Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 76834 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rosdiana Nurul Annisa
"Latar Belakang: Affected dentin merupakan lapisan yang masih dapat terjadi remineralisasi karena masih terdapat ikatan silang kolagen dan prosesus odontoblastik yang masih vital yang merupakan syarat terjadinya remineralisasi. Terdapat dua metode remineralisasi, yaitu metode konvensional dan guided tissue remineralization GTR. Pada metode konvensional hanya dapat terjadi remineralisasi secara ekstrafibrillar. Sedangkan pada metode GTR memiliki keunggulan yaitu dapat terjadi remineralisasi secara ekstrafibrillar dan intrafibrillar. Beberapa penelitian melaporkan bahwa mineralisasi intrafibrillar dapat meningkatkan properti mekanis dari dentin. Pada metode GTR dibutuhkan peran protein non kolagen, yaitu DMP 1. Namun karena proses karies, maka sebagian DMP 1 mengalami kerusakan sehingga dibutuhkan material analog protein non-kolagen, salah satunya adalah Carboxymethyl Chitosan/Amorphous Calcium Phosphate CMC/ACP.
Tujuan: Mengevaluasi terjadinya remineralisasi intrafibrillar pada permukaan demineralized dentin setelah aplikasi material analog protein non-kolagen CMC/ACP.
Metode: Empat kelompok dilakukan demineralisasi buatan, dalam satu gigi terdapat dua kavitas, salah satu kavitas diaplikasikan material CMC/ACP, sedangkan kavitas lainnya tidak diaplikasikan CMC/ACP. Sampel diperiksa pada hari ke-7 dan ke-14 dengan Transmission Electron Microscope TEM.
Hasil: Terlihat peningkatan kadar kalsium dan fosfat setelah aplikasi CMC/ACP pada hari ke-7 dan ke-14.
Kesimpulan: CMC/ACP memiliki potensi untuk meremineralisasi demineralized dentin.

Affected dentin is a layer which can be remineralized due to the presence of cross linked collagen and a living odontoblastic process a key to remineralization. There are two methods of remineralization convensional and guided tissue remineralization GTR. In conventional methods, only extrafibrillar remineralization occurs. GTR resulting intrafibrillar and extrafibrillar remineralization. Intrafibrillar remineralization improves physical properties of dentin. GTR is a method of collagen dentin remineralization using non collagen protein, Dentin Matrix Protein 1 DMP 1. DMP 1 is damaged due to caries process. Carboxymethyl Chitosan Amorphous Calcium Phosphate CMC ACP has similar function with DMP 1.
Aim: To evaluate intrafibrillar remineralization on demineralized dentin after application non collagen protein analog CMC ACP.
Method: Four groups performed artificial demineralization two of which applied CMC ACP material. Whereas, the other group was not applied CMC ACP. Evaluation of intrafibrillar remineralization with Transmission electron Microscope TEM.
Result: After 7 days and 14 days CMC ACP application, intrafibrillar remineralization was observed in the gap zone.
Conclusion CMC ACP has a potential for intrafibrillar remineralization on demineralized dentin.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosdiana Nurul Annisa
"Latar Belakang: Affected dentin merupakan lapisan yang masih dapat terjadi remineralisasi karena masih terdapat ikatan silang kolagen dan prosesus odontoblastik yang masih vital yang merupakan syarat terjadinya remineralisasi. Terdapat dua metode remineralisasi, yaitu metode konvensional dan guided tissue remineralization GTR . Pada metode konvensional hanya dapat terjadi remineralisasi secara ekstrafibrillar. Sedangkan pada metode GTR memiliki keunggulan yaitu dapat terjadi remineralisasi secara ekstrafibrillar dan intrafibrillar. Beberapa penelitian melaporkan bahwa mineralisasi intrafibrillar dapat meningkatkan properti mekanis dari dentin.Pada metode GTR dibutuhkan peran protein non kolagen, yaitu DMP 1. Namun karena proses karies, maka sebagian DMP 1 mengalami kerusakan sehingga dibutuhkan material analog protein non-kolagen, salah satunya adalah Carboxymethyl Chitosan/Amorphous Calcium Phosphate CMC/ACP . Tujuan: Mengevaluasi terjadinya remineralisasi intrafibrillar pada permukaan demineralized dentin setelah aplikasi material analog protein non-kolagen CMC/ACP. Metode: Empat kelompok dilakukan demineralisasi buatan, dalam satu gigi terdapat dua kavitas, salah satu kavitas diaplikasikan material CMC/ACP, sedangkan kavitas lainnya tidak diaplikasikan CMC/ACP. Sampel diperiksa pada hari ke-7 dan ke-14 dengan Transmission Electron Microscope TEM . Hasil: Terlihat peningkatan kadar kalsium dan fosfat setelah aplikasi CMC/ACP pada hari ke-7 dan ke-14.Kesimpulan: CMC/ACP memiliki potensi untuk meremineralisasi demineralized dentin.

Background Affected dentin is a layer which can be remineralized due to the presence of cross linked collagen and a living odontoblastic process a key to remineralization. There are two methods of remineralization convensional and guided tissue remineralization GTR . In conventional methods, only extrafibrillar remineralization occurs. GTR resulting intrafibrillar and extrafibrillar remineralization. Intrafibrillar remineralization improves physical properties of dentin. GTR is a method of collagen dentin remineralization using non collagen protein, Dentin Matrix Protein 1 DMP 1 . DMP 1 is damaged due to caries process. Carboxymethyl Chitosan Amorphous Calcium Phosphate CMC ACP has similar function with DMP 1. Aim To evaluate intrafibrillar remineralization on demineralized dentin after application non collagen protein analog CMC ACP. Method Four groups performed artificial demineralization two of which applied CMC ACP material. Whereas, the other group was not applied CMC ACP. Evaluation of intrafibrillar remineralization with Transmission electron Microscope TEM . Result After 7 days and 14 days CMC ACP application, intrafibrillar remineralization was observed in the gap zone. Conclusion CMC ACP has a potential for intrafibrillar remineralization on demineralized dentin."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Air polishing is known as an effective and time saving tooth cleaning method. However, this method increased surface roughness and bacterial adhesion on dentin surface. The aim of this study was to characterize and examine Streptococcus mutans adhesion on dentin surface after air polishing as compared to the conventional method. The dentin blocks (4 × 4 × 1 mm) were polished by a rubber cup with polishing material (Polishing) and air-polished by 25 μm glycine (G25), 65 μm glycine (G65), and 65 μm sodium bicarbonate (NHC65) microparticles. Surface roughness (Ra) was measured by a laser electron microscope. The amount of adhered S. mutans was quantified using a resazurin reduction assay (alamarBlue®). The Ra of G25 and G65 was significantly (p < 0.01) smaller than that of NHC65 and greater than that of Polishing. However, there was no significant difference in S. mutans adhesion among Polishing, G25, and G65, while NHC65 showed significantly (p < 0.01) higher S. mutans adhesion. Within the limitations of this in vitro study, air polishing using glycine microparticles conditioned S. mutans adhesion on dentin surface in a similar fashion than the conventional method, and less than air polishing using sodium bicarbonate microparticles."
ODO 102:2 (2014)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Sekitar 90 persen balita di Indonesia mengalami kerusakan gigi, karena sebagian besar masyarakat
Indonesia menganggap kesehatan gigi bukan prioritas. Perawatan gigi dan mulut pada anak sangat
menentukan kesehatan gigi dan mulut pada tingkat perkembangan selanjutnya. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara persepsi tentang perawatan gigi yang dimiliki orang tua
dengan kejadian sakit gigi pada balita. Penelitian dilaksanakan 07-08 Mei 2008 di RW 06 Ciganjur Jakarta
Selatan. Desain penelitian deskriptif korelasi. Teknik pengambilan sampel purposive sampling sejumlah
70 responden. Alat yang digunakan berupa kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan 35 orang tua (53%)
mempunyai persepsi positif dan 31 orang tua (47%) mempunyai persepsi negatif. Selain itu tidak ada
hubungan yang bermakna antara persepsi orang tua dan kejadian sakit gigi pada balita di RW 06 Ciganjur
Jakarta Selatan. Penelitian in merekomendasikan agar penelitian berikutnya menggunakan jumlah sampel
yang lebih besar."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5224
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Iwany Amalliah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi defek email gigi pada anak periode usia gigi sulung dan tetap. Tujuan lain adalah mengetahui distribusi dari tipe, lokasi dan luas defek tersebut pada gigi anak, serta menguji hubungan terbentuknya defek email dan status sosial ekonomi keluarga. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Serpong pada 2 kelompok umur, yaitu usia gigi sulung dan usia gigi permanen. Jumlah sample adalah minimal 630 anak tiap kelompok umur yang diambil secara acak dan proporsional dengan jumlah murid Taman Kanak-Kanak (TK) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLIP).
Hasil yang didapat menunjukkan bahwa prevalensi defek email cukup tinggi, yaitu 41% pada kelompok usia gigi tetap dan 28% pada kelompok usia gigi sulung. Tipe yang banyak ditemukan adalah tipe hypoplasia dan demarcated opacities pada rahang atas dengan luas 113 permukaan gigi. Ditemukan pula hubungan antara tingkat pendidikan orang tua, jumlah anak dalam keluarga dan jenis pekerjaan ayah terhadap terbentuknya defek email gigi anak. Kesimpulan yang dapat diambil, bahwa terjadinya defek email gigi yang cukup tinggi pada anak dapat memberikan gambaran tingkat kesejahteraan keluarga, yang menunjukkan pentingnya kelainan ini."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2002
LP-Pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Misniarti
"Angka kejadian caries gigi pada anak usia prasekolah mencapai 89 % disebabkan kurangnya keterampilan menggosok gigi. Penelitian bertujuan mengetahui efektivitas edukasi teknik menggosok gigi terhadap keterampilan menggosok gigi pada anak TK. Desain penelitian quasi eksperiment dengan pre and post test with control group. Sampel anak TK berusia usia 5-6 tahun, mandiri, berjumlah 44 orang. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi.
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan rerata keterampilan menggosok gigi antara kelompok kontrol dan intervensi, edukasi teknik menggosok gigi efektif meningkatkan keterampilan anak sebesar 64 %. Edukasi teknik menggosok gigi perlu dilakukan di sekolah dengan partisipasi aktif guru dalam meningkatkan kemampuan anak.

The incidence of dental caries in preschool children reached 89% due to lack of brushing skills. The research aims to determine the effectiveness of educational techniques for teeth brushing skills in kindergarten children. Quasi-experimental research design with pre and post test with control group. Sample of kindergarten children aged 5-6 years old, independent, total amount are 44 people. Collecting data used the observation sheet.
The results showed there is difference the mean of brushing skills between the control and intervention groups, teeth brushing techniques education effectively improve children's skills are 64%. brushing techniques education should to be done in the schools through active participation of teachers to improve the skill of brushing.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T34800
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Hazriani
"Human Platelet Lysates (HPL) merupakan suplemen kultur yang umum digunakan pada kultur HUVEC. Efek HPL sebagai suplemen medium kultur HUVEC tanpa penambahan faktor pertumbuhan (GF) belum diketahui.
Tujuan: Mengetahui pengaruh penggunaan HPL tanpa penambahan GF terhadap profil protein HUVEC.
Metode: HUVEC dikultur dengan FBS, HPL 2% dengan GF, HPL 2% tanpa GF, dan 5% tanpa GF diuji dengan SDS-PAGE.
Hasil: Intensitas, ketebalan, dan kisaran berat molekul protein pada kelompok perlakuan dengan HPL tanpa GF tidak berbeda berbeda bermakna dibandingkan kelompok kontrol.
Simpulan: Tidak terdapat perbedaanprofil protein kultur HUVEC yang menggunakan serum FBS dan HPL yang ditambahkan GF dengan HPL tanpa GF.

HPL is widely used as a serum replacement in cell culture. Effect of HPL without growth factor (GF) in HUVEC culture medium has not been studied previously.
Objective: To evaluate the effect of HPL without GF on HUVEC protein profile.
Method: HUVEC cultured with FBS, 2% HPL with GF, 2% HPL without GF, and 5% HPL without GF and analysed with SDS PAGE.
Result: Band intensity, band thickness, and protein molecular weight of HUVEC cultured without GF were not different significantly compared to control FBS group of HPL with GF.
Conclusion: No difference was found in HUVEC profile protein after cultured with FBS and HPL with and without GF.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Clarissa Eunike
"Latar belakang: Black stain sering ditemukan pada anak dan tingkat rekurensinya tinggi. Dibutuhkan bahan antibakteri untuk mematikan bakteri Actinomyces penyebab black stain.
Tujuan: Menganalisis perbedaan viabilitas bakteri Actinomyces sp. setelah berkumur dengan chlorine dioxide dan klorheksidin.
Metode Penelitian: Bakteri Actinomyces didapat dari plak black stain anak sebelum dan sesudah berkumur chlorine dioxide dan klorheksidin. Kemudian dilakukan uji viabilitas dengan MTT assay.
Hasil: Terdapat perbedaan selisih viabilitas bakteri Actinomyces sp. sebelum dan sesudah berkumur dengan chlorine dioxide dan klorheksidin.
Kesimpulan: Penggunaan obat kumur chlorine dioxide menyebabkan penurunan viabilitas bakteri Actinomyces sp. yang lebih besar dibandingkan dengan klorheksidin.

Background: Black stain is often found in children and the recurrence rate is high. Antibacterial agent is needed to kill Actinomyces sp. causing black stain.
Aim: To compare Actinomyces sp. bacterial viability differences before and after rinsing with chlorine dioxide and chlorhexidine.
Method: Actinomyces sp. was obtained from black stain plaque in children before and after rinsing with chlorine dioxide and chlorhexidine. Bacterial viability was measured using MTT assay.
Results: Significant differences in Actinomyces sp. bacterial viability was found when rinsing with chlorine dioxide and chlorhexidine.
Conclusion: Using mouthrinse containing chlorine dioxide resulted in reducing Actinomyces sp. bacterial viability.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Syiva Sakinatun
"Studi ini untuk mengetahui perbedaan pengaruh antara media berbasis komputer DHESTA dengan lembar balik terhadap peningkatan pengetahuan kesehatan gigi mulut dan retensinya, pada anak usia 7-8 tahun. 30 subjek diberikan edukasi menggunakan DHESTA, dan 30 subjek lain diberikan edukasi menggunakan lembar balik. Dilakukan pra tes, dan tes pasca 20 menit, 1 hari, 6 hari, dan 14 hari.
Hasil menunjukan tidak ada perbedaan bermakna peningkatan pengetahuan antara kedua media (p=0,49). Namun retensi pengetahuan kelompok DHESTA lebih tahan lama daripada lembar balik, penurunan retensinya dari hari ke-6 sampai ke-14 hanya 2,59%, nilai p=0,122. Media DHESTA efektif untuk retensi pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.

This study due to know effect of computer based media DHESTA compared with flipchart towards dental health knowledge improvements and its retention. A group consist of 30 subjects is educated using DHESTA and another group is educated using flipchart. The subjects fill the pretest and posttest 20 minute, 1 day, 6 day, and 14 day after.
There is no significant difference of knowledge improvement using each media (p=0,49). But, knowledge retention of DHESTA group is better than flipchart group, decrease of its retention from day 6 to 14 just 2.59% (p=0.12). DHESTA effective for knowledge retention and recommended for DHE.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atria Mya Kelani
"Latar Belakang: Affected dentin merupakan lapisan yang ditinggalkan pada perawatan karies secara minimal invasif karena dapat diremineralisasi. Lapisan ini masih terdapat ikatan silang kolagen yang intak meskipun, mineral apatit telah hilang. Remineralisasi dentin diregulasi oleh protein non kolagen Dentin Matriks Protein 1 (DMP1). Remineralisasi yang dihasilkan berupa remineralisasi intrafibrilar dan ekstrafibrilar. Remineralisasi intrafibrilar meningkatkan sifat fisik dentin. Guided Tissue Remineralization (GTR) merupakan metode remineralisasi dentin secara intrafibrilar dan ekstrafibrilar menggunakan material analog protein non kolagen. Material ini memiliki fungsi menyerupai DMP1. Salah satu material analog protein non kolagen adalah Carboxymethyl Chitosan/ Amorphous Calcium Phosphate (CMC/ACP). Tujuan:  Mengevaluasi remineralisasi dentin pada permukaan demineralized dentin setelah aplikasi material analog protein non kolagen CMC/ACP. Metode: Dua kelompok dilakukan demineralisasi buatan, salah satunya diaplikasikan material CMC/ACP sedangkan, kelompok lainnya tidak diaplikasikan CMC/ACP. Evaluasi remineralisasi dengan SEM dan EDX. Hasil: Terlihat remineralisasi pada permukaan demineralized dentin dan peningkatan kadar kalsium dan fosfat setelah aplikasi CMC/ACP pada hari ke-7. Perbandingan rerata dua kelompok tidak menunjukkan perbedaan bermakna. Kesimpulan: CMC/ACP memiliki potensi untuk meremineralisasi demineralized dentin.

Background: Affected dentin is a layer has been left during non invasive caries treatment as it can be remineralized. Collagen crosslinking remains intact in this layer, however the apatite minerals have been lost. Dentin remineralization is regulated by a non collagenous protein, Dentin Matrix Protein 1 (DMP1) and resulting intra- and extrafibrillar remineralization. Intrafibrillar remineralization improves physical properties of dentin. Guided Tissue Remineralization (GTR) is a method of collagen dentin remineralization using non collagen protein analog, resulting in intra- and extrafibrillar remineralization.  This material has similar function with DMP1. Carboxymethyl Chitosan/ Amorphous Calcium Phosphate (CMC/ACP) is one of non collagen protein analog.Aim: To evaluate demineralized dentin remineralization after application non collagen protein analog CMC/ACP. Method: Two groups performed artificial demineralization, one of which applied CMC / ACP material whereas, the other group was not applied CMC / ACP. Remineralization was evalutated using SEM and EDX. Result: After 7 days CMC/ACP application, remineralization was observed on the surface of demineralized dentin, which showed a white irregularities surrounding the dentin tubuli. In addition, increasing calcium and phosphate level has been showed experimentally although, the comparison of both group is insignificant. Conclusion: CMC/ACP has a potential for demineralized dentin remineralization.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>