Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132017 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ekha Meyliyanti
"ABSTRAK
Penyalahgunaan narkoba merupakan tindakan menyimpang karena tidak ada pihak yang dirugikan ketika tindakan tersebut dilakukan. Data terkait penyalahgunaan narkoba di Indonesia menunjukkan angka yang cenderung fluktuatif. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah aktivitas penyalahgunaan narkoba adalah dengan menemukan pola dari pengguna narkoba sehingga tindakan pengawasan yang dilakukan tepat sasaran. Tugas Karya Akhir ini berupaya melihat pola demografi sosial penyalahgunaan narkoba di Indonesia pada tahun 2016. Tulisan ini hendak menjelaskan secara deskriptif bagaimana hubungan antara penyalahgunaan narkoba dengan pola demografi sosial berdasarkan beberapa variabel seperti, 1 jenis kelamin, 2 usia, 3 tingkat pendidikan, dan 4 pekerjaan. Berdasarkan variabel tersebut diketahui bahwa pola demografi sosial peyalahgunaan narkoba di Indonesia paling banyak dilakukan oleh jenis kelamin laki-laki, usia tiga belas tahun hingga delapan belas tahun, tingkat pendidikan SLTA, dan pekerjaan di perusahaan swasta.

ABSTRACT
Drug abuse is an act of deviance because it doesn rsquo t harm other parties aside from the user itself. The data regarding drug abuse in Indonesia shows rather fluctuating number over the years. One effort that can be done to prevent the activity of drug abuse is by finding patterns of drug users so that supervisory measures can be done effectively. This thesis describes social demographic patterns of drug abuse in Indonesia in the period of 2016. This research will describe the relationship between drug abuse with social demographic patterns based on variables such as 1 gender, 2 age, 3 education, and 4 occupation. Based on these variables, it is known that the social demographic patterns of drug abuse in Indonesia is mostly done by male, age thirteen up to eighteen years old, high school education level, and work in private company."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dadang Hawari
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2001
362.293 HAW p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Isnaini
"ABSTRAK
Pengetahuan mengenai kerentanan sosial ekonomi suatu wilayah terhadap penyalahgunaan narkoba dapat digunakan sebagai bahan penyusunan kebijakan pengelolaan risiko penyalahgunaan narkoba yang lebih tepat sasaran, efektif dan efisien.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kerentanan sosial ekonomi (tingkat pendidikan, tingkat pengangguran, tingkat penghasilan, rasio jenis kelamin, tingkat kemiskinan, dan akses ke pelayanan kesehatan) terhadap prevalensi penyalah guna narkoba ; serta untuk mengetahui indeks kerentanan sosial ekonomi terhadap penyalahgunaan narkoba di setiap provinsi yang kemudian digunakan untuk menganalisis risiko penyalahgunaan narkoba.
Metode yang digunanakan uji statistik regresi linier berganda dan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan Uji F ke 6 indikator kerentanan sosial ekonomi signifikan terhadap prevalensi dan pada uji t tingkat penghasilan signifikan terhadap prevalensi; Indeks kerentanan sosial ekonomi di Indonesia terdiri dari kelas tinggi dan sedang; risiko penyalahgunaan narkoba di Indonesia terdiri dari kelas tinggi, sedang, dan rendah. Kesimpulannya kerentanan sosial ekonomi di setiap Provinsi di Indonesia mempengaruhi prevalesi dengan tingkat penghasilan yang paling berpengaruh; Indeks kerentanan sosial ekonomi kelas tinggi terdapat di 9 Provinsi dan kelas sedang di 25 Provinsi; risiko penyalahgunaan narkoba kelas tinggi terdapat di 5 Provinsi, kelas sedang di 9 Provinsi dan kelas rendah di 20 provinsi.

ABSTRACT
The Knowledge about socio-economic vulnerability that related to drug abuse in a region can be used for the preparation of risk management policy so it can be more targeted, effective and efficient. The purpose of this study is to determine the effect of socio-economic vulnerability (education level, unemployment rate, income level, sex ratio, poverty level, and access to health) to the prevalence of drug abuse; also to find out the socio-economic vulnerability index that related to drug abuse in each province, then it is used to analyze the drug abuse risk.
Using multiple linear regression test statistic and spatial analysis as the method. The results showed that F test of the 6 socio-economic indicators significant effect the prevalence and the t test show that income level effect the prevalence; The socio-economic vulnerability index in Indonesia consists of high and medium class; The drug abuse risks in Indonesia consist of high, medium, and low class. The conclusions are that socio-economic vulnerability in Indonesia province effect the prevalence of drug abuse with the income level effect the most; High class socioeconomic vulnerability index in 9 Provinces and moderate classes in 25 Provinces; High class of the drug abuse risk is in 5 provinces, middle class in 9 provinces and low grade in 20 provinces."
2017
T47749
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hardi Chandra
"Wilayah hukum Polres Metro Jakarta Barat memiliki 60% tempat hiburan malam di DKI Jakarta yang sangat potensial akan maraknya peredaran narkoba. Tindak pidana narkoba sendiri sudah dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang dilakukan dengan menggunakan modus yang semakin berkembang dalam mengelabuhi petugas kepolisian. Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi yang semakin cepat juga menjadi akselerator peredaran narkoba terutama di Jakarta Barat. Hal tersebut tentu menjadi tantangan tersendiri bagi Polres Metro Jakarta Barat untuk menangani dan menanggulangi penyalahgunaan narkoba, terutama dalam menggunakan diskresi bagi pengguna.
Polisi dalam menjalankan tugasnya di lapangan memiliki aturan-aturan khusus untuk melakukan tindakan hukum. Ketentuan tersebut tertuang dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, di samping itu juga memiliki aturan moral yang menjadi pedoman dan harus ditaati. Pedoman-pedoman kerja polisi tersebut memiliki keluwesan bertindak, kewenangan yang bersifat diskresioner, yakni kewenangan atau otoritas yang dimiliki polisi untuk melakukan tindakan yang menyimpang sesuai dengan situasi dan pertimbangan hati nuraninya. Penggunaan diskresi merupakan kekuatan polisi untuk menyelesaikan persoalan masyarakat secara cepat dalam rangka menciptakan keamanan dan ketertiban umum.
Penggunaan diskresi dalam penyidikan pada tindak pidana narkoba merupakan salah upaya untuk menangani dan menanggulangi penyalahgunaan narkoba. Polres Metro Jakarta Barat menggunakan diskresi untuk mengungkap jaringan peredaran narkoba dan dalam bentuk rehabilitasi. Dalam pengungkapan jaringan peredaran narkoba, teknik controlled delivery dan undercover buy yang digunakan lebih efektif jika didukung oleh penggunaan teknologi informasi. Sedangkan penggunaan diskresi dalam bentuk rehabilitasi diberikan kepada pengguna yang terbukti positif menggunakan narkoba tanpa barang bukti atau terdapat barang bukti namun dibawah ketentuan dalam SE MA Nomor 4 Tahun 2009.

Jurisdiction in Polres Metro Jakarta Barat have a 60% nightclubs in Jakarta potential of the extent of drug trafficking. The criminal act of drug itself has been categorized as an extraordinary crime committed by using a mode that is growing in a fool police officers. Coupled with increasingly rapid technological development has also become an accelerator drug trafficking, especially in West Jakarta. It is certainly a challenge for Polres Metro Jakarta Barat to handle and cope with drug abuse, especially in the use of discretion for the user.
Police in carrying out their duties in the field has specific rules to take legal action. The provisions contained in the Code of Criminal Procedure (KUHAP), in addition, it also has the moral rules that guide and must be obeyed. The guidelines of the police work with the flexibility to act, the authority is discretionary, the authority or the authority of the police to carry out actions that deviate according to the situation and consideration of conscience. The use of discretion is a police force to solve community problems quickly in order to create security and public order.
The use of discretion in the investigation on the crime of drug is one attempt to address and combat drug abuse. West Jakarta Metro Police use discretion to uncover the drug trafficking network and in the form of rehabilitation. In the disclosure of drug distribution network, controlled delivery and undercover techniques buy used more effectively if they are supported by the use of information technology. While the use of discretion in the form of rehabilitation is given to the user who tested positive for using drugs without evidence or there is evidence but under the provisions of the SEMA No. 4 tahun 2009."
Depok: Universitas Indonesia, 2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ardhy
"Penyalahgunaan narkoba masih menjadi ancaman utama diberbagai belahan dunia, termasuk saat pandemi Covid-19 mewabah. Penyalahgunaan narkoba tidak menunjukan penurunan ditengan pembatasan mobilitas manusia dan barang. Penelitian ini berusaha melihat bagaimana strategi penanggulangan dan kendala yang dihadapai dalam menanggulangi penyalahgunaan narkoba selama pandemi Covid-19 diwilayah hukum Polda Metro Jaya. Adapun lokasi penelitian adalah pada Direktorat Reserse Narkoba Polda Metro Jaya di Jakarta. Dengan menggunakan penelitian kualitatif dengan sumber data primer dan sekunder, analisa menggunakan triangulasi sebagai uji validitas data. Hasil penelitian menunjukan bahwa strategi penanggulangan dilakukan dengan beberapa cara antara lain melalui razia kegiatan rutin yang ditingkatkan, pembentukan kampung tangguh jaya bersih narkoba, operasi kewilayahan nila jaya dan operasi gabungan serta pembentukan satuan tugas. Kendala yang ditemukan untuk melakukan penegakan hukum terdiri dari kendala internal diantaranya personil yang terinfeksi virus Covid-19 dan terbatasnya pergerakan personil. Sedangkan kendala eksternal perubahan konsumsi narkoba,serta perubahan pola distribusi narkoba.

Drugs abuse is still a major threat in various parts of the world, including during the Covid-19 pandemic. Drugs abuse does not a decrease in the midst of restrictions on the mobility of people and goods. This study seeks to see how strategies and obstacles are faced in countermeasures drugs abuse during the Covid-19 pandemic in the jurisdiction of the Metro Jaya Regional Police. The research location is the Directorate of Narcotics Investigation of the Metro Jaya Regional Police in Jakarta. By using qualitative research with primary and secondary data sources, triangulation analysis as a test of data validity. The result of the study show that the countermeasures strategy is carried out in several ways including kegiatan rutin yang ditingkatkan raids, drug-free villages call with kampung tangguh jaya, nila jaya regional operations, and joint operations dan the formation task forces. Obstacles found in carrying out law enforcement consisted of internal obstacles including personnel infected with the Covid-19 virus and limited personnel movement. While the external constraints are changes in drug consumption, as well as changes in drug distribution patterns."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erma Antasari
"Pendahuluan: Pekerja merupakan salah satu kelompok rentan penyalahgunaan narkoba. Penggunaan narkoba oleh pekerja dapat menyebabkan hilangnya produktivitas, kecelakaan dan cedera di tempat kerja, peningkatan ketidakhadiran karyawan, penurunan semangat kerja dan gangguan kesehatan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui determinan demografi dan psikososial penyalahgunaan narkoba pada pekerja di Indonesia.
Metode: Penelitian ini merupakan analisis data sekunder dari Survei Nasional Penyalahgunaan Narkoba pada Kelompok Pekerja Tahun 2017 dengan jumlah responden sebanyak 34.397. Analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi logistik.
Hasil: Uji multivariat menunjukkan perilaku penyalahgunaan narkoba pada pekerja berhubungan dengan karakteristik demografi (pendidikan), karakteristik psikologis (sikap setuju terhadap penyalahgunaan narkoba, perilaku merokok, perilaku minum minuman beralkohol, perilaku seks berisiko dan melakukan pekerjaan berisiko tinggi/ berbahaya), dan karakteristik sosial (lingkungan rumah rawan narkoba, kemudahan mendapatkan narkoba, keluarga menggunakan narkoba, teman kerja menggunakan narkoba, teman sepergaulan menggunakan narkoba, konflik dengan keluarga, konflik dengan rekan kerja, usia pertama kali bekerja kurang dari 15 tahun dan jarang/ tidak pernah melakukan kegiatan beribadah).
Kesimpulan: Banyak faktor yang berpengaruh terhadap penyalahgunaan narkoba pada pekerja, oleh karena itu perlu adanya upaya komprehensif untuk mendorong terciptanya program pencegahan penyalahgunaan narkoba pada pekerja di Indonesia.

Introduction: Workers are one of the vulnerable groups for drug abuse. Drugs use by workers can lead to loss of productivity, workplace accidents and injuries, the increase of employee absenteeism, the decrease in morale and health problems. The purpose of this study was to determine the demographic and psychosocial determinants of drug abuse among workers in Indonesia.
Methods: This study was an analysis of secondary data from the 2017 National Survey on Drug Abuse in the Working Group with a total of 34,397 respondents. Data analysis was performed using logistic regression.
Results: The multivariate test showed that drug abuse behavior among workers was related to demographic characteristics (education), psychological characteristics (the agreeable attitude towards drug abuse, smoking behavior, drinking behavior, risky sex behavior and doing high-risk/dangerous work), and social characteristics. (drug-prone home environment, easy access to drugs, family consuming drugs, coworkers consuming drugs, friends consuming drugs, conflict within the family, conflict with the co-workers, age at the first time working less than 15 years and rarely/never doing religious activities). Conclusion: Many factors influence drug abuse among workers, therefore there is a need for comprehensive efforts to encourage the creation of a drug abuse prevention programs for workers in Indonesia.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gede Arif Hartanto
"ABSTRAK
Siswa SMA termasuk golongan remaja yang masa pencarian identitas diri,dalam masa tersebut remaja tidak jarang terlibat dalam pergaulan yang menyimpang khusunya penggunaan narkoba. Oleh karena itu diperlukannya penelitian mengenai faktor penyebab penyalahgunaan narkoba di pada siswa SMA Pemilihan SMA Triguna sebagai obyek penelitian karena masih banyak siswa terindikasi positif narkoba atau mempunyai riwayat narkoba.Tujuan dari penelitian untuk mengetahui sejauhmana efektifitas sosialisasi program P4GN yang telah dilaksanakan terhadap penurunan angka penyalahgunaan penurunan penyalahguna narkoba. Untuk menjawab permasalahan penelitian ini, menggunakan teori yang dikemukakan Budiani bahwa untuk mengukur efektivitas suatu program dapat dilakukan dengan menggunakan variabel berikut: ketepatan sasaran program, sosialisasi program, tujuan program serta pemantuan program sehingga terjadi suatu keefektifan secara menyeluruh dan komperhensif. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif serta metode kuantitatif yang digunakan untuk mendukung hasil Kualitatif. Teknik penelitian ini adalah observasi dan wawancara kepada para informan, tahap selanjutnya peneliti juga menggunakan Kuesioner data guna mendukung hasilkualitatif. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sosialisasi program P4GN telah efektif dilaksanakan, faktor lingkungan sebaya lebih dominan yang menjadi faktor mendorong siswa SMA Triguna masih menggunakan narkoba.

ABSTRACT
High school students include teenagers who search period of identity, in those days teenagers are not infrequently involved in the association deviant especially drug use. Therefore the need for research on the factors causing drug abuse in high school students. Selection of SMA Triguna as the object of research because there are many students indicated positive drugs or have a history of drugs. The purpose of the study to determine the extent of effectiveness of socialization P4GN program that has been implemented to decrease the number of abuses of drug abusers abuse. To answer the problems of this research, using the theory put forward Budiani that to measure the effectiveness of a program can be done by using the following variables the accuracy of program targets, program socialization, program objectives and monitoring program resulting in a comprehensive and comprehensive effectiveness. Research method using descriptive qualitative approach and quantitative method used to support the result of Qualitative. Technique of this research is observation and interview to informant, next step also researcher use data questionnaire to support result qualitative. The conclusion of this research is the socialization of P4GN program has been effectively implemented, peer environmental factors more dominant which become the factor to encourage high school students Triguna still use drugs. "
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardha Raya
"Tujuan: Perawat sebagai salah satu bagian dari multidisiplin yang memiliki peran penting dalam menangani individu dual diagnosis. Tujaan penelitian untuk mengetahui penanganan individu dual diagnosis dari perspektif perawat selama ini. Metode: Desain deskriptif kualitatif dengan wawancara in-depth interview semi terstruktur via daring. Total partisipan 31 perawat di 4 tempat penelitian yaitu BNN LIDO Bogor, RSKO Jakarta Selatan, RS Marzoeki Mahdi Bogor dan Puskesmas Tebet, dengan menggunakan convenience sampling. Analisis data dengan pendekatan analisis tematik. Penelitian ini disetujui oleh komite etik. Hasil: Penelitian ini menghasilkan 5 tema; (1) gambaran pelayanan kesehatan individu dual diagnosis belum ada ke khasan saat ini (2) dominasi peran interkolaborasi perawat pada penanganan dual diagnosis (3) kondisi emosional perawat saat merawat individu dual diagnosis (4) faktor pendukung dan penghambat perawat saat penanganan individu (5) harapan pemenuhan kebutuhan perawat untuk peningkatan kualitas pelayanan dual diagnosis. Kesimpulan: Penanganan individu dual diagnosis belum ada ke khasan saat ini dikarenakan individu bergabung dengan individu NAPZA murni dalam perawatan program rehabilitasi NAPZA dan masih sedikit perhatian terhadap masalah gangguan jiwa yang dialaminya. Belum adanya pedoman, panduan ataupun standar keperawatan khusus untuk dual diagnosis perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut berbagai sektor, sehingga individu dual diagnosis dapat ditangani secara tepat dan terstandar.

Aims: Nurses as part of multidisciplinary have an important role in dealing with individual dual diagnosis. The research objective is to determine the individual handling of dual diagnoses from the perspective of nurses so far. Methods: Qualitative descriptive design with semi structured in-depth interviews online. The total participants were 31 nurses in 4 research sites, namely BNN LIDO Bogor, RSKO South Jakarta, Bogor Marzoeki Mahdi Hospital and Tebet Public Health Center, using convenience sampling. Data analysis with a thematic analysis approach. This study was approved by the ethics committee. Results: This study resulted in 5 themes; (1) the description of dual diagnosis individual health services has no specificity at this time (2) the dominance of the inter-collaboration role of nurses in handling dual diagnosis (3) the emotional condition of nurses when caring for dual diagnosis individuals (4) supporting and inhibiting factors for nurses when handling individuals (5) ) the hope of fulfilling the needs of nurses to improve the quality of dual diagnosis services. Conclusion: The treatment of dual diagnosis individuals is not specific at this time because the individual joins a pure drug individual in the treatment of a drug rehabilitation program and there is still little attention to the mental problems they experience. The absence of specific nursing guidelines or standards for dual diagnosis requires further discussion of various sectors, so that individual dual diagnoses can be handled appropriately and in a standardized manner."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atik Mardiani Kholilah
"Penyalahgunaan narkoba memiliki imbas yang sangat besar terhadap kondisi fisik, psikis dan sosial pemakainya. Undang Undang Nomor 35 Tahun 2009 pasal 54 menyebutkan penyalahguna narkoba wajib menjalani rehabilitasi medis dan sosial sebagai upaya pemulihan namun tempat rehabilitasi yang disediakan pemerintah tidak sebanding dengan prevalensi penyalahguna narkoba di Indonesia. Pondok Inabah adalah salah satu tempat rehabilitasi narkoba milik swasta yang menggunakan pendekatan spiritual seperti mandi taubat, sholat dan dzikir untuk menyembuhkan penyalahguna narkoba tanpa adanya upaya medis. Studi ini merupakan studi fenomenologi deskriptif yang bertujuan untuk mengeksplorasi pengalaman penyalahguna narkoba menjalani terapi Inabah dengan menggunakan wawancara mendalam. Partisipan berjumlah 12 orang penyalahguna yang menjalani terapi Inabah di Pondok Inabah XV, XX dan alumni Inabah XVII yang ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Data dianalisis menggunakan teknik Collaizi. Penelitian ini menghasilkan 6 tema, yaitu faktor pendorong mengikuti terapi Inabah, respon awal mengikuti terapi Inabah, upaya adaptasi penyalahguna narkoba, cara menyelesaikan konflik di Inabah, makna yang dirasakan setelah mengikuti terapi inabah dan perubahan aspek spiritual. Penyalahguna narkoba yang mengikuti terapi Inabah dapat terlepas dari kecanduan narkobanya dengan menggunakan terapi berbasis spiritual tanpa rehabilitasi medis.

Drug abuse has a huge impact on the physical, psychological and social conditions. The Law No 35. No 2009 paragraph 54 states that drug abusers are required to undergo medical and social rehabilitation as an effort to recover but the rehabilitation facilities provided by the government are not comparable to the prevalence of drug abusers in Indonesia. Pondok Inabah is one of the private drug rehabilitation places that uses spiritual approaches such as bathing repentance, prayer and dhikr to cure drug abusers without any medical effort. This study is a descriptive phenomenological study that aims to explore the experience of drug abuse undergoing Inabah therapy using in-depth interviews. Participants presented 12 abusers who underwent Inabah therapy at Pondok Inabah XV, XX and alumni of Inabah XVII who were determined using the purposive sampling method. Data analysis using Collaizi technique. This study resulted in 6 themes, namely the driving factors for Inabah therapy, initial responses to Inabah therapy, adaptation efforts of drug abusers, ways to resolve conflicts in Inabah, the meaning felt after following Inabah therapy and changes in spiritual aspects. Drug abusers who follow Inabah therapy can get rid of their drug addiction by using spiritual-based therapies without medical rehabilitation."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Satriani Sakti
"Pelajar merupakan kelompok berisiko tinggi untuk menyalahgunakan narkoba. Pemakaian narkoba sejak dini akan meningkatkan risiko terjadinya ketergantungan pada usia dewasa. Penyalahgunaan narkoba pada pelajar dipengaruhi oleh berbagai sistem yang melingkupi dirinya baik sistem keluarga, teman sebaya, dan lingkungan sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan keluarga dan sosial terhadap penyalahgunaan narkoba pada pelajar. Penelitian menggunakan desain studi cross sectional. Data bersumber dari Survei Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Pelajar dan Mahasiswa tahun 2016 dengan jumlah sampel 30.004 responden. Prevalensi penyalahgunaan narkoba tertinggi adalah pada pelajar SMA (2,4%) dan pelajar laki-laki (3,5%). Berdasarkan faktor perilaku, variabel yang berhubungan signifikan adalah merokok, konsumsi alkohol, dan seks pranikah. Berdasarkan faktor lingkungan sosial, variabel yang berhubungan signifikan adalah status pernikahan orangtua, kekerasan keluarga, dan kondisi lingkungan sosial. Berdasarkan faktor lingkungan yang dirasakan, variabel yang berhubungan signifikan adalah perilaku berisiko keluarga dan kehangatan keluarga. Berdasarkan karakteristik individu, variabel yang berhubungan signifikan adalah jenis kelamin, umur, dan tingkat pendidikan. Determinan yang paling dominan adalah perilaku konsumsi alkohol dengan AOR 7,5 (95% CI: 6,0 – 9,4) setelah dikontrol dengan variabel lainnya. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian ini dapat mendorong untuk mengoptimalkan program P4GN di Indonesia dan melakukan intervensi perilaku merokok, konsumsi alkohol, dan seks pranikah di lingkungan pendidikan. Bagi sekolah diharapkan dapat berinovasi dalam mengedukasi dan mensosialisasikan materi kesehatan reproduksi dan perilaku berisiko kesehatan. Bagi orangtua diharapkan mampu membangun komunikasi yang lebih baik dengan anak dan menciptakan keluarga yang harmonis dan kondusif dari perilaku berisiko.

Students are a high-risk group for drug abuse. Early drug use will increase the risk of dependence in adulthood. Drug abuse in students is influenced by various systems that surround them such as family system, peers, and social environment. The purpose of this study was to determine family and social determinants of drug abuse in students. Research using cross sectional study design. The data source was 2016 Survey on Drug Abuse and Trafficking in Student and Student Groups with a total sample of 30,004 respondents. The highest prevalence of drug abuse is among high school students (2.4%) and male students (3.5%). Based on behavioral factors, the variables that are significantly related are smoking, alcohol consumption, and premarital sex. Based on social environmental factors, variables that are significantly related are parents' marital status, family violence, and social environmental conditions. Based on perceived environmental factors, variables that are significantly related are family risky behavior and family warmth. Based on individual characteristics, variables that are significantly related are gender, age, and level of education. The most dominant determinant is alcohol consumption behavior with an AOR of 7.5 (95% CI: 6.0 – 9.4) after controlled by other variables. For the government, it is hoped that the results of this research can encourage optimizing the P4GN program in Indonesia and conducting interventions on smoking behavior, alcohol consumption, and premarital sex. Schools are expected to be able to innovate in educating and socializing reproductive health and health risk behavior. Parents are expected to be able to build better communication with their children and create a harmonious and conducive family from risky behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>