetahui penghambatan terhadap enzim tirosinase. Parameter adanya aktivitas ditunjukkan oleh nilai IC50 dan persentase inhibisi. Uji stabilitas fisik terhadap sediaan gel selama 12 minggu dan uji keamanan kepada sukarelawan menggunakan metode single application closed patch epicutaneous test under occlusion.
Hasil uji aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase menunjukkan ekstrak etanol 70% memiliki nilai IC50 yang lebih tinggi (79,0324 g/mL; 1,125 mg/mL) dibandingkan ekstrak air jamur tiram (94,4674 g/mL; 2,350 mg/mL). Ekstrak etanol 70% jamur tiram dibuat sediaan gel dengan 3 macam konsentrasi yaitu 0,2; 0,4 dan 0,8% (b/b). Hasil uji aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase terhadap sediaan gel menunjukkan persentase inhibisi yaitu gel 0,2% (52,63; 22,73%), gel 0,4% (64,9; 29,74%) dan gel 0,8% (70,47; 38,22%). Hasil uji stabilitas fisik selama 12 minggu menunjukkan ketiga konsentrasi gel bersifat stabil dan uji keamanan terhadap gel 0,8% tidak menimbulkan iritasi sehingga aman diaplikasikan ke kulit.

Previous studies reported that oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) was potential as antioxidant and tyrosinase inhibitory effect so be able to inhibit melanin formation.
The aim of the study was to formulate into gel containing Pleurotus ostreatus extract which had the antioxidant and tyrosinase inhibitor activity, stable and safe. The methode used 1,1- diphenyl-dipicrylhydrazil (DPPH) to determine antioxidant activity and dopachrome to determine tyrosinase inhibitory effect. The parameters for identifying the activity were determined by IC50 dan inhibitory percentage. Physical stability test was done for 12 weeks and safety test in human used single application closed patch epicutaneous test under occlusion method.
The results showed that 70% ethanolic extract was higher in IC50 (79,0324 g/mL; 1,125 mg/mL) than water extract (94,4674 g/mL; 2,350 mg/mL). The 70% ethanolic extract was formulated into gel for three kinds concentrations (0,2; 0,4 and 0,8% (w/w). The results for antioxidant and tyrosinase inhibitory activities were gel 0,2% (52,63; 22,73%), gel 0,4% (64,9; 29,74%) dan gel 0,8% (70,47; 38,22%). The physical activity test for 12 weeks showed that three concentrations of gel were stable and safety test for gel 0,8% no irritation was found. It?s be concluded that the gel was safe for skin topical."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2012
T30315
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Khodijah Arifah Hannah
"ABSTRAK
Indole-3-acetic acid (IAA) merupakan fitohormon auksin yang berperan dalam meningkatkan pertumbuhan tanaman dan dapat diproduksi oleh mikroorganisme seperti: bakteri. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan supernatan bakteri IAA diproduksi oleh Bacillus aryabhattai, Lysinibacillus boronitolerans, dan Pseudomonas putida pada pertumbuhan dan produktivitas Pleurotus ostreatus (Jacq.) P.Kumm) in vitro dan in vivo. Uji in vitro dilakukan dengan mengukur diameter (mm) miselia dalam cawan petri dan hasilnya menunjukkan ada perbedaan pertumbuhan nyata (p>0,05) antara perlakuan dengan penambahan supernatan bakteri bacterial
dengan kontrol pada waktu inkubasi hari ke 3 sampai 6. L. supernatan boronitolerans memberikan efek terbaik pada pertumbuhan miselia dengan laju pertumbuhan 14,14 mm/hari. Uji in vivo dilakukan dengan mengukur panjang miselia dalam baglog dengan penambahan supernatan bakteri 50% dan hasilnya menunjukkan ada perbedaan
pertumbuhan yang signifikan antara perawatan dan kontrol pada minggu 2 hingga 5 inkubasi. Supernatan P. putida memberikan pengaruh terbaik dalam meningkatkan produktivitas tubuh buah pada baglog dengan rata-rata jumlah tubuh buah 6,89±4,59, berat basah 116,33±22,58 g, diameter pileus 8,84±2,44 cm, dan panjang stipe 7,80±1,72 cm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa supernatan bakteri meningkatkan pertumbuhan miselia sesuai dengan konsentrasi IAA yang dihasilkan pada fase vegetatif, sedangkan penambahan supernatan bakteri penghasil IAA tidak berpengaruh nyata terhadap pengaruh terhadap produktivitas P. ostreatus.
ABSTRACT
Indole-3-acetic acid (IAA) is an auxin phytohormone that plays a role in increasing plant growth and can be produced by microorganisms such as bacteria. This study was conducted to determine the effect of adding IAA bacterial supernatant produced by Bacillus aryabhattai, Lysinibacillus boronitolerans, and Pseudomonas putida on the growth and productivity of Pleurotus ostreatus (Jacq.) P.Kumm) in vitro and in vivo. In vitro test was carried out by measuring the diameter (mm) of mycelia in a petri dish and the results showed that there was a significant difference in growth (p>0.05) between treatments with the addition of bacterial supernatant.
with control on incubation days 3 to 6. L. boronitolerans supernatant gave the best effect on mycelia growth with a growth rate of 14.14 mm/day. In vivo test was carried out by measuring the length of mycelia in baglog with the addition of 50% bacterial supernatant and the results showed that there was a difference significant growth between treatments and controls at 2 to 5 weeks of incubation. P. putida supernatant gave the best effect in increasing fruiting body productivity in baglog with an average number of fruiting bodies 6.89±4.59, wet weight 116.33±22.58 g, pileus diameter 8.84±2.44 cm , and the length of the stipe is 7.80±1.72 cm. The results showed that the bacterial supernatant increased mycelial growth according to the concentration of IAA produced in the vegetative phase, while the addition of the IAA-producing bacterial supernatant had no significant effect on the productivity of P. ostreatus."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>