Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84275 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Akbar Prabowo Triyuwono
"ABSTRAK
Tulisan ini merupakan analisis terhadap novel Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq yang diterbitkan oleh Pastel Books pada tahun 2014. Analisis yang penulis lakukan berfokus pada gambaran keluarga yang terdapat dalam isi novel. Tujuan penelitian ini adalah untuk menunjukkan gambaran keluarga dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990 karya Pidi Baiq dalam tinjauan sastra remaja. Penelitian ini bersifat kualitatif. Dengan menggunakan pendekatan intrinsik dan berbagai konsep dalam tinjauan kesusastraan remaja, maka dapat digambarkan bagaimana peran keluarga dalam pembentukan karakter Dilan sebagai tokoh remaja dalam Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keluarga memiliki peran yang besar dalam membangun karakter seorang remaja.

ABSTRACT
This paper is an analysis of a novel, titled Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990 by Pidi Baiq published by Pastel Books in 2014. The author focuses the analysis on the family that is portrayed in the novel. The purpose of this study is to show the family portrayal in the novel Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990 by Pidi Baiq from the perspective of a young adult literature. This paper is based on a qualitative research. By using an intrinsic concept and any aspect in a young adult literature review, how the role of the family in building the character of Dilan as a teenager can be clearly seen in Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990. The result of this research indicates that a family has a big role in building the character of a teenager."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Amanda Dwininta Aulia
"Skripsi ini membahas gambaran remaja dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode ini diawali dengan pemaparan isi novel dan penelitian unsur intrinsik. Setelah itu, dilakukan penelitian mengenai gambaran remaja yang terdapat dalam novel. Kesimpulan akhir dari analisis menunjukkan bahwa gambaran remaja tidak hanya dapat ditemukan dengan menganalisis tokoh, tetapi juga dengan melihat unsur intrinsik lainnya. Berdasarkan hasil analisis unsur intrinsik pada tokoh, gambaran remaja dalam novel ini merupakan remaja yang mencari jati diri, emosional, dekat dengan keluarganya, dan peduli. Berdasarkan hasil analisis unsur intrinsik pada gaya bahasa, hanya tokoh Dilan yang gaya bahasanya paling menonjol dalam novel Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990.

This thesis discusses the teenager overview in novel Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990. This study is done by qualitative descriptive method. The method begins with the explanation of the novel content and the research of the intrinsic element. After that, the research continue with the image overview of teenager in the novel. The final conclusion of the analysis shows that the picture of teenager can not only be found by analyzing the characters, but also by looking at other intrinsic elements. Based on the results of intrinsic element analysis on the characters, the picture of teenager in this novel is someone who seeks identity, emotional, close to the family, and a caring person. Based on the analysis results of the intrinsic element on the style of language, only Dilan that has the most prominent style of language in the novel of Dilan Dia adalah Dilanku Tahun 1990."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pidi Baiq
Bandung: Pastel Books, 2016
813 PID d
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Andika Dwi Cahya
"Penelitian ini membahas novel Darman Moenir yang berjudul Bako yang mengisahkan ketidakharmonisan dalam sebuah keluarga inti. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan struktural untuk menganalisis struktur dalam Bako. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis unsur-unsur intrinsik dalam Bako, yaitu tokoh dan penokohan, alur, dan latar untuk menjelaskan ketidakharmonisan keluarga dalam Bako. Hasil dan pembahasan penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh dan penokohan, alur, dan latar dalam Bako saling berkaitan satu sama lain untuk menggambarkan ketidakharmonisan keluarga. Ketidakharmonisan keluarga tergambar dari relasi suami dengan istri, ibu dengan anak, dan ayah dengan anak. Ketidakharmonisan keluarga disebabkan oleh kekacauan ekonomi dan kurangnya komunikasi dalam keluarga. Selain berdampak terhadap anggota keluarga inti, ketidakharmonisan yang terjadi dalam sebuah keluarga inti juga berdampak terhadap anggota keluarga besar.

This study discusses Darman Moenir's novel, Bako, which tells the story of disharmony in a nuclear family. This study uses a descriptive analysis method with a structural approach to analyze the internal structure of Bako. The purpose of this study is to analyze the intrinsic elements in Bako, namely characters and characterizations, plot, and setting to explain the disharmony of families in Bako. The results and discussion of this study indicate that the characters and characterizations, plot, and setting in Bako are related to each other to describe family disharmony. Family disharmony is reflected in the relationship between husband and wife, mother with child, and father with child. Family disharmony is caused by economic turmoil and lack of communication within the family. In addition to affecting members of the nuclear family, disharmony that occurs in the nuclear family also affects one member of the extended family."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Shara Monarizka
"Saat ini ditemukan banyak kasus kekerasan seksual yang dialami oleh para perempuan di Indonesia yang diungkap oleh media massa. Peran media massa dalam penyebaran informasi pun lantas menjadi krusial karena dapat berpengaruh terhadap pembentukan pandangan masyarakat terhadap kasus tersebut. Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi, masyarakat pun dapat dengan mudah mengakses pemberitaan terkait melalui gawai dan sejenisnya. Adapun salah satu kasus kekerasan seksual yang pemberitaannya diungkapkan secara berkelanjutan hingga pada akhirnya menjadi perbincangan nasional adalah kasus yang dialami oleh Baiq Nuril, korban pelecehan seksual secara verbal yang juga dipidanakan atas pelanggaran UU ITE untuk pencemaran nama baik oleh mantan Kepala Sekolah bernama Muslim. Kasus tersebut pun merambah menjadi wacana internasional yang diberitakan terus-menerus yang salah satunya oleh The Jakarta Post, media massa di Indonesia yang berbahasa Inggris dengan target audiens menengah ke atas. Berkenaan dengan hal tersebut, penelitian ini mengkaji bagaimana The Jakarta Post merepresentasikan Baiq Nuril sebagai korban pelecehan seksual dari segi ideasional (gagasan) dan interpersonal (hubungan antarpartisipan). Penelitian ini juga mengkaji bagaimana keberpihakan The Jakarta Post terhadap Baiq Nuril. Dengan menggunakan ancangan campuran, yaitu kualitatif dan kuantitatif, penelitian ini mengaplikasikan analisis wacana kritis oleh Fairclough (2010) dan linguistik fungsional sistemik oleh Halliday dan Matthiessen (2014), khususnya yaitu transitivitas dan modus. Sebanyak 27 teks berita tentang kasus Baiq Nuril di The Jakarta Post diperoleh secara daring sebagai sumber data primer dalam penelitian ini. Hasil analisis menunjukkan bahwa baik dari segi ideasional maupun interpersonal, Baiq Nuril secara utama direpresentasikan sebagai korban pelecehan seksual sekaligus korban UU ITE. Keberpihakan The Jakarta Post sebagai korban pelecehan seksual sekaligus korban UU ITE. Keberpihakan The Jakarta Post terhadap Baiq Nuril ditunjukkan dengan bagaimana Baiq Nuril ditampilkan sebagai pihak yang tidak bersalah dan lantas memperoleh banyak simpati serta dukungan dari berbagai kalangan, seperti aktivis dan lembaga keagamaan hingga pemerintah daerah setempat.

Nowadays, there are many cases of sexual violence experienced by women in Indonesia that are revealed by the mass media. The role of the mass media in disseminating information is crucial because it can influence public‟s views on the case. Along with technological advances, public can easily access related news through gadgets and so on. One of the cases of sexual violence whose news was continuously disclosed until it eventually became a national discourse was the one experienced by Baiq Nuril, the victim of verbal sexual harassment who was also convicted of violating the ITE Law for defamation by a former school principal named Muslim. The case has become an international discourse that was being reported by media continuously, such as The Jakarta Post which is the English-speaking mass media in Indonesia targeting the middle and upper middle class. In this regard, this study examines how The Jakarta Post actually represents Baiq Nuril as a victim of sexual harassment from both ideational and interpersonal perspectives. This study also examines how The Jakarta Post takes sides with Baiq Nuril. By conducting a mixed approach, namely qualitative and quantitative, this study applies critical discourse analysis by Fairclough (2010) and systemic functional linguistics by Halliday and Matthiessen (2014), especially transitivity and mode. A total of 27 news texts about Baiq Nuril in The Jakarta Post are obtained online as the primary data source in this study. The results of the analysis show that from both ideational and interpersonal perspectives, Baiq Nuril is primarily represented as a victim of sexual harassment as well as a victim of the ITE Law. The way The Jakarta Post advocates Baiq Nuril is shown by how Baiq Nuril is represented as the innocent party that gets a lot of sympathy and support from various groups, from activists and religious institutions to the local government."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linda Rachman
"Latar Belakang
Penulis-penulis drama Amerika kontemporer sering menyorot kehidupan keluarga Amerika pada abad ke 20 baik mengenai keluarga kulit putih maupun keluarga kulit hitam. Mereka menggambarkan dampak industrialisasi, urbanisasi, maupun nilai-nilai budaya terhadap kehidupan keluarga modern di Amerika sejak abad ke 19. Mereka juga melontarkan kritik sosial terhadap pemerintah melalui karya-karya mereka. Contohnya, drama karya Arthur Miller Death of a Salesman, drama karya William O"Neill Long Days Journey into Night, drama karya Tennessee Williams A Streetcar Named Desire, dan drama karya Edward A l bee The Zoo Story.
Dalam karya-karya mereka, sering terungkapkan kondisi kehidupan keluarga yang menyedihkan di pedesaan maupun di perkotaan, juga keadaan daerah pertanian yang ditinggalkan karena perpindahan penduduk ke arah Barat maupun ke kota-kota besar karena perkembangan industri dan ilmu pengetahuan.
Hubungan antar anggota keluarga dalam kehidupan keluarga Amerika modern diungkapkan masih terpengaruh oleh ikatan kekerabatan pada abad ke - 19, namun hubungan tersebut mulai melonggar pada abad ke 20. Suka duka kehidupan keluarga Amerika modern abad ke 20 menggambarkan adanya perubahan dalam aspek hubungan antar anggota' keluarga. Hubungan antar anggota keluarga yang sebelumnya mementingkan keluarga di atas kepentingan pribadi berubah menjadi individualistis.
Dalam tesis ini saya akan menielaskan tentang hubungan antar anggota keluarga dalam kehidupan keluarga Amerika modern abad ke 20 sebagaimana yang terungkap dalam lakon Our Town karya Thornton Wilder dan lakon Curse of the Starving Class karya Sam Shepard. Karya Thornton Wilder mengungkapkan hubungan antar anggota keluarga yang harmanis pada awal abad ke 20, antara tahun 1899 - 1913, sedangkan karya Sam Shepard mengungkapkan hubungan antar anggota keluarga yang tidak harmonis yang mengakibatkan adanya disorganisasi keluarga pada tahun 1950-an.
"
1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chicago: American Library Association, 1980
809.892 82 YOU
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
L. Mawar Nusantari
"ABSTRAK
Ketika seseorang menginjak usia 18-22 tahun, ia memasuki masa transisi
dari remaja menuju dewasa muda (Kail & Cavanaugh, 2000; Smolak, 1993). Menurut
Smolak (1993), seseorang pada usia ini bukan anak-anak, dan dianggap bukan remaja
lagi, namun mereka juga belum memiliki kriteria dewasa. Banyak ahli yang meyakini
bahwa krisis pembentukan identitas terjadi pada masa remaja, namun studi cross
sectional dan longitudinal menunjukkan bahwa krisis identitas terjadi pada masa
transisi ini (Smolak, 1993). Kail & Cavanaugh (2000) mengemukakan bahwa transisi
itu tergantung pada faktor kebudayaan dan beberapa faktor psikologis. Pada budaya
timur, patokan yang dipakai untuk menentukan apakah seseorang menjadi dewasa
lebih -jelas daripada budaya barat. Pada kebudayaan timur, pernikahan menjadi
determinan yang paling penting dalam status kedewasaan (Schlegel & Barry, 1991).
Berbicara mengenai menikah dan kemudian memiliki anak akan dikaitkan dengan
kematangan dan tanggung jawab seseorang. Oleh karena itu untuk memasuki
pernikahan seseorang akan dipertanyakan apakah ia sudah cukup matang atau apakah
ia sudah cukup dewasa.
Badan Pusat Statistik DKI Jakarta (BPS, 2002) menunjukkan bahwa, kurang
lebih 11 % dari penduduk yang berusia 18-22 tahun telah menikah. Data tersebut
menunjukkan bahwa banyak orang yang memutuskan untuk menikah di usia muda.
Padahal setelah menikah mereka akan dihadapkan pada masalah baru ketika mereka
mempunyai anak. Menjadi orang tua juga merupakan krisis dalam hidup, karena
menyebabkan perubahan besar dalam sikap, nilai, dan peran seseorang. Mempunyai
anak juga berarti mendapatkan tekanan untuk terikat pada tingkah laku peran jender
sebagai ayah dan ibu (Carstensen, dalam Kail & Cavanaugh, 2000). Oleh karena itu
untuk menjadi orangtua diperlukan persiapan yang matang baik secara finansial,
mental, maupun emosional.
- Laki-laki yang berperan sebagai ayah dituntut untuk bertanggung jawab yang
besar sebagai pemimpin keluarga serta bertanggung jawab sebagai pencari nafkah
utama dalam keluarga sehingga memerlukan perlu persiapan yang matang untuk
memasuki jenjang perkawinan.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana seorang pria yang berada
pada usia transisi dewasa muda (18 - 22 tahun) yang telah menikah dan memiliki
anak menghayati perannya sebagai seorang ayah. Penghayatan yang dimaksud dalam penelitian ini termasuk alasan seorang pria berusia transisi dewasa muda memutuskan
untuk menikah, pemahaman tentang peran ayah, bagaimana mereka menghayati
tuntutan perannya sebagai seorang ayah, serta interaksi yang mereka lakukan dalam
memenuhi tugasnya sebagai seorang ayah, serta bagaimana penghayatan peran
sebagai ayah tersebut mempengaruhi perkembangan kepribadian mereka. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teori perkembangan usia transisi dewasa muda,
teori peran dikhususkan pada teori peran ayah dalam keluarga.
Peneliti mengambil 5 orang sampel dengan kriteria seorang pria, berusia 18 -
22 tahun, telah menikah dan memiliki anak, serta pendidikan minimal SMU atau
sederajat untuk diwawancara secara mendalam. Sampel berasal dari kota Jakarta dan
Cirebon.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Sebagian besar subjek, yaitu 4 dari 5
orang subjek penelitian ini menikah di usia muda karena terpaksa. Karena melakukan
pacarnya terlanjur hamil, maka subjek pun bertanggung jawab untuk menikahi
pacarnya. Maka menjalani peran sebagai seorang ayah pun tidak dapat dihindari,
walaupun mereka mengaku merasa belum siap menjadi seorang ayah. Menjalani
peran sebagai seorang ayah memerlukan tanggung jawab yang besar dan memerlukan
kesiapan baik secara materi maupun mental. Walaupun subjek merasakan adanya
tuntutan peran sebagai ayah dari lingkungan namun yang berperan lebih besar dalam
tingkah laku subjek dalam menjalani peran sebagai ayah adalah tuntutan peran yang
ada dalam diri subjek sendiri. Tuntutan peran yang ada dalam diri subjek tersebut
diperoleh dari konsep subjek mengenai ayah yang ideal serta berpatokan pada tingkah
laku dan pendidikan orangtuanya dulu, terutama ayah mereka. Walaupun subjek
merasa belum sesuai dengan konsep ayah yang ideal tersebut, namun mereka semua
berusaha menuju ke arah sana. Sebagian besar subjek penelitian ini sudah menyadari
betapa penting perannya sebagai ayah terhadap perkembangan anak. Dalam
penelitian ini terlihat bahwa selain melakukan aktivitas mendidik dan bermain,
mereka juga merasa bertanggung jawab untuk ikut terlibat dalam aktivitas merawat
anaknya terutama kegiatan memandikan, menina-bobokan, serta melindungi saat anak
bermain. Mereka menyadari bahwa dalam aktivitas merawat tersebut merupakan saat
yang tepat untuk membangun kedekatan emosional dengan anak mereka. Setelah
menikah dan memiliki anak, banyak perubahan yang terjadi pada diri subjek, terutama
mengenai cara subjek memandang tentang hidup. Subjek yang sebelumnya
merupakan orang-orang yang selalu berorientasi pada kesenangan diri sendiri dan
selalu mengikuti hati nurani dalam bertindak. Setelah menikah dan memiliki anak,
timbul rasa tanggung jawab yang besar pada diri mereka, mereka mulai berpikir
bahwa hidup tidak selamanya santai dan ada yang perlu diperjuangkan, terutama
mengenai anak. Mereka mulai berpikir panjang sebelum bertindak dan mulai berpikir
tentang masa depan. Selain itu mereka juga merasa hidupnya lebih baik dan lebih
teratur serta lebih termotivasi dalam melakukan sesuatu."
2003
S3219
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karinka Febritta Anindyasari
"ABSTRAK
Selfie saat ini menjadi sebuah tren yang mendunia diiringi dengan teknologi kamera yang semakin berkembang pesat dan meluasnya fungsi sosial media. Selfie adalah sebuah foto diri yang diambil oleh dirinya sendiri, biasanya menggunakan kamera smartphone atau kamera webcam dan biasanya di unggah ke sosial media. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran locus of control dan trait kepribadian pelaku selfie pada emerging adulthood. Pengukuran intensitas selfie menggunakan alat ukur Skala Intensitas Selfie, pengukuran locus of control menggunakan alat ukur IE-Locus of Control Scale yang disusun oleh Rotter (1966) dan pengukuran trait kepribadian menggunakan alat ukur Big Five Inventory yang disusun oleh John dan Srisvatava (1999). Penelitian ini melibatkan 321 responden pelaku selfie pada kelompok usia emerging adulthood. Hasil penelitian menggambarkan bahwa responden rata-rata berada pada kelompok locus of control internal, lalu skor trait kepribadian tertinggi ada pada trait openness to experience. Melalui teknik ANOVA, hasil penelitian menunjukkan adanya pola linier positif antara intensitas selfie dengan trait extraversion. Namun, untuk intensitas selfie dengan locus of control serta trait kepribadian agreeableness, conscientiousness, neuroticism dan openness to experience menunjukkan pola linier yang negatif.

ABSTRACT
Nowadays, selfie has become world’s trend followed by rapid growing of camera technology and social media. Selfie is a photograph that one has taken of oneself, typically with a smartphone or webcam and uploaded to a social media website. This research purposes is to know the locus of control and selfie personality trait towards emerging adulthood. Selfie intensity was measured using an instrument named Selfie Intensity Scale, locus of control was measured using an instrument named IE-Locus of Control Scale made by Rotter (1966) and personality traits was measured using an instrument named Big Five Inventory made by John and Srisvatava (1999). This research involved 321 respondents of Selfie-Doers in the age of emerging adulthood. This research captured that the respondents tend to have internal locus of control, and then the highest personality traits score is on openness to experience trait. Using ANOVA technique, it indicates a positive linear pattern between selfie intensity and extraversion trait. However, intensity selfie with locus of control and personality trait agreeableness, conscientiousness, neuroticism and openness to experience shows negative linear pattern.
"
2015
S60655
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yofita
"ABSTRAK
Wanita yang melakukan perselingkuhan makin meningkat jumlahnya
(Wrightsman, 1994). Ada bermacam-macam pendapat mengenai arti selingkuh.
Seseorang pasti dikatakan telah berseiingkuh apabila ia siidah melakukan
hubungan seksual bukan dengan pasangannya dalam perkawinan (Spring, 1996).
Scks di luar nikah sangat ditentang baik oleh agama maupun masyarakat (Reed,
1973). Sedangkan untuk mencapai kondisi mental yang sehat, seseorang harus
dapat menyelaraskan antara kebutuhan yang dimilikinya dengan tuntutan
lingkungannya (John, Button, Webster, 1970).
Kriteria subyek adalah wanita yang bertempat tinggal di Jakarta, yang
sedang atau pemah melakukan hubungan seksual di luar nikah dalam ikatan
perkawinan. BCriteria subyek ditentukan dengan pertimbangan perubahan pola
kerjasama dan pola keluarga yahg mengarahkan seseorang melakukan hubung^
seksual di luar nikah lebih tcrlihat pada masyarakat kota besar (Media Indonesia,
Juli 1993). Pengambilan data dilakukan dengan wawancara terfokus.
Hasil penelitian menemukan bahwa ketidak puasan tefhadap perkawinan
serta tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan subyek dalam perkawinan
merupakan sebab utama terjadinya hubungan seksual di luar nikah. Subyek 1
merasa tidak terpenuhi dalam kebutuhan akan cinta, subyek 2 merasa tidak
terpenuhi kebutuhan akan perlindungan dan rasa aman, subyek 3 merasa tidak
terpenuhi kebutuhan fisiologisnya. Hubungan seksual di luar nikah yang dilakukan
merupakan 'perantara' agar kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat terpenuhi. Pada
subyek 1 dan 2, penyesuaian perkawinan diperburuk oleh ketergantungan pasangan
terhadap keluarga asal secara finansial dan emosional. Pada subyek 3
ketergantungan pasangan terhadap keluarga asal secara finansial justru
dirasakannya amat membantu. Reaksi pasangan setelah subyek diketahui
melakukan seks di luar nikah pada umumnya adalah cemburu. Pada subyek 3
kecemburuan dan selalu diungkitnya hubungan seksual di luar nikah yang
dilakukan subyek menyebabkan terjadinya perceraian. Disarankan untuk penelitian yang serupa hendaknya menggunakan subyek
lebih bervariasi dan membandingkan antara pelaku yang bertempat tinggal di kota
besar dan pedesaan agar terlihat pengaruh perbedaan pola kehidupannya."
1998
S2722
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>