Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 99934 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ni Ketut Puji Astiti Laksmi
"ABSTRAK
Nama : Ni Ketut Puji Astiti LaksmiProgram studi : Doktoral ArkeologiJudul : Identitas Keber-agama-an Masyarakat Bali Kuno Pada Abad IX-XIV Masehi: Kajian EpigrafisPenelitian tentang identitas keber-agama-an masyarakat Bali Kuno sangat penting dilakukan karena sampai saat ini masyarakat Bali masih memeluk agama Hindu dengan berbagai perkembangannya namun demikian belum jelas diketahui bagaimana identitas keber-agama-an masyarakat Bali Kuno pada abad IX-XIV Masehi. Penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi identitas keber-agama-an masyarakat Bali Kuno pada abad IX-XIV Masehi berdasarkan data yang ditemukan dalam prasasti meliputi tempat suci keagamaan, upacara, dan persembahan keagamaan pada masa tersebut. Terkait dengan tempat suci keagamaan penelitian ini bertujuan untuk merekonstruksi tempat suci melalui kajian toponimi. Adapun upacara dan persembahan ditelusuri pula melalui kajian etnoarkeologi. Sehingga pada akhirnya akan diperoleh rekonstruksi identitas keber-agama-an masyarakat Bali Kuno pada abad IX-XIV Masehi sebagai upaya memperkuat pemahaman keber-agama-an masyarakat Bali pada masa sekarang. Sumber data penelitian ini meliputi prasasti-prasasti Bali Kuno yang dikeluarkan mulai dari abad IX 804 ?aka/882 Masehi sampai dengan abad XIV 1259 ?aka/1337 Masehi . Kesimpulan yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, tempat suci adalah salah satu bukti fisik keber-agama-an masyarakat Bali Kuno pada abad IX-XIV Masehi, yang di dalam prasasti disebut dengan istilah Hyang/Sanghyang, Ulan, Bhatara, Tirtha, Dangudu, Sambar, Mandala, Katyagan, dan Partapaan. Beberapa tempat suci masih dapat diidentifikasi keberadaannya dan dapat ditemukan hingga masa sekarang walaupun dengan nama yang berbeda. Tempat suci pada masa Bali Kuno abad IX-XIV Masehi dibangun bukan hanya di tempat-tempat yang tinggi gunung dan bukit , tetapi juga dekat dengan sumber air seperti danau, sungai, mata air, dan laut, serta di pusat-pusat pemukiman. Kedua, persembahan-persembahan yang dilakukan oleh masyarakat Bali Kuno pada abad IX-XIV Masehi merupakan hasil dari segala usaha dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat pada masa tersebut. Persembahan juga berupa hasil dari kreativitas atau ketrampilan penduduk dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari baik jasmani maupun rohani. Persembahan tersebut merupakan penyerahan dengan penuh kerelaan tulus ikhlas berupa apa yang dimiliki kepada Tuhan para dewa , leluhur, alam semesta, dan kemanusiaan, demi kesejahteraan serta kesempurnaan hidup bersama dan kemuliaan Tuhan Yang Maha Esa. Ketiga, identitas keber-agama-an masyarakat Bali pada abad IX-XIV Masehi merupakan perwujudan dari kemampuan masyarakat Bali Kuno pada masa tersebut dalam memaknai keberlanjutan kepercayaan prasejarah dan agama Hindu/Buddha. Identitas keber-agama-an masyarakat Bali Kuno pada abad IX-XIV Masehi dapat dirinci sebagai berikut. Pada masa tersebut masyarakat menyebut Dewa Tuhan dan tempat suci dengan beragam istilah. Identitas keber-agama-an pada masa tersebut juga menunjukan adanya keseimbangan antara kebutuhan rohani dan jasmani, keharmonisan hubungan antara manusia dengan lingkungan alam, kebersamaan antara sesama manusia, dan keanekaragaman persembahan. Identitas keber-agama-an pada masa tersebut juga menunjukan adanya keberlanjutan tradisi keagamaan atau kepercayaan sebelumnya pemujaan terhadap leluhur dan ketaatan masyarakat pada masa itu dalam beribadah.

ABSTRACT
Name Ni Ketut Puji Astiti LaksmiStudy Program ArchaeologyTitle Religiosity Identities of The Ancient Balinese Society in The IX XIV Christian Centuries an Epigraphic StudyVarious information on religious lives of the ancient Balinese society in IX XIV century were found in some ancient manuscripts consisting of names of holy places, rituals, peoples rsquo obligations, and religious leaders. Hindu and Buddha followers who were at that time not spread evenly in Bali causes pre cultural traditions of Hindu and Buddha still maintains so firmly till today that the situation found in Bali is different from the ones found in the scope of the Archipelago or in the islands as the pioneers of Indonesia such as Java. This research aims to reconstruct the religious lives the ancient Bali periods of the IX XIV centuries based on the data found in the manuscripts including religious holy places, rituals, and offerings of the periods. In particular with the religious places, this research aims to reconstruct holy places through toponymy studies. Rituals and offerings as religious activities are studied through an etnoarcheological study so that a reconstruction of religious lives in the ancient Bali periods of the IX XIV centuries as identities of religious lives can be found. The data source of the research include the ancient Balinese manuscripts issued from the IX century 804 aka 882 Christian till XIV century 1259 aka 1337 Christian . Till now there are 200 cakeps of manuscripts from 24 kings found in Bali. Nevertheless, not all of them are in complete condition and contain data related to religious aspects. 30 manuscripts chosen are the ones containing religious data and represent other manuscripts of the periods. Religious data collected includedholy places and offerings and they were analyzed through toponymy and etnoarcheological studies. Several conclusions that can be taken in this research are as the followings. First, religious places become physical evidences of the religious lives in the ancient Bali periods of the IX XIV centuries with terms of Hyang Sanghyang, Ulan, Bhatara, Tirtha, Dangudu, Sambar, Mandala, Katyagan, and Partapaan. The existences of some holy places can still be identified and can be found though with different names. Holy places of the periods are not only located in high areas mountains and hills , but they are also located near water sources such as lakes, rivers, springs, and seas, and inside housings. Second, the offerings made by the Balinese people of the ancient Bali periods of the IX XIV centuries are the results of all efforts and activities in the periods. The offerings could also be in the products of their creativities or skills in fulfilling their daily needs. The rituals are offerings in sincere purpose because of the spirits of their lives. The people did them to the God gods , ancestors, nature, and humans for the sake of prosperity and perfectness of their lives and the nobility of the Almighty God.Third, rituals of the Balinese people of the ancient Bali periods of the IX XIV centuries are the forms of the abilities of the ancient Balinese people in adapting them selves to the natural and social environments as well as to the believes they followed. The religious identities in the ancient Bali periods of the IX XIV centuries can be described as the followings. In the periods people called God and holy places in different terms. Religious identities in the periods also show that there were balance of between spiritual and worldly secular needs, harmonious relations of humans with nature, togetherness of humans, and diversity of offering. Religious identities in the periods also show that there were continuity of the tradition on religion and believes existing previously rituals to the ancestors and the loyalties of the peoplesin the periods in worshipping."
2017
D2431
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aditya Revianur
"ABSTRAK
Lanskap situs bangunan suci Hindu-Bali kuno tidak dibangun secara acak, posisi mereka dalam lansekap ditentukan oleh masyarakat pada abad ke-10 sampai 14 Masehi. Situs religi Hindu-Bali kuno dibangun di daerah aliran sungai DAS empat sungai besar di Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali, yaitu Sungai Pakerisan, Sungai Petanu, Sungai Kungkang, dan Sungai Wos. Tesis ini membahas lanskap situs bangunan suci Bali Kuno dengan pendekatan Fenomenologi Heidegger. Arkeologi Lanskap memberikan petunjuk berharga mengenai wacana orang Bali kuno melihat pemandangan di sekitar mereka, dan bagaimana hal itu dikembangkan dan diciptakan. Tulisan ini juga menegaskan pentingnya ruang berdasarkan konsep kosmologi Hindu yang menentukan lanskap Bali Kuna. Ruang kosmologis juga mengungkapkan pembagian sungai Bali berdasarkan tingkat lokasi situs sesuai dengan konsep triloka yang merujuk pada dunia bawah Bhurloka , dunia tengah Bhuwarloka , dan dunia atas Swarloka . Tesis ini juga menawarkan refleksi tentang struktur tempat-tempat keagamaan dan hubungannya dengan ruang dikonsepsikan yang menunjukkan pengaruh pemikiran Hindu-India, serta batasannya.

ABSTRACT
Landscapes of Ancient Hindu Balinese religious sites were not built anywhere, their position determined by peoples in the 10th to 14th century. The ancient Hindu Balinese religious site was built in the watersheds of four major rivers in Gianyar Regency, Bali Province, Indonesia, i.e. Pakerisan river, Petanu river, Kungkang river, and Wos river. This thesis reveals the main trait of landscape archaeology with Heidegger Phenomenological approach in archaeology to religious sites in the ancient Balinese period 10th up to 14th centuries . Landscape Archaeology provides valuable clues about how ancient Balinese people saw the landscape around them, and how it was developed and created. It confirms the importance of space based on Hindu cosmology concept which determined the Ancient Balinese Landscape. This cosmological space also reveals the division of Balinese rivers based on the level of the ancient Balinese temples location according to Trailokya concept which explains lower world Bhurloka , middle world Bhuvarloka , and upper world Svarloka . This thesis also offers a reflection on the structure of the religious places and its relations with conceptualized space, showing the influence of Hindu Indian thought, as well as its limits"
2017
T48437
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembangunan pariwisata di Bali telah banyak memberikan perubahan terhadap
lingkungan Bali. Perubahan-perubahan baik fisik maupun sosial membuat masyarakat Bali
harus menyesuaikan dirinya ke dalam lingkungan yang baru. Penelitian ini memusatkan
perhatiannya terhadap proses penyesuaian diri masyarakat Bali terhadap perubahan
lingkungan tersebut. Masyarakat Bali adalah masyarakat yang bersifat religius. Oleh
karena itu penelitian ini ingin melihat lebih jauh bagaimana hubungan antara
keberagamaan, dalam hal ini Hindu, dengan penyesuaian diri masyarakat Bali
Teori mengatakan bahwa ranah keberagamaan yang berhubungan dengan
penyesuaian diri seseorang adalah orientasi beragama (terdiri dari orientasi ekstrinsik
sosial ekstrinsik personal dan intrinsik), pandangan agama (pandangan tentang Tuhan),
dan gaya coping agama (serah-diri, atur-diri, kerja-sama). Teori yang berkembang di Barat
mengatakan bahwa pandangan tertentu tentang Tuhan akan berhubungan dengan salah
satu tipe orientasi beragama dan bersama-sama akan mendasari gaya coping seseorang
dalam menghadapi masalah, dan selanjutnya akan berhubungan dengan penyesuaian diri
seseorang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Untuk itu dilakukan
penyusunan dan pengadaptasian alat ukur masing-masing variabel berupa kuesioner.
Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasi (Pearson Product
Moment), Regresi Majemuk, Analisa Varians dan Analisa Faktor. Pengukuran
penyesuaian diri menggunakan kecemasan sebagai indikator penyesuaian diri, dengan
asumsi semakin cemas seseorang dalam suatu situasi tertentu (intensitas dan frekuensi
mnnculnya kecemasan tinggi) mengindikasikan kesulitan penyesuaian diri dalam situasi
tersebut.
Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa variabel keberagamaan bisa
meramalkan (menjelaskan) kecemasan masyarakat Bali terhadap perubahan lingkungan
akibat pembangunan (kemajuan) pariwisata. Tetapi tidak semua variabel keberagamann
bisa dijadikan peramal yang baik. Penelitian ini menunjukkan bahwa pandangan Tuhan
yang Pemarah atau Tuhan yang akan murka apabila manusia berbuat kesalahan
berhubungan dengan orientasi beragama seseorang untuk menggunakan agama sebagai
alat untuk mendapatkan ketenangan, rasa aman dan justifikasi diri (ekstrinsik personal).
Dan kedua variabel ini herhublmgan dengan gaya coping yang bekemja sama dengan Tuhan
dalam menghadapi masalah. Dan ternyata variabel-variabel tersebut berkorelasi positif
dengan kecemasan.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pandangan bahwa
Tuhan yang Pemarah ini kemungkinan membuat manusia merasa takut berbuat salah dalam
situasi yang banyak berubah (perubahan lingkungan), dan ini mendasari seseorang
(masyarakat Bali) untuk mencari rasa aman atau ketenangan batin dengan menggunakan agamanya (ekstrinsik personal) dan akan memberi peran yang besar pada Tuhan untuk
memecahkan masalah yang dihadapi dengan gaya coping kerja-sama atau serah-diri.
Korelasi antara kecemasan dengan gaya coping serah-diri berarti bahwa semakin cemas
seseorang dalam suatu situasi yang berkaitan dengan perubahan lingkungan di Bali, akan
semakin memasrahkan masalah yang dihadapinya kepada Tuhan karena takut berbuat salah
dan mendapat murka dari Tuhan.
Saran yang bisa diberikan dalam penelitian ini herhubungan dengan kepentingan
studi lebih lanjut. Salah satunya adalah saran metodologis untuk lebih meningkatkan
keterandalan alat ukur dengan penyempurnaan pada proses adaptasi alat dan penggunaan
sampel yang lebih ditekankan pada pembagian kelompok berdasarkan warna/kasta
seseorang di Bali, karena ternyata timbul perbedaan skor kecemasan berdasarkan
pengelompokan warna/hasta."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnestesia Putri Aryani
"Selama ini, kematian dianggap sebagai akhir dari pemenuhan utilitas yang ingin dicapai selama hidup. Meskipun demikian, teori yang dipaparkan oleh Azzi dan Ehrenberg (1975) justru menyatakan adanya kepercayaan akan kehidupan setelah kematian mau tidak mau membuat manusia harus mempertimbangkan utilitas yang ingin dicapai kelak. Sedekah dan partisipasi dalam kegiatan keagamaan, dianggap sebagai investasi yang dapat memberikan jaminan terhadap pencapaian utilitas pada kehidupan setelah kematian. Penelitian ini menemukan adanya hubungan substitusi antara sedekah dan partisipasi serta pengaruh positif dari tingkat keimanan seseorang terhadap sedekah dan partisipasi tersebut. Selain itu, ditemukan pula bahwa peningkatan usia akan meningkatkan sedekah dan partisipasi yang dilakukan seseorang.

People tend to think that death is the end of their pursuit to maximization of utility. Instead, Azzi and Ehrenberg?s theory of lifecycle consumption (1975) said that afterlife belief give another perspective for us, to considering about the afterlife utility. Religious giving and participation in a religious activity, considered as investment for a guarantee of a better afterlife utility. This study find a substitute relation between religious giving and participation. Also, the religious giving and participation have a positive and significant impact for every additional age and increasing in belief.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
S59000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hannibal
"ABSTRAK
Rancangan Program Dzikir Untuk Meningkatkan Penerimaan Diri Narapidana
Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Pemuda Tangerang?
(83 halaman + xiii halaman, 5 Tabel, 8 Gambar dan Lampiran)
Untuk terciptanya pcmbinaan di Lapas khususnya pcmbinaan
kepribadian sebagai pembinaan tahap awal, diperlukan sikap penerimaan diri
narapidana dalam menerirna kenyataan peristiwa hukum yang dialaminya.
Dengan penerimaan diri tersebut diharapkan sikap mereka menjadi ikhlas dan
mau berperan aktif dalam pembinaan di Lapas. Program dzikir yang ditawarkan
adalah dzil-:ir dengan metode Tareqat Qadiriyah Naqsabandiyah (TQN).
Kegiatan dzikir ini menjadi stimulus bempa informasi baru dalam bentuk
keyakinan atas nilai-nilai kcbesaran Allah SWT yang harus ditaali dan dipatuhi
sebagai penentu atas segala masalah yang teljiadi agar tercipta keseimbangan
pada elemen kognisi narapidana sehingga merubah sikap menarik diri menjadi
menerima masalahnya dengan ikhlas dan mau mentaati dan mematuhi segala
apa yang menjadi kewajibannya, termasuk berperan aktif dalam pembinaan di
Lapas."
2007
T34067
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eneng Khairun Nisa
"Penelitian ini tentang komitmen religius dan apresiasi terhadap tubuh pada perempuan berhijab dan tidak berhijab. Sebanyak 753 perempuan muslim berusia 12-40 tahun telah melengkapi instrumen penelitian, di antaranya Religious Commitment Inventory-10, Body Appreciation Scale-2, serta sebagian dari Hijab Index. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya hubungan antara komitmen religius apresiasi tubuh dan pada perempuan muslim berhijab dan tidak berhijab.
Hasil lain juga menunjukkan bahwa perempuan yang berhijab memiliki skor komitmen religius yang lebih tinggi dibandingkan perempuan tidak berhijab. Di sisi lain, tidak ditemukan adanya perbedaan antara kelompok usia remaja dan dewasa muda pada variabel komitmen religius dan apresiasi tubuh.

This research examined religious commitment and body appreciation among Muslim female with and without hijab. A total of 753 Muslim female were completed research instrument assessing religious commitment (Religious Commitment Inventory-10), body appreciation variable (Body Appreciation Scale-2), and the frequency of hijab use (part of Hijab Index).
Results showed that religious commitment and body appreciation were significantly correlated among muslim female with and without hijab. Female with hijab had greater religious commitment score than female without hijab. However, there were no significant differences between adolescents and young adults muslim female in religious commitment and body appreciation."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59027
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Slattum, Judy
Singapore: Periplus, 2003
R 391.434095986 SLA b
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
"This article is intended to inform a real description related to the religious expression and activity of engineering student
in Japan. Information is collected by direct interaction with the students, and also by visiting religious sites around the
campus. Visit to the student apartments is also carried out to obtain information regarding religious activity that is held
in daily life. It is found from the observation that religious activities such as reading a holy book and praying is not
carried out anymore. Praying is done three times a year, namely at Bon ceremony, which is ceremony to respect the
return ancestor to the earth from heaven, at Higan ceremony that is ceremony to respect the ancestor, and also new year
praying. It is found surprisingly, something unique related to the religion that is many students have and bring amulet
(o-mamori) that is obtained from the Shinto shrine or Buddhist temple. It is also popular to take a written oracle that
tells the fortune in the Buddhist Temple or Shinto Shrine. This written oracle in Japan is called with o-mikuji. The
belief that is not related to the religion but still popular is to respect the mountain. Mountain climbing is a religious
activity that often held by the engineering student"
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2007
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Dhahnial
"Masyarakat Indonesia sedang menghadapi berbagai situasi yang memprihatinkan. Krisis yang belum selesai, korupsi yang merajalela, tingkat pengangguran yang tinggi serta berbagai hal yang mengindikasikan bahwa Masyarakat sedang berada dalam kondisi disorganized. Kondisi ini lebih-lebih terjadi di masyarakat perkotaan sebagai tempat munculnya industrialisasi dan modernisasi yang pada sisi tertentu menyebabkan berbagai permasalahan sosial yang kompleks. Masyarakat perkotaan dihadapkan pada permasalahan sosial yang kompleks dan kadangkala menimbulkan gejala seperti perasaan gelisah, serba tidak puas, perasaaan serba ragu dan serba salah, frustasi, sengketa batin dengan orang lain dan lingkungan, merasa hampa, kehilangan semangat hidup dan munculnya berbagai penyakit psikosomatis.
Berbagai permasalah ini mempunyai kemiripian dengan ciri-ciri munculnya diskrepansi diri (Fromm, Rogers, Baron & Byrne). Lantas, di tengah diorganisasi sosial pada masyarakat kota menjadi menarik untuk mengetahui konsep diri dan diskrepansi pada orang kota. Salah satu faktor dalam pembentukan persepsi individu adalah faktor agama. Agama menjadi menarik untuk diselidiki karena karena pada era transisi sosial dan politik saat ini, perkembangan dan dinamika kehidupan keagamaan menjadi sangat kompleks, bahkan sejak sebelum terjadinya reformasi politik Indonesia yang menyebabkan tumbangnya Soeharto. Agama secara historis dan sosiologis mempunyai peran yang kuat dalam kehidupan bangsa Indonesia. Pada kondisi ini menarik untuk mengetahui bagaimana pola keberagamaan masyarakat kota.
Penelitian ini mengambil latar belakang kota Jakarta dengan segala permasalahannya yang dihadapkan pada berbagai nilai-bilai yang nantinya akan membentuk konsep diri orang-orang di dalamnya. Pertanyaanpertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimanakah konsep diri orangorang di kota besar (dalam hal ini kota Jakarta)? Dengan berbagai kondisi yang melatarbelakanginya, bagaimanakah gambaran diskrepansi diri riil dan ideal serta diskrepansi diri riil dan sosial? Salah satu konstruk konsep diri adalah belief yang terbangun pada masyarakat di sekitar individu termasuk di dalamnya adalah agama. Kemudian timbul pertanyaan bagaimanakah keberagamaan orang-orang-orang di kota besar? Adakah keberagamaan berpengaruh pada konsep diri serta diskrepansi diri orang-orang tersebut?
Dalam menjawab rumusan masalah tersebut, penelitian ini menggunakan teori komponen konsep diri dari Baron (1994), diskrepansi konsep diri Higgins (dalam Bracken, 1996), social self dari Fromm (1961), akibat-akibat diskrepansi dari Rogers, Fromm dan Higgins, keberagamaan Schaefer & Gorsuch (1991), Allport (1959) serta Pargament (1997). Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif sebagai penunjang. Subyek penelitian adalah individu-individu tinggal di Jakarta dan tercatat mempunyai KTP Jakarta, pendidikan minimal SMU. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pengukuran rata-rata, standar deviasi, dan pengukuran regresi serta effect coding pada regresi berganda.
Dari hasil penelitian, didapat bahwa diri ideal adalah diri yang lebih menonjol dibandingkan dengan diri yang sesungguhnya dan diri yang ditampilkan di lingkungan. Subyek memandang agak positif terhadap konsep diri riil dan memandang positif terhadap konsep diri ideal serta sosial. Diskrepansi konsep diri real-ideal mereka tergolong rendah. Rendahnya diskrepansi tersebut melalui hasil analisa data kualitatif disebabkan karena tuntutan dari lingkungan yang secara umum dapat dipenuhi oleh subyek Sementara diskrepansi konsep diri real-sosial ditemukan sangat rendah.
Melalui hasil kualitatif didapat bahwa keterkaitan diri sesungguhnya dengan masyarakat sangatlah kuat, bahkan masyarakat dianggap sebagai norma tertinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa orientasi religius intrinsik pada subyek tergolong tinggi sementara orientasi religius ekstrinsik tergolong agak rendah. Gaya coping religius yang dominan dipakai oleh subyek adalah gaya Kerja Sama. Pemaknaan Tuhan yang utama adalah sebagai Pencipta, Penguasa, dan Penentu sementara pemaknaan agama yang utama adalah agama sebagai pedoman hidup dan norma-norma.
Hasil lainnya adalah orientasi religius intrinsik ternyata berhubungan dengna pembentukan konsep diri baik real, ideal maupun sosial. Selain itu, gaya coping religius Kerja Sama juga berpengaruh terhadap konsep diri sesorang. Sementara komponen lain dalam keberagamaan tidak berkontribusi dalam pembentukan konsep diri seseorang."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S3375
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulmaida Amir
"ABSTRAK
Inisiatif pertumbuhan diri merupakan keterampilan individu dalam mencari kesempatan untuk tumbuh growth sebagai pribadi. Penelitian ini mengkaji peran keyakinan agama dalam menentukan inisiatif pertumbuhan diri. Keyakinan agama umumnya diteliti melalui religiusitas, sementara dalam Al-Qur rsquo;an cukup banyak ayat yang mendorong agar manusia bertindak progresif memperbaiki kehidupan, yang sejauh ini belum cukup dikaji dalam psikologi. Apakah orang yang meyakini nilai-nilai Islam yang mendorong kemajuan akan lebih baik dalam inisiatif pertumbuhan diri? Pertanyaan ini dijawab melalui religiusitas dan keyakinan pada nilai-nilai Islam progresif dengan meneliti pengaruhnya terhadap inisiatif pertumbuhan diri. Religiusitas merupakan keyakinan kepada Tuhan, praktek ibadah, dan pengalaman religius, sementara keyakinan pada nilai Islam progresif adalah keyakinan akan pentingnya berpikir logis, memperbaiki diri, bekerja keras, dan meyakini kemampuan diri. Penelitian dilakukan terhadap 769 mahasiswa di Jakarta dan Padang, dengan alat ukur berupa skala inisiatif pertumbuhan diri dari Robitschek et.al. 2009, 2012 , skala religiusitas dan skala nilai Islam progresif yang dibuat sendiri. Hasil penelitian menunjukkan, ldquo;religiusitas bersama-sama dengan keyakinan pada nilai Islam progresif berpengaruh terhadap inisiatif pertumbuhan diri rdquo;. Artinya, orang dengan keyakinan Islam yang memiliki kecenderungan aktif memperbaiki diri adalah orang yang cenderung religius dan mempedomani nilai-nilai Islam yang mendorong untuk berpikir logis, aktif memperbaiki diri, bekerja keras, dan meyakini kemampuan diri.

ABSTRACT
Personal growth initiative is an individual skill of seeking opportunities to grow as a person. This study examines the role of religious belief in determining personal growth initiatives. Religious beliefs is generally examined through religiosity, while in the Al Qur 39 an a quite number of verses encourage people to progressively improve their lives, which so far have not been adequately studied in psychology. Do people who believe in Islamic values that promote development will be better at personal growth initiative This question is answered through religiosity and belief in progressive Islamic values by examining its influence on personal growth initiative. Religiosity is a belief in God, a practice of worship, and religious experience, while belief in progressive Islamic values is a belief in the importance of logical thinking, self improvement, hard work, and self confidence. The study was conducted on 769 students in Jakarta and Padang. The personal growth initiative was measured by personal growth initiative scale PGIS II Robitschek et.al., 2009, 2012 . New measures were developed to assess religiosity and progressive Islamic values. The results is religiosity and belief in progressive Islamic values both have a positive influence on personal growth initiative . It means, the people with Islamic beliefs that have active tendency to improve themselves are people who tend to be religious and promote Islamic values that encourage to think logically, actively improve themselves, work hard, and confidence to their self ability."
2017
D2410
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>