Ditemukan 81741 dokumen yang sesuai dengan query
Fariz Egia Gamal
"
ABSTRAK<>br>
Pemujaan leluhur merupakan hal yang paling kuno dan memiliki peranan yang penting dalam kepercayaan Cina. Terkait dengan pemujaan leluhur, maka dilakukan upacara Sembahyang Rebutan yang dilaksanakan setiap tanggal 15 bulan 7 penanggalan Imlek. Upacara ini juga dilaksanakan oleh Kelenteng Boen Tek Bio, Tangerang setiap tanggal 7 bulan 7 penanggalan Imlek. Dalam pelaksanaan upacara Sembahyang Rebutan di kelenteng ini, makna dilakukannya upacara Sembahyang Rebutan terbagi menjadi tiga sudut pandang sesuai dengan agamanya masing-masing. Dalam agama Konghucu, upacara Sembahyang Rebutan dimaknai sebagai bentuk syukur kepada Malaikat Bumi. Dalam agama Buddha, makna upacara ini adalah sebagai penyeberangan arwah. Kemudian dalam ajaran Tao makna upacara ini adalah untuk menghindari malapetaka. Walaupun berbeda-beda dalam memaknai upacara ini, tetapi terdapat kesamaan tujuan yaitu menyembahyangi arwah agar tidak mengganggu manusia.
ABSTRACT<>br>
Ancestor worship is the most ancient and has an important role in Chinese belief. Associated with ancestor worship, then performed the ceremony Sembahyang Rebutan which is held every the 15th of the 7th month of the Imlek calendar. The ceremony is also held by Boen Tek Bio Temple, Tangerang on 7th of 7th day of the Lunar calendar. In the implementation of this ceremony in this temple, the meaning of the ceremony is divided into three points of view in accordance with his religion. In Confucianism, the Sembahyang Rebutan ceremony is interpreted as a form of gratitude to the Angel of the Earth. In Buddhism, the meaning of this ceremony is as a spirit crossing. Then in Taoism the meaning of this ceremony is to avoid catastrophe. Although different in interpret this ceremony, but there is a common goal is to worship the spirit so as not to disturb humans."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Stefanus Hansel Suryatenggara
"Skripsi ini memfokuskan pembahasan mengenai Kelenteng Boen Tek Bio dari segi arsitektural termasuk komponen pendukung yang ada menurut aturan Feng Shui dan komponen hias, Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendeskripsian dari mulai halaman depan, bangunan utama, bangunan pendukung di sebelah samping dan belakang, berikut peranan kelenteng ini dalam festival dan kegiatan masyarakat Cina di Tangerang.
Hasil deskripsi kemudian dilanjutkan dengan perbandingan dengan analisis singkat yang terdiri dari analisis umum menurut aturan arsitektural dan analisis khusus yang meliputi pengunaan metode feng shui. Hasil analisis menyatakan keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio sebagai kelenteng yang mengikuti gaya asli pencitraan di Cina Selatan dengan perbedaan yang signifikan dan mendasar.
The study focuses Boen Tek Bio Chinese Temple on its architectural orientation. The methods used description of the building, starts from the front courtyard, main hall, and the supportive structure on the rear and aft sides and its account in maintaning several festivities and social affairs on Chinese society in Tangerang.The results of the descriptive phase proceeds to analythic phase consists of general and specific analysis which includes basic Chinese Architectural Designs and the usage of feng shui methods. The overall results of this study remarks Boen Tek Bio Chinese Temple to maintain its architectural styles to the original Southern Style with significant differences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S212
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Stefanus Hansel Suryatenggara
"Skripsi ini memfokuskan pembahasan mengenai Kelenteng Boen Tek Bio dari segi arsitektural termasuk komponen pendukung yang ada menurut aturan Feng Shui dan komponen hias, Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pendeskripsian dari mulai halaman depan, bangunan utama, bangunan pendukung di sebelah samping dan belakang, berikut peranan kelenteng ini dalam festival dan kegiatan masyarakat Cina di Tangerang.
Hasil deskripsi kemudian dilanjutkan dengan perbandingan dengan analisis singkat yang terdiri dari analisis umum menurut aturan arsitektural dan analisis khusus yang meliputi pengunaan metode feng shui. Hasil analisis menyatakan keberadaan Kelenteng Boen Tek Bio sebagai kelenteng yang mengikuti gaya asli pencitraan di Cina Selatan dengan perbedaan yang signifikan dan mendasar.
The study focuses Boen Tek Bio Chinese Temple on its architectural orientation. The methods used description of the building, starts from the front courtyard, main hall, and the supportive structure on the rear and aft sides and its account in maintaning several festivities and social affairs on Chinese society in Tangerang.The results of the descriptive phase proceeds to analythic phase consists of general and specific analysis which includes basic Chinese Architectural Designs and the usage of feng shui methods. The overall results of this study remarks Boen Tek Bio Chinese Temple to maintain its architectural styles to the original Southern Style with significant differences."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S1544
UI - Skripsi Open Universitas Indonesia Library
Shereen
"
ABSTRAKCiamsi merupakan sebuah ritual yang dikenal masyarakat Cina untuk melihat peruntungan dan nasib seseorang melalui bilah bambu. Nomor yang tertera pada setiap bilah bambu berisikan syair-syair Cina kuno dipercayai sebagai jawaban dari ?? Shenming Dewa atas berbagai permasalahan yang ditanyakan oleh pengunjung yang melakukan ritual tersebut. Sarana Ciamsi yang disediakan pada setiap kelenteng berupa bilah bambu telah menjadi bagian tradisi yang diikuti oleh pengunjung kelenteng. Makalah ini membahas tentang ritual ramalan Ciamsi di Kelenteng Boen Tek Bio yang terletak di Tangerang beserta kajian budaya atas keyakinan tradisional ini.
ABSTRACTCiamsi is a ritual that is known by the Chinese people to discover one rsquo s luck and fortune by using divinatory sticks. Numbers in each divinatory stick that correspond with an ancient Chinese poem believed to be an oracle from the Shenming Deities for any problem that is questioned by the temple visitors. Ciamsi that involves divinatory sticks in every temple has been one of the traditions followed by temple visitiors. This paper discusses Ciamsi ritual and cultural studies about this traditional belief at the Boen Tek Bio temple which is located in Tangerang."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Yuni Sulistyorini
"Upacara Sembahyang Rebutan adalah salah satu dari berbagai macam upacara yang diselenggarakan oleh penganut Tri Dharma di TITD Kwan Sing Bio, Tuban. Upacara ini diselenggarakan pada tanggal 22 bulan 7 Imlek bertujuan untuk menentramkan roh-roh jahat yang dibebaskan dari neraka selama bulan 7 Imlek dengan cara memberikan persembahan berupa doa dan sesaji kepada roh-roh ini.Dalam penyelenggaraan Upacara Sembahyang Rebutan di tempat ibadah Tri Dharma ini terdapat ciri khas yang membedakannya dari tempat lain, yakni adanya perebutan tumpeng oleh orang-orang yang ingin terhindar dari gangguan roh-roh jahat. Tumpeng ini merupakan makanan tradisi setempat.Para penganut Tri Dharma ini yakin bahwa upacara yang mereka selenggarakan termasuk bagian dari ibadah dalam ajaran mereka. Pada hal upacara ini telah ada jauh sebelum ajaran-ajaran mereka tercipta. Cerita dan ayat-ayat dalam kitab suci ajaran mereka yang diyakini berkaitan dengan upacara ini, sebenarnya hanya dihubung-hubungkan saja, karena tidak ada satu ajaran pun dari ketiga ajaran yang secara jelas menerangkan tentang upacara tersebut.Para penganut Tri Dharma ini percaya bahwa kehidupan dan kesuksesan mereka dalam bekerja, selain karena ketekunan dan kerja keras juga karena perlindungan dari roh-roh leluhur. Penulis merasa tertarik untuk menggambarkan Upacara Sembahyang Rebutan selain karena hal-hal di atas juga karena dalam upacara ini tampak adanya 2 hal yang berbeda. Di satu pihak penganut Tri. Dharma menjalani kehidupan modern, tapi di pihak lain mereka tetap melakukan upacara tradisional."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
S13086
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Yusuf Setiawan
"Kelenteng Boen Hay Bio merupakan salah satu tempat peribadatan tertua dari tiga kelenteng di kawasan Tangerang. Dua diantaranya telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Belum ditetapkannya kelenteng ini sebagai cagar budaya menjadi dasar dilakukannya penelitian ini dengan tujuan mengidentifikasi nilai penting pada bangunan beserta peringkatnya. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kualitatif melalui studi pustaka, observasi lapangan, dan wawancara yang akan digunakan dalam menentukan nilai penting dan peringkat kelenteng. Hasil identifikasi nilai ini mengindikasikan bahwa kelenteng Boen Hay Bio memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai cagar budaya karena memiliki salah satu atau gabungan dari nilai sejarah, ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan agama. Penelitian ini berkontribusi dalam penentuan kebijakan pelestarian kelenteng sebagai upaya pelestarian cagar budaya.
Boen Hay Bio Temple is one of the oldest places of worship of the three temples in the Tangerang area. Two of them have been designated as cultural heritage buildings. This temple has not been designated as a cultural heritage which is the basis for conducting this research with the aim of identifying the important values of buildings and their level of significant. This study uses qualitative research techniques through literature study, field observations, and interviews which will be used in determining the importance and ranking of temples. The results of this value identification indicate that the Boen Hay Bio temple meets the requirements to be designated as a cultural heritage because it has one or a combination of historical, scientific, cultural and religious values. This research contributes to the determination of temple preservation policies as an effort to preserve cultural heritage."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Shafira Lisa Jihan Zahrani
"Etnis Tionghoa di Indonesia masih menjalankan tradisi dan budaya Cina yang telah dilakukan secara turun temurun sepanjang tahunnya, salah satunya adalah tradisi sembahyang arwah leluhur yang dilaksanakan pada Perayaan Zhong Yuan setiap bulan tujuh penanggalan Imlek. Namun, pandemi Covid-19 yang ditetapkan sebagai pandemi global oleh WHO, mengggangu tatanan tradisi dan budaya etnis Tionghoa yang salah satunya merupakan tradisi upacara Sembahyang Chao Du dan Sembahyang Muja di Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian kualitatif serta menggunakan pendekatan komparatif. Teknik pengambilan data menggunakan triangulasi data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pandemi Covid-19 sangat mempengaruhi upacara Sembahyang Chao Du dan Sembahyang Muja di Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal. Selain itu, ditemukan pula beberapa perubahan dalam upacara Sembahyang Chao Du dan Sembahyang Muja di Kelenteng Tek Hay Kiong Tegal seiring dengan kebijakan yang dicanangkan oleh Pemerintah Indonesia terkait pencegahan penyebaran pandemi Covid-19 di Tegal.
Chinese ethnic in Indonesia still carry out Chinese traditions and culture that have been passed down from generation to generation throughout the year, one of which is the ancestral prayer tradition which is held at the Zhong Yuan Celebration every seven months of the Lunar New Year. However, the Covid-19 pandemic, which has been established as a global pandemic by WHO, has disrupted the order of ethnic Chinese traditions and culture, one of which is the tradition of the Chao Du Prayer and Muja Prayer ceremonies at the Tek Hay Kiong Temple in Tegal. This research was conducted using qualitative research methods and using a comparative approach. Data collection techniques using triangulation technic. The results of this study indicate that the Covid-19 pandemic greatly affected the Chao Du Prayer and Muja Prayer ceremonies at the Tek Hay Kiong Temple in Tegal. In addition, there were also several changes in the Chao Du Prayer and Muja Prayer ceremonies at the Tek Hay Kiong Temple in Tegal in line with the policies launched by the Indonesian Government regarding the prevention of the spread of the Covid-19 pandemic in Tegal."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Rizki Dewandaru
"Kajian ini membahas mengenai penggambaran dewa lokal Klenteng Boen San Bio dan Tjoe Soe Kong di Tangerang Menggunakan kajian Agensi. Kajian ini menggunakan sumber data petilasan dewa lokal di Klenteng Boen San Bio dan Tjoe Soe Kong di Tangerang. Dewa pada klenteng biasanya diadopsi dari tokoh Cina atau dewa dewa cina berdasarkan Agama Tri Dharma. Akan tetapi ada Dewa Lokal yang di sembah dan dihormati sampai memiliki petilasan atau ruang ibadah sendiri. Oleh karena itu, Kajian ini berfokus pada penggambaran dewa lokal. Metode yang digunakan adalah kerangka penelitian Sharer dan Ashmore yang terdiri atas enam tahap yaitu tahap formulasi, implementasi, pengumpulan data, pengolahan data, analisis, dan interpretasi. Hasil kajian analisis adalah agensi agensi dewa lokal dan alasan bisa menjadi dewa berdasarkan Petilasan dewa lokal dan Data lainnya.
This study discusses the depiction of local gods in the Boen San Bio and Tjoe Soe Kong temples in Tangerang using the Agency study. This study uses data sources of local deities in the Boen San Bio and Tjoe Soe Kong temples in Tangerang. The gods in pagodas are usually adopted from Chinese figures or Chinese gods based on the Tri Dharma religion. However, there are local gods who are worshiped and respected to the point where they have their own shrine or prayer room. Therefore, this study focuses on the depiction of local gods. The method used is the Sharer and Ashmore research framework which consists of six stages, namely the formulation, implementation, data collection, data processing, analysis, and interpretation stages. The results of the analysis study are the agencies of local gods and the reasons they can become gods based on the Recitation of local gods and other data."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2022
LP-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muhamad Rais Ramdhany
"Penelitian ini merupakan upaya dalam melihat memori kolektif yang terdapat pada Kelenteng Tek Hay Bio di Semarang. Pada Kelenteng Tek Hay Bio terdapat sebuah tokoh manusia yang dianggap berjasa dan mengingat tokoh tersebut memiliki peranan besar bagi masyarakat sekitar dan dijadikan sebagai dewa utama serta letaknya pada bagian bangunan utama Kelenteng. Memori kolektif ini diwujudkan dalam bentuk sebuah ritual atau peringatan kebesaran bagi tokoh tersebut serta dilengkapi sesajian pada ritualnya. Juga melalui sebuah representasi yang muncul. Metode penelitian yang digunakan adalah pengumpulan data (observasi langsung dan studi literatur), pengolahan data dan interpretasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Kelenteng Tek Hay Bio terdapat memori kolektif oleh sebagian kelompok masyarakat etnis Tionghoa di Kota Semarang yang layak untuk diingat dan dikenang serta perwujudan memori kolektif tersebut melalui sebuah representasi sehingga terjadi keterkaitan satu sama lain.
This research is an attempt to see the collective memory found in the Tek Hay Bio Temple in Semarang. At Tek Hay Bio temple can be found a human figure that is considered meritorious and remembers that the figure has a large role for the surrounding community and for the community and is used as the main deity and is located in the main building part of the temple. This collective memory is manifested in the form of a ritual or commemoration of greatness for the figure and is equipped with offerings on the ritual. Also through a representation that appears. The research method used is data collection (direct observation and study of literature), data processing and interpretation. The results showed that in Tek Bio Bio Temple there is a collective memory by some ethnic Chinese communities in the city of Semarang that deserves to be remembered and remembered and the embodiment of the collective memory through a representation so that there is a connection to one another."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Dian Natalia
"Pemeluk agama Khonghucu merupakan sebagian kecil dari penduduk di Kecamatan Gunung Sindur yang mayoritas pemeluk agamanya adalah Islam. Namun demikian, terdapat lima kelenteng yang tersebar di Kecamatan tersebut. Kelenteng yang sudah berdiri lebih dari tiga puluh tahun dan memiliki umat yang rutin untuk melakukan sembahyang di kelenteng pada Kecamatan ini adalah kelenteng Hoo Tek Bio dan kelenteng Kwan Im Bio Kahuripan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jangkauan kelenteng terhadap umat Khonghucu dan pola persebaran tempat tinggal umat Khonghucu di Kecamatan Gunung Sindur, Bogor. Analisis secara deskriptif dan secara spasial akan digunakan untuk menjawab tujuan dari penelitian ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa jangkauan kelenteng Hoo Tek Bio lebih jauh dari pada kelenteng Kwan Im Bio Kahuripan. Umat Khonghucu di kelenteng Hoo Tek Bio dipengaruhi oleh keterkaitan dan ketergantungan umat terhadap leluhur, sedangkan umat Khonghucu di kelenteng Kwan Im Bio Kahuripan dipengaruhi oleh kedekatan kelenteng dengan pasar dan tempat tinggal umatnya yang berada pada kawasan perdagangan. Berdasarkan dari hasil Analisis Tetangga Terdekat (NNA) menunjukan bahwa tempat tinggal umat Khonghucu di dua kelenteng membentuk pola yang mengelompok.
The Confucianist only made small proportion to the Islam dominated community of Gunung Sindur subdistrict. Despite of that, five Confucianism temples spreaded across the region. The Confucianism temple have been stood for more than thirty years and followers are attending routinely to pray in the region is Hoo Tek Bio and Kwan Im Bio Kahuripan temple. This research aims to know the service of the temple to reach its followers and residential distribution pattern of the followers in Gunung Sindur subdistrict, Bogor. Descriptive analysis and spatial analysis is used to answer the purpose of thie research. The results of the research showed that service of the Hoo Tek Bio temple further more than Kwan Im Bio Kahuripan temple. The confucianism of the Hoo Tek Bio temple influenced by connection and depended of the ancestor, whereas followers Kwan Im Bio Kahuripan temple influenced by nearest of the temple in the market and residential of the followers that are on the trade. The Nearest Neighbour Analysis (NNA) result show a clumped pattern distribution of confucianist in the region."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
S64209
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library