Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 95309 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mufidah
"ABSTRAK
Penelitian ini dilatarbelakangi ketertarikan penulis dengan dunia perempuan di Timur Tengah. Timur Tengah yang didominasi oleh patriarkisme membuat perempuan berada di bawah kuasa laki-laki, begitu pula dalam pernikahan dini. jurnal ini menjelaskan tentang praktik pernikahan dini yang sudah menjadi hal lumrah dilakukan masyarakat Yaman. Beban ekonomi menjadi alasan kuat mengapa banyak anak perempuan yang harus menikah dengan laki-laki yang berusia jauh diatasnya. Hal ini berdampak terhadap perkembangan psikologis dan fisik anak. Cita-cita dan pendidikan yang harus terhenti, serta resiko kematian saat melahirkan yang tinggi harus ditanggung oleh anak perempuan yang menikah dini. Pokok pembahasan dalam jurnal ini adalah menjelaskan mengenai sejarah singkat negara Yaman, penjelasan tentang pernikahan dini secara umum, pernikahan dini secara khusus, yaitu di Yaman, menjelaskan Faktor Penyebab Pernikahan Dini, dan menjelaskan Dampak dari Pernikahan Dini. Dalam proses pembuatannya peneliti menggunakan metode penelitian studi kepustakaan untuk mengumpulkan data dengan menganalisis sumber-sumber dari buku-buku teks, laporan penelitian, dan ensiklopedia yang ada hubungannya dengan masalah yang telah dipecahkan lalu penulis pahami dan ditulis ulang. Hasil dari penelitian ini adalah Pernikahan dini merupakan hal yang lumrah dilakukan, terutama terhadap perempuan berusia di bawah 18 tahun. Pernikahan dini mendatangkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan dilihat dari dampak-dampak negatif yang menimpa pelaku pernikahan dini.Penelitian ini dilatarbelakangi ketertarikan penulis dengan dunia perempuan di Timur Tengah. Timur Tengah yang didominasi oleh patriarkisme membuat perempuan berada di bawah kuasa laki-laki, begitu pula dalam pernikahan dini. jurnal ini menjelaskan tentang praktik pernikahan dini yang sudah menjadi hal lumrah dilakukan masyarakat Yaman. Beban ekonomi menjadi alasan kuat mengapa banyak anak perempuan yang harus menikah dengan laki-laki yang berusia jauh diatasnya. Hal ini berdampak terhadap perkembangan psikologis dan fisik anak. Cita-cita dan pendidikan yang harus terhenti, serta resiko kematian saat melahirkan yang tinggi harus ditanggung oleh anak perempuan yang menikah dini. Pokok pembahasan dalam jurnal ini adalah menjelaskan mengenai sejarah singkat negara Yaman, penjelasan tentang pernikahan dini secara umum, pernikahan dini secara khusus, yaitu di Yaman, menjelaskan Faktor Penyebab Pernikahan Dini, dan menjelaskan Dampak dari Pernikahan Dini. Dalam proses pembuatannya peneliti menggunakan metode penelitian studi kepustakaan untuk mengumpulkan data dengan menganalisis sumber-sumber dari buku-buku teks, laporan penelitian, dan ensiklopedia yang ada hubungannya dengan masalah yang telah dipecahkan lalu penulis pahami dan ditulis ulang. Hasil dari penelitian ini adalah Pernikahan dini merupakan hal yang lumrah dilakukan, terutama terhadap perempuan berusia di bawah 18 tahun. Pernikahan dini mendatangkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan dilihat dari dampak-dampak negatif yang menimpa pelaku pernikahan dini.Penelitian ini dilatarbelakangi ketertarikan penulis dengan dunia perempuan di Timur Tengah. Timur Tengah yang didominasi oleh patriarkisme membuat perempuan berada di bawah kuasa laki-laki, begitu pula dalam pernikahan dini. jurnal ini menjelaskan tentang praktik pernikahan dini yang sudah menjadi hal lumrah dilakukan masyarakat Yaman. Beban ekonomi menjadi alasan kuat mengapa banyak anak perempuan yang harus menikah dengan laki-laki yang berusia jauh diatasnya. Hal ini berdampak terhadap perkembangan psikologis dan fisik anak. Cita-cita dan pendidikan yang harus terhenti, serta resiko kematian saat melahirkan yang tinggi harus ditanggung oleh anak perempuan yang menikah dini. Pokok pembahasan dalam jurnal ini adalah menjelaskan mengenai sejarah singkat negara Yaman, penjelasan tentang pernikahan dini secara umum, pernikahan dini secara khusus, yaitu di Yaman, menjelaskan Faktor Penyebab Pernikahan Dini, dan menjelaskan Dampak dari Pernikahan Dini. Dalam proses pembuatannya peneliti menggunakan metode penelitian studi kepustakaan untuk mengumpulkan data dengan menganalisis sumber-sumber dari buku-buku teks, laporan penelitian, dan ensiklopedia yang ada hubungannya dengan masalah yang telah dipecahkan lalu penulis pahami dan ditulis ulang. Hasil dari penelitian ini adalah Pernikahan dini merupakan hal yang lumrah dilakukan, terutama terhadap perempuan berusia di bawah 18 tahun. Pernikahan dini mendatangkan lebih banyak keburukan daripada kebaikan dilihat dari dampak-dampak negatif yang menimpa pelaku pernikahan dini.

ABSTRACT
This research is motivated by the author 39 s interest in women in Middle East. The Middle East which dominated by patriarchism, makes women inferior to men, as well as in early marriage. this journal explains the practice of early marriage that has become commonplace in Yemen rsquo s society. The economic burden is a compelling reason why many girls are married to men whose much older. This has an impact on the child 39 s psychological and physical development. Ambitions and education that must be stalled, and the risk of high mortality during childbirth should be borne by girls who get married early. Early marriage brings more evil than good to be seen from the negative impacts that afflict them. The aim of this journal is to explain the brief history of the state of Yemen, the explanation of early marriage in general, especially early marriage in Yemen, explaining the Factors of Early Marriage, and explaining the impact of Early Marriage. In the process of making, the researcher use literature research to collect data by analyzing through sources of textbooks, research reports, journals and encyclopedia that related to this topic then understood and rewritten. The result of this is, early marriage has become common, especially against girls under 18 years old. Early marriage brings more evil than good to be seen from the negative impact that afflict them."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Inna Apriantini
"Pernikahan usia dini masih tergolong tinggi di Indonesia. Penurunan angka pernikahan usia dini di Indonesia tergolong lambat.. Pernikahan dini adalah salah satu bentuk dari pelanggaran hak dari anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat factor determinan yang menyebabkan terjadinya pernikahan usia dini di Indonesia menggunakan data SDKI 2017. Penelitian ini disusun berdasarkan data sekunder dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2017. Sampel ini digunakan untuk mendapatkan gambaran usia kawin pertama pada rentang usia 15-25 tahun dengan status responden menikah pada penelitian. Analisis data yang dilakukan adalah dengan menganalisis data SDKI 2017 dengan Analisa Univariate dan Analisa Bivariate (Potong Lintang). Gambaran persentase pernikahan dini di Indonesia pada Usia 15-25 tahun lebih banyak wanita yang menikah dini yaitu sebanyak 65,1 persen.sedangkan untuk wanita yang tidak menikah dini hanya sebesar 34,9 persen. Factor determinan terjadinya pernikahan dini dari hasil penelitian ini adalah Pendidikan, tempat tinggal, status ekonomi, penggunaan majalah/koran, penggunaan radio, dan penggunaan internet.

Early marriage is still relatively high in Indonesia. The decline in the number of early marriage in Indonesia is relatively slow. Early marriage is one form of violation of the rights of children. This study aims to look at the determinants that cause early marriage in Indonesia using the 2017 IDHS data. This study was compiled based on secondary data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS). This sample was used to obtain an overview of the age of first marriage in the age range 15-25 years with the status of respondents married in the study. Data analysis was performed by analyzing 2017 IDHS data with Univariate Analysis and Bivariate Analysis (Cross-Cutting). The percentage of early marriages in Indonesia at the age of 15-25 years is more women who marry early, which is as much as 65.1 percent. While for women who are not married early is only 34.9 percent. The determinants of early marriage from the results of this study are education, residence, economic status, magazine / newspaper use, radio use, and internet use."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Octaviani
"Masalah pernikahan dini saat ini masih ditemukan di beberapa wilayah Jawa Barat baik daerah pedesaan maupun perkotaan. Tulisan ini menekankan bahwa adanya ketidaksetaraan gender dalam memandang praktik pernikahan dini dan mempengaruhi kehidupan dan kesempatan hak perempuan di masyarakat. Penelitian berdasarkan data kepustakaan dengan menggunakan konsep antropologi yang relevan. Dilema situasi yang berkaitan dengan maraknya pernikahan dini di Jawa Barat karena melanggengkan budaya dan sisi lain secara normatif bertentangan dengan undang-undang perlindungan anak. Tulisan ini menyebutkan aspek yang mempengaruhi praktik pernikahan usia dini di Jawa Barat adalah (1) agama, (2) ekonomi, (3) tradisi setempat, (4) pola asuh orang tua, (5) pergaulan remaja, (6) kebijakan pemerintah & media massa. Berdasarkan hasil penelusuran dampak pernikahan dini sangatlah beragam namun lebih dominan efek negatif daripada positifnya. Pemerintah melakukan sosialisasi dan menerapkan bimbingan pranikah, kolaborasi antara seluruh instansi pemerintah dengan pihak yang menangani peristiwa pernikahan dini untuk menegakkan peraturan perundang-undangan adalah bentuk strategi untuk meminimalisir pernikahan dini di Jawa Bara

The problem of early marriage is still found in several areas of West Java, both in rural and urban areas. This paper emphasizes that there is gender inequality in viewing the practice of early marriage and affecting the lives and opportunities for women's rights in society. The research is based on literature data using relevant anthropological concepts. The dilemma of the situation is related to the rise of early marriage in West Java because it perpetuates the culture and on the other hand it is normatively contrary to child protection laws. This paper mentions the aspects that influence the practice of early marriage in West Java are (1) religion, (2) the economy, (3) local traditions, (4) parenting style, (5) youth association, (6) government policy & mass media. Based on the results of tracing the impact of early marriage is very diverse, but the negative effects are more dominant than positive. The government conducts socialization and implements premarital guidance, collaboration between all government agencies and those who handle early marriage events to enforce laws and regulations is a form of strategy to minimize early marriage in West Java."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Cempaka Sekkauwati Mubtadi
"Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat pernikahan dini yang cukup tinggi di dunia. Pernikahan dini berdampak buruk pada pendidikan wanita yang kemudian dapat berdampak pada pendidikan anak mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pernikahan dini terhadap pendidikan antargenerasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data IFLS 5 tahun 2014 dan IFLS East. Terdapat permasalahan endogenitas dalam penelitian ini sehingga diperlukan variabel instrumen untuk mengatasinya. Metode yang digunakan adalah Two Stage Least Square (2SLS) dengan variabel instrumen usia pubertas (usia haid pertama). Hasil first stage menunjukkan bahwa usia pubertas merupakan instrumen yang baik dan memenuhi asumsi relevance. Hasil estimasi 2SLS menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh pernikahan dini ibu pendidikan anak. Adanya program wajib belajar 9 tahun bagi setiap anak dapat menjadi kontribusi positif pada capaian pendidikan anak di Indonesia.

Indonesia is one of the countries with the highest rate of early marriage in the world. Early marriage can reduce mother’s educational attainment and impact their children’s educational outcomes.  This study aims to analyze the intergenerational effect of early marriage on children’s educational attainment by using nationally representative household data from the IFLS wave 5 and IFLS East. In the empirical strategy, age at menarche is used as an instrumental variable to address the endogeneity problem. The result of the first stage shows that age at menarche is a good and relevance instrument. The Two Stage Least Square (2SLS) estimates show that mother’s early marriage does not have a significant effect on children’s educational attainment. A 9-year compulsory education program for every child could give a positive contribution for children’s educational attainment."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisinis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mita Widia Pangesti
"Penelitian ini dilakukan untuk menyelidiki asosiasi anatara usia pernikahan pada ibu terhadap pendidikan intergenerasi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) gelombang 5 dengan menggunakan model regresi logistik biner. Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah anak yang telah berusia 25 tahun atau lebih. Penelitian ini menggunakan pendidikan intergenerasi sebagai variabel tidak bebas dan usia pernikahan ibu sebagai variabel bebas utama. Variabel bebas lainnya yang digunakan adalah jenis kelamin, pendidikan ayah, rasio biaya pendidikan, tempat tinggal, dan wilayah tempat tinggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usia pernikahan ibu berkorelasi positif dan berdampak secara siginifikan terhadap pendidikan intergenerasi di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa probabilitas memiliki pendidikan intergenerasi yang rendah lebih tinggi pada anak yang lahir dari ibu menikah pada saat usia 18 tahun atau kurang daripada pada anak dari ibu yang menikah pada usia lebih dari 18 tahun. Pengaruh yang sama ditunjukkan setelah dikontrol terhadap jenis kelamin, pendidikan ayah, rasio biaya pendidikan, tempat tinggal, dan wilayah tempat tinggal. Penelitian ini menunjukkan bahwa probabilitas pendidikan intergenerasi yang rendah lebih tinggi pada anak yang berjenis kelamin perempuan, memiliki ayah dengan tingkat pendidikan rendah, memiliki rasio biaya pendidikan rumah tangga yang rendah, bertempat tinggal di pedesaan, serta berdomisili di Pulau Jawa.

This study investigated the association between maternal age at marriage and intergenerational education in Indonesia. This study used a binary logistic regression model with secondary data from the Indonesian Family Life Survey (IFLS) wave 5 in 2014. The unit of analysis used in this study was children aged 25 years or older with. This study used intergenerational education as the dependent variable and maternal age of marriage as the main independent variable. Meanwhile, other independent variables used were gender, father's education, the ratio of education costs, place of residence, and region of residence. The results of the study showed that mother’s age at marriage age was positively correlated and significantly impacted intergenerational education in Indonesia. It shows that the probability of having a low intergenerational education was higher among children who were born to mothers who were married at child’s age (18 years or younger) than among children of mothers who were married at older than 18 years. The same effect was shown after controlling for gender, father's education, the ratio of education costs, place of living area, and place of residence. This study shows that the probability of low intergenerational education was higher for female children, had fathers with low levels of education, had a low ratio of household education expenditure, lived in rural areas, and lived in Java."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Fathiningrum
"Penelitian mengenai perubahan penggunaan tanah di unit geomorfologi DA Ci Mandiri ini membahas pengelompokkan bentuk permukaan bumi berdasarkan ketinggian, lereng, pola aliran sungai dan aspek geologi yang kemudian dikaitkan dengan aspek penggunaan tanah tahun 1989-2014. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui unit-unit geomorfologi yang berada di DA Ci Mandiri dan perubahan penggunaan tanah serta faktor penyebab perubahan penggunaan tanah tersebut. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode ideografik yaitu mendeskripsikan dan menganalisis hasil interpretasi berdasarkan peta hasil olah dan data survey lapang, sehingga dapat diketahui bahwa sebagian besar penggunaan tanah di setiap unit geomorfologi berupa kebun campuran dan mengalami perubahan penggunaan tanah yang terus meningkat dari tahun 1989-2014 menjadi pemukiman dan sawah.

This research of land use changes in Ci Mandiri Watershed’s geomorphological units discuss about the classification of earth surface forms based on elevation, slope, river flow pattern, and geological aspect that later are ossociated with land use aspect from 1989 to 2014. The objective of this research is to identify geomorphological units that construct Ci Mandiri watershed as well as its land use changes and contributing factor. This research is descriptive using ideographic method to describe and analyse the interpretation results from processed maps and field survey’s data. It can be concluded from the research that the major land use changes in every unit of geomorphology is the form of mixed farms where its land use changes keep increasing in to settlement and field within 1989 to 2014.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2015
S57815
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Atikah Pustikasari
"Usia Pertama menikah yang dilakukan wanita di Kabupaten Bekasi 51,3 % dibawah usia 20 tahun. Ini merupakan salah satu penyebab terjadinya Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Dari penelitian ini, wanita yang menikah dibawah usia 20 tahun mengalami KDRT selama menikah sebanyak 115 (73,9%). Terdapat hubungan antara responden yang melakukan pernikahan dibawah usia 20 tahun dengan KDRT. Wanita yang melakukan pernikahan di bawah usia 20 tahun berisiko 2 kali mengalami KDRT. Faktor lain yang berhubungan dengan KDRT yaitu Pendidikan suami rendah, Penghasilan rendah, Pengambil keputusan, pemilihan pasangan, suami pengguna alkohol, konflik orang tua dan riwayat suami dengan perilaku kekerasan fisik.

First age married women do in Bekasi 51.3% under the age of 20 years. This is one of the causes of domestic violence. From this study, women who were married under the age of 20 years experience domestic violence during the marriage as much as 115 (73,9%). There is a relationship between the respondents who do marriage under the age of 20 years with domestic violence. Women who perform marriages under the age of 20 years has twice the risk of experiencing domestic violence. Other factors associated with domestic violence are husbands low education, low income, decision makers, mate choice, husband alcohol users, parents conflict and husband with a history of physically violent behavior."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35370
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Novitasia Elsera
"Pernikahan di usia dini atau yang disebut dengan early marriage merupakan suatu bentuk pelanggaran hak-hak anak dan hak-hak manusia. Indonesia merupakan negara yang memiliki angka pernikahan dini cukup tinggi, dimana menempati posisi ke-37 dunia dan ke-2 ASEAN setelah Negara Kamboja. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana tren dan dampak yang ditimbulkan dari pernikahan usia dini di Indonesia dengan analisis data SDKI 2012. Pada penelitian ini menggunakan menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 yang meliputi analisis, univariat dan bivariat dengan desain potong lintang. Penelitian ini memakai sampel Wanita Usia Subur (WUS) 35-49 tahun yang pernah kawin. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tren dari pernikahan usia dini menurun menjadi 30,5% pada tahun 2012, yang sebelumnya 48,1% pada tahun 2007. Dampak yang berhubungan dengan pernikahan usia dini adalah fertilitas dan status kawin. Dampak yang paling berhubungan adalah fertilitas.

Marriage at an early age, or the so-called early marriage is a form of violation of children's rights and human rights. Indonesia is a country that has a fairly high rate of early marriage, which occupies the 37th position of the world and the 2nd ASEAN after the State of Cambodia. The aim of the study is to describe how about the trends and the impact of early marriage in Indonesia with secondary data analysis of IDHS 2012. In this study using the data of the Indonesia Demographic Health Survey (IDHS) which includes univariate and bivariate analysis were used the design of cross-sectional study. The sample of this study using Eligible Women 35-49 years who ever married. The result showed that the trend of early marriage decreased to 30,5% in 2012, which previously 48,1% in 2007. Early marriage associated with fertility and marital staus. The most associated impact with early marriage is fertility.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55140
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amelia Eka Putri
"Pernikahan dini dapat menimbulkan beberapa dampak bagi tahap perkembangan remaja, termasuk dampak secara psikologis dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengetahuan remaja perempuan terkait dampak tersebut. Desain penelitian kuantitatif dengan metode deskriptif ini dilakukan kepada 101 responden yang merupakan siswi kelas VII, VIII, dan IX. Peneliti melakukan analisis secara univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sejumlah 56.44% responden memiliki pengetahuan yang kurang terkait dampak psikologis pernikahan dini. Selain itu, sejumlah 51.49% responden juga memiliki pengetahuan yang kurang terkait dampak sosial pernikahan dini. Sosialisasi melalui intervensi keperawatan perlu dikembangkan dan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan tersebut, sebagai salah satu upaya pencegahan pernikahan dini pada remaja, khususnya remaja perempuan.

Early marriage gives some impacts related to the developmental stage of adolescent, included psychological and social impacts. The objective of this research is to describe the knowledge of female adolescents regarding that impacts. This quantitative and descriptive research is conducted towards 101 respondents, who are the students from VII, VIII, and IX grades. This research uses univariate analysis. The result shows that 56.44% respondents have less level of knowledge regarding the psychological impacts. Besides that, 51.49% respondents also have less level of knowledge regarding the social impacts. Socialization using nursing intervention has to be developed and applied to increase that knowledge, as one of the efforts to prevent early marriage among adolescents, especially female adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S55797
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Made Yudisthira
"Studi ini menggunakan metode Fuzzy Regression Discontinuity Design (FRDD) untuk mengevaluasi efektivitas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 dalam mengurangi pernikahan dini di Indonesia. Penelitian menunjukkan bahwa peningkatan usia minimal pernikahan dari 16 menjadi 19 tahun dapat mengurangi probabilitas pernikahan dini sebesar 15% hingga 28%. Namun, hasil tersebut hanya berlaku untuk populasi yang diteliti dan tidak dapat diterapkan secara universal. Izin khusus untuk pernikahan dan faktor budaya masih mempengaruhi tingginya angka pernikahan dini. Kendala implementasi kebijakan dan kompleksitas masalah juga menjadi hambatan dalam mengatasi pernikahan dini secara efektif. Diperlukan penelitian jangka panjang dan pemantauan untuk memahami secara menyeluruh dampak perubahan kebijakan dan mendorong perubahan perilaku yang berkelanjutan dalam masyarakat.

This study utilizes the Fuzzy Regression Discontinuity Design (FRDD) method to evaluate the effectiveness of Law Number 16 of 2019 in reducing child marriages in Indonesia. The research demonstrates that increasing the minimum marriage age from 16 to 19 years can reduce the probability of child marriages by 15% to 28%. However, these findings are specific to the studied population and cannot be universally applied. Special marriage permissions and cultural factors still influence high rates of child marriages. Challenges in policy implementation and the complexity of the issue also hinder effective efforts to address child marriages. Long-term research and monitoring are necessary to comprehensively understand the impact of policy changes and promote sustainable behavioral changes within society."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>